Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

“STRATEGI DAN DIMENSI BARU”

DISUSUN OLEH :

NAMA : PUTRI JULISTIA NAKODA

NIM : 811421036

KELAS : B

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
A. Advokasi

Seperti dijabarkan dalam PMK no. 004 tahun 2012, bahwa “Advokasi perlu dilakukan, bila dalam
upaya memberdayakan pasien dan klien, rumah sakit membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain.
Misalnya dalam rangka mengupayakan lingkungan rumah sakit yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu
melakukan advokasi kepada wakil-wakil rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya peraturan
tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang mencakup di rumah sakit.”

Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan


masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau
Promosi Kesehatan. WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan
secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu: 1) Advocacy, 2) Social support, 3) Empowerment.

Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik
melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.

Prinsipnya hal tersebut menunjukkan bahwa strategi advokasi merupakan hal penting dan
meliputi proses kerja yang tidak sederhana pula. Karenanya dibutuhkan tahapan kerja yang jelas dalam
pelaksanaannya yang akan disampaikan selanjutnya.

Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan
persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para
pemimpin institusi.

 8 Unsur dasar advokasi

-Penetapan tujuan advokasi

-Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi

-Identifikasi khalayak sasaran

-Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi

-Membangun koalisi

-Membuat presentasi yang persuasif

-Penggalangan dana untuk advokasi

-Evaluasi upaya advokasi.

 Metode atau cara dan teknik advokasi


- Lobi politik (political lobying)
- Seminar/presentasi
- Media
- Perkumpulan
 5 Pendekatan utama advokasi
-Melibatkan para pemimpin
-Bekerja dengan media massa
-Membangun kemitraan
-Memobilisasi massa
-Membangun kapasitas

Tujuan Advokasi dalam Promosi Kesehatan

Advokasi bertujuan untuk mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya yang menyangkut
keputusan terhadap masyarakat.

Secara mendetail, tujuan dari Advokasi meliputi hal-hal berikut ini:

a. Komitmen politik (political commitment)

Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau
mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, misalnya untuk
pembahasan kenaikan anggaran kesehatan, contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh
presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.

b. Mendapatkan dukungan kebijakan (policy support)

Adanya komitmen politik dari para eksekutif, maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar
dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.

c. Mendapatkan penerimaan sosial (social acceptance)

Artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan yang telah memperoleh
komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program
tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.

d. Mendapatkan dukungan sistem (system support)

Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas
mendukung.

Pelaksana Advokasi dalam Promosi Kesehatan

Untuk mencapai tujuan dari penerapan promosi kesehatan, dalam realisasinya membutuhkan faktor-
faktor yang dapat mendukung keberhasilannya. Promosi kesehatan perlu didukung oleh sumber daya
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan, sumber daya yang dibutuhkan seperti halnya metode dan
media yang tepat, serta beberapa sarana/prasarana yang dipakai dalam kegiatan promosi kesehatan
diantaranya peralatan multimedia, komputer/laptop, dan lain-lain.

Sedangkan sumber daya yang utama dan yang akan menggunakan media maupun sarana pendukung
tersebut adalah sumber daya manusia. Sumber daya utama yang diperlukan tersebut adalah pelaksana
dari penerapan promosi kesehatan pada klien. Dalam hal ini pelaksana utama dari penerapan promosi
kesehatan adalah:

a. Semua petugas kesehatan yang melayani klien

Bila berada dalam tatanan klinik, maka pelaksana yang terlibat adalah petugas kesehatan yang bekerja
dalam rumah sakit, puskesmas, balai kesehatan, dan lain lain. Semua tenaga kesehatan di sini termasuk
petugas medis maupun tenaga profesional yang terlibat dalam penanganan klien.
b. Tenaga khusus promosi kesehatan, yaitu para pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat

Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif,
memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin
institusi. Karenanya, sangat penting bagi pelaksana advokasi untuk meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi. Peran komunikasi sangat penting, sehingga komunikasi dalam rangka advokasi
kesehatan memerlukan kiat khusus agar dapat berjalan efektif. Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut:

-Jelas (clear)

-Benar (correct)

-Konkret (concrete)

-Lengkap (complete)

-Ringkas (concise)

-Meyakinkan (convince)

-Kontekstual (contexual)

-Berani (courage)

-Hati–hati (coutious)

-Sopan (courteous)

