KOMUNIKASI
DALAM
KEPERAWATAN
i
VISI MISI
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TUBAN
1. Visi :
Visi Program Studi Diploma 3 Keperawatan Tuban adalah :
Prodi D3 Keperawatan Tuban menjadi Pendidikan D3 keperawatan yang kompetitif dan unggul dalam
keperawatan Komunitas, memiliki moralitas dan integritas pada tahun 2025.
2. Misi :
Misi Program Studi Diploma 3 Keperawatan Tuban Poltekkes Kemenkes Surabaya adalah :
3. Tujuan :
ii
HALAMAN TIM PENYUSUN
Penulis
Titik Sumiatin, S.Kep, Ns.,M.Kep
Wahyu Tri Ningsih, S.Kep, Ns., M.Kep.
Editor
Titik Sumiatin, S.Kep, Ns.,M.Kep
Wahyu Tri Ningsih, S.Kep, Ns., M.Kep.
Muhammad Rosyid Ridlo
Ul Anggi Kumalasari
Natania Harlisa
Penata letak
Dwi Tarisa Putri
Villa Ana Fitria
Niken Sefi Adilla W.P
Penerbit
Program Studi D3 Keperawatan Tuban
Poltekkes Kemenkes Surabaya
Redaksi
Program Studi D3 Keperawatan Tuban
Jl. Dr. Wahidin SH No. 2 Tuban 62314
Distributor Tunggal
Program Studi D3 Keperawatan Tuban
Jl. Dr. Wahidin SH No. 2 Tuban 62314
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Modul ini telah diperiksa dan disetujui keseluruhan isinya, untuk selanjutnya dapat dipakai dalam
perkuliahan di lingkungan Prodi DIII Keperawatan Tuban
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah komunikasi keperawatan terapeutik dengan tepat waktu .
Makalah ini disusun untuk membantu pengembangan kemampuan pemahaman pembaca
terhadap pengetahuan tentang komunikasi keperawatan terapeutik. Makalah komunikasi ini
disajikan dalam bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami
makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai komunikasi
terapeutik.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ketua program studi yang telah memberikan
kami kesempatan untuk menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik, dan masukan sangat
kami harapkan sari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini.
v
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................ 1
KONSEP DASAR KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK ............................... 1
DALAM KEPERAWATAN ...................................................................................................... 1
TOPIK 1 .................................................................................................................................... 2
TOPIK 2 .................................................................................................................................. 77
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK ................................................ 77
TOPIK 3 .................................................................................................................................. 86
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA ............................................ 86
TOPIK 4 .................................................................................................................................. 92
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA DEWASA........................................... 92
vi
TOPIK 3 ................................................................................................................................ 160
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN BERKEBUTUHAN KHUSUS
.............................................................................................................................................. 160
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Melalui komunikasi manusia
dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari hari maupun di
tempat kerja, pasar, masyarakat, atau dimanapun manusia berada. Tidak ada
manusia yang tidak ada terlibat dalam komunikasi. Komunikasi begitu sangat
penting dalam kehidupan manusia,karena harus diakui bahwa manusia tidak bisa
hidup tanpa komunikasi karena manusia adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain, dengan berkomunikasi secara efektif maka, kegiatan –
kegiatan yang sering dilakukan manusia bisa berjalan dengan baik. Tanpa adanya
komunikasi dengan baik mengakibatkan ketidak teraturan dalam melakukan kegiatan
sehari hari baik itu dirumah maupun dalam organisasi, perusahaan dan dimanapun
manusia itu berada.
Pengertian komunikasi menurut definisi Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya
yang sistematis untuk merumuskan yang secara tegar asas penyampaian informasi
serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi diatas menunjukkan bahwa yang
dijadikan obyek studi ilmu komunikasi bukan saja menyampaikan informasi,
melainkan juga pembentukan pendapat umum (publik opinion) dan sikap publik
(poblik attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan
peranan yang sangat penting. Bahkan dua dalam definisi yang sangat khusus
mengenai pengertian komunikasi itu sendiri, Hovland mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain.
1
TOPIK 1
KONSEP KOMUNIKASI
Titik Sumiatin, S.Kep, Ns.,M.Kep
Topik 1 Bab 1 akan menjelaskan lebih lanjut mengani konsep dasar komunikasi
yang mencakup tentang pengertin, tujuan, model, elemen, bentuk-bentuk, proses,
serta faktor yang mempengaruhi komunikasi.
Dari penjelasan topik 1,diharapkan Anda dapat memahami dan menjelaskan
tentang konsep dasar komunikasi secara umum yang digunakan pada saat
melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Setelah memahami topik 1, diharapkan Anda dapat :
1. menjelaskan pengertian komunikasi,
2. menjelaskan tujuan komunikasi,
3. menjelaskan model komunikasi,
4. menjelaskan elemen komunikasi,
5. mengidentifikasi bentuk/jenis komunikasi,
6. menjelaskan proses komunikasi,
7. menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi proses komunikasi.
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal daari bahasa latin communicare –
communication dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan
dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita, seperti telepon, telegraf,
radio, dan sebaginya. Beberapa pengertian komunikasi disampaikan oleh ahli
berikut.
a. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi adalah tukar menukar pikiran,
ide, atau informasi dan perasaan dalam setiap interaksi.
b. Jurgen Ruesch (1972) dalam Chitty (1997) menjelaskan bahwa
komunikasi adalah keseluruhan bentuk perilaku seseorang secara sadar
maupun tidak sadar yang dapat mempengaruhi orang lain tidak hanya
komuniksasi yang diucapkan dan ditulis, tetapi juga termasuk gerakan
tubuh serta tanda – tanda somatik dan simbol – simbol.
Dari beberapa definisi di atas, secara sederhana komunikasi dapat diartikan
sebagai suatu proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau
informasi dari seorang ke orang lain. Lebih kompleks komunikasi
didefinisiakan sebagai berikut.
a. Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator
kepada komunikan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari, ucapan
verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada pada diri
komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang lain.
b. Komunikasi adalah proses yang dinamis serta selalu berubah sesuai
dengan situasi dan kondisi llingkungan yang senantiasa berubah.
Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat
agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada
kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah
2
penting, sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk
memperhatikan dan memahami makna informasi yang diterima serta
memberikan respon yang sesuai.
2. Tujuan Komunikasi
Berdasarkan beberapa pengertian / definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa secara umum tujuan komunikasi sebagai berikut.
a. Menyampaikan ide / informasi / berita kalau kita melakukan komunikasi
dengan orang lain, tujuan utamanya adalah sampainya atau sapat
dipahaminya apa yang ada dalam pikiran kita atau ide kita kepada lawan
bicara. Dengan demikian, ada satu kesamaan ide antara apa yang ada
dalam pikiran komunikator dan komunikan.
Contoh kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.
Komunikasi perawat kepada pasien saat menjelaskan kondisi pasien,
menyampaikan diagnosis keperawatan, rencana tindakan, prosedur
tindakan, atau menyampaikan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
b. Memengaruhi orang lain komunikasi yang kita lakukan kepada orng lain
secara decara kita sadari ataupun tidak kita sadari akan memengaruhi
perilaku orang lain. Secara sadar, jika kita tidak beerkomunikasi untuk
tujuan memotivasi seseorang, kita berharap bahwa orang yang kita
motivasi akan melakukan hal sesuai dengan yang kita inginkan. Secara
tidak kita sadari, jika pada saat kita memotivasi menunjukkan wajah yang
serius, kita akan membuat lawan bicara antusias untuk mendengarkan dan
memperhatikan apa yang disampaikan kepada dirinya.
Contoh kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.
Komunikasi perawat kepada pasien saat memberikan motivasi untuk
memelihara kesehatan serta melakukan budaya hidup sehat melalui
pengaturan pola makan yang sehat dan olahraga yang teratur.
c. Mengubah perilaku orang lain. Komunikasi bertujuan mengubah perilaku,
maksudnya jika kita bicara dengan seseorang yang berperilaku berbeda
dengan norma yang ada dan kita menginginkan.
3
anggota keluarga yang sakit demam berdrah, dan lain – lain yang
tujuannya meningkatkan pengetahuan agar lebih baik dari sebelumnya.
e. Memahami (ide) orang lain. Komunikasi antara dua orang atau lebih akan
efektif jika antara komunikator dan komunikan saling memahami ide
masing – masing dan mereka saling berusaha untuk memberi makna pada
komunikasi yang disampaikan atau diterima.
3. Model Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu ilmu pengetahuan mengenai perilaku
manusia dalam berkomunikasi. Dalam komunikasi terdapat model-model yang
membantu dalam menjelaskan pengertian atau teori mengenai perilaku
komunikasi manusia dan fungsi komunikasi bagi aktivitas manusia, salah
satunya yaitu dalam komunikasi keperawatan.
Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi yang
menonjolkan unsur-unsur terpenting yang akan dipakai untuk memahami suatu
proses komunikasi. Model berfungsi sebagai sarana untuk menjelaskan suatu
peristiwa, kondisi, atau proses déngan memprioritaskan hal-hal yang penting
untuk diketahui, dimengerti, dan diingat, serta menghilangkan hal-hal yang
tidak berkaitan dengan kondisi, peristiwa, atau proses tersebut.
Sampai saat ini sudah terdapat banyak model komunikasi yang dibuat
untuk membantu manusia dalam berkomunikasi, tetapi faktanya belum ada
satupun pakar komunikasi ataupsikologi komnunikasi yang menyatakan sebuah
model komunikasi tersebut sempurna..
Pada dasarnya, semua model komunikasi itu akan saling mendukung
model komunikasi lainnya agar menjadi sempurna.
4
b) Model Komunikasi Harold Laswell
Model komunikasi klasik dari Aristoteles kemudian disempurnakan
lagi menjadi model komunikasi Harold Laswell.Model komunikasi Harold
Laswell dibuat oleh seorang sarjana politik dari Amerika yang bernama
Harold Laswell. Model komunikasi ini merupakan satu-satunya model
komunikasi massa yang paling sederhana.
Menurut komunikasi Laswell, istilah komunikator adalah orang yang
paling memiliki pengaruh dan mampu mengarahkan komunikan untuk
mengikuti keinginannya. Jadi,kekuatan komunikasi (powerfull) dimiliki
penuh oleh komunikator sehingga pesan-pesan yang disampaikannya
dipastikan memberikan efek dalam diri komunikan. Maka dari itu,
biasanya model komunikasi Laswell banyak digunakan untuk
menstimulasi riset komunikasi, khususnya dalam bidang komunikasi
massa dan politik.
5
kuat diantara model komunikasi yang lainnya. Dibawah ini merupakan
ilustrasi dari Model Shannon dan Weaver.
6
penting dalam memilih, menentukan, dan melaksanakan tindakan (asuhan)
keperawatan.
b) Pesan (message).
dalam proses komunikasi terdapat beberapa pesan, yaitu: (1) penting
atau tidaknya pesan tersebut untuk disampaikan; (2) bersifat personal
ataukah umum pesan tersebut; (3) seberapa besar pesan itu dapat dilakukan
atau tidak dapat dilakukan; (4) apakab disampaikan dengan jelas ataukah
tidak pesan tersebut; (5) dapat diterima dengan baik ataukah tidak pesan
tersebut; (6) pada kondisi yang bagaimana pesan itu bisa disampaikan; dan
(7) cara menyampaikan pesan tersebut.
c) Saluran (channel).
efektivitas dan keberhasilan dari suatu komunikasi dipengaruhi oleh
saluran (channel, atau media) yang digunakan untuk menyampaikan atau
menerima pesan. Saluran sering digunakan sebagai sumber untuk
memengaruhi dan membentuk opini, pikiran, persepsi, tanggapan,
perasaan, dan perilaku baru seseorang penerima (receiver). Pada
umumnya, dalam praktik keperawatan antara perawat dan pasien (klien)
bisa saja terjadi kegagalan komunikasi yang berawal dari kesalahan atau
inkompetensi menggunakan dan memberdayakan saluran komunikasi
tersebut.
d) Penerima (receiver).
Pesan tentunya harus dapat diterima, dipahami, dimengerti, dan dapat
diolah oleh komunikan untuk mendapatkan hasil komunikasi yang efektif.
Kemampuan ini sangat tergantung pada sikap, pengetahuan, keterampilan
sosial, kesamaan personal, dan situasional antara komunikator dan
komunikan.
Gambar di bawah ini akan membantu dan memudahkan kita
memahami proses komunikasi dari model Berlo.
7
4. Elemen Komunikasi
Tahukah anda bahwa dalam berkomunikasi ada elemen – elemen yang
saling berkaitan dan dapat mempengaruhi komunikasi?. DeVito (1997)
menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang terdiri atas
komponen – komponen atau elemen – elemennya saling terkait. Setiap elemen
dalam komunikasi saling berhubungan yang satu dengan yang lain dan elemen
yang satu mendahului elemen lain yang terkait. Taylor, Lilis, LeMone (1989),
dan DeVito (1997) mengidentifikasi bahwa berlangsungnya komunikasi yang
efektif, ada lima elemen utama, yaitu komunikator (sender), informasi atau
pesan atau berita, komunikan (receiver), umpan balik (feedback), atmosfer atau
konteks.
a. komunikator (sender). Komunikator adalah orang atau kelompok yang
menyampaikan pesan atau ide atau informasi kepada orang atau pihak lain
sebagai lawan bicara. Komunikator berarti sumber berita atau informasi
atau disebut informan, yaitu sumber atau asal berita yang disampaikan
kepada komunikan. Seorang komunikator beraksi dan bereaksi secara utuh
meliputi fisik dan kognitif, emosional dan intelektual.
b. Informasi atau pesan atau berita. Pesan adalah keseluruhan yang
disampaikan oleh komunikator, disadari atau tidak disadari, secara
langsung (bahasa verbal) yang disampaikan komunikator secara sengaja
sudah dipersiapkan. Pesan yang tidak disadari adalah pesan yang muncul
beriringan atau bersamaan dengan pesan yang disampaikan pada saat
komunikator berbicara.
c. Komunikan (receiver). Komunikan adalah orang atau sekelompok orang
yang menerima pesan yang disampaikan komunikator. Komunikan yang
efektif adalah komunikan yang bersikap kooperatif, penuh perhatian, jujur,
serta bersikap terbuka terhadap komunikator dan pesan yang disampaikan.
d. Umpan balik (feedback). Umpan balik adalah informasi yang dikirim
balik ke sumbernya (Clement dan Frandsen, 1976, dalam DeVito, 1997).
