Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

OSTEOARTHRITIS

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Ns. Chandra TW, M.Kes.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Beby Alicia Zahra (1910701015)


2. Mutya Ayu Septia (1910701017)
3. Dila Hasna Luthfiyah (1910701018)
4. Adinda Ara Difa (1910701024)
5. Jihan Ayu Pramu Sinta (1910701028)
6. Farda Nabila Huda (1910701031)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan asuhan keperawatan pada lansia dengan Osteoarthritis.

Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata penulis
berharap semoga laporan tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan
Osteoarthritis ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Jakarta, 24 Agustus 2021

Kelompok Case 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Osteoarthritis............................................................2
2. 2 Etiologi Osteoarthritis...............................................................8
2.3 Manifestasi Klinis Osteoarthritis................................................2
2. 4 Patofisiologi dan Pathway Osteoarthritis..................................8
2.5 Penatalaksanaan Medis Osteoarthritis........................................2
2. 6 Pemeriksaan Penunjang Osteoarthritis......................................8
2. 7 Komplikasi Osteoarthritis..........................................................8

BAB III : TINJAUAN KASUS


3.1 Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Osteoarthritis..........14

BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................14
4.2 Saran...........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Peningkatan populasi lanjut usia di dunia ini sejalan dengan peningkatan
jumlah kasus nyeri sendi (Eliopoulus, 2013 dalam Sari, 2018). Pada sensus
penduduk Indonesia tahun 2010, jumlah lansia tercatat sebanyak 18,1 juta
penduduk lansiia dan diperkirakan akan meningkat 10 tahun mendatang
sebesar 60% (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2015 dalam Sari 2018).

Menua (aging) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Semakin bertambahnya usia
pada seseorang maka seseorang akan kehilangan massa tulang pada laki0laki
sebesar 20-30% dan pada wanita sebesar 40-50% (Sudoyo, 2006 dalam Dyah,
2012). (Sari, 2018)

Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk membahas salah


satu penyakit tulang degeneratif yang paling sering muncul pada lansia adalah
Osteoarthritis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Osteoarthritis
2. Etiologi Osteoarthritis
3. Manifestasi Klinis Osteoarthritis
4. Patofisiologi dan Pathway Osteoarthritis
5. Penatalaksanaan Medis Osteoarthritis
6. Pemeriksaan Penunjang Osteoarthritis
7. Komplikasi Osteoarthritis
8. Asuhan Keperawatan Osteoarthritis
1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan Memahami Pengertian Osteoarthritis


2. Mengetahui dan Memahami Etiologi Osteoarthritis
3. Mengetahui dan Memahami Manifestasi Klinis Osteoarthritis
4. Mengetahui dan Memahami Patofisiologi dan Pathway Osteoarthritis
5. Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Medis Osteoarthritis
6. Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Penunjang Osteoarthritis
7. Mengetahui dan Memahami Komplikasi Osteoarthritis
8. Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Osteoarthritis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Osteoarthritis

Osteoarthritis (penyakit pengapuran sendi) adalah suatu penyakit degeneratif,


yang menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi yang sering diderita pada
tahap menua yaitu pada usia diatas 60 tahun sehingga membuat sendi-sendi
menjadi sulit untuk digerakkan dan apabila tidak digerakkan akan
memperparah keadaan (Yuli Reni, 2014)

Osteoartritis (AO) adalah suatu penyakit kronis yang mengalami sendi dan
tulang di sekitar sendi tersebut. Dulu osteoartritis dianggap penyakit
degeneratif, atau penyakit orang tua karena sendi menjadi aus atau usang,
tetapi dewasa ini diketahui melalui penelitian penelitian ternyata selain akibat
aus terdapat proses peradangan yang mempengaruhi kerusakan pada sendi
tersebut, walaupun peradangan yang terjadi tidak sehebat penyakit radang
sendi yang lain seperti artritis reumatoid.

Selain diakibatkan oleh aus, osteoarthritis juga dapat disebabkan oleh karena
trauma atau akibat dari penyakit sendi yang lain (sekunder). Tulang rawan
yang terdapat di antara sendi berfungsi sebagai bantalan pada saat sendiri
dipakai, namun karena bagian ini rusak maka permukaan tulang pada sendi
tersebut saling beradu sehingga timbul rasa nyeri, bengkak dan kaku.

Osteoarthritis biasanya menimbulkan gejala kerusakan progresif dan


menipisnya tulang rawan artikular disertai rasa nyeri dan kekakuan (Brandth,
2010). Penyebab osteoartritis dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
yaitu hilangnya tulang rawan, hipertrofi tulang, dan penebalan kapsul tulang
(Yubo & et al, 2017). Penulis menyimpulkan bahwa osteoartritis merupakan
suatu penyakit degeneratif yang paling sering dialami oleh lansia dikarenakan
kerusakan tulang rawan sendi sehingga menyebabkan nyeri, kekakuan, dan
peradangan.
2.2 Etiologi Osteoarthritis

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut.

1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

2. Pengausan (wear and tear)


Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus di kandungnya.

3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoarthritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.

5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoarthritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

6. Akibat penyakit radang sendi lain.


Infeksi (artritis reumatord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi
oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

7. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteoglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat
fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes
melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

8. Deposit pada rawan sendi


Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, ada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran,penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.
2.3 Manifestasi Klinis Osteoarthritis

1. Nyeri, kekakuan, dan kerusakan fungsi merupakan manifestasi kliis primer


2. Kekakuan paling sering pada pagi hari setelah bangun tidur dan biasanya
berlangsung kurang dari 30 menit.
3. Kerusakan fungsional terjadi akibat nyeri pada pergerakan dan
keterbatasan gerakan sendi ketika terjadi perubahan struktur.
4. Osteoatritis terjadi paling sering pada sendi yang menahan beban berat
(panggul, lutut, servikal, dan spinal lumbal); sendi jari-jari juga terserang.
5. Mungkin terdapat nodus bertulang (tidak terasa sakit kecuali mengalami
inflamasi)

2.4 Patofisiologi dan Pathway Osteoarthritis

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, yang merupakan


proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini
disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit (sel pembentukan protein glikan
dan kolagen pada rawan sendi) yang merupakan unsur penting rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. (Sari,
2018)

Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan pecahnya polisakarida protein yang


membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang
harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.
Sendi interfalang distal dan proksimasi. (Sari, 2018)

Osteoarthritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya


gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi demornitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik atau ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada
akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran,
tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan
nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus (Purwanto,
2016 dan Nurarif, 2015)

Pathway
2.5 Penatalaksanaan Medis Osteoarthritis

1. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa 17 sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja
sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
a. Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari
atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun
perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.
b. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena
pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama
adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
c. Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel
yang mempu mengurangi nyeri/ngilu.
d. Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik
yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya
dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.

2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk/ memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik
lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul 20 pada tungkai yang lumpuh timbul
karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena
otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan
senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit.
a. Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan
diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut
prostesis.
b. Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan
mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu
pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
c. Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan
remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima
beban saat bergerak

8. Terapi konservatif
Mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk
menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan
pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi
okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi
strategi penangan mandiri.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Osteoarthritis

Menurut Purwanto (2016), pemeriksaan penunjang pada osteoartritis yaitu

 foto Rontgen yangMenunjukkan penurunan progresif masa kartilago sendi


sebagai penyempitan rongga sendi.
 Uji serologi (untuk indikasi informasi) dan cairan sinovial (untuk
menentukan penyebab nyeri Apakah gout atau infeksi)
2.7 Komplikasi Osteoarthritis

Komplikasi dapat terjadi apabila Osteoarthritis lutut tidak ditangani dengan serius.
Terdapat dua macam komplikasi yaitu:

