Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS GASTROSCHISIS DAN OMFALOKEL

DISUSUN OLEH:

WIDIARTI (201902030090)

B / semester 4

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan
hidayahnya lah kami dapat dapat menyelesaikan makalah konsep dasar patofisiologi dan
asuhan keperawatan pada kasus dengan penyakit gastroschisis dan omfalokel . Makalah ini
saya susun menggunakan sumber dari buku ataupun referensi dari situs internet dan jurnal.
Makalah ini sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Anak yang pada semester
ini kami pelajari. Makalah ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh karenanya kami
mengharap kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini. Karena sesungguhnya
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Pekalongan , april 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. .i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................... 5


B. Tujuan Penulisan.............................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian gastronichis dan ompalokel............................................ 6
B. Etiologi gastronichis dan omphalokel......................................... 6
C. Patofisiologis gastronichis dan omphalokel................................ 7
D. Manifestasi klinis/tanda gejala gastronichis dan omphalokel... 8
E. Pemeriksaan Penunjang gastronichis dan omphalokel .............. 9
F. Penatalaksanaan gastronichis dan omphalokel.......................... 9
G. Komplikasi gastronichis dan ompalokel..................................... 12
H. Pengkajian Fokus gastronichis dan omphalokel......................... 13
I. Fokus Intervensi gastronichis dan omphalokel........................... 14
J. Pathway gastronichis dan omphalokel ....................................... 15
BAB III RESUM JURNAL
1. Judul ............................................................................................... 16
2. Penulis ............................................................................................. 16
3. Pendahuluan .................................................................................. 17
4. Metode............................................................................................. 19
5. Hasil ................................................................................................ 21
6. Pembahasan ..................................................................................... 22
7. Simpulan ......................................................................................... 24

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 26
B. Saran .............................................................................................. 26

3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastrosnichis merupakan defek kongenital yang terjadi pada diding abdomen


janin. Pada gastroschisis , visera dinding abdomen tidak tertutup sehingga usus,
lambung dan terkadang organ perut lainnya seperti ovarium, kandung kemih dan hati
keluar memlalui defek tersebut. Pada keadaan normal, usia kehamilan 6 minggu , usus
bayi berada diluar abdomen , dan ketika usia kehamilan mencapai 10 minggu usus
akan masuk ke dalam abdomen dan dinding abdomen menutup .

Etiologi gastroschisis adalah gangguan yang terjadi pada arteri omfa lkanan ,
yang menyebabkan terjadinya iskemik pada dinding perut anterior, sehingga struktur
perut tersebut mengalami herniasi yang dapatmengakibatkan pecahnya dinding perut
anterior. Oleh karena itu , karakteristik dari penyakit ini adalah adanya organ perut
janin yang keluar mengambang di cairan ketuban.

Kejadian gastroschis didunia berkisar antara 4-5 per 10.000 kelahiran hidup
dan lebih sering terjadi pada bayi prematur, bayi berat lahir rendah dan bayi
perempuan.pada kasus yang sangat langka, dapat terjadi defek dinding abomen yang
menutup sempurna disekitar daerah evirasi sehinggga mengakibatkan gastroschisi
tertutup, namun abgka kejadian hanya 6 % dari semua kasus gastroschisis. Di
indonesia belom jelas angka kejadian gastroschiis namun indonesia merupakan negara
resiko tinggi karena terdapat faktor risiko penyebab gastroschisis yaitu kehamilan
pada usia muda, paritas tinggi, dan kekurangan asupan gizi pada ibu hamil.

Kelainan kongenital atau bawaan adalalah kelainan struktural dan fungsional


yang sudah ada sejak seseorang dilahirkan. Keadaan ini menjadi masalah kesehatan
yang signifikan di seluruh dunia, karena dapat menyebabkan kecacatan hingga

4
kematian . World health organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat sebanyak
303 ribu bayi yang mati sebelum usia empat minggu setiap tahunnya di seluruh dunia
akinbat kelainan kongenital ( WHO,2016)

Omfalokel merupakan salah satu kelainan kongenital dimana terdapat defek


pada dinding abdomen. Penyakit ini pertama kali dideskripsikan pada abad ke 16 oleh
abrose pare, walaupun laporan bayi yang lahir dengan defek didnding abdomen telah
dilaporkan sebelumnya oleh Aulus Cornelius Celcus pada abad pertama.omfalokel
adalah defek besar yang ditutupi oleh membran amniotik yang membungkus organ-
organ abdomen (Klein, 2012)

Kejadian omfalokel diperkirakan sebesar 4 per 1.000 hingga 7 per 1.000


kelahiran hidup setiap tahunnya di seluruh dunia. Sebanyak 50% hingga 70% kasus
penyakit ini terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan seperti sindrom Beck –
Wienderman . serta 30% kasus memiliki kelainan kromosom yaitu trisomi 13,18, dan
21 (Askapour et.al 2012 ; Kliegman et.al 2019)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami mengenai konsep dasar tentang Gastronichis dan
Omfalokel pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian gastroschisis dan
omfalokel
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi, patofisiologis, manifestasi klinis /
tanda gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi,
pengkajian fokus, fokus intervensi, dan pathway tentang gastroschisis dan
omfalokel.

5
BAB II

KONSEP TEORI GASTROSCHISIS DAN OMFALOKEL

A. Pengertian / Definisi
a. Pengertian gastronichis

Gastroschisis adalah suatu herniasi pada isi usus dalam fetus yang terjadi pada
umblical cord. Organ viscera posisinya duluar abdomen saat lahir.

