Anda di halaman 1dari 14

PANDANGAN BEBERAPA ILMU TERHADAP KEBIDANAN

I. Kebidanan Secara Aksiologis


Aksiologis keilmuan menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan
ilmiah baik secara internal, eksternal maupun sosial. Nilai internal berkaitan dengan wujud
dari kegiatan ilmiah dalam memperoleh pengetahuan tanpa mengesampingkan fitrah
manusia
Nilai eksternal menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan penggunaan
pengetahun ilmiah. Nilai sosial menyangkut pandangan masyarakat yang menilai
keberadaan suatu pengetahuan dan profesi tertentu. Penerapan pengetahuan sangat
tergantung kepada manusia yang meramalkannya. Oleh karena itu, kode etik profesi
merupakan suatu persyaratan mutlak bagi keberadaan suatu profesi. Kode etik profesi ini
pada hakikatnya bersumber dari nilai internal dan ekternal dari disiplin keilmuan. Bangsa
Indonesia berbahagia karena kebidanan sebagai suatu profesi di bidang kesehatan telah
memiliki kode etik yang mutlak diaplikasikan ke dalam praktik klinik kebidanan.
Ilmu Kebidanan merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan
persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford English
Dictionary, 1933). Ilmu Kebidanan terutama membahas tentang fenomena dan
penatalaksanaan kehamilan, persalinan puerperium baik pada keadaan normal maupun
abnormal.
Tujuan Ilmu Kebidanan yaitu agar setiap kehamilan yang diharapkan dan
berpuncak pada ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah
kematian wanita dan bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik,
intelektual dan emosional yang diakibatkannya.
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk keuntungan/
berfaedah bagi manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat
dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia,
martabat manusia dan kelestarian/ keseimbangan alam. Untuk kepentingan manusia
tersebut maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara
komunal dan universal. Komunal berarti bahwa ilmu merupakan milik bersama, dimana
setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti ilmu
tidak mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau agama.

II. Pandangan Ilmu agama terhadap medis kebidanan


Agama dapat memberikan petunjuk/ pedoman pada umat manusia dalam menjalani
hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat
manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Adapun

Konkeb 2017/2018 Page 1


aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan
kesehatan diantaranya :
1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya
2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita
dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya,
keluarga, masyarakat serta bangsa.
3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dalam segala aktivitasnya
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/ perbuatan yang
bertentangan dengan ajarannya.

A. Upaya pemeliharaan kesehatan


Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu
hamil yaitu sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang
dilahirkan dalam keadaan sehat begitu juga dengan ibunya. Kesehatan merupakan
faktor utama bagi umat manusia untuk dapat melakukan/ menjalani hidup dengan baik
sehingga dapat terhindari dari berbagai penyakit dan kecacatan. Ada beberapa
langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk memelihara
kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
1. Makan makanan yang bergizi
2. Menjaga kebersihan
3. Berolah raga
4. Pengobatan diwaktu sakit

B. Upaya pencegahan penyakit


Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu
sakit. Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
1. Dengan pemberian imunisasi. Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu
hamil, WUS, murid SD kelas 1 sampai kelas 3.
2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun
3. Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian,
atau kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.

C. Upaya pengobatan penyakit


Nabi saw bersabda : ” Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat yang
diturunkan-Nya.” Dalam hal ini umat manusia dinjurkan untuk berobat jika sakit.

Konkeb 2017/2018 Page 2


D. Pandangan agama  terhadap pelayanan Keluarga Berencana.
Ada dua pendapat mengenai hal tersebui yaitu memperbolehkan dan melarang
penggunaan alat kontrasepsi. Karena ada beberapa ulama yang .mengatakan
penggunaan alat kontrasepsi itu adalah sesuatu/hal yang sangat bertentangan dengan
ajaran agama karena berlawanan dengan takdir/kehendak Allah.
1. Pendapat/pandangan agama  dalam pemakaian IUD.
Ada dua pendapat yaitu memperbolehkan / menghalalkan dan melarang /
mengharamkan.
a. Pendapat / pandangan agama yang memperbolehkan/menghalalkan pemakaian
kontrasepsi IUD :
1) Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan.
Dengan menggunakan kontrasepsi tersebut keluarga dapat
merencanakan jarak kehamilan sehingga ibu tersebut dapat menjaga
kesehatan ibu, anak dan keluarga dengan baik.
2) Pemakaian IUD bertujuan menghentikan kehamilan.
Jika didalam suatu keluarga memiliki jumlah anak yang banyak,
tentunya sangat merepotkan dan membebani perekonomian keluarga.
Selain itu bertujuan memberikan rasa aman kepada ibu. Karena persalinan
dengan faktor resiko/ resiko tinggi dapat mengancam keselamatan jiwa ibu.
Agar ibu dapat beristirahat waktu keseharian ibu tidak hanya digunakan
untuk mengurusi anak dan keluarga.
b. Pendapat/ pandangan agama yang melarang/mengharamkan pemakaian
kontrasepsi IUD
1) Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi
2) Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak menghalangi
pembuahan sel telur bahkan adanya IUD sel mani masih dapat masuk dan
dapat membuahi sel telur (masih ada kegagalan).
3) Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-
obatan dan alat lainnya. Selain itu pada waktu pemasangan dan
pengontrolan IUD harus dilakukan dengan melihat aura wanita.

