DISUSUN OLEH:
WIDIARTI (201902030090)
B / semester 4
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan
hidayahnya lah kami dapat dapat menyelesaikan makalah konsep dasar patofisiologi dan
asuhan keperawatan pada kasus dengan penyakit gastroschisis dan omfalokel . Makalah ini
saya susun menggunakan sumber dari buku ataupun referensi dari situs internet dan jurnal.
Makalah ini sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Anak yang pada semester
ini kami pelajari. Makalah ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh karenanya kami
mengharap kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini. Karena sesungguhnya
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. .i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 26
B. Saran .............................................................................................. 26
3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etiologi gastroschisis adalah gangguan yang terjadi pada arteri omfa lkanan ,
yang menyebabkan terjadinya iskemik pada dinding perut anterior, sehingga struktur
perut tersebut mengalami herniasi yang dapatmengakibatkan pecahnya dinding perut
anterior. Oleh karena itu , karakteristik dari penyakit ini adalah adanya organ perut
janin yang keluar mengambang di cairan ketuban.
Kejadian gastroschis didunia berkisar antara 4-5 per 10.000 kelahiran hidup
dan lebih sering terjadi pada bayi prematur, bayi berat lahir rendah dan bayi
perempuan.pada kasus yang sangat langka, dapat terjadi defek dinding abomen yang
menutup sempurna disekitar daerah evirasi sehinggga mengakibatkan gastroschisi
tertutup, namun abgka kejadian hanya 6 % dari semua kasus gastroschisis. Di
indonesia belom jelas angka kejadian gastroschiis namun indonesia merupakan negara
resiko tinggi karena terdapat faktor risiko penyebab gastroschisis yaitu kehamilan
pada usia muda, paritas tinggi, dan kekurangan asupan gizi pada ibu hamil.
4
kematian . World health organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat sebanyak
303 ribu bayi yang mati sebelum usia empat minggu setiap tahunnya di seluruh dunia
akinbat kelainan kongenital ( WHO,2016)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami mengenai konsep dasar tentang Gastronichis dan
Omfalokel pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian gastroschisis dan
omfalokel
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi, patofisiologis, manifestasi klinis /
tanda gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi,
pengkajian fokus, fokus intervensi, dan pathway tentang gastroschisis dan
omfalokel.
5
BAB II
A. Pengertian / Definisi
a. Pengertian gastronichis
Gastroschisis adalah suatu herniasi pada isi usus dalam fetus yang terjadi pada
umblical cord. Organ viscera posisinya duluar abdomen saat lahir.
Pada gastroschisis , visera dinding abdomen tidak tertutup sehingga usus, lambung
dan terkadang organ perut lainnya seperti ovarium, kandung kemih dan hati keluar memlalui
defek tersebut. Pada keadaan normal, usia kehamilan 6 minggu , usus bayi berada diluar
abdomen , dan ketika usia kehamilan mencapai 10 minggu usus akan masuk ke dalam
abdomen dan dinding abdomen menutup .
b. Pengertian omfalokel
Omfalokel adalah penonjolan usus atau isi perut lainnya melalui akar pusat yang
hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi
pada 1 dan 500 kehamilan. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang transparan
(tembus padang). Eksomfalus atau omfalokel adalah suatu deteksi yang menyebabkan usus
atau organ fisera lain menonjol keluar melalui umblicuc. Sering kali, bayi yang menderita
6
deteksi ini mengalami Abnormarlitas lain, sepeti cacat jantung, yang menjadi kontraindikasi
pembedahan pada periode nenatus awal .
B. Etiologi / penyebab
a. Etiologi gastronichis
Etiologi gastroschisis adalah gangguan yang terjadi pada arteri omfa lkanan ,
yang menyebabkan terjadinya iskemik pada dinding perut anterior, sehingga struktur perut
tersebut mengalami herniasi yang dapatmengakibatkan pecahnya dinding perut anterior. Oleh
karena itu , karakteristik dari penyakit ini adalah adanya organ perut janin yang keluar
mengambang di cairan ketuban.
b. Etiologi omfalokel
Pada 25-40 % bayi yang menderita omfalokel . kelaiannan ini disertai oleh
kelainan bawaan, seperti kelaianan kromossom , hernia diafragmatika, dan kelainan jantung.