Langkah Advokasi dalam Promosi Kesehatan

a. Tahap Persiapan

Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau instrumen advokasi. Bahan
advokasi adalah: data informasi, bukti yang dikemas dalam bentuk tabel, grafik atau diagram yang
menjelaskan besarnya masalah kesehatan, akibat atau dampak masalah, dampak ekonomi, dan program
yang diusulkan/proposal program.

b. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.

c. Tahap Penilaian

Program promosi kesehatan yang menjadi prioritas adalah:

-Mendorong kepedulian masyarakat pada kesehatan

-Meningkatkan investasi untuk pembangunan

kesehatan

-Memperluas kemitraan dalam promosi kesehatan

-Meningkatkan kemampuan komunitas dan kekuatan individu


-Memelihara infrastruktur dalam promosi kesehatan

Melihat prioritas pencapaian tersebut, maka kita perlu memperhatikan langkah-langkah advokasi yang
akan dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa Advokasi merupakan proses yang tidak
sederhana. Sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan sebagai
berikut:

-Memahami/menyadari persoalan yang diajukan

-Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan

-Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan

-Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan

-Menyampaikan langkah tindak lanjut.

B. Kemitraan

Istilah kemitraan masih relatif baru di Indonesia. Namun pada kenyataannya praktik kemitraan sudah
terjadi sejak zaman dahulu di kehidupan masyarakat yang kita kenal dengan istilah gotong-royong.
Kemitraan merupakan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan baik oleh individu maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individuindividu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Berikut ini merupakan beberapa pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi :

-Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak atau lebih
dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.

-Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling


menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.

-Kemitraan juga dapat diartikan sebagai  upaya yang melibatkan berbagai komponen baik sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan
bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.

-Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk bekerjasama
mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang
berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan
memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004).

Tujuan Kemitraan

Tujuan dan manfaat dibentuknya kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih baik, dengan     
saling memberikan manfaat antar pihak yang bermitra. Selain itu tujuan kemitraan antara lain yaitu:

-Meningkatkan koordinasi/kerjasama baik itu lintas program maupun lintas sektor

-Meningkatkan komunikasi
-Meningkatkan kemampuan bersama dalam mengatasi masalah.

-Meningkatkan komitmen bersama.

-Meningkatkan percepatan pencapaian tujuan bersama dan tercapainya upaya kesehatan yang efisien
dan efrktif.

Langkah-langkah Kemitraan

Beberapa langkah untuk menjalin kemitraan yaitu:

1. Penjajakan : Penjajakan perlu dilakukan dengan calon mitra kerja. Tahapan sebelum melakukan
penjajakan adalah identifikasi calon mitra kerja. Tujuan penjajakan ini yaitu untuk mencari pihak-pihak
yang memiliki potensi untuk mendukung program yang akan dilaksanakan.

2.  Penyamaan persepsi : Penyamaan persepsi perlu dilakukan pertemuan awal guna menyamakan
persepsi terhadap masalah kesehatan yang dihadapi agar keberhasilan mencapai tujuan bisa
dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Tujuan lain juga agar masing-masing mitra memahami
kedudukan serta tupoksi masing-masing secara terbuka.

3. Pembagian peran : Dalam mencapai tujuan kemitraan bersama, peran masing-masing mitra beragam
namun sama pentingnya. Oleh karena itu perlu dibicarakan secara terbuka dan bersama sebelum
menuangkan dalam kesepakatan tertulis.

4. Komunikasi intensif : Komunikasi intensif sangat diperlukan guna mengetahui perkembangan program
kemitraan yang sudah terjalin. Komunikasi antarmitra dapat dilakukan secara teratur dan terjadwal.
Permasalahan yang muncul dapat segera dipecahkan dengan cara ini.

5. Pelaksanaa : Pelaksanaan kegiatan haruslah  dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah disepakati
bersama. Pelaksanaan kegiatan ini juga harus dikomunikasikan secara intensif pada waktu yang telah
disepakati sehingga masalah yang dihadapi bisa segera dicari solusinya.

6. Monitoring dan evaluasi  : Agar asas keterbukaan bisa dijaga, maka kegiatan ini juga disepakati sejak
awal. Hal ini mencakup cara monitoring dan juga evaluasi terhadap jalannya kemitraan maupun dalam
upayanya mencapai tujuan bersama. Bila dipandang perlu, hasil monev dapat dipergunakan sebagai
penyempurnaan kemitraan. 