2. Pelayanan kotrasepsi system operasi yaitu MOP dan MOW juga mempunyai dua
pendapat/ pandangan yaitu memperbolehkan dan melarang.
a. Pendapat/ pandangan yang memperbolehkan :
1) Apabila pasangan suami istri dalam keadaan yang sangat terpaksa dalam
kaedah hukum mengatakan ” Keadaan darurat memperbolehkan hal-hal
yang dilarang dengan alasan kesehatan/keselamatan jiwa “.

Konkeb 2017/2018 Page 3


2) Begitu juga halnya mengenai melihat aurat orang lain apabila diperlukan
untuk kepentingan pemeriksaan dan tindakan hal tersebut dapat dibenarkan.
b. Pandangan/pendapat yang melarang :
1) Sterilisasi berakhir dengan kemandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan
utama perkawinan yang mengatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan
keturunan.
2) Mengubah ciptaan Tuhan dengan cara memotong atau mengikat sebagian
tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/tuba).
3) Dengan melihat aura orang lain.
3. Pandangan agama Kristen Protestan terhadap KB
Agama Kristen protestan memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan
diwujudkan dalam pemahaman yang bersifat real sesuai dengan kehendak Allah
dan tidak melarang umatnya berKB
4. Pandangan agama Kristen Katolik terhadap KB
Menurut Kristen katolik untuk mengatur kelahiran anak, maka susmi istri harus tetap
menghormati dan menaati moral katolik dan umat katolik dibolehkan berKB dengan
metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur
5. Pandangan agama Budha terhadap KB
Masalah KB belum muncul saat Sang Budha hidup. Namun, hal ini dapat ditelaa
dari ajaran yang relevan dengan makna KB. Kebahagiaan dalam keluarga adalah
adanya hidup harmonis antara suami istri.
Kewajiban orang tua adalah mensejahterakan anak-anaknya. Jadi, menurut agama
budha KB arus dilaksanakan karena akan mensejahterakan keluarga. KB
dibenarkan oleh agama Budha dan umat budha hanya memilih cara KB yang cocok
untuk masing-masing
6. Pandangan agama Hindu terhadap KB
Menurut agama Hindu, KB diperbolehkan karena dapat membatasi jumlah anak
agar sejahtera

E. Pandangan agama  terhadap Aborsi


Aborsi menurut istilah kesehatan adalah penghentian kehamilan setelah
tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin
(fetus) mencapai 20 minggu. Aborsi secara syari’at Islam tidak melihat kepada usia
kandungan, namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut. Tidak ada
satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh
umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam

Konkeb 2017/2018 Page 4


kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi
orang-orang yang membunuh  sesama manusia adalah sangat mengerikan. Aborsi
dalam agama Kristen sangat dilarang, dan dikatakan bahwa betapa Tuhan sangat tidak
berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut
“Himsa karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh,
meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai
“menghilangkan nyawa” mendasari falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan
melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna
seperti tubuh manusia. Aborsi dalam agama Budha merupakan suatu pembunuhan
yang tidak diperbolehkan yang dapat menimbulkan karma buruk.Tetapi agama Budha
tidak melarang secara multak orang yang melakukan aborsi.Dengan alasan yang sangat
kuat aborsi dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Dalam undang-undang
hukum pidana yang mengikatnya sangat rancu dan lebih mengarah untuk tidak
melakukan pengguguran (aborsi) terkecuali dalam keadaan darurat yang
menghawatirkan keselamatan salahsatu nya, yaitu ibu dan bayi dilakukan tindakan
medis.Namun, pernyataan itu juga tidak mengatakan untuk melakukan tindakan aborsi.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
tindakan aborsi sangat dilarang dalam semua agama.Tidak ada satu kitab pun yang
membenarkan tindakan aborsi dalam keadaan apapun.