Pada gastroschisis , visera dinding abdomen tidak tertutup sehingga usus, lambung
dan terkadang organ perut lainnya seperti ovarium, kandung kemih dan hati keluar memlalui
defek tersebut. Pada keadaan normal, usia kehamilan 6 minggu , usus bayi berada diluar
abdomen , dan ketika usia kehamilan mencapai 10 minggu usus akan masuk ke dalam
abdomen dan dinding abdomen menutup .

b. Pengertian omfalokel

Omfalokel adalah penonjolan usus atau isi perut lainnya melalui akar pusat yang
hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi
pada 1 dan 500 kehamilan. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang transparan
(tembus padang). Eksomfalus atau omfalokel adalah suatu deteksi yang menyebabkan usus
atau organ fisera lain menonjol keluar melalui umblicuc. Sering kali, bayi yang menderita

6
deteksi ini mengalami Abnormarlitas lain, sepeti cacat jantung, yang menjadi kontraindikasi
pembedahan pada periode nenatus awal .

B. Etiologi / penyebab

a. Etiologi gastronichis

Etiologi gastroschisis adalah gangguan yang terjadi pada arteri omfa lkanan ,
yang menyebabkan terjadinya iskemik pada dinding perut anterior, sehingga struktur perut
tersebut mengalami herniasi yang dapatmengakibatkan pecahnya dinding perut anterior. Oleh
karena itu , karakteristik dari penyakit ini adalah adanya organ perut janin yang keluar
mengambang di cairan ketuban.

b. Etiologi omfalokel

Omfalokel disebabkan oleh kegagalan otot dalam kembali ke rongga abdomen


pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini
dapat terlihat dengan adanya prostusi (sembilan ) dari kantong yang berisi usus dan visera
abdomen melalui deteksi dinding abdomen pada umblicus (umblicus terlihat menonjol keluar
). Angka kemtian kelianan ini cukup tinggi jika omfalokel besar karena kantong pecah dan
terjadi infeksi.

Pada 25-40 % bayi yang menderita omfalokel . kelaiannan ini disertai oleh
kelainan bawaan, seperti kelaianan kromossom , hernia diafragmatika, dan kelainan jantung.

C. Patofisiologi

a. Patofisiologi Gastronichis

selama perkembanagn embrio , ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi ususpada salah satu
samping umblicitus ( yang biasanya pada samping kanan ) ini menyebabkan organ viscera
abdomen keluar dan kapasitas abdomen tidak tertutup oleh kantong.

7
Terjadi malrotasi dan menurunnya kpasitas abdomen yang dianggap sebagai anomali.
Gastroschisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding abdomen
sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.

Letak defek pada umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
Usussebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus menjadi
tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine
.usus juga tampak pendek rongga abdomen janin sempit.

Usus-usus , visera dan seluruh prmukaan rongga abdomen berhubungan dengan dunia
luar menyebabkan penguapan dan pencairan panas dan tubuh cepat berlangsung, sehingga
terjadi dehidrasidan hiportertemi , kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan
menyebabkan sepsis, aerofagi menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi
pemasukan intestin ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.

b. Pantofisiologi Omfalokel
Patofisiologi dari omfalokel , diataraanya adalah sebagai berikut :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding
abdomen semasa embrio. Hal ini menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu
samping umblicus ( yang biasanya pada samping kanan ). Ini menyebabkan organ
visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang diangggap sebagai
anomali.
3. Gastroschisis terbentuk akibat kegagalan fusi semite dalam pembentukan dinding
abdomen , sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya di sebelah kanan umblicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus
menjadi tebal dan kaku kareana pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam
kehidupan intraunterine . usus juga tampak pendek, rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera, dan seluruh permukaan abdomen berhubungan dengan dunia luar
menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung , sehingga
terjadi dehidrasi dan hiportemi. Kontaminsi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan
menyebabkan sepsis, Aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga persuli
koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.

8
7. Embriogenesis . pada janin usia 5-6 minggu , isi abdomen terletak di lar embrio di
rongga selom. Pada usisa 10 minggu , terjadi perkembngan lumen abdomen sehingga
usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongg perut. Jika proses ini terhambat maka
akan terjadi kantong di pangkal imbilikus yang berisi usus, lambung, terkadang hati.
Dingdinnya tipis ,terdiri atas lapisa peritoneum dan lapisan amnion, yang keduannya
bening. Sehingga, isi kantong tengah tampak dari luar, dn keadaan ini disebut
omfalokel. Apabila usuus keluar dari titik terlemah di kanan umblicus maka usus
aakan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritorium dn amnion, dan keadaa
ini disebut gastronichis.

D. Manifestasi Klinik/ Tanda gejala


a. Manifestasi klinis Gastronichis
1. Isi usus yang keluar
2. Penonjolan pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasounds

b. Manifestasi klinis omfalokel


1. Ada lubang pada pusar bayi
2. Usus yang berada di luar perut tertutup oleh kantung atau lapisan pelindung.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang gastronichis
1. Pemeriksaan fisik
2. Prenatal , periatal daan saat bayi lahir. Bayi dengan diagnosis gastroschisis harus
lahir di rumah sakit yang memiliki fasilita NICU dan Bedah Pediatrik.
b. Pemeriksaan penunjang omfalokel
Bila terdeteksi adanya omfalokel , akan dilakukan serangkaian pemeriksaan
pada janin , seperti fetal echo, yaitu USG untuk melihat fungsi dan gambaran
jantung pada janin, USG untuk melihat ginjal, dan pemeriksaan genetik untuk
mengetahui abnormalits genetik .