Umpan balik bisa berasal dari diri sendiri ataupun orang lain. Umpan balik
dari diri sendiri misalnya, jika kita menyampaikan pesan melalui bicara,
kita akan dapat secara langsung mendengar apa yang kita sampaikan.
Umpan balik dari orang lain adalah umpan balik yang datang dari lawan
bicara. Bentuk umpan balik yang diberikan antara lain anggukan, kerutan
dahi, senyuman, gelengan kepala, interupsi pembicaraan, pernyataan
setuju atau tidak setuju, dan lain – lain. Umpan balik dapat berupa verbal
ataupun nonverbal. Agar terjadi umpan balik yang baik, harus bersifat
jujur sesuai konten (isi pesan) yang disampaikan, dan bagian dari solusi
merupakan hasil proses berpikir, tidak bersifat subjektif dan disampaikan
dalam waktu yang tepat.
e. Atmosfer atau konteks. Atmosfer adalah lingkungan ketika komunikasi
terjadi terdiri atas tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, sosial-psikologis, dan
temporal yang mempunyai pengaruhpada pesan yang disampaikan. Ketiga
dimensi lingkungan ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu
sama lainnya. Peruahan dari salah satu dimensi akan mempengaruhi
dimensi yang lain. Dimensi fisik adalah lingkungan nyata (tangible), dapat
berbentuk ruang atau bangsal, dan segala komponen yang ada di
dalamnya. Dimensi sosial-psikologis meliputi tata hubungan status
diantara pihak yang terlibat dan aturan budaya masyarakat ketika mereka
berkomunikasi. Yang termasuk dalam konteks ini adalah persahabatan
atau permusuhan, lingkungan formal atau informal, serta situasi serius atau
tidak serius. Dimensi temporal (waktu) adalah mencakup waktu ketika
komunikasi terjadi. Pilihan waktu yang tepat dapat mencapai efektifitas
komunikasi yang dilakukan. Gambar 1.1 menunjukkan hubungan atau
keterkaitan masing – masing elemen dalam komunikasi.
8
PESAN
KOMUNIKATOR KOMUNIKAN
(SENDER) INTERAKSI (RECEIVER)
UMPAN BALIK
ATMOSFER
Gambar 1.1 Semua Elemen Utama Komunikasi.
9
b. Komunikasi nonverbal
Setelah Anda memahami komunikasi verbal, selanjutnya Ands harus
mengenali dan mampu mengidentifikasi komunikasi nonverbal yang selalu
mengiringi komunikasi verbal. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi
nonverbal adalah pertukaran informasi tanpa menggunakan kata-kata.
Komunikasi ini tidak disampaikan secara langsung oleh komunikator,
tetapi berhubungan dengan pesan yang disampaikan secara oral ataupun
tulisan. Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata,
ekspresi wajah, postur atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa isyarat
tubuh waktu biacara, penampilan secara umum, suara dan sikap diam, atau
symbol-simbol lain, mislnya model pakaian dan cara menggunakan.
c. Para-verbal
Komunikasi para-verbal yakni bentuk pesan yang muncul bersama
dengan bentuk pesan verbal (tetapi tidak langsung). Misalnya,
menggunakan saluran radio, televise, kaset, telepon, alat cetak, dan lain-
lain.
1. Komunikasi sebagai proses memiliki bentuk :
a. Komunikasi langsung
Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi
berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan
penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada
seseorang dihadapan kita.
b. Komunikasi tidak langsung
Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat
gandakan jumlah penerima penerima pesan (sasaran) ataupun untuk
menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya menggunakan radio,
buku, dll.
2. Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran :
a. Komunikasi massa, yaitu komunikasi yang dilakukan dengan
sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, dan umumnya
tidak saling dikenal. Komunikasi masa yang baik harus :
- Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele
- Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami
- Bentuk gambar yang baik
- Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar
(radio)
b. Komunikasi kelompok
Adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang
umumnya dapat dihitung dan dikenal merupakan komunikasi
langsung dan timbale balik.
Perawat -------------- Pengungjung puskesmas
c. Komunikasi perorangan
Adalah komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui
telepon.
Perawat ------ Pasien
3. Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan :
a. Komunikasi satu arah
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak
dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan
balik atau bertanya, misalnya radio.
A--------------------------------B
b. Komunikasi timbal balik
Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan
umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan
merupakan komunikasi timbal balik.
10
Daftar Pustaka :
6. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah suatau proses yang komples untuk mengirim pesan
dari komonukator kepada komunikan. Vecchio (1995) menguraikan bahwa
proes komunikasi merupakan urutan tahap-tahap komunikasi kompleks
meliputi idea generation, encoding, transmitting via various channels,
receiving, decoding, understanding, dan responding yang merupakan suatu
siklus yang selalu berulang. Dalam model ini, dijelaskan bahwa komunikasi
selanjutnya diproses/diolah di otak dan keluar dalam bentuk gelombang suara
atau tulisan atay dalam bentuk kode-kode tertentu (encoding). Informssi yang
telah diolah dlam bentuk kode-kode yersebut selanjutnya
ditransmisikan/disalurkan oleh komunikator melalui media (channel). Channel
ini akan membantu proses penyampaian pesan dari komunikator dan proses
penerimaan pesan oleh komunikan. Pesan/informasi yang sampai atau diterima
dalam bentuk gelombang suara, tulisan, atau kode-kode tersebut diproses dan
dipresepsikan oleh komunikasi (deconding). Setelah dipersepsikan, komunikasi
akan sampai pada tingkat pemahaman (understanding) dan selanjutnya
berespon terhadap pesan yang diterima sebagai umpan balik untuk
komunikator. Respons yang diberikan oleh komunikan atau menstimulasi
munculnya ide baru dan seterusnya idea tau informasi akan diproses kembali
sebagai suatu siklus yang berulang.
Komunikasi dalam praktik keperawatan dipandang sebagai proses, karena
melibatkan aktivitas komunikasi yang berlangsung aktif, seperti pada proses
penyampaian ide, perasaan, harapan, suasana, keinginan dan upaya
pembentukan sikap, tindakan atau perbuatan baru antara perawat dan pasin
(klien). Proses komunikasi keperawatan akan berlangsung apabila pasien
(klien) merasa ada suatu pemenuhan kebutuhan tindakan asuhan keperawatan
yang harus dilakukan oleh perawat. Hasil proses komunikasi keperawatan
berupa terjadinya pembentukan pandangan (paradigma) dan emosi serta
perilaku pasien (klien).
Proses komunikasi keperawatan akan berjalan dengan baik, apabila
perawat dan pasien (klien) memiliki tujuan yang sama tentang pengobatan
keperawatan. Adanya tujuan yang sama membuat pasien (klien) lebih mudah
memahami setiap pengobatan keperawatan yang akan diberikan, sehingga
dapat memberikan respon positif.
Suatu proses komunikasi dalam praktik keperawatan dikatakan efektif
apaila: (1) ada kepercayaan penuh dari pasien (klien) terhadap isi pesan
keperawatan yang disampaikan oleh perawat; (2) proses komunikasi
keperawatan memiliki daya tarik tertentu bagi pasien; (3) pesan komunikasi
keperawatan sesuai dengan kebutuhan keperawatan dan penyembuhan pasien
(klien); (4) pesan-pesan komunikasi keperawatan itu mudah dimengerti, dapat
dipahami, dan akan dinilai oleh pasien (klien); (5) pesan komunikasi
keperawatan itu memiliki setting komunikasi (apakah nyaman, kondusif,
menantang, atau sama sekali tidak ada) dan (6) metode dan media komunikasi
yang dipakai.
Secara umum, proses komunikasi dibagi dalam dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi primer.
proses komunikasi primer adalah proses perpindahan pengertian,
pikiran, idea tau gagasan dari seseorng (komunikator) kepada orang
lain (komunikan) dalam bentuk komunikasi yang dilakukan secara
11
langsung. Misalnya, perawat menyanyakan langsung kepada pasien
(klien) tentang kondisi pasien (klien) dan tindakan keperawat apa
yang akan dilaksanakan. Selama pasien dirawat di rumah sakit.
Keuntungan dari proses komunikasi primer adalah komunikator dapat
melihat dan mengetahui sejauh mana rspon komunikan sehingga
komunikator dapat memperbsiki atau mempertahankan peoses
komunikasinya.
12
Daftar Pustaka:
a. Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang mengirimkan pesan. Seorang
komunikator harus menunjukkan penampilan yang baik, sopan dan
menarik, serta berwibawa dan tidak sombong. Di samping itu, harus
mempunyai pengetahuan yang memadai, menguasai materi, dan
memahami bahasa yang digunakan lawan (language mastery). Hal ini
penting karena salah satu hambatan dalam komunikasi adalah adanya
ketidaksamaan bahasa yang digunakan antara komunikator dan
komunikan. Penguasaan bahasa ini penting untuk menghindari terjadinya
salah tafsir (misspreception) dalam komunikasi.
Lihat contoh berikut.
* Dahar (krama inggil dalam bahasa Jawa) berarti makan untuk
tingkat tinggi atau orang yang kita hormati, mial pada orang tua, guru, dan
sebgainya; berbeda dengan dahar (bahasa Sunda) berarti makan untuk
tingkat rendah atau tidak terhormat. *Kasep (bahasa Jawa) berarti
terlambat sekali, berbeda dengan kasep (bahasa Sunda) yang berarti
cakep/ganteng/tampan.
Selanjutnya, seorang komunikator harus mampu membaca peluang
(opportunity), mengolah pesan supaya mudah dipahami dkomunikan, dan
mempunyai alat-alat tubuh yang baik sehingga menghasiljan suara yang
baik dan jelas, antara lain pita suara, mulut, bibir. Lidah, dan gigi. Seorang
komunikator yang pita suaranya terganggu, tidak mempunyai gigi, atau
13
sumbing akan mengalami kesulitan dalam berkata-kata yang
mengakibatkan tidak jelasnya pesan yang di sampaikan.
b. Pesan/informasi
Pesan yang bersifat informative dan persuasive akan mudah diterima dan
dipahami daripada pesan yang bersifat memaksa. Pesan yang mudah
diterima adalah pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan (relevan),
jelas (clearly), sederhana atau tidak berltele-tele, dan mudah dimengerti
(simple). Di samping itu, informasi akan menarik jika merupakan
informasi yang sedang hangat (up to date).
c. Komunikan
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator.
Seorang komunikan harus mempunyai penampilan atau sikap yang baik,
sopan, serta tidak sombong. Seorang komunikan yang bernampilan acak-
acakan berarti tidak menghargai diri sendiri dan orang lain. Demikian pula
jika komunikan tampak sombong/angkuh, akan memengaruhi psikologis
komunikator yang berdampak paad tidak efektifnya pesan yang
disampaikan. Di samping itu, seorang komunikan harus mempunyai
pengetahuan, ketrampilan komunikasi, dan memahami sistem social
komunikator. Hal ini penting karena tanpa pengetahuan an ketrampilan
mengolah informasi yang diteria sehingga terjadi ketidaksamaan persepsi
(missinterpreception). Selanjutnya, seorang komunikan harus mempunyai
alay-alat tubuh yang baik. Alat tubuh yang berperan utama untuk
menerima pesan suara adalah telinga. Supaya pesan dapat diterima dengan
tepat, komunikan harus mempunyai fungsi pendengaran yang baik.
d. Umpan balik
Komunikasi efektif jika komunikan member umpan balik yang sesuai
dengan pesan yang disampaikan. Umpan balik ini penting bagi
komunikator karena sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan
komunikasi. Mengerti atau tidaknya komunikan terhadap isi pesan yang
disampaikan oleh komunikator dapat dilihat dari bagaimana komunikan
memberikan umpan balik.
e. Atmosfer
Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan lingkungan yang
kondusif (condive) dan nyaamn (comfortable). Lingkungan yang kondusif,
yaitu lingkungan yang mendukung berlangsungnya komunikasi efektif.
Dalam dimensi fisik lingkungan nya,man, yaitu lingkungan yang tenang,
sejuk, dan bersih sehingga kondusif dalam mencapai komunikasi yang
efektif dalam dimensi social-psikologis, komunikasi yang kondusif adalah
komunikasi yang dilakukan dengan penuh persahabatan, akrab, dan santai.
Sementara itu, dalam dimensi temporal (waktu), komunikasi yang
dilakukan dengan waktu yang cukup dan tidak tergesa-gesa
memungkinkan tercapainya tujuan.
14
Seseorang yang memiliki nilai yang berkembang akan lebih baik
dalam menentukan keputusan untuk menentukan suatu tindakan
tertentu. Nilai juga menggambarkan apa yang seseorang ingin
pertimbangkann dalam hidupnya. Perbedaan pengalaman dan harapan
seseorang terhadap sesuatu juga akan membentuk nilai yang beragam
pula. Nilai yang dimiliki seseorang akan memengaruhi bagaimana
seseorang mampu mengekspresikan ide dan gagasan yang dimiliki
dan juga dapat mengklarifikasikan ide-ide yang datang dari orang
lain.