F. Pandangan agama terhadap bayi tabung


1. Pandangan Islam terhadap bayi tabung
a. Bayi tabung dari suami istri yang sah hukumnya mubah [boleh] karena hal ini
termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah agama.
b. Bayi tabung dari pasangan suami istri dengan titipan rahim istri yang lain
hukumnya haram karena hal ini akan menimbulkan maslah yang rumit dalam
kaitannya masalah warisan.
c. Bayi tabung dengan sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram, karena akan menimbulkan masalah kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
d. Bayi tabung yang sperma dan ovum diambil dari selain pasangan suami istri
yang sah hukumnya haram karena ststusnya sama dengan di luar pernikahan.
2. Pandangan kristen katolik terhadap bayi tabung
Gereja katolik tidak mengijinkan bayi tabung sebab merupakan teknologi fertilisasi
atau konsepsi yang dilakukan oleh para ahli.

Konkeb 2017/2018 Page 5


a. Jika manusia mengolah bayi tabung berarti manusia sudah melampaui
kewajaran dan melebihi kuasa Allah.
b. Fertilisasi in vitro menghapuskan tindakan kasih perkawinan sebagai sarana
terjadinya kehamilan.
c. Umumnya IVF melibatkan aborsi, karena embrio yang tidak berguna
dihancurkan/ dibuang
d. IVF adalah percobaan yang tidak mempertimbangkan harkat sang bayi sebagai
manusia, melainkan hanya untuk memenuhi keinginan orang tua.
e. Pengambilan sperma dilakukan dengan masturbasi. Masturbasi selalu dianggap
sebagai perbuatan dosa dan tidak pernah dibenarkan
f. Persatuan sel telur dan sperma dilakukan diluar hubungan suami istri yang
normal
g. Praktik IVF menghilangkan hak anak untuk dikandung secara normal melalui
hubungan perkawinan suami istri. Jika dengan “ibu angkat” maka menghilangkan
haknya untuk dikandung oleh ibu asli
3. Pandangan Kristen Protestan terhadap bayi tabung
Menurut pandangan Kristen Protestan, program bayi tabung diizinkan untuk
dilaksanakan. Asalkan, salam konteks yang melaksanakannya adalah pasangan
suami istri yang sudah diberkati. Bayi tabung tidak boleh menyewa rahim atau
mengambil sel telur milik wanita lain selain istrinya.
4. Pandangan Hindu terhadap bayi tabung
Menurut Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah melanggar aturan,
yaitu melanggar kewajaran Tuhan untuk menciptakan manusia. Bayi tabung dapat
diterima atas persetujuan suami-istri, dilakukan oleh pasangan yang sudah siap dan
menginginkan anak. Inseminasi atau pembuahan secara suntik oleh Hindu
Kaharingan tidak diijinkan karena melanggar hak cipta Ranying hatalla
5. Pandangan Budha terhadap bayi tabung
Bagi agama Budha, teknologi bayi tabung maupun kloning diperbolehkan karena hal
ini merupakan wujud perkembangan teknologi. Hanya dlm agama budha perlu
mempertimbangkan alasan pemanfaatan teknologi tersebut.

III. Pandangan budaya dan adat istiadat Indonesia terhadap medis kebidanan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah di
Indonesia mempunyai kebudayanaan atau adat istiadat yang berbeda.Kebudayaan
tersebut muncul dari kebiasaan nenek moyang terdahulu dan seolah-olah sudah melekat
dalam jiwa setiap masyarakat. Dukungan sosial merupakan inti bagi kehidupan
bermasyarakat yang efektif.