F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanan Gatronichis

9
Penatalaksanaan gastroschisis terdiri dari penatalaksanaan saat prenatal,
perinatal, dan saat bayi lahir. Bayi dengan diagnosis gastroschisis harus lahir di rumah
sakit yang memiliki fasilitas NICU dan bedah pediatrik. Tujuan penatalaksanaan awal
saat melakukan resusitasi adalah untuk mencegah hilangnya cairan dan kondisi
hipotermi akibat organ yang mengalami herniasi, selanjutnya adalah menutup defek
dinding abdomen dengan tindakan operasi.

Penatalaksanaan Prenatal

Saat gastroschisis sudah dapat teridentifikasi pada saat masa kehamilan, maka
penatalaksanaan gastroschisis mencakup hal konseling prenatal kepada orang tua dan
terapi terhadap janin. Beberapa pendekatan terapi telah diupayakan untuk
memodifikasi lingkungan intrauterin sehingga janin tetap berada dalam kondisi
optimal, terutama saluran pencernaannya. Beberapa pendekatan terapi yang dapat
dilakukan adalah amnioinfusion, intra-amniotic furosemide diuresis, dan amniotic
fluid exchange. Terapi tersebut memberikan efek dilusi sehingga dapat menurunkan
reaksi peradangan yang terjadi dan mengurangi efek oligohidramnion yang sering
terjadi pada kasus gastroschisis. Namun, pilihan ini belum dijadikan standar terapi
pada kasus gastroschisis.

b. Penatalaksanaan Omfalokel

Penatalaksanaan pada omfalokel terbagi menjadi beberapa tahap, hal ini dikarenakan
kondisi ini biasanya sudah diketahui sebelum bayi lahir, sehingga penatalaksanaan yang
diberikan sifatnya bertahap, yakni dapat dimulai sejak asuhan perinatal, kemudian pada saat
kelahiran yakni resusitasi dan manajemen neonates, hingga tindakan operatif.

1. Asuhan Perinatal

Asuhan perinatal yang dapat diperhatikan pada kasus bayi dengan omfalokel adalah
pemilihan metode persalinan pada bayi. Jenis metode persalinan yang lebih dianjurkan
(apakah sectio caesar atau persalinan pervaginam) hingga saat ini tidak ada. Hanya saja

10
tindakan sectio caesar lebih disarankan apabila ukuran omfalokel cukup besar, karena
berisiko terjadi trauma pada hepar atau robeknya kantung omfalokel jika persalinan
dilakukan pervaginam.

2. Resusitasi dan Manajemen Neonatus

Resusitasi neonatus berupa ABC (airway breathing circulation) segera dilakukan


setelah bayi dilahirkan. Karena defek pada omfalokel diselubungi oleh kantung, maka
gangguan suhu tubuh dan evaporasi cairan seperti pada bayi dengan gastroskisis jarang
ditemukan. Defek omfalokel dapat ditutup dengan kassa yang sudah direndam cairan salin
normal yang dihangatkan.
Apabila kantung pada omfalokel robek, maka penatalaksanaan akan sama seperti pada bayi
dengan gastroskisis. Yaitu, saat bayi dilahirkan, bayi harus dibersihkan dan berada dalam
keadaan kering dan hangat. Akses intravena untuk dilakukan resusitasi cairan dan pemberian
antibiotik profilaksis sudah harus dipersiapkan dan diberikan. Tindakan berikutnya yakni
melakukan dekompresi gaster apabila terdapat distensi saluran cerna. Selanjutnya, apabila
bayi sudah dalam kondisi stabil, bagian organ intraabdominal yang terpapar dengan
lingkungan luar dapat ditutup dengan kassa yang sudah direndam cairan salin normal hangat.
Kassa tersebut diletakkan pada sisi tengah dinding abdomen, kemudian bayi diposisikan tidur
menghadap ke arah kanan pengusutan mesenteri. Lalu, organ yang sudah ditutup, dibungkus
dengan plastik.

3. Pembedahan

Tujuan utama dilakukannya tindakan pembedahan atau operatif adalah


mengembalikan organ intraabdomen ke dalam rongga abdomen untuk mengurangi risiko
kerusakan visera akibat trauma langsung atau peningkatan tekanan intraabdominal. Pilihan
yang dapat dipertimbangkan yakni penutupan primer rongga abdomen atau penutupan secara
bertahap.

Apabila ukuran defek kecil, eksisi atau inversi dari defek dengan
penutupan fascia dan kulit dapat dengan mudah dilakukan. Namun, apabila defek berukuran
> 5 cm, maka reduksi secara berkala menggunakan silo dapat dipertimbangkan. Cara
melakukannya adalah 1-2 kali sehari dengan memendekkan silo dengan ligasi bertahap.

11
Cara lain yang dapat dilakukan yakni Escharotic Therapy. Terapi ini melalui cara
epitelisasi gradual dari kantung omfalokel. Terapi ini lebih sering digunakan pada bayi
prematur dengan hipoplasia paru, penyakit jantung bawaan , dan anomali penyerta lain.
Terapi ini menggunakan silver sulfadiazineyang diberikan secara topikal di atas kantung
omfalokel. Setelah dioleskan, maka proses sikasitrasi akan mulai terjadi. Kemudian, silver
sulfadiazine akan diganti menjadi fiber sintetik yang fungsinya untuk mempertahankan
kantung supaya tetap dalam keadaan kering selama proses epitelisasi berlangsung. Escharotic
Therapydapat memakan waktu hingga berbulan-bulan.

Pada saat epitelisasi selesai, terapi dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni
tindakan operasi. Selain silver sulfadiazine zat lain yang juga dapat digunakan
yakni mercurochrome, povidone iodine, alkohol, silver nitrate, gentian violet, dan aqueous
eosin.

