Anda di halaman 1dari 8

ADVOKASI, KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

ADVOKASI
 1.    Defenisi Advokasi
 Advokasi atau advocacy  adalah kegiatan memberikan bantuan kepada
masyarakat dengan membuat keputusan (Decision makers) dan penentu kebijakan
(Policy makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.   Dengan demikian, para pembuat
keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk
peraturan, undang-undang, instruksi yang diharapkan menguntungkan bagi
kesehatan masyarakat umum. Srategi ini akan berhasil jika sasarannya tepat dan
sasaran advokasi ini adalah para pejabat eksekutif dan legislatif, para pejabat
pemerintah, swasta, pengusaha, partai politik dan organisasi atau LSM dari tingkat
pusat sampai daerah. Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui pendekatan atau
pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan,
penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat setempat, dan seminar-seminar kesehatan (Wahid Iqbal Mubarak, Nurul
Chayantin 2009).
Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
WHO (1989) diukutip dalam UNFPA dan BKKBN (2002) menggunkan “advocacy is
a combination on individual and social action design to gain political commitment,
policy support, social acceptance and systems support for particular health goal or
programme”. (Heri D. J. Maulana, 2009)
Jadi advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang
untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan
sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu.
Definisi Chapela 1994 yang dikutip WISE (2001) secara harfiah:” melakukan
advokasi berarti mempertahankan, berbicara mendukung seseorang atau sesuatu
atau mempertahankan ide.
Advokasi adalah upaya mendekati mendampingi, dan mempengaruhi para
pembuat kebijakan secara bijak sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan
terhadap pembangunan kesehatan.
Advokasi kesehatan adalah upaya pendekatan kepada pemimpin atau
pengambil keputusan supaya dapat memberikan dukungan,kemudahan, dan
semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan (maulana.2009)
Menurut para ahli retorika Foss dan Foss et. All 1980, Toulmin 1981 (Fatma
Saleh 2004), advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup kegiatan-kegiatan
penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mngenai
sesuatu.

KESMAS@2019 1
Organisasi non pemerintah (Ornop) mendefenisikan Advokasi sebagai upaya
penyadaran kelompok masyarakat marjinal yang sering dilanggar hak-haknya (hukum
dan azasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna membentuk opini public dan
pendidikan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa.
 2.    Tujuan Advokasi
Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat  suatu
perubahan dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis
dukungan sebanyak mungkin.
 3.    Fungsi Advokasi
Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan
program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain.
4. Persyaratan untuk Advokasi
a. Dipercaya (Credible), dimana program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan
para penentu kebijakan atau pembuat keputusan, oleh karena itu harus didukung
akurasi data dan masalah.
b. Layak (Feasible), program yang ditawarkan harus mampu dilaksanakan secara
tehnik politik maupun sosial.
c. Memenuhi Kebutuhan Masyarakat (Relevant)
d. Penting dan mendesak (Urgent), program yang ditawarkan harus mempunyai
prioritas tinggi.
5.  Pendekatan kunci Advokasi
a. Melibatkan para pemimpin atau pengambil keputusan
b. Menjalin kemitraan
c. Memobilisasi kelompok peduli.
6. Prinsip Advokasi
a. Realita
Memilih isu dan agenda yang realistis, jangan buang waktu kita untuk sesuatu
yang tidak mungkin tercapai.
b. Sistematis
Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, kemas informasi semenarik
mungkin dan libatkan media yang efektif.
c. Taktis
Advokasi tidak mungkin bekerja sendiri, jalin koalisi dan aliansi terhadap sekutu.
Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling percaya.
d. Strategis
Kita dapat melakukan perubahan-perubahan untuk masyarakat dengan membuat
strategis jitu agar advokasi berjalan dengan sukses.
e. Berani
Jadikan isu dan strategis sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada
agenda bersama

KESMAS@2019 2
KEMITRAAN
1. Defenisi Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan atau partnership masih relative baru, namun
demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu.
Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya
esensinya kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif  “The Prince of Wales Bussines Leader Forum”
(NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, “Partnership is a formal cross sector
relationship between individuals, groups or organization who :
a. Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task
b. Agree in advance what to commint and what to expect
c. Review the relationship regulary and revise their agreement as  necessary, and
d. Share both risk and the benefits
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu
kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut
ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik
dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari defenisi ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu:
a. Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
b. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama)
c. Saling menanggung resiko dan keuntungan.
Pentingnya kemitraan atau partnership ini mulai digencarkan oleh WHO pada
konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling
memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien
apabila juga didasari dengan kesetaraan.
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak
yang terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan
kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama.
Oleh karena itu membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut:
a. Kesamaan perhatian (Commont interest) atau kepentingan
b. Saling mempercayai dan menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain.