2. Faktor emosi, emosi yang memengaruhi jalannya komunikasi
dimaknai sebagai perasan subjektif seseorang tentang kejadian dan
memengaruhi bagaimana individu menggunakan kapasitas yang
dimiliki dan bagaimana dia berhubungan dengan orang lain (Potter &
Perry, 1987). Dalam hal ini, perawata harus mampu memudahkan
proses komunikasi sehingga emosi tidak akan bercampur dengan
memaksimalkan tindakan keperawatan yang sedang diberikan untuk
pasien (klien). Sebagaimana perawat harus tetap menunjukkan empati.
3. Faktor latar belakang, budaya yang dimiliki seseorang akan
memengaruhi pandangan umum dan persepsi yang dimilikinya
tentang dunia tempat mereka tinggal. Bahasa, gerak-isyarat (gesture),
dan sikap seseorang akan mencerminkan budaya yang dimilikinya
(cultural origins). Dalam hal ini, seorang perawat harus mampu
menerima perbedaan latar belakang budaya pasien dan perawat harus
mampu bertukar kebudayaan yang dimilikinya dengan budaya yang
melekat pada pasein (klien).
4. Faktor pengetahuan seseorang. Pengetahuan seeseorang juga
mampu memengaruhi berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi.
Perbedaan tingkat pengetahuan dan pendidikan membuat proses
komunikasi akan lebih sulit. Maka dari iku, wajar saja jika semakin
tinggi perkembangan dan pendidikan seseorang akan semakin baik
pula bahasa yang digunakan dalam proses komunikasi.
5. Faktor peran dan pola hubungan yang dimiliki seseorang. Ada
seseorang yang berkomunikasi sesuai dengan peran dan pola yang
dimiliki lawan bicaranya. Akan tetapi, dapat pula terjadi perbedaan
peran dan pola hubungan diantara mereka. Jika demikian keadaanya,
konflik komunikasi kemungkinan besar dapat terjadi. Maka dari itu
ada beberapa sistem yang dapat digunakan untuk menimalisir konflik
yang akan terjadi seperti menentukan secara tepat kapan
menggunakan komunikasi secara informal, misalnya dengan siapa
kita berbicara. Artinya,kita harus mampu mengidentifikasi peran dan
pola yang dimiliki laan bicara. Sehingga, komunikasi dapat berjalan
lebih efektif, dan dapat menciptakan pola peran dan hubungan yang
dimiliki seseorang.
6. Faktor kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan lingkungan dapat
berupa lingkungan fisik dan non-fisik atau mental-psikologi. Proses
komunikasi akan lebih menjadi efektif jika dilakukan pad kondisi
yang nyaman dan kondusif. Kebisingan atau gangguan dapat
menyebabkan kebingungan dan ketidaknyamanan dalam proses
komunikasi.
Daftar Pustaka:
Wahyudi Nugroho, Haji. 2009. Komunikasi dalam keperawatan gerontik, jakarta:
EGC
Chitty (1997)
15
DAFTAR PUSTAKA
Pieter, Herri Zan. 2017. Dasar Dasar Komunikasi Bagi Perawat. Edisi I. Jakarta.
Penerbit Kencana divisi dari Prenadamedia Group.
Ariani, Tutu April. 2018. Komunikasi Keperawatan. Malang. Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang.
Arwani. 2003. Komunikasi dalam keperawatan, jakarta: EGC
Anjaswari, Tri.2016. Komunikasi dalam Keperawatan.jakarta:Pusdik SDM
Kesehatan
Zan Pieter, Herri. 2017.Dasar-dasar komunikasi bagi perawat, jakarta: KENCANA.
Wahyudi Nugroho, Haji. 2009. Komunikasi dalam keperawatan gerontik, jakarta:
EGC
Chitty (1997)
16
TEST 1
Pilihlah satu jawaban yang tepat!
1). Berikut ini dalah benar tentang komunikasi nonverbal yang harus diketahui
perawat saat komunikasi dengan pasien . . . . . . . . . .
A. keluhan utama
A. Perawat Ani
B. pasien Nn. Dorce
C. pengaturan pola makan
D. ruang penyuluhan
3). Memproses informasi/ide dari seorng komunikator dalam bentuk kata-kata yang
mudah dipahami oleh komunikan adalah proses komunikasi yang disebut dengan . . .
.......
A. ideation
B. encoding
C. transmission
D. receiving
4). Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi ditinjau komunikan
adalah . . . . .
A. penguasaan materi
B. kemampuan bicara
C. bahasa yang digunakan
D. vocal
5). Yang bukam termasuk komunikasi nonverbal yang harus diketahui perawat
adalah. . .. .. .
A. menangis
B. suara lirih
C. murung
D. bertanya
17
6). Di ruang konsultasi yang tenang dan sejuk, tampak perawat dan klien sedang
duduk berhadapan. Berikut ini petikan komunikasi perawat-klien dalam pelayanan
keperawatan.
P : Selamat pagi (sambil berjabat tangan). Bagaimana perasaan ibu hari ini?
(Sambil memandang klien dan tersenyum).
K : Selamat pagi, perasaan saya sangat tidak nyaman. Banyak hal tidak mampu
saya kerjakan karena saya harus sering kontrol kerumah sakit (pasien menunduk dan
tampak sedih).
Berdasarkan ilustrasi tersebut, yang termasuk dalam elemen atmosfer dalam
komunikasi adalah . . . . .
A. Duduk berhadapan perawat-klien
B. Ruang konsultasi yang tenang dan sejuk
C. Berjabat tangan
D. Memandang klien dengan tersenyum.
7). Komunikasi dalam bentuk tertulis sangat penting dilakukan perawat dalam
melakukan aktivitas perawat sebagai berikut, kecuali . . . . .
A. melakukan konsultasi
B. mendokumentasikan tindakan keperawatan
18
TOPIK 2
Daftar Pustaka :
Nugroho,Wahjudi.2002.Komunikasi dalam keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC
Zen.pribadi.2013.Panduan Komunikasi Untuk Bekal Keperawatan
Profesional.Jogjakarta:D-Medika
19
untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi
terapeutik.
Banyak yang mengira atau berpendapat bahwa komunikasi terapeutik
identik dengan senyum dan berbicara dengan lemah lembut. Pendapat ini tidak
salah tapi mungkin terlalu menyederhanakan atau menyepelekan arti dari
komunikasi terapeutik itu sendiri, karena inti dari komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang dilakukang yangbertujuan untuk terapi pada klien.
North house (1998, hal. 12) menyatakan bahwa, “komunikasi terapeutik
adalah kemampuan atau ketrampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikoogis, dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain”. Sedangkan Stuart G. W., 1998
menyatakan bahwa, “Komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dengan klien, dalam hubungan ini perawat dan
klien memperoleh penglaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien”. Hibdon, S. (2000) menyatakan bahwa
pendekatan konseling yang memungkinkan klien menemukan siapa dirinya
merupakan fokus dari komunikasi terapeutik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan atau dirancang yang
bertujuan untuk terapi pada klien. Seorang penolong (helper) atau perawat
dapat membantu klien mengatasi dan memberikan solusi terhadap masalah
yang dihadapinya melalui komunikasi tersebut.
Daftar Pustaka :
Arwani.2002.Komunikasi dalam keperawatan.Jakarta:EGC
Suryani.2016.Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik.Jakarta:EGC
b. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Berikut adalah beberapa manfaat dari komunikasi terapeutik :
1. Mendorong sekaligus menganjurkan kerja sama anatar perawat
dengan pasien.
2. Melakukan identifikasi guna mengungkap perasaan pasien sekaligus
mengevaluasi tindakan yang di lakukan.
3. Memberikan pengertian mengenai gangguan kesehatan yang di hadapi
oleh pasien sekaligus membantu mengatsinya.
4. Mencegah tindakan negatif pasien akibat gangguan kesehatan yang di
deritanya.
Daftar Pustaka :
20
dan depresi. Dengan melakukan komunikasi terapeutik pada klien tersebut,
diharapkan perawat dapat mengubah cara pandang klien tentang
penyakitnya, tentang dirinya, dan masa depannya, sehingga klien dapat
menghargai dan menerima diri apa adanya.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan selalu bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi
terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Dengan komunikasi yag terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya,
perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan yang saling percaya. Roger (1974) dalam Abraham dan Shanley
(1997) mengemukakan bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam
proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan
kemampuan koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal
diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
Misalnya seorang klien gangguan jiwa yang berpendidikan hanya sampai
SMP mengatakan bahwa setelah pulang dia ingin bekerja di bank. Hal ini
tentu tidak mungkin tercapai dan akan berdampak pada harga diri klien.
Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai
harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan
hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri. Dalam kasus
tersebut peran perawat adalah membimbing klien dalam membuat tujuan
yang realistis dan meningkatkan kemampuan klien memenuhi kebutuhan
dirinya.
4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Identitas personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas. Dalam hal ini
perawat berusaha menggali semua aspek kehidupan klien di masa sekarang
dan masa lalu. Kemudian perawat membantu meningkatkan integritas diri
klien melalui komunikasinya dengan klien.
Daftar Pustaka :
Suryani.2016.Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik.Jakarta:EGC.
21
Posisi berhadapan dengan pasien yang dimaksud bertujuan
meunjukkan sikap bahwa seorang perawat secara implisit sudah
menegaskan “siap” melayani pasien.
2. Mempertahankan kontak mata
Hal ini ditujukan sebagai bentuk upaya yang dilakukan oleh seorang
perawat guna menunjukkan bahwa dirinya sangat menghargai
keberadaan pasien sekaligus menyatakan keinginan untuk tetap
melangsungkan komunikasi.
3. Membungkuk kearah pasien
Posisi membungkuk merupakan bagian dari pengejawatan upaya yang
dilakukan oleh seorang perawat untuk senantiasa mendengarkan
sesuatu yang hendak di komunikasikan oleh pasien.
4. Tetap rileks
Hal itu ditujukan sebagai salah satu upaya guna mengontrol
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi yang datang dari
pasien saat komunikasi sedang dilangsungkan.
Daftar Pustaka :
Suryani.2016.Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik.Jakarta:EGC.
b. KEHADIRAN PSIKOLOGIS
Mengacu pada pendapat Truax, Carkhfoff, dan Benerso (1987),
kehadiran psikologis terbagi menjadi dua, yaitu dimensi respond dan
dimensi tindakan, berikut adalah penjelasannya :
A. Dimensi respon
Dimensi respon yang dimaksud terdiri dari sikap ikhlas,
menghargai, empati, dan konkrit. Keberadaan dimensi respon dalam
komunikasi terapeutik sangatlah penting. Utamanya ketika mengawali
hubungan dengan pasien. Berikut adalah penjelasan mengenai bagian
dari dimensi respon :
1) Keikhlasan
Keikhlasan yang dimaksud dari sikap seorang perawat adalah
melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan, sekaligus upaya untuk
selalu berperan aktif dalam melakukan hubungan dengan pasien.
2) Menghargai
Menghargai bisa diwujudkan oleh seorang perawat ketika
duduk bersama pasien yang sedang menangis. Saat itu perawat
mencoba meminta maaf atas semua hal yang tidak berkenan atau
tidak disukai oleh pasien.
3) Empati
Empati yang dimaksud adalah upaya yang harus dilakukan
oleh seorang perawat guna memandang segala sesuatu
menggunakan sudut pandang pasien. Turut merasakan perasaan
pasien sekaligus mengidentifikasi masalahnya merupakan salah
satu nilai yang harus dikembangkang oleh perawat.
4) Konkret
Konkret yang dimaksud adalah keharusan bagi seorang
perawat. Untuk senantiasa menggunakan metode keperawatn
yang bersifat spesifik serta bisa dipertanggung jawabkan. Adapun
fungsi dari sikap tersebut adalah guna mempertahankan
keprcayaan pasien, melalui penjelasan yang akurat dan detail.
B. Dimensi tindakan
Berpijak pada pendapat Stuart dan Sundeen (1995), yang
dimaksud dengan dimensi tindakan adalah meliputi konfrontasi,
kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan
22
bermain peran. Dimensi tindakan harus diimplementasikan oleh
seorang perawat dalam berhubungan dengan pasien.
Berikut adalah penjelasa mengenai bagian dari dimensi tindakan :
Konfrontasi yang dimaksud adalah pengekspresian seorang
perawat terhadapperbedaan perilaku pasien. Menurut Carkhoff,
sebagaimana yang dikutip olehStuart dan Sundeen (1998), terdapat
tiga kategori dalam konfrontasi, yaitu :
1) Ketidaksesuaian antara konsep dengan diri pasien, yang
dimaksudkan adalah ketidaksesuaian ekspresi diri pasien dengan
harapan yang diinginkan.
2) Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dengan perilaku
pasien.
3) Ketidaksesuaian antara pengalaman pasien dengan perawat.
Sebagai catatan untuk masing-masing perawat, konfrontasi yang
dimaksudkan harus dilakukan secara asertif, bukan progesif atau
marah. Dengan demikian, sebelum melakukan pengkajian terlebih
dahulu mengenai :
1. Tingkat hubungan mengenai rasa saling percaya dengan pasien.
2. Waktu yang tepat.
3. Tingkat kecemasan sekaligus kekuatan pasien.
Konfrontasi akan berguna bagi pasien yang memiliki kesadaran diri,
namun perilakunya belum berubah.
1. Kesegaran
Kondisi ini diperlukan apabila interkasi antara perawat dengan pasien
terfokus saat mempelajari pasien. Sebagai catatan perawat hendaknya
memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi terhadap perasaan pasien.