4. Terapi Suportif
Terapi suportif mulai diberikan apabila penutupan primer pada pasien omfalokel telah
dilakukan. Sebagian besar bayi memerlukan ventilasi mekanik selama beberapa hari,
sehingga perlu di rawat di Neonatal Intensive Care Unit  (NICU). Saat itulah, edema pada
dinding abdomen dan usus akan mulai berkurang dan tekanan intraabdominal akan
menurun. Selang nasogastrik tetap diperlukan untuk dekompresi gaster. Pemberian makanan
dapat segera dilakukan apabila nasogastric output tidak lagi bilious (kehijauan), dengan
volume minimal, dan fungsi usus sudah kembali normal.

G. Komplikasi

a. Komplikasi Gastronichis
Komplikasi pada gastronichis hampir sama dengan penyakit omphalokel

b. Komplikasi omphalokel
1. Keterlambatan tumbuh kembang
2. Kesulitan makan dan bernapas
3. Infeksi akibat pecahnya selaput pelindung organ

12
4. Kematian jaringan pada organ yang keluar dari pusar akibat kekurangan
pasokan darah.

H. Pengkajian Fokus

Pengkajian pada gastronichis dan omphalokel :

1. Data demografi (nama pasien, tanggal lahir , alamat, tanggal masuk RS,jenis
kelamin, agama, pekerjaan , no register, dan lain-lain )
2. Mengkaji kondisi abdomen
3. Menggukur temperatur tubuh
4. Kaji sirkulasi
5. Kaji distress pernapasan.

I. Fokus Intervensi

Fokus intervensi gastronichis dan omphalokel

1. Tidak efektif termogulator dengan imatur mekanisme termogulator dan hilangnya


intestin yang keluar
Tujuan :
Mempertahankan suhu tubuh pada bayi
Intervensi :
a. Bayi akan menunjukan suhu tubuh dalam batas normal
b. Kaji temperatur suhu secara konstan dengan menggunakan alat khusus jika
ada ( probe skin : yang langsung menempel kulit )
c. Tempatkan bayi diruangan yang hangat setelah lahir
d. Hindari udara yang langsung masuk ke ruangan perawatan
e. Kaji adanya bercak atau bintik-bintik pada kulit
f. Kaji status pernapasan

2. Risiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar


Tujuan :
Mencegah infeksi pada bayi
Intervensi :

13
a. Bayi tidak mengalami infeksi
b. Monitor suhu tubuh secara ketat
c. Minimalkan pergerakan bayi dan pegangan pada intestin.
d. Tutup segera dengan alat hangat , lembab ( normal saline, kasa steril, dan
tutup menggunakan plastik untuk menjaga kelembaban dan hangat )

3. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan meningkatnya tekanan intra


abdomen karena isi usus kembali ke kapasitas peritoneal.
Tujuan :
Bayi akan menunjukkan status pernapasan dalam batas normal
Intervensi :
a. Mempertahankan pola napas efektif
b. Kaji status pernapasan secara kontinu
c. Kaji adanya distress pernpasan
d. Support ventilasi jika diperlukan

4. Risiko kurangya volume cairan berhubungan dengan status dipuasakan sekunder


pre operasi dan adanya ileus
Tujuan :
Bayi akan menunjukan status hidrasi dan malnutrisi dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji membran mukosa dan adekuat turgor kulit
b. Monitor intake dan output
c. Timbang berat badan
d. Monitor elektrolit
e. Pertahankan Iv terapi bila masih dipuasakan
f. Pertahankan NGt untuk dekompresi
g. Monitor tanda- tanda ileus dengan memeriksa bissing usus, biasanya ada 2 4
minggu setelah operasi

5. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan kondisi neonatus dan prosedur
pembedahan

Tujuan :

14
Orangtua / keluaraga akan mengekspresikan perasaan dan aktif berpartisipasi
dalam perawatan bayi

Intervensi :

a. Kaji mekanisme koping keluarga


b. Ajarkan orangtua berpartisipasi dalam perawatan bayi
c. Intruksikan pada keluarga pentingnya sentuhan, bercakap, dan pegangan pada
bayi (bukan pada defek )
d. Kaji bonding keluarga dengan bayi dan anjurkan untuk interaksi dengan sering

J. PATHWAY

Gangguan pembentukan cincin umblikus dan rusaknya meso

Ketidak lengkapnya penutupan dinding


15

Keluarnya organ visera dari Rongga


BAB III

BAB lll
RESUM JURNAL PENELITIAN

16
1. Judul
Umbilical Cord patch Konvensional Versus Primer
Penutupan di Gastroskisis dan omfalokel.

2. Penulis
Alejandro José Hernández Rivero, Central University of
Venezuela, Caracas, Venezuela

3. Pendahuluan

Gastroschisis (GQ) adalah cacat bawaan pada dinding perut yang


ditandai dengan terpaparnya loop usus yang menonjol melalui defek yang
terletak di sebelah kanan penyisipan normal tali pusat . Omphalocele
merupakan kelainan kongenital dimana terdapat cacat pada dinding perut
dimana usus tertutup oleh membran atau kantung, dimana tali pusar
muncul Insiden GQ meningkat dalam 30 tahun terakhir. Menurut
Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan
Terkait, revisi ke-10 (ICD-10), antara 1980 dan 1990 diperkirakan 1 per
10.000 kelahiran hidup. Saat ini diperkirakan 3 sampai 7 per 10.000
kelahiran hidup dan dengan usia rata-rata ibu di bawah 20 tahun . Insiden
Omphalocele diperkirakan antara 1,5 dan 3 per 10.000 kelahiran hidup
dan hubungannya dengan anomali lain sangat tinggi .Baanyak hipotesis
telah diajukan untuk menjelaskan pembentukan GQ, dari kesalahan
dalam diferensiasiembrionik