Komplikasi Kronis Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan,


yang terparah ialah terjadinya kelumpuhan. Komplikasi Akut

 Osteonecrosis
 Ruptur Baker cyst
 Bursitis
 Symptomatic Meniscal Tear (Guermazi et al, 2010)
BAB III

TINJAUAN KASUS

CASE 2

Seorang perempuan berusia 72 seorang lansia tinggal di Panti Wherda tanpa


ditemani oleh social worker/care giver. Lansia menderita osteoarthritis sejak 2
tahun yang lalu. Lansia berjalan menggunakan alat bantu crutches, pernah jatuh di
kamar mandi 2 bulan yang lalu. Kamar mandi tidak ada pegangan/rail di dekat
closet dan tidak terpasang karpet antislip, hasil pengkajian Morse Fall Scale : 65.
Penanggung jawab wisma mengatakan lansia sering berjalan mondar-mandir
tanpa arah, sering melihat ruangan lansia lainnya tanpa tujuan yang jelas,
terkadang lansia mengikuti PJ wisma kemanapun dia pergi. Terkadang lansia
ditemukan di luar pintu panti dan tidak tau arah kembali ke wisma. Klien
mengeluh kedua lutut terasa sakit, nyeri terutama bangun tidur dan terasa kaku
dan sulit saat berjalan, penyakitnya sering kambuh terutama pada saat musim
dingin. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: BB 90 kg, TB 149 cm. Lutut
sebelah kiri tampak bengkak dan kemerahan.

A. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Penanggung jawab wisma - Lansia tampak berjalan
mengatakan lansia sering menggunakan alat bantu crutches.
berjalan mondar-mandir tanpa - Kamar mandi tampak tidak ada
arah, sering melihat ruangan pegangan/rail di dekat closet dan
lansia lainnya tanpa tujuan yang tidak terpasang karpet antislip,
jelas, terkadang lansia mengikuti hasil pengkajian Morse Fall
PJ wisma kemanapun dia pergi. Scale : 65.
Terkadang lansia ditemukan di - Hasil pemeriksaan fisik
luar pintu panti dan tidak tau didapatkan data: BB 90 kg, TB
arah kembali ke wisma. 149 cm (IMT: 40,5).
- Klien mengeluh kedua lutut - Lutut sebelah kiri pasien tampak
terasa sakit, nyeri terutama bengkak dan kemerahan.
bangun tidur dan terasa kaku dan
sulit saat berjalan, penyakitnya
sering kambuh terutama pada
saat musim dingin.

B. ANALISA DATA

No. Data Masalah Etiologi


1. Ds: Nyeri Kronis Agens Pencedera
- Lansia menderita (Osteoarthritis)
osteoarthritis sejak 2 tahun D. 12
yang lalu. K. 1
- Klien mengeluh kedua KD. 00133
lutut terasa sakit, nyeri Hal. 446
terutama bangun tidur dan (NANDA 2018-
terasa kaku dan sulit saat 2020)
berjalan, penyakitnya
sering kambuh terutama
pada saat musim dingin.

Do:
- Lutut sebelah kiri pasien
tampak bengkak dan
kemerahan.
2. Ds: Hambatan Kaku Sendi
- Lansia menderita Mobilitas Fisik
osteoarthritis sejak 2 tahun D. 4
yang lalu. K. 2
- Klien mengeluh kedua KD. 00085
lutut terasa sakit, nyeri Hal. 217
terutama bangun tidur dan (NANDA 2018-
terasa kaku dan sulit saat 2020)
berjalan, penyakitnya
sering kambuh terutama
pada saat musim dingin.

Do:
- Lansia tampak berjalan
menggunakan alat bantu
crutches.
- Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data: BB 90
kg, TB 149 cm (IMT:
40,5).
- Lutut sebelah kiri pasien
tampak bengkak dan
kemerahan.
3. - Penanggung jawab wisma Risiko Jatuh Lingkungan
mengatakan lansia sering tidak aman
berjalan mondar-mandir D.11
tanpa arah, sering melihat K.2
ruangan lansia lainnya KD.00155
tanpa tujuan yang jelas, Hal. 390
terkadang lansia mengikuti (NANDA 2018-
PJ wisma kemanapun dia 2020)
pergi. Terkadang lansia
ditemukan di luar pintu
panti dan tidak tau arah
kembali ke wisma.

