Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN NEONATUS BAYI BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

“Pemberian Pada Asuhan Neonatus dan Bayi Dengan Masalah Miliriasis”

Dosen Pengampu : Farida Nur K, S.Si.T.,M.Kes

Disusun Oleh :

1. Ema Erlina (201801005)

2. Fitria Nur Zulaiha (201801006)

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang

“Pemberian Asuhan pada Neonatus dan Bayi dengan Masalah Miliriasis” yang disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita yang diberikan

oleh Farida Nur K, S.Si.T., M.Kes.

Makalah ini disusun agar pembaca lebih mendalami tentang Pemberian Asuhan pada

Neonatus dan Bayi dengan Masalah Mililiriasis. Namun, penulis menyadari bahwa makalah

ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sekiranya dapat penulis gunakan sebagai masukan untuk perbaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

A. Pengertian Milliariasis .................................................................................................. 3

B. Etiologi Milliariasis ...................................................................................................... 4

C. Patofisiologi Milliariasis ............................................................................................... 4

D. Pembagian dan Tanda Gejala Milliariasis .................................................................... 5

E. Penatalaksanaan Milliariasis ......................................................................................... 6

F. Peran Bidan ................................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 9

B. Saran ............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi, asuhan

kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan

pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan masalah adalah

suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita.

Ada beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya adalah adanya miliariasis ata biang

keringat.

Biang keringat kerap kita temui pada neonatus, bayi, dan balita karena kulit mereka

cenderng lebih sensitive daripada orang dewasa. Bahkan 70% dari tubuh bayi mudah

sekali mengeluarkan keringat bila dibandingkan dengan orang dewasa. Masalah kembali

bertambah saat anak rewel karena rasa gatalnya yang terus mengganggu. Jangan panic,

sebelum tergesa-gesa memberi anak Anda bermacam-macam obat, kenali dulu tanda-

tanda dan deskripsi dari biang keringat itu sendiri, jangan sampai nantinya Anda salah

mendeskripsikan keadaan anak Anda dan memberinya obat yang salah.

Biang keringat atau biasa disebut dalam istilah medis dengan miliriasis adalah

penyakit kulit yang ditandai dengan kemerahan, muncul papul (bintil-bintil) dan gatal.

Penyebabnya bisa terjadi pada cuaca yang lembab, panas, karena peredaman yang terus-

menerus pada kulit oleh keringat sehingga lemak kulit terbuang. Biang keringat biasanya

muncul pada anak-anak yang bertempat tinggal di daerah yang lembab dan sangat panas.

Gatalnya yang hebat menyebabkan gangguan tidur, mengurangi nafsu makan, dan

gangguan mum infeksi sekunder.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Milliariasis ?

2. Apa penyebab dari Milliriasis ?

3. Bagaimana patofisiologi Milliariasis ?

4. Apa saja pembagian dan tanda gejala Milliariasis ?

5. Bagaimana penatalaksanaan Milliariasis ?

6. Bagaimana peran bidan dalam masalah Miliriasis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian milliariasis

2. Untuk mengetahui penyebab dari milliariasis

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari milliariasis

4. Untuk mengetahui pembagian dan tanda gejala dari milliariasis

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan milliariasis

6. Untuk mengetahui peran bidan dalam masalah milliriasis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Lima definisi dari miliariasis yang berbeda, yaitu:Miliariasis merupakan penyakit kulit

yang disebabkan oleh tertutupnya saluran kelenjar keringat. (Hassan, 1984). Miliariasis

adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi

Djuanda, 1987). Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat

akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa miliariasis adalah dermatosis yang timbul

akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas

lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang

suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan

yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang

masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan

oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak

keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

Yang kelima yaitu Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul

akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher,

bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang

mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya

di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk,

kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo

Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)

3
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau

pickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat

tersumbatnya pori kelenjar keringat.(Vivian Nani,2010)

B. Etiologi

Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta adanya

infeksi bakteri

1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang.

2. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat.

3. Aktivitas yang berlebihan.

4. Setelah menderita demam atau panas.

5. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema

akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum

C. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar

keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini

ditandai dengan adanya vesikel miliar dimuara kelenjar keringat lalu disusul dengan

tingginya radang dan oedema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian

diabsorbsi oleh stratum korneum.

Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal

dan apendik yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru

lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada

3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat

menyebar ke daerah sekitarnya.

4
D. Pembagian dan Tanda Gejala

Ada dua tipe milliariasis yaitu :

1. Milliria kristalina

Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah

keringat, seperti pasien demam yang terbaring ditempat tidur. Lesinya berupa vesikel

yang sangat superfisial, bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2

mm. Umumnya lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma

yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah

berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung singkat.

Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.

2. Milliaria rubra

Millia ruba memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema di

sekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis, biasanya disertai rasa gatal dan

pedih pada daerah ruam dan daerah disekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi

sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.

3. Miliaria profunda

Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya

timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3

mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat

lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak

gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)

Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah

pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara

menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu

5
yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau

tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)

Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki.

Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun

keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar

keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita

milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)

4. Milliaria fustulosa

Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan

saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa

pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel

rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

E. Penatalaksanaan Milliariasis

Asuhan yang diberikan pada neonatus,bayi dan balita dengan milliariasis trgantung

pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang diberikan yaitu :

1. Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.

2. Menjaga kebersihan tubuh bayi.

3. Mengupayakan menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu

yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal diruang ber ac atau didaera \yang

sejuk dan kering.

4. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.

5. Segera mengganti pakaian yang basah dan kotor.

6. Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol

0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.

6
F. Peran Bidan

Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek

pelayanan kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:

1. Pelayanan kesehatan promotif

Memberikan informasi kepada ibu mengenai:

a) Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.

b) Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak

menggores kulit saat menggaruk.

c) Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian

jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)

2. Pelayanan Kesehatan Preventif

a) Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak

terlalu sempit.

b) Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.

c) Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga

tidak menggores kulit saat menggaruk.

d) Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika

basah dan kotor. (Vivian, 2010)

3. Pelayanan Kesehatan Kuratif

a) Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal,

dapat ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat

dan salephidrofilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah

aliran keringat yang normal.

7
b) Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila sangat gatal,

pedih, luka dan timbul bisul akibat infeksi, penderita sebaiknya segera dibawa ke

dokter. Dokter akan memberikan obat minum serta krim atau salap bila

diperlukan, untuk mengatasi keluhan tersebut. Dan bila timbul bisul jangan dipijat

arena kuman dapat menyebar ke sekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo

Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)

c) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk diberi bedak

salicil atau bedak kocok setelah mandi. Dan bila membasah jangan berikan bedak

karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010)

4. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif

a) Sedapat mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan, dengan cara

menghindari hawa panas dan kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai

pakaian tipis dan menyerap keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan

sabun. Selama berbagai faktor penyebab yang berpengaruh dapat diatasi,

kekambuhan dapat dihindari.

b) Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita pindah ke

lingkungan yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik.

(Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus,

atau pickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat

akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. Biasanya milliariasis ini disebabkan udara

yang panas dan lembab, pakai yang terlalu ketat dan tidak menyerab keringat, dll.

Milliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan

gelembung kecil kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai saluran

kelenjar keringat yaitu di dahi,leher, bagian yang tertutp pakaian (dada,punggung) tempat

yangan mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.

B. Saran

Sebaiknya jangan memakaikan baju yang tidak bisa menyerap keringat pada bayi

karena bayi mudah berkeringat. Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus

untuk mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat, mengganti segera baju bayi yang

basah oleh keringat atau kotoran, mengkondisikan ruangan ventilasi udara cukup.

9
DAFTAR PUSTAKA

Lia, Dewi, Vivian Nanny.2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Saleemba

Medika

M.Rochmah k,dkk.2011.Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.Jakarta: EGC

Marmi, Rahardjo Kukuh.2012.Asuhan Neonatus,Bayi,Balita,dan Anak Prasekolah. Jakarta :

Pustaka Pelajar

Maryani Dwi,dkk.2011.Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita.Trans Info Media,Jakarta

Sudarti,dan Fauziah, Afroh.2012.Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi, dan Balita.Yogyakarta :

Nuha Medika

10

Anda mungkin juga menyukai