Mesenkim, pecahnya membran ketuban di dasar tali pusat ,


involusi abnormal vena umbilikalis kanan ,gangguan arteri vitelline kanan
dan yang terbaru dirumuskan oleh Stevenson pada tahun 2009, yang
menyatakan bahwa GQ disebabkan oleh kegagalan kantung dan saluran
kuning telur, serta pembuluh kuning telur, untuk awalnya bergabung
dengan allantois dan kemudian ke batang tubuh . Pembentukan omfalokel
dapat menjadi hasil dari penutupan lipatan lateral embrio yang tidak
lengkap selama minggu keempat kehamilan, akibat cacat dalam
perkembangan mesoderm pada tingkat kantung kuning telur, yang
membuat sebagian besar organ perut tetap berada di luar embrio di dalam

17
kantung transparan yang dibentuk oleh amnion, peritoneum parietal dan
jelly Wharton .

Di GQ dan di Omphalocele yang pecah, usus terpengaruh karena


bebas di rongga ketuban. Ada keterlibatan dinding, ditandai dengan
jumlah fibrin yang berlebihan tanpa bukti iskemia atau nekrosis. Jaringan
otot adalah

diserang oleh kolagen. Dalam kasus yang sangat parah terdapat


endapan kalsium di serosa. Tidak adanya lesi secara histologis pada
tingkat pleksus mienterika dan sel ganglion mengarah pada kesimpulan
bahwa akumulasi kolagen dan fibrin yang abnormal ini menyebabkan
gangguan motilitas yang diamati pada pasien ini. Ada bukti yang
menunjukkan bahwa lama paparan usus terhadap cairan ketuban
sebanding dengan derajat kerusakannya. Studi pada hewan menunjukkan
bahwa koreksi prenatal dari defek membalikkan perubahan yang
dihasilkan .

Diagnosis prenatal dari defek dinding abdomen ini didasarkan


pada penentuan kadar alfa-fetoprotein serum dalam serum ibu antara usia
kehamilan 16 dan 18 minggu , serta temuan ekonografik karakteristik dari
kedua GQ (herniated loops). di sebelah kanan tali pusat dan mengambang
bebas di cairan ketuban tanpa selaput di sekitarnya, tali pusat dimasukkan
di tepi kiri cacat); seperti Omphalocele (massa di garis tengah yang
mengganggu penyisipan tali pusat, tidak adanya otot anterior dinding,
vena pusar sentral yang menyertai defek hernia) . Diameter usus
dibandingkan dengan usia kehamilan merupakan alat yang berguna untuk
menyimpulkan kerusakan usus. Diameter yang lebih besar dari 10 mm
antara minggu ke 28 dan 32 sangat dapat memprediksi kerusakan usus .

Kelangsungan hidup pasien dengan GQ adalah sekitar 90%,


dengan mortalitas keseluruhan lebih rendah dari 8% terutama karena
sepsis, sedangkan di Omphalocele angka kelahiran mati diperkirakan
sebesar 42,1%, dan total kematian ditemukan sekitar 68,4% .

Dua metode perbaikan yang paling banyak digunakan di kedua

18
patologi adalah Penutupan Primer dan Penutupan Ditunda setelah
penempatan silo [16]. Penutupan Primer adalah reduksi usus yang
dikeluarkan ke rongga perut, dengan sintesis fasia dan kulit. Penutupan
yang ditangguhkan terdiri dari penjahitan sekantong silastik (Silo) di
sekitar tepi defek dinding abdomen dan dengan cara pelapisan progresif
yang sama, memasukkan isi ekstra abdomen ke rongga untuk mencapai
penutupan fasia dan kulit dalam waktu operasi kedua.

Pada tahun 2007 Svetliza menjelaskan Penutupan Utama GQ


menggunakan prinsip Exit Simile (perawatan intrapartum ex utero), di
mana pengurangan intrapartum dari hernia visera dilakukan, dengan hasil
yang sangat menggembirakan sehubungan dengan kelangsungan hidup
bayi baru lahir ini .

Tali pusat adalah struktur yang menghubungkan embrio atau janin


ke plasenta dan terdiri dari dua arteri dan vena berbentuk heliks atau
spiral. Gelatin Wharton adalah zat agar-agar yang mengelilingi tali pusat
dan memiliki fungsi pelindung terkait dengan pembuluh darah pusar. Ini
mengandung prostaglandin dan tingkat proliferasi dan diferensiasi yang
tinggi. Ada aktivitas telomerase yang bertanggung jawab untuk sintesis
cepat dari komponen matriks ekstraseluler yang mencapai produksi dan
regenerasi sel .

Penggunaan tali pusat dalam perbaikan cacat dinding perut sudah


dikenal sejak akhir abad ke-20. Pada tahun 1974, perbaikan memuaskan
pertama dilaporkan pada bayi baru lahir dengan GQ .

Meskipun tali pusat dikaitkan dengan reaksi inflamasi yang rendah,


insidensi dehiscence dinding yang rendah, penyembuhan luka bedah yang
lebih baik dan persentase komplikasi yang lebih rendah terkait dengan
peningkatan tekanan intra abdominal (IAP); pembentukan hernia ventral
dilaporkan . Beberapa penulis memodifikasi teknik ini dengan
memperkuat tambalan tali pusat dengan menutupinya dengan jaring
polipropilen . Ionescu dkk. menjelaskan keuntungan lain dari Patch Tali
Pusar dalam pengobatan GQ. Dengan cara ini, permukaan mesothelial
dibuat bersentuhan dengan usus kecil, yang menurunkan laju infeksi, dan

19
dengan melepaskan ketegangan yang menyiratkan penutupan primer
aponeurosis, risiko peningkatan PIA berkurang secara signifikan dan
dengan itu perkembangan Abdominal Compartment Syndrome (SCA).