Konkeb 2017/2018 Page 6


a. Adanya suatu fakta yang dapat dipertimbangkan yang menyatakan bahwa dukungan
sosal mempengaruhi kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.
b. Perubahan sosial dan medis telah meningkatkan harapan hidup manusia
c. Tenaga kesehatan berada pada posisi memberikan intervensi secara sukses baik
langsung maupun tidak langsung pada area dukungan sosial dengan memfasilitasi
pertumbuhan dan pertahanan jarngan sosial.
d. Penampilan tenaga kesehatan dapat ditingkatkan dengan mengetahui pentingnya
dukungan sosial bagi penanggulangan stres dalam asuhan kebidanan
Sosial budaya masyarakat yang merupakan hasil budi dan akal manusia yang
dilandasi oleh pengalaman, sehingga budaya masyarakat bila dikaitkan dengan kesehatan,
ada yang merugikan kesehatan dan ada pula yang menguntungkan kesehatan. Yang
menguntungkan dan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan, yaitu semangat
gotog royong dan kekeluargaan, serta sikap musyawarah dalam mengambil keputusan.
Pembangunan dalam suatu negara selain berdampak positif juga menimbulkan hal-
hal negatif seperti timbulnya daerah kumuh (slum area) di perkotaan akibat pesatnya
urbanisasi, polusi karena pesatnya perkembangan industri, banyak ibu-ibu karier yang tidak
dapat mengasuh dan memberikan ASI secara optimal kepada anaknya, masalah
kesehatan jiwa yang menonjol dan penyalahgunaan obat. Perkembangan penduduk dan
pembangunan akan menghasilkan berbagai macam sampah yang dapat mengganggu
kesehatan.
a. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak
Masih tingginya angka kematian dan kesuburan di Indonesia berkaitan erat
dengan faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk,
khususnya wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum
memadai, tingkat kepercayaan masyarakat tergadap pelayanan kesehatan dan
petugas kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan
kesehatan dari rumah-rumah pendudukkebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat dan
perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain sebagainya.
Tingkat pendidikan terutama pada wanita dewasa yang masih rendah,
mempunyai pengaruh besar terhadap masih tingginya angka kematian bayi. Tingkat
kepercayaan masyarakat kepada terhadap petugas kesehatan, dibeberapa wilayah
masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun
tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong
kepada ibu dukun. Petugas kesehatan pemerintah dianggap sebagai orang baru yang
tidak mengenal masyarakat di wilayahnya dan tidak mempunyia kharismatik.
Selain faktor tersebut, rendahnya kunjungan masyarakat ke pelayanan
kesehatan dikarenakan jauhnya lokasi pelayanan kesehatan dengan rumah penduduk

Konkeb 2017/2018 Page 7


sehingga walaupun masyarakat sudah mempunyai kemauan memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan, namun karena jauh dan harus segera mendapatka pertolongan,
akhirnya ia berobat ke dukun yang dekat lokasinya. Keadaan ini disikapi oleh
pemerintah dengan berupaya membangun fasilitas pelayanan kesehatan di daerah
tersebut, menempatkan tenaga kesehatan disertai dengan peralatan yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan dengan meningkatkan
kemampuan petugas melalui pelatihan maupun pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.
b. Masalah Keluarga Berencana
Pada umumnya, masalah-masalah yang berkaitan dengan fertilitas dan laju
pertumbuhan penduduk disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang bersifat kaku.
Mereka masih mempunyai pendapatan bahwa anak adalah sumber rezeki, atau
banyak anak banyak rezeki. Anak adalah tumpuan di hari tuanya. Mereka tidak
menyadari bahwa keterbatasan orang tua merupakan ancaman masa depan bagi si
anak.
c. Masalah Gizi
Ditinjau dari aspek sosial budaya, Koentjaraningrat menyebutkan bahwa
makanan yang kita makan dapat dibedakan menjadi dua konsep, yaitu nutrimen dan
kebudayaan. Nutrimen adalah suatu konsep biokimia yang berarti zat-zat dalam
makanan yang menyebabkan bahwa individu yang memakannya dapat hidup dan
berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Makanan dikatakan sebagai suatu konsep
kebudayaan, yaitu merupakan bahan-bahan yang telah diterima dan diolah secara
budaya untuk dimakan, sesudah melalui proses penyiapan dan penyuguhan yang juga
secara budaya, agar dapat hidup dan berada dalam kondisi kesehatan yang baik.
Kesukaan makan seseorang sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makannya sejak
kanak-kanak. Keluarga dalam hal ini sangat menentukan kesukaan anak terhadap
makanan tertentu. Makanan sebagai salah satu aspek kebudayaan sering ditentukan
oleh keadaan lingkungan, misalnya wilayah yang sebagian besar memiliki pohon
kelapa, maka jenis makanan yang dimakan banyak yang menggunakan santan atau
kelapa, sedangkan wilayah yang sebagian besar terdiri dari perkebunan, jenis dan
komposisi makanan banyak yang terbuat dari sayur-sayuran atau dikenal
dengan lalapan.
Rasa makanan yang disukai oleh suatu masyarakat umumnya bervariasi. Ada
sekelompok masyarakat yang menyukai makanan yang rasanya pedas, manis, asin,
dan sebagainya. Kelompok masyarakat yang menyukai makanan yang rasanya manis
dapat ditemukan di daerah-daerah di Pulau Jawa, sedangkan makanan yang rasanya
pedas dapat ditemukan di daerah-daerah Sumatera dan Sulawesi. Sehingga sering