Do:
- Lansia tampak berjalan
menggunakan alat bantu
crutches
- Kamar mandi tampak tidak
ada pegangan/rail di dekat
closet dan tidak terpasang
karpet antislip, hasil
pengkajian Morse Fall
Scale : 65.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf &


. (P & E) Ditemukan Teratasi Nama
Jelas
1. Nyeri kronis 24 Agustus 25 Agustus Kel. Case 2
berhubungan dengan 2021 2021
agens pencedera
(osteoarthritis).
D. 12
K. 1
KD. 00133
Hal. 446
NANDA 2018-2020
2. Hambatan mobilitas 24 Agustus 25 Agustus Kel. Case 2
fisik berhubungan 2021 2021
dengan kaku sendi.

D. 4
K. 2
KD. 00085
Hal. 217
NANDA 2018-2020
3. Risiko jatuh ditandai 24 Agustus 25 Agustus Kel. Case 2
dengan Lingkungan 2021 2021
yang tidak aman.

D.11
K.2
KD.00155
Hal. 390
(NANDA 2018-2020)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal No. Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf &
DX Nama Jelas
24 1. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Kel. Case 2
Agustus tindakan keperawatan Kode NIC 1400
2021 selama 1×24 jam Hal 198-199
diharapkan klien dengan
kriteria hasil : Observasi :
1. Identifikasi lokasi,
Domain V-Kondisi karakteristik, durasi,
Kesehatan yang frekuensi, kualitas,
dirasakan intensitas nyeri.
Kelas V-Status Gejala 2. Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri 3. Identifikasi nyeri non
Kode NOC 2102 verbal
Hal. 577 4. Identifikasi faktor
yang memperberat dan
Dengan Kriteria Hasil : memperingan nyeri
1. Nyeri yang dilaporkan 5. Evaluasi keefektifan
tidak ada (210201) dari tindakan
2. Panjangnya episode pengontrol nyeri
nyeri tidak ada berdasarkan respon
(210204) pasien
3. Bisa beristirahat
Terapeutik :
(210208)
1. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik,
onser/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus
2. Pastikan pemberian
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
3. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri (mis,
mempertahankan tirah
posisi yang nyaman
bagi pasien.)
4. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan.
(mis, suhu ruangan,
pencahayaan, suara
bising.)

Edukasi :
1. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, Teknik Napas
Dalam, Terapi Musik
untuk sebagai
distraksi/pengalihan
nyeri)
2. Berikan informasi
yang akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
respon keluarga
terhadap pengalaman
nyeri
3. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri farmakologi,
sesuai kebutuhan
2. Informasikan tim
kesehatan lain/anggota
keluarga mengenai
strategi
nonfarmakologi yang
sedang digunakan
untuk mendorong
pendekatan preventif
terkait dengan
manajemen nyeri, jika
sesuai
24 2. Setelah dilakukan Terapi Latihan : Kel. Case 2
Agustus tindakan keperawatan Ambulasi
2021 selama 1×24 jam Kode NIC 0221
diharapkan klien dengan Hal. 438
kriteria hasil :
Observasi :
Domain I-Fungsi 1. Monitor penggunaan
Kesehatan kruk atau alat bantu
Kelas C-Mobilitas berjalan lainnya
Pergerakan
Kode NOC 0208 Terapeutik :
Hal. 452 2. Beri pasien pakaian
yang tidak mengekang
Dengan Kriteria Hasil : 3. Bantu pasien untuk
1. Keseimbangan tidak menggunakan alas
terganggu (020801) kaki yang
2. Cara berjalan tidak memfasilitasi pasien
terganggu (020809) untuk berjalan dan
3. Gerakan Otot tidak mencegah cedera
terganggu (020803) 4. Sediakan tempat tidur
4. Gerakan Sendi tidak berketinggian rendah
terganggu (020804) 5. Bantu pasien untuk
5. Berjalan tidak perpindahan, sesuai
tergangggu (020806) kebutuhan
6. Bergerak dengan 1. Dorong ambulasi
mudah (020814) independen dalam
batas aman