GQ dan Omphalocele yang rusak telah mewakili masalah medis-


bedah yang berbeda yang berasal dari peradangan dan penebalan loop.
Penonjolan usus dan meso melalui lubang, pada saat ia mulai memperoleh
kandungan dan kapasitas penggerak yang lebih besar, menyebabkan
situasi disproporsi antara volume viseral dan kapasitas perut. Dengan
demikian, pengurangan visera yang meradang dapat mencegah penutupan
primer dari dinding perut. Jika hal ini tercapai, ada risiko menghasilkan
ACS yang mengganggu aliran ginjal dan perfusi usus yang memadai.
Sebagian besar bayi baru lahir harus menunggu waktu yang berharga
untuk dapat dioperasi sementara di institusi tempat mereka akan diterima
berada. Justru selama ini terjadi reaksi inflamasi yang lebih besar pada
usus, yang menghalangi penutupan primer defek dinding perut, dan ada
peningkatan risiko ACS. Itulah mengapa bayi baru lahir ini dapat
memperoleh manfaat dari penggunaan Tambal Tali Pusar karena teknik ini
memiliki persentase komplikasi yang rendah dan tingkat kelangsungan
hidup yang tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prosedur


pembedahan Umbilical Cord Patch versus Penutupan Primer dinding perut
pada pasien dengan GQ dan Omphalocele yang dirawat di Unit Bedah
Neonatal dari Layanan Bedah Pediatrik Rumah Sakit Universitas Caracas,
pada periode tersebut. termasuk antara 2013 dan 2015.

4. Metode
Dengan otorisasi sebelumnya dari Komite Etik lembaga serta
penandatanganan informed consent, uji klinis prospektif terkontrol
dilakukan. Kami memasukkan neonatus dengan GQ dan Omphalocele
yang lahir di Rumah Sakit Universitas Caracas (HUC) atau di rumah
sakit lain di negara tersebut dan yang dirujuk. Kami mengecualikan
neonatus dengan GQ dan Omphalocele yang menjalani penutupan

20
perut dalam dua periode (pasien dengan silo atau dengan sistem paket
vakum), yang memiliki malformasi parah lainnya yang didiagnosis
pada periode prenatal; dan bayi baru lahir dengan GQ yang dirawat
dengan prosedur Simil-Exit.
Sampel dari 20 pasien dibagi menjadi dua kelompok: Grup A, yang
dibentuk oleh neonatus yang menjalani pengobatan operasi GQ atau
Omphalocele menggunakan Patch Tali Pusar; dan Grup B, dibentuk
oleh neonatus yang menjalani pengobatan operatif GQ atau
Omphalocele melalui Penutupan Primer konvensional pada dinding
perut.
Teknik bedah yang digunakan pada 10 pasien sesuai dengan kelompok
A (7 GQ dan 3 Omphaloceles) adalah sebagai berikut: Di bawah
anestesi umum setelah pengukuran antisepsis, enterotaksia usus
dilakukan dengan pengurangan organ ke rongga perut. Kemudian,
pada pasien dengan GQ, kami melanjutkan ke diseksi ditambah reseksi
elemen batang tali pusat dan pembuatan Wharton Gelatin Patch,
mempertahankan kontinuitasnya dengan aponeurosis di sisi kiri defek
(Gambar 1). Selanjutnya, patch dipasang ke aponeurosis dengan
Vicryl® 3/0 di jahitan kontinyu, menutupi defek dinding

Kelompok lain yang terdiri dari 10 bayi baru lahir (7 GQ dan


3 Omphaloceles) menjalani penutupan primer dinding perut (Grup
B). Di bawah anestesi umum setelah tindakan antiseptik, enterotaksia
dilakukan dengan reduksi organ selanjutnya ke rongga perut dan
sintesis aponeurosis dengan Vicryl® 3/0 dan kulit dengan PDS® 4/0.

Semua bayi baru lahir dipindahkan ke Unit Bedah Neonatal,


dan setelah mereka distabilkan di servo, pengukuran IAP tidak
langsung dilakukan melalui kateter kandung kemih. Kedua kelompok
menerima terapi antibiotik intravena dan nutrisi parenteral total pada
periode pasca operasi, dengan dimulainya toleransi jalur oral ketika
perbaikan klinis dan radiologis terbukti.

Data berikut dilaporkan: kontrol prenatal, diagnosis prenatal

21
GQ (dalam minggu), usia kehamilan (dalam minggu), masa hidup
pasien pada saat operasi (dalam jam), malformasi terkait, IAP, waktu
rawat inap, inisiasi oral. rute, komplikasi dan kelangsungan hidup.

5. Hasil
Kami menganalisis 20 bayi baru lahir yang didiagnosis
dengan GQ atau Omphalocele yang dirawat di Unit Bedah Neonatal
Rumah Sakit Universitas Caracas, yang dibagi menjadi 2 kelompok.