Konkeb 2017/2018 Page 8


kali masyarakat tertentu yang datang ke suatu wilayah yang berbeda dengan jenis
makanan yang biasa ia makan, ia perlu mengadakan penyesuaian terhadap makanan
tersebut. Perlu diperhatikan bahwa tidak mudah bagi seseorang untuk mengganti
makanan yang biasa ia makan dengan jenis makanan yang baru ia kenal.
Distribusi makanan dalam keluarga tidaklah sama dengan keluarga lain. Ada
aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi oleh anggota keluarga. Seorang ayah yang
dianggap sebagai pencari nafkah keluarga, harus diberikan makanan yang ‘lebih’
dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya. Kata lebih yang dimaksud meliputi
kualitas, kuantitas, dan frekuensi makan. Ibu hamil tidak bisa makan dengan
sebebasnya, tapi mempunyai keterbatasan tertentu, ada makanan-makanan tertentu
yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil. Tamu dianggap sebagai raja, sehingga
diberikan makanan yang tidak biasanya. Anak mempunyai makanan khusus seperti
bubur nasi dan sebagainya. Sedangkan pembantu rumah tangga bisasnya diberikan
makanan yang rendah kualitasnya.
Masalah kekurangan gizi bukan saja disebabkan oleh faktor sosial-ekonomi
masyarakat, namun berkaitan pula dengan faktor sosial-budaya masyarakat setempat.
Seperti misalnya persepsi masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan masih belum
sesuai. Menurut mereka, yang disebut dengan makan adalah makan sampai kenyang,
tanpa memperhatikan jenis, komposisi, dan mutu makanan, pendistribusian makanan
dalam keluarga tidak berdasarkan debutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan
anggota keluarga, namun berdasarkan pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh
kelompok khusus, misalnya ibu hamil, bayi, balita, dan sebagianya.
Di samping hal tersebut, pengetahuan keluarga khususnya ibu memegang
peranan yang cukup penting dalam pemenuhan gizi keluarga. Kurangnya pengetahuan
ibu tentang makanan yang mengandung nilai gizi tinggi, cara pengolahan, cara
penyajian makanan, dan variasi makanan yang dapat menimbulkan selera makan
anggota keluarganya, sangat berpengaruh dalam status gizi keluarga. Oleh karena itu,
ibu lah sasaran utama dalam usaha-usaha perbaikan gizi keluarga.
Masalah kelebihan gizi, umumnya diderita oleh sekelomppok masyarakat yang
mempunyai kemampuan ekonomi yang cukup, disamping faktor pola makan terhadap
jenis makanan tertentu, juga ditentukan oleh faktor herediter.
Dalam kaitannya dalam kesehatan ibu dan anak serta kesehatan masyarakat,
masalah gizi mempunyai pengaruh terhadap timbulnya penyakit-penyakit, misalnya
anemia, pre-eklampsia, diabetes melitus, perdarahan, infeksi, dan sebagianya.