Prinsip-prinsip Kemitraan

Prinsip merupakan  suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang


dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dalam
membangun sebuah kemitraan terdapat tiga  prinsip kunci yang perlu dipahami dalam oleh masing-
masing aggota kemitraan sehingga mampu mencapai tujuan bersama  (Notoatmodjo, 2012) yaitu:

a. Kesetaraan/persamaan (Equity)

Suatu individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau
sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati, sehingga adanya
kesetaraan “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu dalam menjalin kemitraan asas
demokrasi harus di junjung tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendaknya kepada anggota
yang lainnya.
b. Keterbukaan (transparency)

Keterbukaan dimaksudkan adanya saling mengetahui terhadap kekurangan atau kelemahan masing-
masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya
kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling
melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).

c. Saling Menguntungkan  (mutual benefit)

Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang, tetapi lebih kepada non materi.
Saling menguntungkan antar individu, organisasi atau institusi dapat dilihat dari kebersamaan atau
sinergi dalam mencapai tujuan. Kegiatan upaya promosi kesehatan akan menjadi efisien dan efektif bila
dilakukan bersama.

Landasan Kemitraan

1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (Structure)

Mejalin kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang untuk mencapai tujuan bersama, sehingga
diharapkan setiap anggota mitra memahami kedudukan, peran dan fungsinya masing-masing sesuai
dengan tanggungjawab.

2. Saling memahami kemampuan masing-masing (Capacity)

Saling memahami kemampuan masing-masing anggota. Hal ini perlu disadari walaupun dalam
kesetaraan. Bila nantinya masing-masing  mitra diharapkan kontribusinya maka akan ada perbedaan
kuantitas maupun kualitas. Hal ini juga dianggap wajar karena prinsip kemitraan adalah “mengambil
bagian” dalam upaya pencapaian tujuan.

3. Saling Menghubungi (Lingkage)

Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam menjalin kemitraan. Karena dengan komunikasi yang
baik kita dapat membangun hubungan antara anggota mitra. Untuk itu, saluran komunikasi dapat
terpelihara terus dan tidak tersumbat di antara masing-masing anggota  yang bermitra. Diupayakan
adanya “saling menghubungi” di antara anggota mitra, hal ini bisa dalam bentuk pertemuan atau rapat
kemitraan..

4. Saling Mendekati ( Proximity)

Dalam upaya pertemanan (friendship) kedekatan anggota mitra mutlak diperlukan. Dengan demikian
dibangun nilai “saling memahami” atau saling mengenal antara anggota mitra. Karena dengan merasa
dekat atau saling mengenal akan membuat kita lebih nyaman dalam bekerjasama sama menjalankan
tugas.

5. Saling membantu dan dibantu (Openes)

Pada dasarnya setiap individu, organisasi atau institusi tidak dapat bekerja sendiri. Apabila terdapat
rekan mitra kita yang memerlukan bantuan kita harus senantia ikut membantu. Untuk itu, adanya sikap 
saling membantu sangat penting  dalam menjalankan tugas, sehingga kegiatan atau pekerjaan yang kita
lakukan lebih efektif apabila dilakukan secara bersama-sama.
6.Saling Mendukung dan mendorong (Synergy)

Saling mendukung dan mendorong. Dalam beberapa hal bisa saja terjadi anggota mitra mengalami 
kurang bersemangat. Namun ada juga anggota yang sangat antusias. Saat inilah dibutuhkan upaya saling
mendukung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

7. Saling Menghargai (Reward)

Di antara anggota mitra seharusnya ada nilai saling menghargai dan toleransi serta memahami suatu
perbedaan agar persahabatan atau kemitraan dapat berlangsung lama dan bisa berhasil mencapai
tujuan bersama.

Pilar-Pilar Kemitraan

Dalam mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan ada tiga institusi kunci organisasi atau unsure
pokok yang terlibat di dalamnya. Ketiga institusi tersebut yaitu:

1. Unsur Pemerintah. Unsur pemerintah terdiri dari berbagai pemerintah yang terkait dengan dengan
masalah kesehatan, antara lain kesehatan sebagai kuncinya, pendidikan, pertanian, kehutanan,
lingkungan hidup, industri dan perdagangan.