C. Patofisiologi
a. Patofisiologi Gastronichis
selama perkembanagn embrio , ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi ususpada salah satu
samping umblicitus ( yang biasanya pada samping kanan ) ini menyebabkan organ viscera
abdomen keluar dan kapasitas abdomen tidak tertutup oleh kantong.
7
Terjadi malrotasi dan menurunnya kpasitas abdomen yang dianggap sebagai anomali.
Gastroschisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding abdomen
sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
Letak defek pada umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
Usussebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus menjadi
tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine
.usus juga tampak pendek rongga abdomen janin sempit.
Usus-usus , visera dan seluruh prmukaan rongga abdomen berhubungan dengan dunia
luar menyebabkan penguapan dan pencairan panas dan tubuh cepat berlangsung, sehingga
terjadi dehidrasidan hiportertemi , kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan
menyebabkan sepsis, aerofagi menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi
pemasukan intestin ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
b. Pantofisiologi Omfalokel
Patofisiologi dari omfalokel , diataraanya adalah sebagai berikut :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding
abdomen semasa embrio. Hal ini menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu
samping umblicus ( yang biasanya pada samping kanan ). Ini menyebabkan organ
visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang diangggap sebagai
anomali.
3. Gastroschisis terbentuk akibat kegagalan fusi semite dalam pembentukan dinding
abdomen , sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya di sebelah kanan umblicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus
menjadi tebal dan kaku kareana pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam
kehidupan intraunterine . usus juga tampak pendek, rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera, dan seluruh permukaan abdomen berhubungan dengan dunia luar
menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung , sehingga
terjadi dehidrasi dan hiportemi. Kontaminsi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan
menyebabkan sepsis, Aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga persuli
koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
8
7. Embriogenesis . pada janin usia 5-6 minggu , isi abdomen terletak di lar embrio di
rongga selom. Pada usisa 10 minggu , terjadi perkembngan lumen abdomen sehingga
usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongg perut. Jika proses ini terhambat maka
akan terjadi kantong di pangkal imbilikus yang berisi usus, lambung, terkadang hati.
Dingdinnya tipis ,terdiri atas lapisa peritoneum dan lapisan amnion, yang keduannya
bening. Sehingga, isi kantong tengah tampak dari luar, dn keadaan ini disebut
omfalokel. Apabila usuus keluar dari titik terlemah di kanan umblicus maka usus
aakan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritorium dn amnion, dan keadaa
ini disebut gastronichis.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang gastronichis
1. Pemeriksaan fisik
2. Prenatal , periatal daan saat bayi lahir. Bayi dengan diagnosis gastroschisis harus
lahir di rumah sakit yang memiliki fasilita NICU dan Bedah Pediatrik.
b. Pemeriksaan penunjang omfalokel
Bila terdeteksi adanya omfalokel , akan dilakukan serangkaian pemeriksaan
pada janin , seperti fetal echo, yaitu USG untuk melihat fungsi dan gambaran
jantung pada janin, USG untuk melihat ginjal, dan pemeriksaan genetik untuk
mengetahui abnormalits genetik .
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanan Gatronichis
9
Penatalaksanaan gastroschisis terdiri dari penatalaksanaan saat prenatal,
perinatal, dan saat bayi lahir. Bayi dengan diagnosis gastroschisis harus lahir di rumah
sakit yang memiliki fasilitas NICU dan bedah pediatrik. Tujuan penatalaksanaan awal
saat melakukan resusitasi adalah untuk mencegah hilangnya cairan dan kondisi
hipotermi akibat organ yang mengalami herniasi, selanjutnya adalah menutup defek
dinding abdomen dengan tindakan operasi.