Edukasi :
1. Instruksikan pasien
untuk memposisikan
diri sepanjang proses
pemindahan
2. Instruksikan
pasien/caregiver
mengenai
pemindahan dan
teknik ambulasi yang
aman
3. Instruksikan pasien
untuk menjaga
asupan makanan
4. Motivasi pasien untuk
mengonsumsi
makanan yang tinggi
kalsium

Kolaborasi :
-

24 3. Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh Kel. Case 2


Agustus tindakan keperawatan Kode NIC 6490
2021 selama 1×24 jam Hal. 274
diharapkan klien dengan
kriteria hasil : Observasi :
Kejadian Jatuh 1. Identifikasi
Kode NOC 1912 kekurangan
Hal. 119 kekurangan baik
kognitif atau fisik dari
Dipertahankan ke level 1 pasien yang mungkin
ditingkatkan ke level 5 meningkatkan potensi
1 = lebih dari 10 kali jatuh jatuh pada lingkungan
2 = dari 7 sampai 9 kali tertentu
jatuh 2. Identifikasi perilaku
3 = dari 4 sampai 6 kali dan faktor yang
jatuh mempengaruhi risiko
4 = dari 1 sampai 3 kali jatuh
jatuh 3. Kaji ulang riwayat
5 = tidak ada jatuh bersama dengan
pasien dan keluarga
Dengan Kriteria Hasil : 4. Identifikasi
1. Jatuh saat berdiri karakteristik dari
(tidak ada) lingkungan yang
2. Jatuh saat berjalan mungkin
(tidak ada) meningkatkan potensi
3. Jatuh saat duduk jatuh (misalnya, lantai
(tidak ada) licin dan tangga
4. Jatuh dari tempat terbuka)
tidur (tidak ada) 5. Monitor gaya berjalan
5. Jatuh saat (terutama kecepatan),
dipindahkan (tidak keseimbangan dan
ada) tingkat kelelahan
6. Jatuh saat naik dengan ambulasi
tangga (tidak ada) 6. Monitor kemampuan
7. Jatuh saat turun untuk berpindah dari
tangga (tidak ada) tempat tidur ke kursi
8. Jatuh saat ke kamar dan sebaliknya
mandi (tidak ada)
9. Jatuh saat Terapeutik :
membungkuk (tidak 1. Dukung pasien untuk
ada) menggunakan tongkat
atau walker, dengan
tepat
2. Tempatkan busa di
tempat duduk pasien
untuk mencegah
pasien terjatuh, dengan
tepat
3. Letakkan benda-benda
dalam jangkauan yang
mudah bagi pasien

Edukasi :
1. Ajarkan pasien untuk
beradaptasi terhadap
modifikasi gaya
berjalan yang (telah)
disarankan (terutama
kecepatan)
2. Ajarkan pasien
bagaimana jika jatuh,
untuk meminimalkan
cedera
3. Ajarkan anggota
keluarga mengenai
faktor risiko yang
berkontribusi
terhadap adanya
kejadian jatuh dan
bagaimana keluarga
bisa menurunkan
risiko ini

Kolaborasi :
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and


classification 2018-2020. Jakarta: EGC.
Nursing Interventions Classification (NIC), 6 th edition. Copyright 2013

Nursing Outcomes Classification (NOC), 5 th edition. Copyright 2013

Wahyuni Dwi. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


PT Nasya Expanding Management: Pekalongan

Watson Roger (2002), Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Edisi 10, Jakarta:
EGC

Yatim, Faisal. (2006). Penyakit Tulang dan Persendian. Jakarta: Pustaka Populer
Obor

Anda mungkin juga menyukai