Konkeb 2017/2018 Page 9


IV. Pandangan ilmu-ilmu umum [non kesehatan] terhadap kesehatan
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara
keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang
kesehatan tersebut. Inilah yang terjadi sejak berabad-abad tahun yang lalu, dan
berdampak pada terjadinya perbedaan pendekatan dalam mengobati suatu penyakit.
Umumnya, terdapat dua pandangan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan
kesehatan di dunia yakni pandangan kesehatan barat dan pandangan kesehatan non
barat. Kedua pandangan ini sangatlah berbeda dalam melihat penyakit dan cara
pengobatan yang akan dilakukan, namun kedua pandangan ini ada ditengah-tengah
masyarakat pada umumnya. Pandangan kesehatan barat atau disebut juga dengan
kesehatan medis modern melihat penyakit sebagai sebuah fenomena alami yang dapat
dipelajari secara ilmiah, dipengaruhi oleh prosedur-prosedur terapeutik dan juga oleh
pengaturan hidup seseorang yang sangat bijaksana. Selain itu mempercayai bahwa
penyakit tidak disebabkan oleh iblis atau kekuatan-kekuatan supranatural lainnya.
Pandangan ini sangat berbeda dengan kesehatan non barat (kesehatan tradisional), yang
menganggap penyakit merupakan ketidakserasian pada tingkat individual dan sosial yang
dapat muncul dari penyesuaian yang tidak memadai pada aturan-aturan dan adat
kebiasaan masyarakat, dan satu-satunya cara bagi individu untuk sembuh adalah
mengubah dirinya untuk menyesuaikan dengan tatanan sosial yang ada. Serta kejadian
penyakit sering dikaitkan dengan fenomena spiritual pada masyarakat
Perbedaan kedua pandangan ini tentunya juga akan berpengaruh kepada usaha-
usaha yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan. Namun pada
dasarnya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah secara terus-menerus lebih
menekankan kepada kesehatan barat (kesehatan medis modern) saja. Akan tetapi upaya-
upaya tersebut tidak dapat menghilangkan adanya pandangan kesehatan non barat
(kesehatan tradisional), karena pandangan ini telah melekat dari dulunya dalam hidup
masyarakat. Hal ini terlihat dari beberapa penyakit yang diberi nama dan dipercayai
berdasarkan asal usulnya serta adanya praktek-praktek pengobatan yang dilandasi dengan
pengetahuan dan kepercayaan secara turun temurun. Melihat kesehatan sebagai suatu
sistem dengan menggunakan pendekatan holistik, sehingga untuk mendapatkan kesehatan
masyarakat melakukan upaya melalui kebudayaan yang dimiliki dan pengetahuan yang
ada. Inilah yang melahirkan suatu sistem kesehatan, yang merupakan keseluruhan
pengetahuan, kepercayaan, keterampilan dan praktek yang mencakup seluruh aktivitas
kesehatan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat memiliki sistem kesehatan
sendiri, yang mungkin satu sama lain memiliki banyak persamaan dan perbedaan yang
pada dasarnya terdapat dua kategori yang utama yaitu sistem teori penyakit (disease

Konkeb 2017/2018 Page 10


theory system) dan sistem perawatan kesehatan (health care system). Sistem teori
penyakit mencakup kepercayaan terhadap kesehatan, penyebab penyakit, berbagai ragam
obat, dan teknik penyembuhan. Sedangkan sistem perawatan kesehatan berhubungan
dengan cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk merawat orang sakit dan penggunaan
ilmu pengetahuan mengenai penyakit untuk penyembuhannya. Sementara itu yang sering
menjadi masalah kesehatan pada masyarakat sendiri yaitu berhubungan dengan persepsi
mengenai kedua kategori tersebut, sehingga adanya persepsi pada masyarakat juga
menjadi suatu hal yang sangat penting yang akan memengaruhi kesehatan. Persepsi
masyarakat merupakan suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup dan tinggal
bersama dalam wilayah tertentu, dan memberikan pemahaman atau tanggapan terhadap
hal-hal atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Hal ini berarti persepsi masyarakat
tentang penyakit dan sistem perawatan kesehatan ditentukan juga oleh lingkungan dari
masyarakat itu sendiri yang telah menjadi sebuah budaya. Persepsi tentang penyakit
ditentukan oleh budaya, karena penyakit merupakan suatu pengakuan sosial, bahwa
seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. Sehingga persepsi
masyarakat mengenai timbulya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah
yang lain, tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat
tersebut. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan
dengan munculnya berbagai macam penyakit, bahkan persepsi kejadian penyakit itu
sendiri dapat berlainan dengan ilmu kesehatan medis modern. Persepsi yang berbeda
mengenai suatu penyakit sampai saat ini masih ada disebagian besar masyarakat.
Persepsi timbulnya suatu penyakit dikalangan masyarakat, sering dikaitkan dengan adanya
dua konsep yaitu konsep Naturalistik dan konsep Personalistik. Penyebab bersifat
Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah
makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan
panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Sedangkan konsep Personalistik
menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang
dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk
manusia (tukang sihir, tukang tenung). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masih
banyaknya dijumpai pada masyarakat yang menganut konsep naturalistik dan personalistik
ini. Pada masyarakat Aceh didapati dua jenis penyebab penyakit, yakni yang disebabkan
makhluk halus seperti roh, hantu, jin (konsep personalistik) dan bukan makhluk halus
seperti racun, tuba, terkilir/ patah (konsep naturalistik). Pada masyarakat Jawa ada
beberapa teori tradisional mengenai penyakit yang diyakini mereka disebabkan oleh faktor
personalistik dan naturalistik seperti batuk darah, yang mana penyakit ini pada tingkat
pertama disebabkan oleh masuk angin atau terganggunya keseimbangan antara unsur
panas dan dingin dalam tubuh. Akan tetapi unsur personalistik seperti guna-guna atau

