Strategi utama dalam promosi kesehatan yaitu adanya upaya advokasi, dukungan sosial
dan pemberdayaan masyarakat. Upaya inilah yang disebut sebagai misi dalam promosi
kesehatan. Secara umum misi promosi kesehatan ini ada 3, yaitu :
Advokasi (advocate). Sejalan dengan misi advokat, promosi kesehatan harus dapat membuat
kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan perilaku menjadi menguntungkan bagi
kesehatan. Kegiatan advokasi ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai
tingkat,dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan, bahwa program kesehatan yang akan dilaksanakan
tersebut penting (urgent). Sasaran promkes pada tahap ini merupakan sasaran tersier.
Jadi, penerapan promosi kesehatan akan lebih terarah bila mengacu pada visi dan misi
dari promosi kesehatan itu sendiri yang tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan- kebijakan publik yang
mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-
kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya,
selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan public. Misalnya, ada peraturan
atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk
mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap
kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup
kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan
kepada para pemimpin institusi. Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan
ada bermacam-macam, yaitu:
b. Seminar/presentasi
c. Media
d. Perkumpulan
e. Membangun koalisi
c. Membangun kemitraan
d. Memobilisasi massa
e. Membangun kapasitas
Proses Advokasi ini bertujuan untuk mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya
yang menyangkut keputusan terhadap masyarakat. Secara mendetail, tujuan dari Advokasi
meliputi hal-hal berikut ini:
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan, contoh konkrit
pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini
sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
Adanya komitmen politik dari para eksekuti, maka perlu ditindaklanjuti dengan
advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah
memperoleh komitmen politik tersebut.
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur
kerja yang jelas mendukung.
Sasaran penerapan promosi kesehatan pada klien bisa dilihat dari tatanan yang dituju,
Berdasarkan/berpatokan pada program PHBS, dikembangkan 5 setting/tatanan promosi
kesehatan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat
kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana
kesehatan (where we get health services). Langkah Advokasi dalam Promosi Kesehatan :
1. Tahap Persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap Penilaian
Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama waktu yang disediakan untuk advokasi,
maka dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil. Langkah tindak lanjut yang tercetus di ujung
perbincangan (misalnya dengan membuat disposisi pada usulan/proposal yang diajukan)
menunjukkan adanya komitmen untuk memberikan dukungan. Kata-kata kunci dalam penyiapan
bahan advokasi adalah “Tepat, Lengkap, Akurat, dan Menarik”. Artinya bahan advokasi harus
dibuat:
5) Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain.
6) Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas, sehingga
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan
berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti: tokoh masyarakat, tokoh agama,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi
pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana
diberbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor
kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program)
kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melaui tokoh masyarakat pada dasarnya
adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau
berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut.
Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan social ini antara lain:
1. Pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya.
Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh
masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).
2. Penerapan Bina Suasana pada berbagai tingkatan
a. Pendekatan Individu
2) diperkenalkan.
b. Pendekatan Kelompok
2. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai
pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu individu anggota
masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang
diperkenalkan.
1) Pelatihan
2) Konferensi pers
3) Dialog terbuka
4) Penyuluhan
4) Pendidikan
5) Pertunjukkan tradisional.
8) Kunjungan lapangan
9) Studi banding
1) Forum komunikasi
4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan, dan
g. Desentralisasi.
4. Community material: setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan
untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali penghasil pasir
memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke
puskesmas.
5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat
dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based
health education.
Aspek pemberdayaan masyarakat. Ditinjau dari lingkup dan obyek pemberdayaan mencakup
beberapa aspek, yaitu:
1. Peningkatan kepemilikan aset (sumberdaya fisik dan finansial) serta kemampuan (secara
individu & kelompok) untuk memanfaatkan aset tersebut demi untuk perbaikan
kehidupan mereka.
2. Hubungan antar individu dan kelompok, kaitannya dengan kepemilikan aset dan
pemanfaatannya.
4. Pengembangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat lokal, regional, maupun
global
1. Input, meliputi: SDM (pemimpin, toma, toga, kader), jumlah dana yang digunakan,
bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
3. Output, meliputi: jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat,
jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang
kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan
keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.
Notoatmodjo, Soekidjo 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi , Jakarta : Rineka Cipta
Susilowati Dwi, 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Promosi Kesehatan, Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan