FAKTOR
faktor lingkungan,
perilaku
E. Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas rokok dan minuman
keras dan narkoba di tempat kerja.
F. Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan pertemuan secara
reguler.
a. komitmen
c. sarana peralatan
- adatidaknya sarana dan peraltan promosi kesehatan sesuai dengan standar sarana
peralatan promosi kesehatan ditempat kerja
d. dana
Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil kebijakan
agar dapat memberikan dukungan masksimal, kemudahan perlindungan pada upaya
kesehatan (Depkes 2001). Menurut para ahli retorika Foss dan Foss et. All 1980,
Toulmin 1981 (Fatma Saleh 2004), advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup
kegiatan-kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut
mngenai sesuatu.
1) Tujuan Advokasi
Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan
dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak
mungkin.
2) Fungsi Advokasi
2. Kemitraan
Robert Davies, ketua eksekutif “The Prince of Wales Bussines Leader Forum” (NS
Hasrat jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, “Partnership is a formal cross sector relationship
between individuals, groups or organization who :
Review the relationship regulary and revise their agreement as necessary, and
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu
kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut
ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik
dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam kemitraan, yakni:
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan
dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak yang
terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan
kepentingan masing-masing, kemudian membangun kepentingan bersama.Oleh karena
itu membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut:
d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain.
Dalam membangun Kemitraan ada tiga (3) prinsip kunci yang perlu dipahami oleh
masing-masing anggota kemitraan (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007), yakni :
a) Equity (Persamaan)
Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
“duduk sama rendah berdiri sama tinggi”.Oleh sebab itu didaam vorum kemitraan asas
demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada
yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
b) Transparancy (Keterbukaan)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yang
menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh
anggota lainnya.Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang
Satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu
tehadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain
sehingga tidak ada rasa saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan
menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota.
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang, tetapi lebih
kepada Non materi.Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau
sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.
Tujuh (7) landasan, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan
struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi);
saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara
fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti
kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung
kegiatan (synergy); dan saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi
setempat adalah :
g) Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah
dan potensi yang ada.
Indikator Keberhasilan
a) Indikator input
b) Indikator proses :
c) Indikator output :
Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan
efisiensi upaya yang diselenggarakan.
Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah pemberdayaan
tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan
yang tidak statis, melainkan dinamis.
Pemberdayaan (Empowernment) adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari
perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya Eropa. Untuk
memahami konsep pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman
latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas
diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian presepsi yang berbeda satu
dengan yang lain. Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut secara kritikal tentulah
meminta kita mengadakan telaah yang sifatnya mendasar dan jernih.