2. Keterbukaan perawat
Peningkatan keterbukaan antara perawat dengan pasien dapat
menurunkan tingkat kecemasan pasien. Hal ini terlihat saat perawat
memberikan informasi mengenai diri, ide, nilai, perasaan, dan sikapnya
guna memfasilitasi proses kerja sama dengan pasien.
3. Katarsis emosional
Dorong pasien untuk memperbincangkan hal-hal yang
menggangunya. Dalam hal ini, seorang perawat harus bisa mengkaji
mengenai kondisi pasien melalui perbincangan yang sudah dilakukan.
Apabila pasien masih menglami kesulitan dalam mengekspresikan
perasaannya, perawat harus membantunya denga mencoba membuat
suasana menjadi cair.
4. Bermain peran
Cara ini dapat memberikan stimulasi guna membangkitkan semangat
sekaligus memperdalam kemampuan pasien guna meninjau situasi dari
sudut pandang lain.
23
3) Integrasi sikap yang terapeutik dalam berkomunikasi serta melakukan
tindakan keperawatan harus dipahami oleh setiap perawat.
Daftar Pustaka :
Stuart dan Sundeen (1998), Dalam buku Komunikasi Terapeutik
(Suryani.2016.Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik.Jakarta:EGC.)
e. Teknik Komunikasi Terapeutik
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998), terdapat 2 persyatan mendasar dalam
melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus
dijadikan pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah ke
pemahaman teknik komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan
sebelum memberikan saran, informasi, maupun masukan.
b. Menunjukkan Penerimaan
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui.
Menerima yang dimaksud adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan maupun tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah
menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa menerima segala bentuk
perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan untuk
menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakan tubuh yang menunjukkan
tanda tidak setuju, semisal mengerutkan kening atau menggelengkan
kepala.
24
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui.
Menerima yang dimaksud adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan maupun tidak setuju.
e. Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi dengan pasien terjadi
kesalahpahaman, penting bagi seorang perawat untuk menghentikan
pembicaraan guna mengklarifikasi serta menyamakan persepsi. Sebab,
keberadaan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai dengan benar,
seorang perawat harus memberikan contoh yang konkret dan mudah
dimengerti oleh pasien.
f. Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru sulit dimengerti. Memfokuskan
tujuan komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan
guna membatasi pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien.
Dalam hal ini, seorang perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien
saat menyampaikan keluhannya, terkecuali apabila pembicaraan tersebut
melenceng dari tujuan.
g. Menawarkan Informasi
Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi
mengenai tips yang bisa membuat pasien merasa percaya diri serta
menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat. Tentunya cara dalam
menyampaikannya jangan sampai membuat pasien merasa digurui.
25
h. Diam
26
Dengan demikian, perawat bisa memberikan pelayanan yang memuaskan
dan bermakna bagi pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
o. Memberikan anjuran kepada pasien guna mengurai persepsinya
Apabila seorang perawat berkeinginan untuk mengerti pasien, maka
salah satu metode yang bisa ditempuh adalah melihat menggunakan
perspektif pasien. Dalam hal ini, pasien harus merasa bebas dalam
menguraikan persepsinya kepada perawat
p. Refleksi
Refleksi adalah menganjurkan pasien untu mengemukakan ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila pasien bertanya
mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat bisa menjawabnya dengan
berdiskusi dengan pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan
demikian, perawat mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan itu
menunjukkan nahwa pasien memilikihak untuk mengatur dirinya sendiri.
Sehingga memunculkan pikiran bahwa dirinya merupakan manusia yang
memiliki kapasitas dan kemampuan. Semisal adalah contoh berikut:
27
Using “ Joharry Window” to increasing self awareness
Quadrant I Quadrant II
Known to self and Others Known Only to others
(Daerah terbuka/bebas) (Daerah Buta)
28
sumber yang berbeda. e) Memperluas daerah terbuka dengan terus-
menerus menjalin komunikasi dan interaksi dengan orang lain.
Selain menggunakan Joharry window untuk meningkatkan kesadaran
diri, DeVito (1998) menjelaskan bahwa perawat juga dapat melakukan
pengungkapan dirinya. Dengan cara ini, perawat dilatih untuk jujur dalam
mengungkapkan siapa dirinya. Berikut cara pengungkapan diri yang dapat
dilakukan oleh perawat.
a) Ungkapan informasi tentang diri kita sendiri yang biasa kita
sembunyikan.
b) Ungkapan hal-hal yang menyangkut diri kita yang tidak disadari.
c) Ungkapan hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui orang lain.
d) Ungkapan informasi tentang diri kita: pikiran, perasaan, dan perilaku.
e) Ungkapan Informasi yang biasa dan secara aktif disembunyikan.
f) Libatkan minimal satu orang untuk lebih banyak mengungkapkan diri
kita (perawat), baik tentang kebaikan, kejelekan, kelebihan, maupun
kekurangan.
29
pertemuan pertama dengan klien. Perawat dapat bertanya kepada dirinya
untuk mengukur kesiapan berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien.
Contoh pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai berikut.
a. Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti?
b. Bagaimana respons saaya selanjutnya?
c. Adakah pengalaman interaksi yang tidak menyenangkan?
d. Bagaimana tingkat kecemasan saya?
2. Fase orientasi/introduksi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang
bertujuan untuk merencanakan apa yang akan dolakukan pada fase
selanjutnya. Pada fase ini, perawat dapat:
e) Memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya. Kegiatan
ini mengindikasi kesiapan perawat untuk membantu klien ;
f) Memperjelas keluhan, masalah, atau kebutuhan klien dengan
mengajukan pertanyaan tentang perasaan klien ; serta
g) Merencanakan kontrak/kesepakatan yang meliputi lokasi, kapan, dan
lama pertemuan: bahan/materi yang akan diperbincangkan;
mengakhiri hubungan sementara.
Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase orientasi
ini sebagai berikut.
1) Memberikan salam terapeutik
Contoh “Assalamualaikum, selamat pagi”, dan sebagainya
2) Evaluasi dan validasi perasaan klien.
Contoh “Bagaimana perasaan ibu hari ini? Ibu tampak senang hari ini”
3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak tujuan
interaksi, kontrak waktu, kontrak tempat.
Contoh “ Tujuan saya datang ke sini untuk membantu Ibu menemukan
masalah yang membuat Ibu selalu merasa tidak nyaman selama ini”,
“Menurut Ibu, berapa lama waktu yang akan kita butuhkan untuk
tujuan ini? Bagaimana kalau 15 menit?”, “Untuk tempat di dalam
ruangan ini saja atau di taman belakang?”
3. Fase kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan
perawat klien dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase
kerja ini, perawat tidak hanya mencapai tujuan yang telah diingankan
bersama, tetapi yang lebih bermankan adalah bertujuan untuk
memandirikan klien. Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik
komunikasi dalam berkomunikasi dengan klien sesuai dengan yang telah
ditetapkan (sesuai kontrak).
Tahap kerja berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena
tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
klien. Melalui active listening, perawat membantu klien untuk
mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi
masalahnya, dana mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah
yang telah dipilih. Karena itu, perawat dituntut untuk peka terhadapa
ucapan verbal maupun respons nonverbal klien sehingga ia dapat
menentukan rencana, membuat tujuan dan melakukan tindakan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien. Teknik Komunikasi yang sering
digunakan pada tahap ini antara lain ekplorasi, refleksi, berbagi persepsi,
memfokuskan, dan menyimpulkan.
30
Pada tahap kerja ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha
untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan
membantu perwat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama.
Tujuan teknik menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal-
hal tema emosional yang penting.
Oleh karena itu, diharapkan klien merasa bahwa perawat memahami
pesan-pesan yang telah disampaikan. Tetapi jika perawat tidak
menyimpulkan permasalan yang dihadapi klien, maka dapat
mengakibatkan adanya ketidaksamaan persepsi terhadap masalah antara
perawat dan klien. Sehingga penyelesaian masalah tidak terarah dan tidak
relevan dengan hasil yang diharapkan dan masalah klien menjadi tidak
terselesaikan.
4. Fase terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan
ungkapan perasaannya. Selanjutnya, perawat merencanakan tindak lanjut
pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama klien.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat klien. Tahap
terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Pertemuan perawat-klien terdiri dari beberapa kali pertemuan.
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien.
Setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien
pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan terminasi akhir terjadi jika
perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain: pertama, mengevaluasi
pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini juga
disebut evaluasi objektif.
Brammer & Mc Donald., (1996) dalam buku Komunikasi Terapeutik
menurut Suryani menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat
berguna pada tahap terminasi. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh
terkesan menguji kemampuan klien akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar
mengulang atau menyimpulkan. Perawat mungkin bisa mengatakan,
“Baiklah, sekarang bisa Ibu atau Bapak ulangi lagi mengenai apa yang
telah dibicarakan tadi?”
Kedua, melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan
dengan menyanyakan perasaan klien setelang berinteraksi dengan perawat.
Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah berinteraksi
dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat
menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi itu ada
gunanya? Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi
klien.
Ketiga, menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
ditentukan. Tindak lanjut ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk
klien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang
baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilankukan
berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami tentang
beberapa alternatif mengatasi marah.. maka untuk tindak lanjut perawat
mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternatif
tersebut. Tindak lanjut dievaluasi pada tahap pertemuan berikutnya.
31
Keempat, membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini
penting dibuat agar terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk
pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan
tujuan interaksi.
Kegagalan pada tahap terminasi ini kemungkinan bisa terjadi apabila
terminasi dilakukan tiba-tiba atau dilakukan sepihak tanpa penjelasan.
Konsekuensinya klien mungkin akan mengalami depresi atau regresi.
Terminasi harus disampaikan pada awal pertemuan dengan klien. Kurang
dilaksanakannya kegiatan terminasi dengan baik dapat menyebabkan
rangkaian kegiatan proses komunikasi terapeutik pada klien menjadi tidak
efektif. Hal ini karena klien merasa terminasi atau perpisahan terjadi tiba-
tiba, sedangkan perawat tidak mengetahui sejauhmana tujuan telah
tercapai. Keadaan tersebut dapat menimbulkan perilaku negatif pada klien,
karena adanya perasaan penolakan, kehilangan, dan mengingkari manfaat
dari interaksi yang telah dilakukan. Hal tersebut bisa mengakibatkan klien
tetap mengalami kecemasan, bahkan menambah kecemasan merekan
karena perawat yang diharapkan mampu memberikan dukungan, ternyata
tidak sesuai dengan harapannya.
Stuart G.W. (1998) dalam buku Komunikasi Terapeutik menurut
Suryani, menyatakan bahwa proses terminasi perawat-klien merupakan
aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak
dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat
terjadi lagi pada klien. Timbulnya respons tersebut sangat dipengaruhi oleh
kemampuan perawat untuk terbuka, empati, dan responsif terhadap
kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.
Daftar Pustaka :
32
Ada yang mampu mengekspresikan masalahnya ada pula yang tidak mampu
mengungkapkannya. Untuk itu diperlukan perawat yang mempunyai kepekaan
terhadap berbagai respons klien, mempunyai kemampuan analisis cukup tinggi,
dan kemampuan menanggapi respons yang tersebut.
Dalam menanggapi respons yang disampaikan klien, perawat dapat
menggunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut:
1. BERTANYA
Bertanya (questioning) merupakan teknik yang dapat mendorong klien
untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Teknik berikut sering
digunakan pada tahap orientasi.
a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question)terjadi jika pada saat
bertanya perawat sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara
langsung berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan
nonfasilitatif (nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak
efektif karena memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau
pembicaraan, bersifat mengancam dan tampak kurang pengertian terhadap
klien.
Contoh pertanyaan yang sifatnya memfasilitasi yaitu “Bagaimana
perasaan Ibu hari ini?” Sedangkan pertanyaan nonfasilitatif misalnya
“Mengapa Bapak melakukan perbuatan itu?” Dari contoh tersebut terlihat
bahwa fasilitative question lebih baik dari pada non fasilitative question.
Jadi, dalam memberikan pertanyaan, perawat harus mampu mendorong
klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya serta sensitif terhadap
respons klien baik respons verbal maupun nonverbal.
b. Pertanyaan terbuka & tertutup
Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat
membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan
terbuka, perawat akan mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya.
Pertanyaan terbuka bisa diawali dengan kata “apa” dan “bagaimana”.
Sedangkan pertanyaan tertutup (closed ended question) digunakan ketika
perawat membutuhkan jawaban yang singkat.
Contoh :
1. Pertanyaan terbuka “Bagaimana keadaan Ibu hari ini?” “Ceritakan
kepada saya, apa yang Ibu rasakan?”
2. Pertanyaan tertutup “Masih ingat janji kita kemarin, Bu?” “Berapa
orang saudara perempuan Anda?”
33
Pada kenyataannya di lapangan, beberapa perawat masih sering
menggunakan why question. Hal ini mungkin disebabkan karena
kebiasaan. Contoh pertanyaan yang paling sering penulis dengar
seperti, “Mengapa Anda menangis?” , “Mengapa Anda terlambat?” ,
“Mengapa Anda marah?” dan sebagainya.
2. MENDENGARKAN
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi
terapeutik. Mendengarkan adalah proses aktif (Geldard, D., 1998 Dalam Buku
Komunikasi Terapeutik) dan penerimaan informasi serta penalaahan reaksi
seseorang terhadap pesan yang diterima.
Nilai terapeutik dari mendengarkan yaitu mengkomunikasikan kepada
klien tentang minat dan penerimaan perawat secara nonverbal.
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibicarakan
klien dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan pada saat yang
tepat, dan tidak memotong pembicaraan klien. Respons yang bisa disampaikan
untuk menunjukkan bahwa perawat mendengarkan klien adalah seperti, “M...
m...” , “o ya....” , “Terus...” , “Lalu....”