Konkeb 2017/2018 Page 11


pelanggaran pantangan, atau perbuatan dosa dapat menjadi penyebab bertambah
parahnya penyakit tersebut. Selain itu terdapat beberapa penyakit yang berdasarkan asal
usul kejadiannya, diasumsikan berbeda oleh masyarakat. Seperti penyakit AIDS yang
menurut masyarakat penyakit ini hanya ada di luar negeri, AIDS juga dianggap sebagai
penyakit yang didertita kaum homoseks lelaki dan di kalangan pelacuran saja, serta
dianggap juga sebagai penyakit karena melanggar pantangan. Penyakit lainnya seperti
kejang yang dianggap muncul karena kesurupan (kemasukan) makhluk halus, adanya
kejadian diare pada bayi dan penyakit lainnya. Pemahaman masyarakat tentang suatu
penyakit yang dilihat dari adanya konsep naturalistik dan personalistik tentang suatu
kejadian penyakit ini, akan berpengaruh kepada tindakan perawatan kesehatan yang akan
dilakukan

V. Peran Bidan Menyelamatkan Ibu Dan Anak


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental,
maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan
berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama:
yang laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor
termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah timbulnya penyakit
degeneratif yaitu menopause dan kanker.
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin
ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas
tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara
terencana, terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten
dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja
hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan
strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan
kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan
dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan
dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia
berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan
untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek
pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input,
proses dan output

Konkeb 2017/2018 Page 12


Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Menurut
Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai
persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi.
b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan
melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
setempat.
c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
d. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat.
f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya.
g. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta
adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan
oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya,
telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu:
Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem
pemerintahan desa dengan cara:
a. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian
wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang
penduduk dari masing-masing RT.
b. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh
masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
c. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
 Jenis kelamin
 Umur
 Mata pencaharian
 Pendidikan
 Agama
d. Mempelajari data desa
e. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan umur.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan
hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus

Konkeb 2017/2018 Page 13


dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh
masyarakat setempat
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bidan agar dirinya dikenal oleh
masyarakat ialan ia harus mampu mempromosikan dirinya dengan menampilkan
kepribadian sesuai norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, memahami bahwa
masyarakat merupakan bagian dari dirinya, sehingga bidan memiliki kharismatik bagi
masyarakat di wilayah kerja. Apabila masyarakat sudah menanggap bahwa bidan adalah
orang yang patut dicontoh (role model), maka ia akan melaksanakan hal-hal yang diajarkan
dan dianjurkan oleh bidan
Untuk dapat menampilkan kepribadian yang sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku, bidan terlebih dahulu harus mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan wilayah tersebut.

Ada beberapa hambatan dalam penempatan bidan di desa antara lain:


a. Umur bidan relatif muda dan bukan dari desa sendiri.
b. Kesulitan menyesuaikan diri di tengah masyarakat
c. Bidan bukan pegawai negeri sehingga tidak mempunyai penghasilan tetap
d. Kemampuan desa untuk membangun Polindes masih terbatas sehingga banyak di
antara bidan desa tidak mendapat dukungan sarana dari masyarakat.
e. Perkawinan bidan desa yang segera meninggalkan desa dan pindah mengikuti suami.
f. Pendidikan belum mencukupi untuk mampu mandiri sehingga bidan kurang berfungsi.
g. Karena berusia muda, bidan belum mendapat kepercayaan masyarakat sehingga
orientasi kepada dukun masih dominan.

Konkeb 2017/2018 Page 14

Anda mungkin juga menyukai