Penatalaksanaan Prenatal
Saat gastroschisis sudah dapat teridentifikasi pada saat masa kehamilan, maka
penatalaksanaan gastroschisis mencakup hal konseling prenatal kepada orang tua dan
terapi terhadap janin. Beberapa pendekatan terapi telah diupayakan untuk
memodifikasi lingkungan intrauterin sehingga janin tetap berada dalam kondisi
optimal, terutama saluran pencernaannya. Beberapa pendekatan terapi yang dapat
dilakukan adalah amnioinfusion, intra-amniotic furosemide diuresis, dan amniotic
fluid exchange. Terapi tersebut memberikan efek dilusi sehingga dapat menurunkan
reaksi peradangan yang terjadi dan mengurangi efek oligohidramnion yang sering
terjadi pada kasus gastroschisis. Namun, pilihan ini belum dijadikan standar terapi
pada kasus gastroschisis.
b. Penatalaksanaan Omfalokel
Penatalaksanaan pada omfalokel terbagi menjadi beberapa tahap, hal ini dikarenakan
kondisi ini biasanya sudah diketahui sebelum bayi lahir, sehingga penatalaksanaan yang
diberikan sifatnya bertahap, yakni dapat dimulai sejak asuhan perinatal, kemudian pada saat
kelahiran yakni resusitasi dan manajemen neonates, hingga tindakan operatif.
1. Asuhan Perinatal
Asuhan perinatal yang dapat diperhatikan pada kasus bayi dengan omfalokel adalah
pemilihan metode persalinan pada bayi. Jenis metode persalinan yang lebih dianjurkan
(apakah sectio caesar atau persalinan pervaginam) hingga saat ini tidak ada. Hanya saja
10
tindakan sectio caesar lebih disarankan apabila ukuran omfalokel cukup besar, karena
berisiko terjadi trauma pada hepar atau robeknya kantung omfalokel jika persalinan
dilakukan pervaginam.
3. Pembedahan
Apabila ukuran defek kecil, eksisi atau inversi dari defek dengan
penutupan fascia dan kulit dapat dengan mudah dilakukan. Namun, apabila defek berukuran
> 5 cm, maka reduksi secara berkala menggunakan silo dapat dipertimbangkan. Cara
melakukannya adalah 1-2 kali sehari dengan memendekkan silo dengan ligasi bertahap.
11
Cara lain yang dapat dilakukan yakni Escharotic Therapy. Terapi ini melalui cara
epitelisasi gradual dari kantung omfalokel. Terapi ini lebih sering digunakan pada bayi
prematur dengan hipoplasia paru, penyakit jantung bawaan , dan anomali penyerta lain.
Terapi ini menggunakan silver sulfadiazineyang diberikan secara topikal di atas kantung
omfalokel. Setelah dioleskan, maka proses sikasitrasi akan mulai terjadi. Kemudian, silver
sulfadiazine akan diganti menjadi fiber sintetik yang fungsinya untuk mempertahankan
kantung supaya tetap dalam keadaan kering selama proses epitelisasi berlangsung. Escharotic
Therapydapat memakan waktu hingga berbulan-bulan.
Pada saat epitelisasi selesai, terapi dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni
tindakan operasi. Selain silver sulfadiazine zat lain yang juga dapat digunakan
yakni mercurochrome, povidone iodine, alkohol, silver nitrate, gentian violet, dan aqueous
eosin.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif mulai diberikan apabila penutupan primer pada pasien omfalokel telah
dilakukan. Sebagian besar bayi memerlukan ventilasi mekanik selama beberapa hari,
sehingga perlu di rawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Saat itulah, edema pada
dinding abdomen dan usus akan mulai berkurang dan tekanan intraabdominal akan
menurun. Selang nasogastrik tetap diperlukan untuk dekompresi gaster. Pemberian makanan
dapat segera dilakukan apabila nasogastric output tidak lagi bilious (kehijauan), dengan
volume minimal, dan fungsi usus sudah kembali normal.
G. Komplikasi
a. Komplikasi Gastronichis
Komplikasi pada gastronichis hampir sama dengan penyakit omphalokel
b. Komplikasi omphalokel
1. Keterlambatan tumbuh kembang
2. Kesulitan makan dan bernapas
3. Infeksi akibat pecahnya selaput pelindung organ
12
4. Kematian jaringan pada organ yang keluar dari pusar akibat kekurangan
pasokan darah.