Dari total sampel, 14 bayi baru lahir memiliki diagnosis GQ dan


enam menunjukkan Omphalocele. Delapan dari sepuluh pasien di
Grup A dirujuk ke pusat kami dari rumah sakit lain di daerah
Metropolitan Caracas, sementara tujuh dari sepuluh pasien di Grup B,
demikian pula, datang rujukan dari pusat-pusat lain.
Variabel seperti usia ibu, usia kehamilan, kontrol prenatal dan berat
lahir menunjukkan rata-rata yang sama pada kedua kelompok.
Sehubungan dengan malformasi terkait yang didiagnosis pada periode
neonatal, hanya dua pasien di Grup A yang mengalami gangguan.
Satu menunjukkan Kaki Equine Kanan dan satu lagi didiagnosis
dengan Foramen Oval Permeable. Sedangkan di Grup B, tiga pasien
terdeteksi Foramen Oval Permeable dan satu Fungsional Stenosis
Cabang Kiri Arteri Pulmonalis.
Delapan neonatus dari Grup A mendapatkan ventilasi mekanis segera
setelah operasi, sedangkan di Grup B hanya tujuh bayi baru lahir yang
memiliki indikasi untuk itu. PIA dan permulaan jalur oral pada
periode pasca operasi menunjukkan statistik

perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (P <0,05).


Baik waktu rata-rata untuk melakukan prosedur pembedahan setelah
lahir, lama pembedahan, rata-rata waktu rawat inap dan persentase
komplikasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara

22
statistik antara kedua kelompok. Dari total 20 bayi baru lahir dalam
penelitian ini, 15 mengalami komplikasi. Delapan neonatus (80%)
termasuk dalam Grup A dan tujuh (70%) termasuk dalam Grup B,
tidak ada perbedaan dari sudut pandang statistik. Komplikasi yang
dialami neonatus di Grup A adalah sepsis titik awal abdomen pada dua
kasus, hipertensi pada dua bayi baru lahir lainnya; neonatus dengan
Omphalocele menunjukkan seroma pada luka bedah, perkembangan
pneumotoraks kanan lainnya setelah mengambil jalur vena sentral;
dalam satu kasus bukti klinis enterokolitis nekrotikans dibuktikan dan
dalam kasus lain neonatus menunjukkan tanda klinis neurosifilis.
Komplikasi kelompok B adalah SCA pada dua neonatus, sepsis titik
awal abdomen pada dua bayi baru lahir, perforasi usus pada satu
kasus; Pneumonia bilateral pada neonatus dan enterokolitis
nekrotikans dibuktikan pada bayi baru lahir.

6. Pembahasan

GQ dan Omphalocele adalah kelainan bawaan yang paling sering


dan penting pada dinding perut yang mempengaruhi bayi baru lahir, dan
insidensinya, baik di seluruh dunia maupun secara nasional, telah
meningkat selama 20 tahun terakhir. Prognosis pasien ini akan
bergantung pada derajat lesi usus yang dihasilkan pada periode prenatal,
serta pada kondisi yang memadai yang diperlukan untuk penatalaksanaan
pasca operasi pada bayi baru lahir ini. Adalah tepat untuk menegaskan
kedua malformasi ini, bahwa meskipun benar, mereka harus dibawa ke
ruang operasi dalam kondisi terbaik,

Dalam seri kami ada perbedaan yang signifikan secara statistik


antara kedua kelompok sehubungan dengan PIA, dengan rata-rata jauh
lebih rendah di Grup A dibandingkan dengan Grup B. Fakta mencapai
penutupan dinding perut tanpa ketegangan mencegah semua efek yang
dihasilkan. oleh hipertensi intra-abdominal seperti penurunan kepatuhan
paru dengan akibat hipoperfusi paru dan hipoksia; penurunan preload
jantung dan peningkatan post-load, penurunan aliran arteri ginjal dan laju

23
filtrasi glomerulus; Hipoperfusi hati serta penurunan aliran arteri
mesenterika yang mengakibatkan iskemia mukosa usus, asidosis lokal
dan translokasi bakteri yang dapat menyebabkan syok septik [26]. Ini
tampaknya menjadi keuntungan besar dari penggunaan Tambalan Tali
Pusar pada bayi baru lahir ini di mana perawatan pembedahan telah
ditunda.

mengenai waktu rawat inap rata-rata, tidak ada perbedaan yang


signifikan secara statistik antara kedua kelompok. Namun, angka-angka
ini sesuai dengan sebagian besar literatur internasional . Sebuah
penelitian terbaru menunjukkan bahwa waktu rawat inap neonatus ini
dapat dipersingkat jika usia kehamilan meningkat . Itu juga
menyimpulkan bahwa permulaan jalur oral mungkin lebih awal pada
neonatus yang usia kehamilannya di atas 37 minggu. Dalam penelitian
kami, neonatus dari Grup A (11,13 hari) memulai rute oral lebih awal
dibandingkan dengan Grup B (28,5 hari), terdapat perbedaan yang
signifikan secara statistik. Ini bisa menjadi konsekuensi dari fakta bahwa
pasien yang menjalani penutupan dengan membuat patch tali pusat
menunjukkan angka IAP yang lebih rendah dan oleh karena itu tingkat
kerusakan usus dan hipomotilitas rendah pada kelompok ini. Dengan cara
ini awal rute oral dewasa sebelum waktunya disukai. Perlu juga dicatat
bahwa usia kehamilan rata-rata di Grup A lebih besar daripada di Grup B
(36,5 minggu versus 35,8 minggu), hasil ini mendekati pekerjaan yang
disebutkan di atas.