KESMAS@2019 3
2.  Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan
Dalam membangun Kemitraan ada tiga  prinsip kunci yang perlu dipahami oleh
masing-masing anggota kemitraan yaitu :
a. Equity atau Persamaan
Organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
“duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu didalam forum kemitraan
asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan
kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi
terhadap yang lain.
b. Transparancy atau Keterbukaan
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau
apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus
diketahui oleh anggota lainnya.Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki
oleh anggota yang Satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk
menyombongkan yang satu tehadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling
memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa saling
mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling
melengkapi dan saling membantu diantara anggota.
c. Mutual Benefit atau Saling Menguntungkan
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang tetapi
lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari
kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.
Tujuh landasan yaitu :
a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur)
b. Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit atau organisasi
c. Saling menghubungi secara proaktif (linkage)
d. Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati,
proximity)
e. Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes)
f. Saling mendorong  atau mendukung kegiatan (synergy)
g. saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
Enam langkah  pengembangan :
a. Penjajagan atau persiapan
b. Penyamaan persepsi
c. Pengaturan peran
d. Komunikasi intensif
e. Melakukan kegiatan
f. Melakukan pemantauan & penilaian.

KESMAS@2019 4
Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan.
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi
setempat adalah :
a)   Initiator : Memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi
Indonesia Sehat.
b)   Motor atau dinamisator : Sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan
bersama, dll.
c)   Fasilitator : Memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan  kemitraan dapat
berjalan lancar.
d)   Anggota aktif : Berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
e)   Peserta kreatif : Sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
f)   Pemasok input teknis : Memberi masukan teknis (program kesehatan).
g)   Dukungan sumber daya : Memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah
dan potensi yang ada.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT  ATAU EMPOWERMENT


1.    Defenisi Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan atau empowerment,
berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain  melakukan
apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial
tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan  pengaruh dan kontrol.
Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak berubah
atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan
senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antara manusia.  Kekuasaan tercipta
dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaaan dapat
berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah
proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna.
Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat
tergantung pada dua hal :
a. Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah
pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
b. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian
kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini telah dijadikan
sebuah strategi dalam membawa masyarakat dalam kehidupan sejahtera secara adil
dan merata. Strategi ini cukup efektif memandirikan masyarakat pada berbagai
bidang, sehingga dibutuhkan perhatian yang memadai. Oleh kerena itu, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Achmad Suyudi mengingstruksikan Pemerintah

KESMAS@2019 5
Daerah Kabupaten/ Kota menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit.
Dalam bidang kesehatan, Pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat
merupakan salah satu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat guna
mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesejahteraan, dan meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyrakat agar dapat mengembangkan diri dan
memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan.
Dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan, perlu diperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat
dikelompokkan sebagai nerikut :
a. Masyarakat Pembina (Carring community)
Yaitu masyarakat yang peduli kesehatan, misalnya: LSM kesehatan, Organisasi
Profesi yang bergerak dibidang kesehatan.
b. Masyarakat Setara (Coping Community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehinnga tidak dapat
memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya
pemeriksaan diri, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya
transportasi sehingga si ibu tidak pergi kesarana pelayanan kesehatan.
c. Masyarakat Pemuda (Crisis Response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung
oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang berdomisili di lingkungan
kumuh dan daerah terpencil.
Program pemberdayaan masyarakat pada bidang kesehatan kini telah banyak
dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun swasta terutama olek LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat). Pembangunan Indonesia Sehat 2010, yakni pengutamaan
upaya-upaya promotif dan preventif. Pendekatan promosi kesehatan inovatif,
berbasis trias epidemiologi dan proses psikologis komunikatif guna menyadarkan dan
memotivasi masyarakat untuk mampu hidup sehat dan menghindari deritan disability
serta ancaman kematian.
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemerdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah
atau tidak beruntung.
b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui
pengubahan struktur sosial.

KESMAS@2019 6
d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan  mana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.
3. Kelompok Lemah dan Ketidakberdayaan
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat,
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi
internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal
(misalnya ditindas oleh struktur social yang tidak adil). Guna melengkapi pemahaman
mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengeni kelompok lemah dan
ketidakberdayaan yang dialaminya.
Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau
tidak berdaya meliputi:
a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender, maupun
etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang
cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi
dan/ atau keluarga.
Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu
masyarakat, seperti masyarakat kelas social ekonomi rendah, kelompok minoritas
etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orang-orang
yang mengalami ketidakberdayaan. Keadaan dan perilaku mereka yang berbeda dari
keumuman kerapkali dipandang sebagai deviant (penyimpang). Mereka seringkali
kurang dihargai dan bahkan dicap sebagai orang yang malas, lemah yang disebabkan
oleh dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka seringkali merupakan akibat
dari adanya kekurangadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.
Ketidakberdayaan merupakan hasil dari pembentukan interaksi terus menerus
antara individu dan lingkungannya yang meliputi kombinasi antara sikap penyalahan
diri sendiri, perasaan yang tidak dipercaya, keterasingan dari sumber-sumber sosial
dengan perasaan tidak mampu dalam perjuangan. Ketidakberdayaan dapat bersumber
dari faktor internal maupun eksternal. ketidakberdayaan dapat berasal dari penilaian 
diri yang negatif, interaksi negatif dengan lingkungan yang lebih besar.
4. Konsep Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
a. Konsep Masyarakat
Terdapat dua kelompok teori, yaitu :
1) Kelompok teori dengan perspektif sistem ekologi,
2) Kelompok teori dngan perspektif system social.
Pemberdayaan masyarakat telah menjadi arus utama dalam model
pembangunan dibanyak Negara dan masyarakat. Berdasarkan telaah tentang
model-model pembangunan yang dialami banyak negara termasuk Indonesia,
terdapat 6 pendekatan utama pembangunan, yaitu pendekatan pertumbuhan,

KESMAS@2019 7
pendekatan pertumbuhan dan pmerataan, paradigma ketergantungan, tata ekonomi
internasional baru, pendekatan kebutuhan pokok, dan pendekatan kemandirian.
Berbagai pendekatan pembangunan diatas, selain menunjukkan adanya hasil-
hasil tertentu, tetapi ternyata juga masih ada keterbatasan. Apalagi bahwa jika
ditelaah terdapat berbagai sumber keterbelakangan, yang tidak mudah untuk
dinyatakan apakah factor tersebut sebagai hasil, sebagai penyebab,atau variable
antara.
Meskipun demikian bisa dikatakan terdapat paling tidak enam sumber
keterbelakangan masyarakat, yaitu :
1) Kebodohan
2) Kekakuan tradisi
3) Penduduk yang tidak terampil
4) Konsumtif
5) Tidak mampu alih teknologi/ waralaba
6) Salah penempatan atau  penggunaan dibawah kemampuan.
Dalam negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang
merupakan suatu lingkaran yang tidak berujung yang menghambat perkembangan
masyarakat secara keseluruhan. Secara sederhana lingkaran tersebut terdiri dari
keadaan sosial ekonomi rendah yang mengakibatkan ketidakmampuan dan
ketidaktahuan, yang secara otomatis mengakibatkan produktifitas juga ikut rendah.
Dan selanjutnya juga membuat keadaan sosial ekonomi semakin rendah dan
seterusnya.
Dalam masyarakat itu sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang
membuat mereka mampu bertahan dalam keadaan yang sulit dan hal itu
sebenarnya merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
taraf hidupnya. Sampai seberapa jauh potensi ini berkembang dapat terlihat dari
keadaan perkembangan masyarakat itu sendiri. Pada masyarakat yang sudah
berkembang maka hal ini menunjukkan bahwa mereka telah dapat memanfaatkan
potensi yang mereka miliki, sedangkan pada masyarakat yang belum berkembang
berarti mereka belum banyak memanfaatkan potensi yang mereka miliki.
 
SUMBER : 
1. Notoadmodjo, Soekadjo Prof Dr. 2008. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku; Rineka
Cipta.Jakarta
2. Puji Wahyuningsih, Heni. dkk. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam
Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan; Fitramaya, Jogjakarta.
3. Iqbal Mubarak, Wahid. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidanan; Salemba Medika, Jakarta
4. Syafrudin,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa
Kebidanan; CV.Trans Info Media, Jakarta
5. http://isnopugel.wordpress.com/2011/03/28/strategi-promosi-kesehatan/

KESMAS@2019 8

Anda mungkin juga menyukai