H. Pengkajian Fokus
1. Data demografi (nama pasien, tanggal lahir , alamat, tanggal masuk RS,jenis
kelamin, agama, pekerjaan , no register, dan lain-lain )
2. Mengkaji kondisi abdomen
3. Menggukur temperatur tubuh
4. Kaji sirkulasi
5. Kaji distress pernapasan.
I. Fokus Intervensi
13
a. Bayi tidak mengalami infeksi
b. Monitor suhu tubuh secara ketat
c. Minimalkan pergerakan bayi dan pegangan pada intestin.
d. Tutup segera dengan alat hangat , lembab ( normal saline, kasa steril, dan
tutup menggunakan plastik untuk menjaga kelembaban dan hangat )
5. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan kondisi neonatus dan prosedur
pembedahan
Tujuan :
14
Orangtua / keluaraga akan mengekspresikan perasaan dan aktif berpartisipasi
dalam perawatan bayi
Intervensi :
J. PATHWAY
BAB lll
RESUM JURNAL PENELITIAN
16
1. Judul
Umbilical Cord patch Konvensional Versus Primer
Penutupan di Gastroskisis dan omfalokel.
2. Penulis
Alejandro José Hernández Rivero, Central University of
Venezuela, Caracas, Venezuela
3. Pendahuluan
17
kantung transparan yang dibentuk oleh amnion, peritoneum parietal dan
jelly Wharton .
18
patologi adalah Penutupan Primer dan Penutupan Ditunda setelah
penempatan silo [16]. Penutupan Primer adalah reduksi usus yang
dikeluarkan ke rongga perut, dengan sintesis fasia dan kulit. Penutupan
yang ditangguhkan terdiri dari penjahitan sekantong silastik (Silo) di
sekitar tepi defek dinding abdomen dan dengan cara pelapisan progresif
yang sama, memasukkan isi ekstra abdomen ke rongga untuk mencapai
penutupan fasia dan kulit dalam waktu operasi kedua.
19
dengan melepaskan ketegangan yang menyiratkan penutupan primer
aponeurosis, risiko peningkatan PIA berkurang secara signifikan dan
dengan itu perkembangan Abdominal Compartment Syndrome (SCA).
4. Metode
Dengan otorisasi sebelumnya dari Komite Etik lembaga serta
penandatanganan informed consent, uji klinis prospektif terkontrol
dilakukan. Kami memasukkan neonatus dengan GQ dan Omphalocele
yang lahir di Rumah Sakit Universitas Caracas (HUC) atau di rumah
sakit lain di negara tersebut dan yang dirujuk. Kami mengecualikan
neonatus dengan GQ dan Omphalocele yang menjalani penutupan
20
perut dalam dua periode (pasien dengan silo atau dengan sistem paket
vakum), yang memiliki malformasi parah lainnya yang didiagnosis
pada periode prenatal; dan bayi baru lahir dengan GQ yang dirawat
dengan prosedur Simil-Exit.
Sampel dari 20 pasien dibagi menjadi dua kelompok: Grup A, yang
dibentuk oleh neonatus yang menjalani pengobatan operasi GQ atau
Omphalocele menggunakan Patch Tali Pusar; dan Grup B, dibentuk
oleh neonatus yang menjalani pengobatan operatif GQ atau
Omphalocele melalui Penutupan Primer konvensional pada dinding
perut.
Teknik bedah yang digunakan pada 10 pasien sesuai dengan kelompok
A (7 GQ dan 3 Omphaloceles) adalah sebagai berikut: Di bawah
anestesi umum setelah pengukuran antisepsis, enterotaksia usus
dilakukan dengan pengurangan organ ke rongga perut. Kemudian,
pada pasien dengan GQ, kami melanjutkan ke diseksi ditambah reseksi
elemen batang tali pusat dan pembuatan Wharton Gelatin Patch,
mempertahankan kontinuitasnya dengan aponeurosis di sisi kiri defek
(Gambar 1). Selanjutnya, patch dipasang ke aponeurosis dengan
Vicryl® 3/0 di jahitan kontinyu, menutupi defek dinding
21
GQ (dalam minggu), usia kehamilan (dalam minggu), masa hidup
pasien pada saat operasi (dalam jam), malformasi terkait, IAP, waktu
rawat inap, inisiasi oral. rute, komplikasi dan kelangsungan hidup.
5. Hasil
Kami menganalisis 20 bayi baru lahir yang didiagnosis
dengan GQ atau Omphalocele yang dirawat di Unit Bedah Neonatal
Rumah Sakit Universitas Caracas, yang dibagi menjadi 2 kelompok.