Kemampuan listening ini sangat penting dalam komunikasi terapeutik
terutama pada fase kerja. Tanpa listening yang baik, perawat tidak akan
mampu menggali masalah klien dan memberikan alternatif pemecahan masala.
Kemampuan listening ini bisa diasah dengan cara dilatih dengan teman sekelas
(untuk mahasiswa) atau dengan rekan satu ruangan (bagi perawat yang
bertugas di rumah sakit). Caranya : minta teman untuk mengungkapkan
perasaannya tentang sesuatu, catat semua yang diungkapkan dan diekspresikan
termasuk ungkapan verbal dan nonverbal, terjemahkan apa yang ditulis dengan
bahasa sendiri, kemudian klarifikasi pada teman tersebut apakah yang ditulis
tersebut sudah menggambarkan apa yang ingin diungkapkannya atau belum.
3. MENGULANG
Maksud mengulang (restating) di sini yaitu mengulang kembali pikiran
utama yang telah diekspresikan oleh klien.
Hal ini menumukkan bahwa perawat sedang mendengarkan dan
memvalidasi, menguatkan dan mengembalikkan perhatian klien pada sesuatu
yang telah diucapkan klien. Restating (pengulangan) merupakan suatu strategi
yang mendukung listening. Sebagai contoh, ketika klien mengatakan, “Saya
pusing, banyak sekali masalah yang harus saya selesaikan”. Perawat bisa
menggunakan restating dengan mengatakan, “Anda punya banyak masalah?”
Pertanyaan itu itu untuk menunjukkan pada klien bahwa perawat
mendengarkan klien dan tertarik dengan apa yang diungkapkan klien. Cara
seperti ini terapeutik karena dengan begitu klien merasa bahwa dirinya penting
bagi perawat dan ini akan menambah kepercayaan klien terhadap perawat.
4. KLARIFIKASI
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran
klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari
ungkapannya.
Nilai terapeutik dari klarifikasi yaitu membantu mengklarifikasi perasaan,
ide, dan persepsi klien serta memberikan kejelasan tentang hubungan antara
perasaan, ide, dan persepsi klien dengan tindakannya. Pada saat klarifikasi,
perawat tidak boleh menginterpresikan apa yang dikatakan klien juga tidak
boleh menambahkan informasi.
Apabila perawat ingin menginterpresikan pembicaraan klien, maka
penilaiannya akan berdasarkan pandangan dan perasaannya. Melalui teknik ini
klien diharapkan memahami apa yang diungkapkannya. Sehingga perawat dan
34
klien akan mempunyai kejelasan yang sama mengenai pertanyaan klien
tersebut. Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian
terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami klien. Klarifikasi
mungkin bisa dilakukan dengan meminta klien mengulang apa yang baru saja
disampaikannya pada perawat dengan mengatakan, “Maaf saya masih kurang
jelas tentang apa yang Ibu atau Bapak katakan tadi, bisa lebih diperjelas lagi?”.
Teknik ini paling sering digunakan pada tahap kerja. Pada tahap kerja, perawat
perlu mengklarifikasi ungkapan klien, karena tanpa klarifikasi perawat tidak
akan memperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan klien.
5. REFLEKSI
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan
menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien.
Teknik refleksi terdiri dari reflection of content (refleksi isi) dan feflection
of feeling (refleksi perasaan). Refleksi isi dilakukan dengan paraphrasing
(memparafrasekan) yaitu membuat kalimat yang isinya sama dengan kata-kata
yang berbeda, dan bukan hanya sekedar mengulang sebagian dari ungkapan
klien.
Dengan menggunakan teknik ini perawat merefleksikan kepada klien
persis seperti apa yang ingin disampaikan klien pada perawat.
Sedangkan refleksi perasaan adalah merefleksikan perasaan apa yang
dirasakan klien ketika menyampaikan sesuatu. Jadi refleksi isi berfokus pada
isi pembicaraan dan pikiran sedangkan refleksi perasaan berfokus pada emosi
atau perasaan. Contoh :
a. Refleksi isi :
Pernyataan klien “Saya bertengkar dengan adik perempuan saya, suami saya
tidak mau bicara dengan nya, di kantor atasan saya selalu tidak percaya sama
saya, teman dekat saya juga tidak mau mengerti saya lagi”. Respons perawat
“Kelihatannya Anda punya banyak masalah dalam hubungan interpersonal”.
b. Refleksi perasaan
Pernyataan klien “Saya sangat mengharapkan kedatangannya. Tetapi
dia tidak kunjung datang. Bahkan ketika saya telepon dia, dan dia hanya
bilang lupa”. Respons perawat
“Kamu sangat kecewa? Atau kamu merasa terluka?”. Sama seperti
teknik klarifikasi, teknik refleksi ini banyak digunakan pada fase kerja.
Biasanya penggunaan kedua teknik ini saling mendukung satu sama lain.
Menurut pengalaman penulis, teknik ini sangat bermanfaat untuk menggali
perasaan klien yang sebenarnya tentang suatu kejadian.
6. MEMFOKUSKAN
Penggunaan teknik memfokuskan (focuscing) bertujuan memberi
kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan
komunikasi klien pada pencapaian tujuan dengan demikian akan terhindar dari
pembicaraan tanpa arah dan penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah usahakan untuk tidak
memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah penting.
Komunikasi pada klien yang mengalami perubahan psikologis akibat luka
dihati terkadang tidak tearah karena klien cenderung sangat emosional.
Individu dalam berbicara mungkin kesana kemari (tidak fokus). Perawat dapat
memfokuskan pembicaraan klien pada saat yang tepat misalnya dengan
mengatakan “Bagaimana kalau kita kembali ke topik pembicaraan semula”,
contoh lain misalnya klien :”wanita sering jadi bulan-bulanan”, perawat: “coba
35
ceritakan bagaimana perasaan anda sebagai wanita”. Teknik focusing juga
sangat bermanfaat pada fase kerja. Pengalaman penulis dalam merawat klien
gangguan jiwa. Pada umumnya klien yang mengalami gangguan jiwa,
pembicaraan loncat-loncat dan berbelit-belit. Dengan menggunakan teknik
focusing ini penulis dapat membawa klien tersebut kembali ke topik
pembicaraan.
7. DIAM
Teknik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada
klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-
masing. Teknik ini memberikan waktu pada klien untuk berpikir dan
menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan
dukungan, pengertian, dan penerimaanya. Diam juga memungkinkan klien
untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan. Teknik ini tidak sama dengan teknik listening. Pada
teknik ini, perawat memberi waktu pada klien untuk menjawab pertanyaan
perawat. Jadi setelah perawat mengajukan pertanyaan, perawat memberi jeda
waktu bagi klien untuk memikirkan dan menyusun informasi yang ingin
disampaikannya ke perawat. Sedangkan listening dilakukan perawat pada saat
klien mengungkapkan pikiran dan perasaanya. Sebagai contoh, setelah perawat
mengajukan pertanyaan “bagaimana perasaan ibu terhadap operasi yang akan
ibu jalani besok?” perawat memberi jeda waktu 1 / 2 menit diam untuk
memberi kesempatan klien menjawab. Kemudian ketika klien mengungkapkan
perasaanya, perawat menggunakan teknik listening dengan mendengarkan
semua ungkapan klien secara penuh perhatian.
8. MEMBERI INFORMASI
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan untuk klie.Teknik ini sangat membantu dalam
mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang
relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan klien.Informasi yang
diberikan pada klien harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman
tentang ,maalah yang dihadapinklienserta membantu dalam memberikan
alternative pemechan masala. Sebagai contoh diruang penyakit dalam ada tiga
orang pasien yang samasama mengalami penyakit jantung informasi yang
merekabutuhkan belum tentu sama. Pasien pertama mungkin butuh informasi
tentang pengobatanya, pasien kedua mungkin butuh informasi tentang cara
mendapatkan keringanan biaya dan pasien ketiga mungkin tetan hal yang lain
lagi. Karena itu sebelum memberikan informasi kepada klien, perawat
seharusnya mengkaji terlebih dahulu informasi apa yang dibtuhkan klien
(Gelderd, D,. 1998)
Dalam Buku Komunikasi Terapeutik). Teknik ini tidak ama dengan teknik
advice (saran). Pada teknik ni perawat hanya memberikan informasi keputusan
tetap ada pada klien. Sedangkan pada teknik advice, selain memberikan
informs, perawat sekaligus memberi kesan bahwa apa yang dikatakan perawat
adalah yang terbaik dalam mengatasi msalah khan. Bahaya dan teknik advice
ini adalah ketika apa yang disarankan perawat kepada klien ternyata tida dapat
menatasi permasalahan klien. Akibatnya khan bisa merasa sangat kecewa dan
tidak percaya lagi pada perawat.
36
9. MENYIMPULKAN
Menyimpulkan (summarizing) adalah teknik komunikasi yang membantu
klien mengeksplorasi poin penting dari inteaksi perawat-klien. Teknik ini
membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama sama
mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan
kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B. & Judith. P,.1997
Dalam buku komunikasi terapeutik). Lebih jauh murray dalam buku
komunikasi terapeutik mengatakan bahwa menyimpulkan berarti pembicaraan
yang menekankan pada pembentukan kesadaran diri. Penyelesaian masalah,
dan pengembangan diri. Menurut saya dalam menyimpulkan bisa diawali
dengan kata seperti ; “Dari pembicaraan kita tadi”, saya coba menyimpulkan
bahwa “, atau” kalau boleh saya simpulkan …. “ manfaat dari menyimpulkan
antara lain :
1. Memfokuskan pada topic yang relevan
2. Menolong perawat dalam megulang aspek utama interaksi.
3. Membantu klien untuk merasa bahwaperawat memahami perannya.
4. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi an membuat tambahan
atau koreksi terhadap informasi sebelumnya.
Teknik menyimpulkan ini juga sangat brmanfaatpada that kerja.Pada saat
menyimpulkan, perawat dank lien dapat mendefinisikan pokok masalah,
sehingga memungkinkan membuat perencanaan untuk mengatasi masalah.
10. MENGUBAH CARA PANDANG
Teknik mengubah cara pandang (refreaming) ini digunakan untuk
memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak. Melihat sesuatu atau
masalah dari aspek negatifnya saja (Geldnrd, 1998 Dalam buku komunkasi
terapeutik).Teknik ini sangat bermanfaat tentang ketika klien berpikiran
negative terhadap sesuatu.Atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya.
Seorang perawat terkadang memberikan tanggapan yang kurng tepat ketika
klien mengungkapkan maalah, misalnya menyatakan: “Sebenernya apa yang
anda pikirkan tidak seburuk itu kejadianya” atau “sudahlah dunia ini toh tidak
seleba daun kelor”atau” tenang saja tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Pernyatan-pernyataan seperti it bukanlah bentuk refreaming yang baik karena
cenderung menganggap enteng masalah.Selain itu juga terkesan mengabaikan
perasaa klien. Berikut ini contoh refreaming yang baik :
Pernyataan klien : “saya hampir tidak pernah bisa rileks karena begitu
sampai di rumah sepulang dari tempat kerja, anak saya yang paling kecil
langsung ngadat, minta jajan, jajana minta diantar lagi. Saya sebel, saya pukul
aja dia” respons perawat; “dari pembicaraan itu, saya menangkap bahwa bu
sangat berarti bagi anak ibu dan dia menginginkan banyak perhatiian daru
bu,”pengguaan teknik refreaming ini sangat bermanfaat pada semua klien
yang dirawat, bik dirmah sakit umum maupun di rumah akit jiwa, twerutama
pada klien yang mengalamidepresi. Harga diri redah, dan percobaan bunuh
diri, karena pada klien yang mengalami keadaan tersebur umumnya memandag
negative terhadap kehidupan ,masa depan, dan dirinya sendiri. Teknik
refreaming ini juga banyak digunakan pada tahap kerja. Refreaming akan
membuat klien mampu melhat apa yang dialaminya dai sisi positif (Geldard,
D,. 1998 Dalam Buku Komunkasi Terapeutik) sehingga memungkinkan klien
untuk membuat perwncanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya.
37
11. EKSPLORASI
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih
dalam masalah yang dialami klien ( Antoni Otong, 1995 dalam buku
komunikasi terapeutik) supaya masalah tersebut bisa diatsi. Teknik ini juga
sangat bermanfaat pada tahpap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail
tentang masalah yang dialami klien.Berikut adalah contoh eksplorasi.
Pernyataan klien : “kalau lagi kesal biasanya saya mengunci diri di
kamar.”
Respons perawat : “sewaktu mengunci diri di kamar, apa yag anda
lakukan?”
Pernyataan klien : “ Menangis….”
Respons perawat : “ selain menangis. Adakah hal yang anda lakukan ?”
Pernyataan klien : “ ada..”
Respons perawat : “ coba ceritakan “
38
“Saya perhatikan sejak awal perhatikan sejak awal pertemuan sampai
sekarang kamu banyak bercerita tentang kekecewaan krena cintamu ditolak.
Apakah menurutmu hal ini penting yang akan kita diskusikan ?”Teknik ini
sangat bermanfaat pada awl tahap kerja untuk memfokuskan pembucaran pada
masalah yang benar-benar dirasakan klien.
14. HUMOR
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik (
Florence Nightingale (1999) Dalam Buku Komunikasi Terapeutik) pernah
mengatakan bahwa suatu pengalama ahit sangat baik ditanggani dengan humor.
Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta
menurunkan tekanan darah dan nadi ( Anonymous, 1999 Dalam Buku
Komunikasi Terapeutik ) pernah mengatakan bahwa suatu pengalaman pahit
sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran
mental dan kreativitas, serta menurnkan tekanan darah dan nadi ( Anonymous,
1999 Dalam Buku Komunikasi Terapeutik). Tidak ada aturan kapan
bagaimana, dan dimana humor seharusnya digunakan .dalam hubungan
terapeutik penggunaanya bertgantung pada kualitas hubungan (Stuart, GW,.