2. Dunia usaha atau unsur swasta (private sector) atau kalangan bisnis, contonya seperti : dari kalangan
pengusaha, industriawan, dan para pemimpin berbagai perusahaan. Salah satu kemitraan dengan dunia
usaha/ usaha dapat berbentuk bantuan uang yang berasal dari dana corporate social responsibility
(CSR). CSR merupakan suatu komitmen perusahaan untuk membangun kualitas hidup yang lebih baik,
yang bekerjasama  masyarakat dan lingkungan sosial dimana perusahaan itu berdiri. 

3. Unsur organisasi non pemerintah/ Non Government Organization ( NGO). Unsur oraganisasi non
pemerintah meliputi dua unsur pokok yakni: a) unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
Organisasi Masa ( Ormas) termasuk yayasan bidang kesehatan. b) Organisasi profesi seperti IDI, PDGI,
IAKMI, PPNI dan lain sebagainya.

   Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi  suatu program perlu adanya menjalin kemitraan baik
dengan sektor pemerintah, usaha/swasta , organisasi non pemerintah/LSM maupun masyarakat. Selain
itu, dalam membangun Good Governance ketiga sektor tersebut memiliki peran yang sangat penting.
Sektor pemerintahan lebih banyak memainkan peranan sebagai pembuat kebijakan, pengendalian dan
pengawasan. Sektor swasta lebih banyak berkecipung dan menjadi penggerak aktifitas di bidang
ekonomi. Sedangkan sektor masyarakat merupakan objek sekaligus subjek dari sektor pemerintahan
maupun swasta, karena di dalam masyarakatlah terjadi interaksi di bidang politik, ekonomi, maupun
sosial budaya.

Model dan jenis Kemitraan

Dari berbagai pengalaman pengembangan kemitraan di sektor kesehatan yang ada, secara umum
dikelompokan menjadi dua yaitu :

    A. Model I

Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau building
linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra atau intitusi telah memiliki
program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut
terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya. Sifat
kemitraan ini juga disebut koalisi. Contohnya Koalisi Indonesia Sehat.  

   B. Model II

Model kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap anggota
mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program atau kegiatan bersama. Oleh sebab
itu visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan
dievaluasi bersama. Contohnya Gerakan Terpadu Nasional (GERDUNAS), Gebrak Malaria (Rollback
Malaria).

Syarat Kemitraan

 Dalam menjalin kemitraan ada beberapa syarat diantaranya yaitu:

a. Kesamaan perhatian ( Common interest)

Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian dan


kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu masalah
niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian terhadap
masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upayaupaya informasi dan advokasi
secara intensif.

b. Saling percaya dan saling menghormati

Kepercayaan (trust)  modal dasar setiap relasi/hub antar manusia, kesehatan harus mampu
menimbulkan trust bagi partnernya

c. Harus saling menyadari arti kemitraan

Saling menyadari pentingnya arti kemitraan Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan
kebersamaan antar anggota utk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan
masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan  advokasi
dan informasi.

d. Harus ada kesepatan visi,misi, tujuan dan nilai yang sama

Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati
bersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi
masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas
lapangan.

e. Harus berpijak pada landasan yang sama

Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa kesehatan merupakan aspek yang
paling utama dalam kehidupan manusia. Sektor kesehatan harus mampu meyakinkan kepada sektor lain
bahwa “healtth is not everything, but without health everything is nothing” disini Informasi dan
Advokasi sangat penting.

f. Kesediaannya untuk berkorban


Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa tenaga, sarana dan dana yang dapat
berasal dari masing-masing mitra, tetapi dapat juga diupayakan bersama. Disinilah dibutuhkan
pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dsb.

Sistem Kemitraan

Menjalin kemitraan bukanlah suatu sebagai output atau tujuan, tetapi bukan sebuah proses, namun
adalah sebuah sistem. Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Dalam  menjalin
kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem yaitu :

1. Input

Input sebuah kemitraan adalah jenis dan jumlah  sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing unsur
yang menjalin kemitraan meliputi sumber daya manusia, sumber daya lainnya seperti dana, sistem
informasi, teknologi dan lain sebagainya.

2. Proses

Proses dalam kemitraan pada hakikatnya merupakan kegiatan-kegiatan untuk membangun hubungan
kemitraan. Kegiatan membangun kemitraan dapat dilakukan melalui sebuah pertemuan dengan
tahapan diantaranya:

a)  penjajakan

b)  sosialisasi/advokasi

c)  di bangunnya kesepakatan

d)  pertemuan mendalam dan penyusunan rencana kerja.