22
statistik antara kedua kelompok. Dari total 20 bayi baru lahir dalam
penelitian ini, 15 mengalami komplikasi. Delapan neonatus (80%)
termasuk dalam Grup A dan tujuh (70%) termasuk dalam Grup B,
tidak ada perbedaan dari sudut pandang statistik. Komplikasi yang
dialami neonatus di Grup A adalah sepsis titik awal abdomen pada dua
kasus, hipertensi pada dua bayi baru lahir lainnya; neonatus dengan
Omphalocele menunjukkan seroma pada luka bedah, perkembangan
pneumotoraks kanan lainnya setelah mengambil jalur vena sentral;
dalam satu kasus bukti klinis enterokolitis nekrotikans dibuktikan dan
dalam kasus lain neonatus menunjukkan tanda klinis neurosifilis.
Komplikasi kelompok B adalah SCA pada dua neonatus, sepsis titik
awal abdomen pada dua bayi baru lahir, perforasi usus pada satu
kasus; Pneumonia bilateral pada neonatus dan enterokolitis
nekrotikans dibuktikan pada bayi baru lahir.
6. Pembahasan
23
filtrasi glomerulus; Hipoperfusi hati serta penurunan aliran arteri
mesenterika yang mengakibatkan iskemia mukosa usus, asidosis lokal
dan translokasi bakteri yang dapat menyebabkan syok septik [26]. Ini
tampaknya menjadi keuntungan besar dari penggunaan Tambalan Tali
Pusar pada bayi baru lahir ini di mana perawatan pembedahan telah
ditunda.
24
kulit. Pada tahun 1974, Samii dan Jafroudi menggunakan tambalan tali
pusat untuk menutup defek aponeurotik dengan diameter 2 sentimeter
pada bayi baru lahir dengan GQ. Penutupan ini berhasil dan pasien
memiliki sekuel pembentukan hernia yang diperbaiki bertahun-tahun
kemudian. Penulis lain di tahun 90-an dan pada dekade pertama abad ke-
21 menggunakan tambalan tali pusat dengan sukses dalam perbaikan GQ
dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, mendekati 100% dan
komplikasi yang lebih sedikit terkait dengan peningkatan PIA; Namun,
pembentukan hernia ventral memang memiliki insiden tinggi pada
neonatus ini [22,31]. Hernández et al melaporkan dua kasus neonatus
dengan GQ di mana mereka menutup defek dengan Umbilical Cord Patch,
diperkuat dengan jaring polipropilen yang dipasang pada aponeurosis dan
ditutup oleh kulit, dengan hasil yang baik. Dalam seri kami, ada bukti
hernia ventral pada semua bayi yang diobati dengan teknik ini enam bulan
setelah kontrol pasca operasi.
7. Simpulan
Dalam penelitian kami, hanya dua neonatus dengan GQ
meninggal yang dirawat dengan Tambalan Tali Pusar. Yang pertama
adalah HIV (+) dan VDRL (+) menyajikan tanda-tanda klinis
Neurosifilis, dan meninggal pada hari keenam usia (4 th hari pasca
25
operasi). Bayi baru lahir kedua yang meninggal yang dirawat dengan
teknik ini, terjadi pada usia 16 hari (14 th hari pasca operasi) dan karena
sepsis sekunder akibat pneumonia apikal kanan. Semua neonatus
dengan Omphalocele yang dirawat dengan prosedur ini selamat. Hanya
satu dari mereka yang menunjukkan seroma dan dehiscence parsial
pada luka, yang ditutup dengan niat kedua.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastroskisis dan Omphalocele adalah cacat lahir yang paling sering dan
penting pada dinding perut pada periode bayi baru lahir. Di negara kami, kami
membuang beberapa rumah sakit dengan infrastruktur yang diperlukan untuk
merawat bayi-bayi ini. Banyak dari mereka harus menunggu waktu yang berharga
untuk dioperasi sementara institusi tempat mereka akan dipindahkan berada,
meningkatkan risiko Sindrom Kompartemen Perut dan sepsis.
B. Saran
26
gastronichis Dan omphalokel disertai dengan komplikasi. Perawat juga harus berperan
sebagai pendidik dalam melakukan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi yang
akan berguna jika dilakukan sesuai program. Selain itu perawat juga harus mampu
memberikan edukasi atau pengetahuan pada orang tua mengenai penyakit pertussis
secara jelas dan lengkap terutama mengenai manifestasi, pencegahan, dan
penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
28
29