KEHAMILAN II
Oleh :
LITA AYU JUANTI
2023206206030P
1. Pertanyaan yang pernah pasien tanyakan mengenai ibadah selama kehamilan, yaitu:
a. Bolehkah saya tidak berpuasa di bulan ramadhan ini, karena saya khawatir
bayi yang saya kandung terjadi apa-apa dan makanan yang dimakan
b. Jika saya diperbolehkan untuk tidak berpuasa, apakah saya harus mengganti
puasanya?
2. Jawaban saya waktu itu adalah sebenarnya ibadah puasa itu wajib bagi seluruh umat
muslim, namun bagi seorang ibu hamil diperbolehkan untuk tidak menjalankan ibadah
puasa selama ibu tidak mampu/tidak kuat terlebih ibu khawatir dengan kondisi
kesehatan bayinya. Tetapi ibu tetap harus mengganti hutang puasa sebanyak hari yang
ditinggalkan dilain waktu atau dengan membayar fidyah kepada fakir miskin atau anak
yatim yang besarannya sejumlah makanan pokok yang kita makan dalam sehari
Hadis riwayat Anas bin Ka’b, bahwa Rosulullah SAW bersabda yang:
Artinya: “Allah SWT tidak mewajibkan puasa bagi musafir dan juga ibu hamil
dan menyusui.”
Jurnal Ilmiah Syariah mencatat, para ulama sepakat bahwa puasa Ramadhan
wajib dilakukan oleh setiap orang dewasa, berakal, muqim atau di tempat
tinggalnya, dan sehat selama tidak menjadi penghalang puasa, seperti haid dan
keringanan pada ibu hamil untuk tidak berpuasa agar tidak merasa khawatir
puasa bagi ibu hamil atau menyusui dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Pertama, ibu hamil atau menyusui yang tidak berpuasa karena khawatir
2) Kedua, ibu hamil atau menyusui yang tidak berpuasa karena khawatir
3) Ketiga, ibu hamil atau menyusui yang tidak berpuasa karena khawatir
Untuk yang pertama dan kedua dapat mengqadha sejumlah hari puasa
yang
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, besaran fidyah yang wajib
dibayarkan ibu hamil atau menyusui adalah senilai dengan bahan pangan 0,6
kilogram beras yang setara dengan ¾ liter beras untuk satu hari puasa.
4. Tindakan yang saya lakukan sebagai seorang bidan sesuai dengan kasus seorang
remaja usia 17 tahun diantar ibunya dalam kondisi hamil 8 minggu. Anaknya adalah
karena anaknya mengalami depresi hingga gannguan mental adalah pasien dan
keluarga akan saya beri edukasi mengenai apa itu aborsi dan
berkonsultasi/berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan mengenai kasus yang
dialami remaja umur 17 tahun tersebut. Serta melapokan ke lembaga berkaitan dengan
Menurut penjelasan dokter Spesialis Kandungan dr. Dedi Supriyanto, Sp.OG (RS
Asy-Syifa), dalam hal ini ada 2 kaidah yang menerangkan tindakan aborsi, yaitu:
a. Secara Keilmuwan
Boleh dilakukan aborsi karena ini adalah kasus dengan ibu yang disertai
dilakukan.
b. Secara Agama
Tindakan aborsi boleh dilakukan asalkan belum ada pulsasi atau denyut
beradab, melanggar hak hidup calon manusia yang berhak dilahirkan. namun
sebaliknya, disisi lain terjadi pergulatan batin seorang ibu untuk meneruskan
larangan baik legal, agama maupun etika (Aroma Elmina Martha dan Singgih
Sulaksana, 2019).
kandungan sebelum janin tersebut hidup diluar tubuh ibunya. Dalam bahasa arab
aborsi dikenal dengan istilah al-ijhadh. Kata ini memiliki makna janin yang
Muftisany, 2021).
belum jadi apa-apa dari kehamilannya dan hal tersebut sampai pada 120 hari dari umur
Ibnu Taimiyah juga berkata dalam hal ijhad (aborsi), apabila sudah ditiupkan
ruh ke dalam janin, maka hukumnya adalah haram sebagaimana kesepakatan ulama-