1998 Dalam Buku Komunikasi Terapeutik). Dalam buku komunikasi
terapeutik).Dalam buku komunikasi Terapeutik). Dalambeberapa kondisi
berikuthumor mungkin bisa dilakukan
- Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor mungin
bisa menurunkan kecemasan klien.
- Jika relevan dan konsisten dan dengan social budaya klien
- Membantu klien mengatasi masalahlebih efektif.
Perawat perlu menganalisi teknik yang tepat pada setiap berkomunikasi
dengan klien, karena ketidak pastian menggunakan teknik dalam
berkomunikasi dapat berpengaruh terhadap proses dan kenerhasilan komukasi.
Informasi yang akurat dapat disampaikan melalui komunikais verbal, namun
askpek emosi dan persaaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya melalui verbal.
Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan perawat untuk menghadirkan diri,
menggunakan teknik komukasi secara tepat dan pemehaman terhadap respons
emosional klien. Dengan mengerti proses komunikasi dan mempunyai berbagai
keterampilan berkomunikasi, perawat diharapkan mampu dirinya secara utuh (
verbal dan nonverbal) dalam memberi efek terapeutik pada klien.
39
Daftar Pustaka :
Resisten ini biasanya terjadi pada fase kerja pada saat dilakukannya
pemecahan masalah. Resisten bisa disebabkan karena perawat terlalu cepat
menggali masalah klien yang bersifat sangat pribadi (Thomas, M.D;1991
Dalam Buku Komunikasi Terapeutik). Hal ini terjadi karena beberapa
factor misalnya karena perawat berfokus pada diri sendiri karea belum
terbinanya hubungan saling prcaya atau karena perawat terlalu banyak
membuka diri.
Beberapa bentuk resisten menurut Stuart G.W;1998 Dalam Buku
Komunikasi Terapeutik antara lain:
- Supresi
Klien mencoba menekan perasaannya terhadap masalah yang
dihadapi saat ke alam bawa sadar. Hal ini bisa terjadi Karena klien
belum percaya pada perawat, sehingga klien ingin mengungkapkan
perasaan atau permasalahannya pada perawat.
- Gejala penyakit yang semakin mencolok
Ini sebagai reaksi klien untuk menunjukkan pada perawat bahwa
pertolongan perawat tidak ada artinya bahkan membuat penyakit
klien seolah-olah bertambah parah.
- Pesimis terhadap masa datang
- Hal ini terjadi sebagai akibat ketidakpercayaan klien terhadap
perawat
- Adanya hambatan yang dapat didentifikasi dari ucapan atau
perilaku klien seperti :
- “Pikiran saya kosong.”Saya tak tahu harus bagaimana.’’
- Klien tidak menepati janji, datang terlambat, pelup, diam
seribu bahasa, mengantuk terus, tidak perhatian.
- Berperilaku tidak wajar
Misalnya klien membuang makanannya didepan perawat atau
seiap perawat mengajak berkomunikasi klien langsung pergi.
- Bicara hal-hal yang bersifat dangkal
Klien hanya mau berbicara dengan perawat tentang hal-hal yang
bersifat umum.Misalnya tentang keadaan klien, saat ini, pendapat
40
klien tentang rasa makanan, pada saat perawat bertanya lebih jauh
tentang masalah yang dihadapinya klien tidak mau merespon.
- Secara verbal mengungkapkan pemahaman tetapi perilakunya
tetap destruktif.
Misalnya klien mengatakan bahwa dia telah memahami
penjelasan perawat tentang pentingnya minum obat secara teratur tapi
klien tidak minum obat dengan teratur.
- Menolak untuk berubah
Hal ini dilakukan lien sebagai bentuk penolakan terhadap
pertolongan perawat.Misalnya, ketika perawat menganjurkan klien
untuk berinteraksi dengan klien lainnya, klien menolak denga
mengatakan saya lebih suka sendirian.
1) Transferens
Merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat yang sebetulnya berawal dan berhubungan dengan orang-orang
tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart,
G.W;1998 Dalam Komunikasi Terapeutik). Sebagai contoh, ketika seorang
klien merasa bahwa perawat yang merawatnya mirip sekali dengan
pamannya yang waktu kecil sering memarahi dan memukulnya, klien
tersebut akan bersifat negatif terhadap perawat. Klien tersebut akan
bersifat negative terhadap perawat. Klien mungkin akan beringkah laku
seperti menghindar atau memutuskan hubungan, membantah, mengkritik,
ngomel menjadi mudah lupa dan sebagainya. Transferens juga merupakan
suatu kumpulan reaksi ketidakpuasaan klien terhadap perawat karena
intensitas ketentuan yang berlebihan
Transferens dapat merugikan bila dibiarka berlarut larut dan tidak
disadari atau tidak dikaji secara serius.Transferens bisa membuat klien
sangat bergantung kepada perawat atau bisa membuat klien sangan
bergantung kepada perawat atau bisa juga membuat klien sangat benci
dengan perawat.Resisten transferens merupakan masalah yang sulit bagi
perawat.Perawatharus siap menerima perasaan emosional yang positif
maupun yang negatif dari klien yang sering akli sangat tidak
rasioanal.Hubungan tersebut menjadi terhenti dan tidak memungkinkan
jika perawat tidak menerima klien. Apapun motivasi klien analisis resisten
dan transferens merupakan alat untuk memperoleh oleh kembali
kesasadaran klien atas motivasinya dan belajar bertanggung jawab dalam
semua tinadakan dan tingkah lakunya.Kontertranferens
41
i) Menolong klien untuk hal hal yang tidak berhubungan dengan sasaran
asuhan keperawatan
j) Menghadapi klien dengan hubungan pribadi atau social
k) Melamunkan klien
Kontertranferens ini berdampak terhadap interaksi perawat
terhadap klien.Klien mungkin merasa bahwa perawat sangat
memperhatikan dalam artian perhatian yang lebih dari hanya sekedar
hubungan perawat-klien, sehingga klien menjadi besar kepala dan
sulit berubah, atau klien menjadi manja dan sangat bergantung pada
perawat.Sebaliknya, Kontertranferens juga bisa membuat klien merasa
bahwa perawat mengabaikan kebutuhannya atau klien mungkin
merasa bahwa perawat membencinya sehingga tidak mau terbuka
kepada perawat.
2) Pelanggaran batas
Perawat perlu mengatasi hubunganya dengan klien.Batas hubungan
perawat-klien adalah hubunhgan yang dibina adalah hubungan terapeutik,
dalam hubungan ini perwat berperan sebagai penoling dank lien berperan
sebagai yang ditolong baik perawat atau klien harus menyadari batasan
tersebut.
Pelanggar batas bisa terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang
terapeutik dan membina hubungan sosial ekonomi atau hubungan personal
dengan klien (Stuart,G.W;1998 Dalam Buku Komunikasi Terapeutik). Untuk
mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien,
perawat sejak awal interaksi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan
bersam klien tentang hubungan yang mereka jalin.Kemudian selama interaksi
perawat perlu berhati hati dalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam
komunikasi sosial dengan klien.dengan selalu berfokus pada tujuan interaksi,
perawat bisa terhindar dari pelanggaran terhadap batas batas dalam
berhubungan dengan klien. Selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi
setiap kali bertemu dengan klien juga dappat menghindari pelanggaran batas
ini.
3) Pemberian hadiah
Pemberian hadiah adalah masalah yang kontroversial dalam keperwatan.
Disatu pihak ada yang menyatakan bhwa pemberian hadiah dapat
membantu dalam mencapai tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang
menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa nerusak hubungan terapeutik.
Hadiah didapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti
sekotak permen, rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang
tidak nyata bisa berupa ekspresi ucapan terimakasih dari klien kepada
perawat sebaga orang yang akan akan meningalkan rumah sakit, atau dari
anggota keluarga yang lega dan berterimakasih atau bantuan perawat
dalam meringankan beban emosional klien. Karena pemberian hadiah ini
bervariasi, tidak pantas bila setiap emberian hadiah dihubungkan dengan
tindakan perawat.Seringkali respon perawat terhadap pemberian hadiah
bergantung pada waktu, situasi, dan konteks dari pemberian hadiah
tersebut. Pada tahap orientasi, pemberian hadiah dapat merusak hubungan,
karena klien dapat memanipulasi perawat dengan cara mengatur hubungan
dan mengatur batasan batasan dalam berhubungan (Stuart dan Sundeen,
1998 Dalam Buku Komunikasi Terapeutik).
42
Sedangkan pemberian hadiah pada tahap terminasi memiliki arti lain dan
kompleks sera sulit ditentukan pada saat ini pemberian hadiah pada bentuk
kongrit maupun abstrak adalah refleksi keingonan pasien yang membuat
perawat bisa menjadi merasa bersalah, menunda proses terminasi, atau
membantu pemindahan hubungan terapeutik perawat-klien.
Daftar Pustaka :
Priyanto,Agus.2009.Komunikasi Dan Konseling,Jakarta:Salemba Medika.
Suryani.2016.Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik.Jakarta:EGC.
43
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku secara keseluruhan baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui media. (Arwani,2002)
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Latihan Soal
1. Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan
klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh penglaman belajar bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien”. Pernyataan diatas adalah
pernyataan menurut?
*a. Stuart, G,. W 1998*
b. Hibdon, S,. 2000
c. North house,.1998
d. Geldard, D,. 1998
e. Antoni Otong,. 1985
46
TOPIK 3
47
merupakan sebuah ikatan antara perawat dan klien yang membuat perawat lebih
efektif dalam melaksanakan proses keperawatan. Perawat bertanggung jawab dalam
mengarahkan klien melalui tahapan dalam hubungan saling membantu untuk
meyakinkan bahwa kebutuhan klien telah terpenuhi. Tahapan hubungan di atas
terbagi dalam 3 fase, yaitu fase orientasi, kerja, dan terminasi.
1. Faseorientasi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang bertujuan
untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase selanjutnya. Pada
fase ini, perawat dapat:
a. memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya. Kegiatan ini
mengindikasi kesiapan perawat untuk membantu klien;
b. memperjelas keluhan, masalah, atau kebutuhan klien dengan mengajukan
pertanyaan tentang perasaan klien; serta
c. merencanakan kontrak/kesepakatan yang meliputi lokasi, kapan, dan lama
pertemuan; bahan/materi yang akan diperbincangkan; dan mengakhiri
hubungan sementara.
Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada faseorientasi ini
sebagai berikut.
1) Memberikan salam terapeutik
Contoh: “Assalamualaikum, selamatpagi”, dan sebagainya.
2) Evaluasi dan validasi perasaan klien.
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu tampak segar hari ini”.
3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak tujuan
interaksi, kontrak waktu, dan kontrak tempat.
Contoh: “Tujuan saya datang kesini adalah membantu Ibu menemukan
masalah yang membuat Ibu selalu merasa tidak nyaman selama ini”,
“Menurut Ibu, berapa lama waktu yang akan kita butuhkan untuk tujuan
ini? Bagaimana kalau 15 menit?”, “Untuk tempat di dalam ruang ini saja
atau di taman belakang?”
2. Fase kerja
Fase ini adalah fase terpenting Karena menyangkut kualitas hubungan
perawat klien dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase kerja
ini, perawat tidak hanya mencapai tujuan yang telah di inginkan bersama,
tetapi yang lebih bermakna adalah bertujuan untuk memandirikan klien. Pada
faseini, perawat menggunakan teknik-teknik komunikasi dalam berkomunikasi
dengan klien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (sesuaikontrak).
Contoh: “Permisi ibuk ya, saya akan melepaskan jarum infuse ini dari
tangan ibu”, “Ibu akan merasakan sakit sedikit dan tidak perlu khawatir”.
3. Fase terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan
ungkapan perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak lanjut
pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama klien.
Ada tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase terminasi
ini, yaitu melakukan evaluasi subjektif ,objektif merencanakan tindak lanjut
interaksi; dan membuat kontrak dengan klien untuk melakukan pertemuan
selanjutnya. Contoh komunikasi dalam fase terminasi ini sebagai berikut.
48
a) Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita diskusi tentang masalah yang Ibu
hadapi?” “Coba sebutkan masalah yang Ibu hadapi terkait dengan keluarga
Ibu!
b) Rencana tindak lanjut
”Baik, Ibu, saya cukupkan pertemuan kita hari ini, tidak terasa bahwa
waktu kita sudah berlangsung 15 menit. Rencana selanjutnya setelah ini adalah
menemukan alternative penyelesaian masalah yang Ibu hadapi dan
pengambilan keputusan untuk solusi.”
c) Kontrak yang akan datang:
“Terkait dengan rencana tersebut, saya akan datang lagi besok hari Selasa
pukul 09.00, saya akan datang di tempat ini lagi. Selamat istirahat dan
assalamualaikum, selamat siang.”
d) Gunakanlah format
Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi dalam setiap melakukan interaksi
dan komunikasi terapeutik dengan klien. Anda akan mempraktikkan
komunikasi dan hubungan terapeutik ini mengacu pada Bab 4 tentang petunjuk
praktik. Berikut format strategi komunikasi yang harus Anda siapkan dan
gunakan saat melakukan komunikasidengan pasien.
Daftar Pustaka:
Keliat, B.A. 1996. HubunganTerapeutikPerawatKlien. Jakarta: EGC.
Stuard, G.W., dan M.L. Laraia. 1998. PrincipleandPracticeofPsychiatricNursing.
Edisikeenam. St. Louis: Mosby.
B. PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM SETIAPTAHAP
PROSES KEPERAWATAN
49
face). Dalam wawancara ini, pewancara (perawat) dapat menggunakan
kemampuan komunikasi verbal ataupun nonverbal untuk menggali data
yang diwawancara (klien). Dengan kontak secara langsung, pewancara
(perawat) dapat memperoleh data langsung yang ditunjukkannya
dalamperilaku verbal ataupun nonverbalnya dari orang yang diwawancarai
(pasien).
Keuntungan wawancara secara langsung ini sebagai berikut :
a. Meningkatkan kecakapan professional perawat
b. Data yang diperoleh lebih spesifik dan nyata sesuai dengan keadaan
sebenarnya
c. Lebih efektif jika dibandingkan dengan wawancara secara tidak
langsung, Karena langsung mendapat feedback secara langsung dari
klien.
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang riwayat
penyakit klien, riwayat penyakit pendahulu, dan pengobatan yang telah
dilakukan, keluhan utama, harapan-harapan, dan sebagainya. Selanjutnya
perawat dapat menggunakan teknik-teknik komunikasi yang lain untuk
mengklarifikasi, memberikan feedback, mengulang, memfokuskan, atau
mengarahkan agar jawaban klien sesuai dengan tujuan wawancara.
Pada saat wawancara atau selama proses pengkajian untuk
mendapatkan data keperawatan klien, di samping teknik komunikasi
tersebut di atas, perawat juga harus mempertahankan sikap terapeutik lain,
yaitu mempertahankan kontak mata, mendekat dan membungkuk kearah
klien, serta mendengarkan jawaban klien dengan aktif.
Contoh komunikasi :
a. Fase Orientasi :
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang
bertujuan untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase
selanjutnya.
Salam terapeutik : ‘‘Selamatpagi, Bu. Saya perawat Tri yang akan
bertugas merawat Ibu hari ini. Terima kasih Ibu telah mempercayakan
kami untuk membantu mengatasi masalah Ibu’’.
Evaluasi dan validasi : ‘‘Bagaimana perasaan Ibu sekarang?’’
(tunggujawabanklien). ‘‘Saya lihat ibu sangat tertekan dan menderita
atas masalah ini.’’
Kontrak : ‘‘Saat ini saya akan mengumpulkan data terkait dengan
sakit yang ibu derita, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana
asal mula masalah Ibu sehingga Ibu tidak bisa makan selama beberapa
hari. Waktu yang saya butuhkan adalah 15 – 20 menit, dan ibu tetap
saja istirahat di atas tempat tidur ini’’.
b. Fase Kerja :
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas
hubungan perawat klien dalam asuhan keperawatan. Selama
berlangsungnya fase kerja ini, juga bertujuan untuk memandirikan
klien. Pada faseini, perawat menggunakan teknik-teknik komunikasi
50
dalam berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan (sesuai kontrak).
‘‘Bagaimanakah perasaan Ibu sekarang? Jelaskan bagaimana
asalmula penyakit yang Ibu rasakan sekarang!’’ (tunggu respon klien).‘
‘Aapakah pengobatan atau tindakan yang telah dilakukan selama Ibu di
rumah?’’ (tunggu respon klien)
c. Fase Terminasi :
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan
ungkapan perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak
lanjut pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama
klien.
Evaluasi subjektif/objektif :‘‘Bagaimanakah perasaan Ibu
sekarang?’’ (tunggu respon pasien). ‘‘Berdasarkan data hasil
wawancara dapat kita identifikasi bersama bahwa Ibu mengalami nyeri
pada lambung dan mual-muntah jika makan’’.
51
Perawat menggunakan catatan medik, laboratorium, fotorontgen, dll
sebagai bentuk komunikasi tertulis dan anggota tim kesehatan lain untuk
melengkapi dan mengklarifikasi data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik dan observasi.
Pada tahap ini, tugas perawat adalah merumuskan tujuan keperawatan dan
menetapkan criteria keberhasilan, merencanakan asuhan keperawatan, dan
tindakan kolaboratif yang akan dilakukan. Dalam fase ini, keterlibatan keluarga
juga penting kaitannya dengan peran serta keluarga dalam perawatan klien.
Rencana asuhan keperawatan selanjutnya ditulis atau didokumentasikan dalam
status klien sebagai bentuk tanggungjawab professional dan memudahkan
komunikasi antar tim kesehatan untuk asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
52
adekuat kepada klien. Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi
dengan pasien karena perawat akan menggunakan seluruh kemampuan dalam
berkomunikasi pada saat menjelaskan tindakan tertentu, memberikan pendidikan
kesehatan, memberikan konseling, menguatkan system pendukung, membantu
meningkatkan kemampuan koping dan sebagainya. Perawat menggunakan
verbal ataupun nonverbal selama melakukan tindakan keperawatan untuk
mengetahui respons pasien secara langsung (yang diucapkan) ataupun yang tidak
diucapkan.
Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan pada faseini, adalah
memberikan informasi (informing) dan mungkin berbagi persepsi.
Daftar Pustaka:
Anjaswarni, Tri.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Komunikasi Dalam
Keperawatan. Jakarta: Kemenkes RI
53
Mundakir. 2006. KomunikasiKeperawatan: Aplikasi dalam Keperawatan.
Yogyakarta: GrahaIlmu.
1. TUJUAN WAWANCARA
Dalam prinsip wawancara harus memiliki tujuan, tujuan tersebut antara lain:
a) Dapat Memahami Orang Lain
Jika kita menemukan klien yang marah, sikap yang harus kita ambil yang
pertama dengan menenangkan pasien terlebih dahulu, menanyakan apa yang
menyebabkan klien tersebut marah. Diperoleh penjelasan dari klien marah
karena terdapat keterlambatan pada perawat saat mengambilkan pot/ urinal.
Setelah mengetahui masalah yang terjadi, perawat berusaha membantu
pasien untuk beradaptasi dengan lingkungan dengan memberikan beberapa
penjelasan, misalnya saat pasien terasa ingin buang air besar, pasien harus segera
memberitahukan kepada perawat, agar tidak terdapat keterlambatan dalam
tindakan pada pasien dan agar pasien merasa bahwa dirinya diperhatikan.
54
Mengartikan reaksi ataupun tingkah laku pasien yang nonverbal terhadap
anjuran yang kita tawarkan.
Mislanya, perawatakan melakukan tindakan menyuntik, lalu klien hanya
menjawab “ya” namun kata “ya” tersebut seolah-olah kata yang memaksa pasien
untuk disuntik.
Dalam menghadapi hal tersebut sangat diperlukannya komunikasi antara
perawat dengan klien. Sebelum kita melakukan tindakan sebaiknya kita
memberitahu kepada pasien terlebih dahulu dan menjelaskan indikasi dari
tindakan yang kita lakukan.
Misalnya pada saat wawancara dirumah klien tentang anak balita yang
memilki masalah Kurang Kalori Protein (KKP). Perawat menggali pendapat
tentang kebiasaan ibu tersebut memberikan makanan kepada anaknya, namun
porsi yang diberikan ibu tersebut kurang.
Disini perawat menjelaskan bahwa susunan makanan yang diberikan sudah
benar namun lebih baik jika ditambahkan lauknya. Dengan adanya perawat
memperbaiki dengan pujian, ibu akan merasa senang dan tidak berkecil hati
karena tidak merasa disalahkan.
55
tersebut, bila ditemukan alasannya perawat harus menasehati kepada klien
dengan menjelaskan pentingnya dilakukan mobilisasi setelah operasi, karena
dengan bergerak dapat melemaskan otot-otot dan dapat memperlancar peredaran
darah.
i) Memberikan Nasihat
Di dalam wawancara juga terdapat perawat yang memberikan nasihat
kepada klien, kelurga ataupun masyarakat. Misal saat tindakan mobilisasi
perawat harus menjelaskan jika ada pasien pasca operasi yang menolak ajakan
perawat untuk melakukan mobilisasi. Pasien tidak mengetahui pentingnya
dilakukan mobilisasi. Perawat wajib menjelaskan tujuan dari mobilisasi bahwa
dengan melakukan mobilisasi dapat terhindar komplikasi seperti:
1. mencegah terjadinya radang paru-paru karena terlalu lama terlentang
2. mempercepat kembalinya peristaltik usus
3. dapat memulihkan otot-otot agar tidak mengecil
Karena dorongan dari perawat klien dapat mengerti pentingnya dilakukan
mobilisasi
2. PROSES WAWANCARA
Di dalam proses wawancara terdapat 5 faktor yaitu:
1) komunikator: (orang yang memiliki masalah)
2) masalah: adanya sesuatu yang perlu dipecahkan, dimana klien tidak dapat
memecahkan sendiri masalah tersebut. Semua yang dirasakan dapat terlihat
dari perilakunya. Misalnya kita dapat mengajukan pertanyaan seperti:
a) Ibu kelihatan gelisah apakah ada yang di pikirkan?
b) ibu mengapa diam saja apa yang ibu rasakan?
56
Saat bertanya pada klien tunjukan rasa empati kita, sebaiknya kita sebagai
seorang perawat menganalisa apa yang dirasakan oleh pasien dan hindari
penilaian terhadap diri klien.
c) Saluran ( chanel) yang dimkasud saluran disini adalah sarana yang di lalui
oleh suara. Misalnya:
a. mata
b. otak
c. tangan
d. telinga
Mata (penglihatan) dalam menghadapi klien, perawat harus tajam, dan cepat
menangkap reaksi pasien yang wajar maupun tidak wajar
Hidung, perawat harus teliti dalam menghadapi klien, misal pada klien
dalam keadaan koma, dengan hal ini perawat harus cepat mencium bau napas,
keringat, ataupun urinklien, dll. Bau pasien yang ngorok karena hipertensi dan
hepatitis berbeda.
Otak, perawat harus cepat dan tanggap dalam reaksi pasien yang nonverbal
dari klien, perawat harus dapat mengolah bau-bau an dan harus cepat dan dapat
mengartikan.
1) Pengertian Mendengarkan
a. Mendengarkan adalah memusatkan perhatian, penglihatan, dan pendengaran
sehingga dapat menangkap dan mengingat apa yang kita dengar serta kita
lihat.
b. Mendengarkan adalah fundamental (dasar) berkomunikasi sehari-hari.
Setiap orang melaksanakannya ketika memperhatikan percakapan
seseorang. Salah satu perhatian yang terbesar yang dapat ditunjukkan yaitu
dengan memberikan perhatian dengan cara mendengarkan.
2) Tujuan Menjadi Pendengar yang Baik
Maksud atau tujuan dari pendengar yang baik yaitu :
a) menyenangkan hati klien
Pasien akan merasa senang jika perawat mau mendengarkan masalah
klien dengan memberi reaksi seperti:
1. memandang wajah klien saat berbicara
2. menganggukkan kepala menandakan kita memikirkan apa yang
dirasakan oleh klien
b) mengetahui dan mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain
Yaitu mendengar dengan baik dan kita paham apa yang dimaksud oleh
klien. Perhatikan saat klien berbicara dan berikan reaksi terhadap apa yang
dibicirakan tanda kita mengerti apa yang dimaksud.
c) memberikan rasa puas kepada klien
57
Bila klien berbicara, perhatikan dan dengarkan, pusatkan perhatian pada
klien. Tanyakan apa yang dirasakan klien, setelah mau bercerita ia akan
merasa puas karena perasaan nyamanpun dikeluarkan dan perawat mau
mendengarkan.
d) memberikan rasa aman kepada pembicara
Saat perawat menjadi pendengar yang baik, klien akan merasa senang,
aman, dan terlindungi
e) menunjukkan rasa saling percaya antar sesama
Perawat harus memiliki sifat terbuka, yaitu perawat harus akrab dengan
klien sehingga klien dapat percaya dengan perawat.
f) menghargai pembicaraan
Dengan adanya perawat mendengarkan dan memahami bicara klien,
maka klien akan merasa dirinya dihargai dan di anggap sebagai manusia
seutuhnya
a) Teknik Menjadi Pendengar Yang Baik
Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu mengetahui cara
meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan aktif.
Adapun cara-cara menjadi pendengar yang baik:
1. kesiapan mendengarkan
Untuk menjadi pendengar yang baik sangat sulit, namun dapat
dilakukan jika kita berlatih dengan tekun.
Setelah siap jasmani perawat perlu mempersiapkan mentalnya untuk
berkonsentrasi atau memusatkan perhatian. Dapat dilakukan melalui
perhatian yang dipusatkan kepada klien.
2. partisipasi dalam proses mendengarkan
Proses mendengarkan dapat berhasil jika kita berkonsentrasi dan memusatkan
perhatian dan aktif dalam mengikuti pembicaraan dengan sebelumnya
berlatih terlebih dahulu.
Jika pasien bercerita, kita wajib mendengarkan sampai selesai dan
memberikan solusi atas masalah yang diceritakan.
3. menekankan pemahaman bukan mengkritik
a. Sikap yang dibicarakan oleh pembicara tanpa dipikirkan dahulu tanpa
menganalisis yang didengarkan.
Misalnya, ada perawat meminta tolong terhadap mahasiswa yang
praktek mengambilkan cairan glukosa, bukan bertanya untuk siapa dan
dimana tempatnya , tanpa memikirkan langsung saja ia masuk kekamar
obat dan akhirnya ia bingung dimana letak cairan tersebut.
b. sikap yang mengkritik golongan ini selalu mengkritik apa yang
dibicarakan klien
misalnya, mengkritik cara berpakaian.
c. sikap yang kritik: golongan ini mendengarkan dan menangkap inti sari
pembicaraan, tetapi kritik yang diajukan dapat berupa pertanyaan yang
biasanya mengkritik dalam hati.