Mengenai komplikasi, tidak ada perbedaan statistik yang


signifikan antara kedua kelompok dalam kaitannya dengan
persentasenya. Sepsis titik awal abdomen adalah komplikasi yang paling
sering terjadi pada kedua kelompok (total 4 neonatus), yang berkorelasi
dengan statistik yang dijelaskan oleh penulis lain

Penggunaan Umbilical Cord Patch pada penutupan dinding


abdomen pada neonatus dengan GQ dan Omphalocele tampaknya
menawarkan keuntungan bagi pasien ini dalam hal kelangsungan hidup,
bila dibandingkan dengan penutupan primer konvensional aponeurosis dan

24
kulit. Pada tahun 1974, Samii dan Jafroudi menggunakan tambalan tali
pusat untuk menutup defek aponeurotik dengan diameter 2 sentimeter
pada bayi baru lahir dengan GQ. Penutupan ini berhasil dan pasien
memiliki sekuel pembentukan hernia yang diperbaiki bertahun-tahun
kemudian. Penulis lain di tahun 90-an dan pada dekade pertama abad ke-
21 menggunakan tambalan tali pusat dengan sukses dalam perbaikan GQ
dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, mendekati 100% dan
komplikasi yang lebih sedikit terkait dengan peningkatan PIA; Namun,
pembentukan hernia ventral memang memiliki insiden tinggi pada
neonatus ini [22,31]. Hernández et al melaporkan dua kasus neonatus
dengan GQ di mana mereka menutup defek dengan Umbilical Cord Patch,
diperkuat dengan jaring polipropilen yang dipasang pada aponeurosis dan
ditutup oleh kulit, dengan hasil yang baik. Dalam seri kami, ada bukti
hernia ventral pada semua bayi yang diobati dengan teknik ini enam bulan
setelah kontrol pasca operasi.

Penulis lain telah menggunakan Patch Tali Pusar untuk penutupan


bertahap dan bertahap dari defek aponeurotik pada bayi baru lahir dengan
GQ yang mirip dengan penggunaan silo. Werbeck dkk. menggunakan
teknik ini pada 17 neonatus dengan kelangsungan hidup 100% dan
persentase komplikasi infeksi yang rendah terkait dengan peningkatan
IAP. Baru-baru ini, Ionescu et al. menggunakan Tambalan Kabel
Umbilical untuk penutupan utama GQ. Dalam rangkaian 12 neonatus
mereka, tujuh dirawat dengan penutupan primer dinding, tiga dengan silo
silastik dan dua menggunakan tambalan tali pusat. Kedua bayi yang baru
lahir ini selamat dan tidak menunjukkan komplikasi infeksi atau jahitan
yang putus.

7. Simpulan
Dalam penelitian kami, hanya dua neonatus dengan GQ
meninggal yang dirawat dengan Tambalan Tali Pusar. Yang pertama
adalah HIV (+) dan VDRL (+) menyajikan tanda-tanda klinis
Neurosifilis, dan meninggal pada hari keenam usia (4 th hari pasca

25
operasi). Bayi baru lahir kedua yang meninggal yang dirawat dengan
teknik ini, terjadi pada usia 16 hari (14 th hari pasca operasi) dan karena
sepsis sekunder akibat pneumonia apikal kanan. Semua neonatus
dengan Omphalocele yang dirawat dengan prosedur ini selamat. Hanya
satu dari mereka yang menunjukkan seroma dan dehiscence parsial
pada luka, yang ditutup dengan niat kedua.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastroskisis dan Omphalocele adalah cacat lahir yang paling sering dan
penting pada dinding perut pada periode bayi baru lahir. Di negara kami, kami
membuang beberapa rumah sakit dengan infrastruktur yang diperlukan untuk
merawat bayi-bayi ini. Banyak dari mereka harus menunggu waktu yang berharga
untuk dioperasi sementara institusi tempat mereka akan dipindahkan berada,
meningkatkan risiko Sindrom Kompartemen Perut dan sepsis.

Tambalan Tali Pusar tampaknya menawarkan keuntungan bagi bayi dengan


penutupan dinding perut yang tertunda karena teknik ini menciptakan permukaan
mesothelial yang bersentuhan dengan usus, ini adalah jaringan autologus, tersedia
untuk digunakan saat lahir dan mudah diterapkan. Studi ini menunjukkan manfaat
yang lebih besar dalam hal peningkatan IAP yang lebih rendah, onset dini oral
fedding, dan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Penutupan Primer Konvensional.

B. Saran

Sebagai perawat, diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan


terhadap penderita gastronichis Dan omphalokel , karena sering kali penderita

26
gastronichis Dan omphalokel disertai dengan komplikasi. Perawat juga harus berperan
sebagai pendidik dalam melakukan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi yang
akan berguna jika dilakukan sesuai program. Selain itu perawat juga harus mampu
memberikan edukasi atau pengetahuan pada orang tua mengenai penyakit pertussis
secara jelas dan lengkap terutama mengenai manifestasi, pencegahan, dan
penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.

Yudha Ardhi utam, Saktya. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Respirasi. Yogyakarta : Deepublish.

Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta : Pustaka


Ilmu Semesta.

Suriadi, Rita yuliani 2013 . Asuhan keperawatan pada Anak (edisi 2)

Jakarta : katalog dalam terbutaan ( KDT)

Briceño L, Calcaño G, Jiménez JO, Gastroschisis (2003) Council of


Scientific and Humanistic Development. Dalam: Briceño L, Calcaño G (Eds.),
Operasi anak (1st edn), UCV, Venezuela, hal.497-516

Tunell WO, Gastroschisis (1995) Nueva Editorial Interamericana. Masuk:


Ashcraft K, Holder T (Eds.), Operasi anak (2nd edn), SA Mexico, hlm.562-572.

Kiryluk A, Wieckowska B, Wisniewska K, Czyzewska M, Godula-Stuglik U


dkk. (2016) Geospatial clustering of gastroschisis in poland: data from the polish
27
registry of congenital malformations (PRCM). Inter J Occup Med Environ Health 29
(3): 461-470

28
29

Anda mungkin juga menyukai