3.  Output

Output yang dimaksud pada kemitraan yaitu terbentuknya jangringan kerja atau networking, aliansi
atau forum. Disamping itu pada output kemitraan juga terdapat penguraian tugas, fungsi dan
tanggungjawab masing-masing anggota mitra.

4.  Outcome

Outcome adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu, outcome kemitraan dapat dilihat dari indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat, yang
merupakan akumulasi dampak dari upaya-upaya lain disamping kemitraan. Contoh
dari outcome kemitraan yaitu meningkatnya status gizi balita, meningkatnya cakupan asi eksklusif di
masyarakat.

C. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai
proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat
hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi.
Tujuan pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan
meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:

· Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan
masyarakat.

· Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap
untuk meningkatkan kesehatan mereka.

· Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku sehat.

Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:

1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi
pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan
zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.

2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi
masyarakat setempat.

3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan
melakukan tindakan pencegahan.

4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam
kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.

Prinsip pemberdayaan masyarakat

1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.

2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat.

3) Menggali kontribusi masyarakat.

4) Menjalin kemitraan.

5) Desentralisasi.

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat

1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan


masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.

2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan
pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

Ciri pemberdayaan masyarakat

1) Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau
pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.

2) Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya
merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

3) Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang
dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.

4) Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk
memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk
melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.

5) Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan


berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based health education.

6) Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk pengembangan


program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau arang.

Indikator hasil pemberdayaan masyarakat

1) Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan
masyarakat.

2) Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah
tokoh masyarakat yang terlibat, dan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.

3) Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah
masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota
keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di
masyarakat.

4) Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan,
angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi masyarakat.

Sasaran Advokasi dalam Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkupnya. Sasaran
penerapan promosi kesehatan pada klien bisa dilihat dari tatanan yang dituju, berdasarkan/berpatokan
pada program PHBS, dikembangkan 5 setting/tatanan promosi kesehatan yaitu di rumah/tempat tinggal
(where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum
(where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services).

a. Promosi kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (RS, klinik dan puskesmas)


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 004 tahun 2012, bahwa yang disebut penerapan
promosi kesehatan di rumah sakit adalah: “Upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien,
klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam
meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka,
sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.”

Hal tersebut menunjukkan bahwa sasaran dari penerapan promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah
pasien dan keluarga, klien, serta kelompok-kelompok masyarakat. Penerapannya bisa dilakukan sejak
pertama kali masuk Rumah Sakit di ruang pendaftaran, pasien rawat jalan, pasien rawat inap, dan pasien
dalam pelayanan penunjang medik.

Berdasarkan prinsip advokasi sebagai pendekatan pada masyarakat untuk keberhasilan program
pengobatan/peningkatan kesehatan melalui layanan kesehatan, maka kegiatan yang dapat dilakukan
adalah:

Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang diderita pasien.

-Memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan.

-Menerapkan “proses belajar” di fasilitas pelayanan kesehatan.

-Mengembangkan perilaku sehat.

Memberikan pesan kesehatan terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan
serangan penyakit serta proses penyembuhan dan pemulihan.

Sedangkan sasarannya adalah:

Penderita pada berbagai tingkat penyakit, misalnya: pasien penyakit akut v.s kronis; pasien rawat jalan
v.s rawat inap.

Kelompok atau individu yang sehat, contoh: keluarga pasien; tamu

Petugas di fasilitas yankes: petugas medis, paramedis, non medis; pimpinan, administrasi dan teknis.

b. Promosi kesehatan di rumah tangga/masyarakat

Menekankan pada kegiatan kampanye dan aktivitas lainnya dengan target-target sasaran tertentu di
dalam masyarakat. Fasilitator masyarakat dan petugas kesehatan setempat seperti sanitarian/petugas
kesehatan lingkungan, PKK, kader desa dan bidan desa secara bersama-sama dapat melakukan kegiatan
promosi kesehatan.

Target/sasaran kegiatan seperti ibu muda yang mempunyai anak bayi/balita, ibu hamil, remaja putri,
kelompok perempuan dan kelompok laki-laki, karang taruna, kelompok miskin dan kelompok menengah
ke atas.

Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan dalam Promosi Kesehatan di masyarakat, adalah:

Penyuluhan kelompok terbatas


-Penyuluhan kelompok besar (masa)

-Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman/peer group education)

-Pemutaran film/video

-Penyuluhan dengan metode demonstrasi

-Pemasangan poster

-Pembagian leaflet

-Kunjungan/wisata kerja ke daerah lain

-Kunjungan rumah

-Pagelaran kesenian

-Lomba kebersihan antar RT/RW/Desa

Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan tempat-tempat umum

Kegiatan penghijauan di sekitar sumber air

Pelatihan kader, unit kesehatan

c. Promosi kesehatan di sekolah (usaha kesehatan sekolah atau unit kegiatan medis di perguruan tinggi)

Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang
telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan
sekolah. Diharapkan setelah siswa sekolah mendapat pembelajaran perubahan perilaku di sekolah
secara partisipatif, dapat mempengaruhi orang tua, keluarga lain serta tetangga dari siswa sekolah
tersebut.

Siswa sekolah dasar terutama kelas 3, 4 dan 5 merupakan kelompok umur yang mudah menerima
inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang
mereka terima kepada orang lain. Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam
program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan,
Kabupaten, Propinsi dan Pusat.

Adapun lingkup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan Promosi Kesehatan Sekolah adalah sebagai
berikut:

Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan menjaga
kebersihan jamban sekolah.

Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah.

Penggalakan cuci tangan pakai sabun (CTPS).

Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan
masyarakat.

Kampanye pemberantasan penyakit cacingan.


Pendidikan kebersihan saluran pembuangan.

Pelatihan guru dan murid tentang kebersihan dan kesehatan.

Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”.

Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat di sekolah.

Dalam kaitannya dengan kegiatan advokasi di sekolah, maka program utama promosi kesehatan di
sekolah adalah:

1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat

-Aspek Non-Fisik (mental sosial)

-Aspek Fisik

Bangunan sekolah dan lingkungannya

Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan, misal: kebersihan kulit, rambut, kuku, mulut dan
gigi; kebersihan ruang kelas, kamar mandi.

Keamanan umum sekolah dan lingkungannya, misal: ada pagar sekolah, halaman mudah dilewati.

P3K

2. Pendidikan Kesehatan

Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat.

Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.

Membentuk kebiasaan hidup sehat.

Pemeliharaan dan Pelayanan Kesehatan di Sekolah

3. Pemeliharaan dan Pelayanan Kesehatan di Sekolah

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka komponen promosi kesehatan yang terkait secara langsung
adalah:

Penerapan kebijakan kesehatan.

Membuat peraturan-peraturan sekolah untuk mengembangkan kebiasaan sehat. misal: pemeriksaan


kebersihan diri tiap senin.

Tersedianya sarana dan prasarana pencegahan dan pengobatan

Sederhana di sekolah, misal: tersedianya tempat cuci tangan, kotak P3K.

Tersedianya lingkungan yang sehat, misal: penyediaan air bersih, tempat sampah dll

d. Promosi kesehatan di tempat kerja


Mengapa promosi kesehatan perlu juga dilakukan di tempat kerja? Karena advokasi tentang layanan
kesehatan justru sangat dibutuhkan mengingat bahwa produktivitas pekerja tidak saja ditentukan oleh
desain pekerjaan, namun juga oleh perilaku sehat pekerja baik di dalam atau di luar tempat kerja.

Terkait dengan advokasi, yang diperlukan di tempat kerja terutama adalah adanya kebijakan
penyelenggaraan program kesehatan didasarkan atas manfaat bagi pekerja atau pelayanan sukarela
yang bertujuan untuk menurunkan absenteeism, kecelakaan kerja, hari sakit, biaya pelatihan, turn over,
kompensasi pekerja. Selain itu dapat meningkatkan reputasi perusahaan, kepuasan pekerja,
penggunaan yankes, dan nilai sosial masyarakat.

Adapun topik-topik yang dapat dibahas saat mensosialisasikan program kesehatan antara lain:

-Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan

-Pendidikan kanker payudara

-Kesehatan reproduksi

-Latihan dan kebugaran

-Penggunaan fasilitas kesehatan

-Penilaian resiko kesehatan

-Tekanan darah tinggi

-Pencegahan kecelakaan dalam rumah

-Pendidikan gizi

-Perencanaan pensiun

-Manajemen stres

-Pengendalian berat badan

-Berhenti merokok

Anda mungkin juga menyukai