4. menegendalikan emosi
Ada pendengar yang terpengaruh oleh rangsang emosi yang bisa
disebabkan dari penampilan pasien misalnya pakaian yang digunakan oleh
pasien kumal perawat merasa enggan mendengarkan karena klien memiliki
kebiasaan yang kurang baik. Jika pendengar mudah terpengaruh oleh
perasaan negative, maka perasaan emosi akan selalu muncul dipikiran
pendengar.
Pasien yang datang dengan pakaian kumal dan bercerita dengan emosi
dan berapi perawat tidak boleh ikut emosi, sebaiknya perawat harus
menerima dengan baik dan tidak ikut berpengaruh dengan emosi pasien.
58
5. tunjukkan sikap terbuka
Bila klien duduk sendiri ikutlah duduk disampingnya tepuk
punggungnya dan tanyakan ada apa . saat klien sudah percaya pada kita ia
akan menceritakan kesulitannya.
6. menangkap ide pokok pembicaraan
Ide pokok merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pembicara
kepada pendengar disertai fakta yang dapat memperjelas ide pokok.
Seorang ibu sedang hamil usia 4bulan, hal ini dapat terjadi karena ia
ingin dikatakan bisa punya anak lagi padahal ibu ini anggota dari keluarga
berencana suntikan, padahal anak pertama berusia 20bulan, untuk itu ia
membuktikan pada tetangganya bahwa ia dapat hamil lagi, namun ibu itu
malu karena anaknya masih kecil sudah memiliki adik lagi.
Jadi kesimpulannya, ibu itu hamil karena terpaksa membuktikan
omongan dari tetangganya.
7. kontak mata yang baik
Tataplah matanya saat klien berbicara agar dapat mempercayai
tunjukkan sikap perhatian, dan anggukkan kepala seakan kita mengerti apa
yang dipikirkan.
8. posisi sejajar dengan klien
Jika posisi pasien berbaring duduklah di sisi tempat tidur, kita akan
lebih mudah melihat wajah klien dan dapat memperhatikan gerakan
nonverbal klien saat berbicara. Maka pasien merasa senang dan aman
berada dekat dengan perawat.
9. berusaha seperti dirumah
Menciptakan suasana seperti dirumah agar klien tidak malu saat
berbicara. Misal saat kita berjalan dipanggil oleh klien dengarkan,
berhentilah, dekati dan tanya apa yang akan dibicarakan dan dengarkan
dengan baik walau kita sibuk supaya klien merasa puas.
10. gunakan sentuhan, perihala rasa humor, menggunakan pertanyaanterbuka,
gunakan teknik yang terarah
Misal saat berbicara dengan klien gunakan dengan sentuhan, seperti
memegang tangan klien saat berbicara menyentuh dengan halus
menunjukkan pengertian dan perhatian dan juga dapat memperkuat kata
kata yang diutarakan.
Yang penting dalam berkomunikasi terhadap orang lain yaitu saling
berbagi rasa humor. Bahwa tidak semua orang memiliki rasa humor yang
sama. Selain spontanitas dan kebijaksanaan. Perawat dapat mendorong
menggunakan rasa humornya.
Misal , klien yang takut pada perawat , harus didekati dan kita menepuk
punggungnya, setelah itu rasa takut pada perawat akan hilang.
Yaitu pertanyaan yang tidak menentukan pertanyaan yang tidak
memberikan jawabantertentu.
Misalnya, berapa jam tidurnya? Bagaimana kebiasaan makan sehari-
hari. Pertanyaan atau ulasan yang mengarahkan untuk berbicara mengenai
hal penting.
Misal, pasien menyebut nama ayahnya namun tidak dilanjutkan,
perawat dapat memulai mengajukan pertanyaan . Anda sebelum menyebut
ayah anda, bagaimana perasaan yang ayah anda rasakan setelah anda
menikah?
59
Pada dasarnya menjadi pendengar yang baik membutuhkan suatu
ketrampilan, dan prinsip menjadi pendengar yang baik yaitu harus cepat,
tanggap, memiliki sifat empati, dan dapat mengambil suatu tindakan yang
tepat.
Perawat harus memiliki pengertian yang cukup mendalam. Misalnya
dalam memperhatikan lingkungan saat melakukan wawancara, menjaga
privacy klien, dan lain-lain.
5. TEKNIK WAWANCARA
Supaya kita dapat melakukan wawancara dengan baik, kita perlu
mengetahui berbagai cara atau teknik yang baik, adapun teknik tersebut antara
lain:
a) Inisiatif
Memberikan inisiatif pada klien, yaitu dengan cara:
1) memberikan kesempatan biacara kepada klien
2) mengemukakan pendapatnya
3) menggali potensi dalam mengatasi masalah yang terjadi pada klien
60
Perawat harus peka terhadap reaksi klien baik verbal maupun nonverbal saat
klien berbicara.
Contoh, klien sedang bercerita tentang ibunya dengan raut wajah yang sedih
kita dapat menerka mungkin ada masalah antara pasien dan ibunya. Ajukan
pertanyaan anda terlihat sedih apakah ada masalah antara anda dengan ibu anda,
dan arahkan terus kepada pokok permasalahan.
C. OBJEKTIF
Kebenaran dalam hasil wawancara merupakan sasaran untuk pewawancara
yang dapat dicapai melalui upaya mengikutiklien. Objektif dalam arti kebenaran
yang diceritakan oleh klien yang didengar langsung dari klien tersebut bukan
dari orang lain. Usahakan mendapat data seobjektif mungkin baik dari klien
ataupun orang yang bersangkutan dengan masalah tersebut.
D. HUBUNGAN
Wawancara yang berhasil biasanya ditandai dengan hubungan baik, saling
memperhatikan satu sama lain, saling menghormati. Dengan kata yang ramah
dan sopan, untuk menciptakan hubungan yang baik.
Misalnya, klien mengidap sakit Kanker, HiV dan sebagainya, akan tetapi ia
adalah orang yang harus dimengerti sebagai manusia yang mempunyai masalah
tertentu dan layak untuk dihargai.
E. JARAK
Sebaiknya jarak antara perawat dan klien harus dekat. Karena jarak yang
dekat klien akan lebih leluasa dalam menceritakan masalah yang dihadapi,
dengan jarak dekat klien merasa dihargai, diperhatikan, klien juga akan merasa
bahwa perawat akan siap membantu. Dengan jarak dekat perawat dapat
mengawasi reaksi verbal dan nonverbal klien.
1. FAKTOR PENUNJANG
61
- Dilihat dari klien:
Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap klien
yang mau menceritakan masalahnya dengan sungguh-sungguh dan bersedia
dibantu.
2. Faktor Penghambat
Faktor yang menghambat wawancara yaitu:
62
D. PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI PADA
SETIAP PROSES KEPERAWATAN
1. Strategi Komunikasi Terapeutik
Memberikan asuhan keperawatan khususnya yang berada di pelayanan
kesehatan sangat diperlukan adanya strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan setiaphari. Adapun strategi yang dimaksud adalah strategi komunikasi
terapeutik. Strategi tersebut dapat dilakukan oleh perawat maupun bidan. Contohnya
adalah sebagai berikut
a. Proses keperawatan
1. Klien merupakan post-pertum ( anak pertama )
2. Diagnose keperawatan ditegakkan dalam rangka perawatan tali pusat.
3. Tujuan khusus adalah klien dapat mengerti dan memahami cara
merawat tali pusat dengan benar serta dapat melakukannya secara
mandiri.
4. Tindakankeperawatan yang dilakukan adalah perawatan tali pusat pada
bayi
b. Strategi komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut.
1. Fase Orientasi
Fase orientasi atau perkenalan merupakan fase yang dilakukan perawat
pada saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien. Tahap
perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.
Tujuan dalam tahap ini adalah memfalidasi keakuratan data dan rencana
yang telah dibuat sesuai keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil
tindakan yang telah lalu.
- Salam terapeutik ( perawat atau bidan )
Salam terapeutik dapat dilakukan dengan memberi salam kepada klien
berupa ucapan assalamualaikum atau selamat pagi disertai dengan
mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dan dengan ekspresi wajah
siap menerima klien. Bila sudah tahu namanya maka sebutkan nama klien
tersebut misalnya “selamat pagi, Bu Neni”
a. Evaluasi atau Validasi
Menanyakan kembali topik yang diinginkan klien( sesuai penjelasan
sebelumnya yaitu perawatan tali pusat pada bayi)
b. Kontrak
Topik : perawatan tali pusat
Hari : senin
Tanggal : 09 Januari 2005
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Neonatus
c. Tujuan
Menambah pengetahuan tentang perawatan tali pusat bayi.
2. Fase kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Fase kerja merupakan inti dari hubungan perawat dengan klien
yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Pada fase kerja ini
perawat perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan factor
fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan
interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain
untuk mengatasi kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi
terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam mengembangkan atau
63
meningkatkan factor fungsional komunikasi terapeutik dengan melanjutkan
pengkajian dan evaluasi masalah yang ada, meningkatkan komunikasi klien
dan mengurangi ketergantungan klien pada perawat, dan mempertahankan
tujuan yang telah disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah
yang ada.
Tahap ini memberikan penjelasan tentang isi topic atau materi yang
ingin disampaikan kepada klien, yaitu tentang perawatan tali pusat bayi.
Teknik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawatantara lain
mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai presepsi,
memfokuskan dan menyimpulkan.
a. Alat yang dibutuhkan
Perlengkapan membersihkan tali pusat diletakkan bak kecil yaitu kasa
steril, alkohol, kapas lidi kering( cutton bath), bila perlu sarung tangan
(handscoon) steril
b. Langkah – langkah membersihkan tali pusat.
1. Bersihkan tali pusat dengan menggunakan sabun dan air saat mandi
kemudian tali pusat dikeringkan, bisa dengan menggunakan kasa
steril atau kapas lidi.
2. Bersihkan tali pusat dari pangkal sampai ujung terlebih dahulu
dengan cutton bath yang sudah diberi alkohol ,lalu disekitar pusat
juga dibersihkan sekelilingnya dengan kapas lidi.
3. Bungkus tali pusat dengan kassa steril, cara melingkar dan jangan
terlalu kencang
3. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase penting dan sulit, karena saling percaya sudah
terlena dan berada pada tingkat optimal. Bisa terjadi terminasi pada saat
perawat mengahiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang.
Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien,
setelah hal itu dilakukan perawat dan klien akan bertemu kembali pada
waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan
oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
a. Evaluasi respon klien
a. Menanyakan kembali kepada klien apakah sudah mengerti atau
belum.
b. Meminta klien mengulang kembali materi yang telah disampaikan
dan dijelaskan.
c. Selanjutnya memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya.
b. Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut dilakukan dengan mendemonstrasikan kepada
klien bagaimana aplikasi dari materi yang telah diberikan (melakukan
perawatan tali pusat dengan benar), setelah itu meminta klien untuk
mengulang kembali atau mendemonstrasikannya kembali.
c. Kontrak selanjutnya bila diinginkan
Topik : cara pemberian ASI yang benar
Hari : rabu
Waktu : 11 januari 2006
Tempat : Ruang inap bersalin
4. Analisis khasus
- Situasi
Seorang ibu bernama Neni, 25 tahun, post-partum ( anak pertama) ingin
mengetahui tentang perawatan tali pusat pada bayi, dimana bidan Putri
sebelumnya sudah melakukan interaksi dan menjalin hubungan saling
percaya dengan ibu Neni. Dalam hal ini yang digunakan adalah teknik
komunikasi wawancara (Tanya jawab).
64
1. Fase orientasi
Bidan Putri :”Assalamu’alaikum Bu..”( dilanjutkan selamat pagi
sambil mengeluarkan tangan untuk berjabat tangan.)
BidanPutri :“O..ya, ibu sesuai dengan perjanjian kita kemarin, hari ini
saya akan jelaskan apa saja yang belum ibu pahami dan saya juga
akan jelaskan semua hal yang ingin ibu tanyakan, yaitu tentang
perawatan tali pusat yang benar, begitukan Bu?”
Bidan Putri : “ Baiklah, saya akan coba jelaskan tentang perawatan tali
pusat pada bayi, tetapi tolong ibu perhatikan betul! Sekarang apakah
ibu sudah siap untuk mendengarkannya?”
Ibu Neni :insya’allah saya siap”.
2. Fase kerja
Bidan Putri :” Baiklah Bu, perawatan tali pusat bayi sangat penting
kita ketahui dan kita pahami agar bayi kita terbebas dari infeksi
tetanus.”
Bu Neni : “ infeksi tetanus pada bayi bisa terjadi ya Bu Bidan?”
Bidan Putri : “ benar Bu Neni, tetanus bisa berakibat kematian pada
bayi. Jadi, perawatan tali pusat kita laksanakan pada pagi hari setelah
kita memandikan bayi kita dan kita harus benar- benar menjaga
kebersihannya”.
Bu Neni: Berarti Bu, setelah kita memandikan bayi kita, kita juga
melakukan perawatan tali pusat? ”.
Bidan Putri : “Ya, sangat benar sekali Bu Neni, sebelum kita
melakukannya, kita terlebih dahulu mempersiapkan alat-alatnya”.
(Sambil mempraktikannya)
Bu Neni : “ apa saja persiapan alatnya Bu Bidan?”
Bidan Putri :” kita harus mempersiapkan alat- alat yang akan di pakai
seperti kapas lidi, trypleday, kassa steril semuannya diletakkan pada
tempatnya masing-masing lalu disusun dalam baki” ( sambil
memegang dan menunjukkan alat tersebut).
Bu Neni :” Terus caranya bagaimana Bu?” (sambil mengangguk-
anggukkan kepala)
Bidan Putri :”Pertama-tama setelah bayi selesai dimandikan, kita
ambil kapas lidi lalu kita olesi trypleday kemudian kita mulai
membersihkannya dari sekeliling pangkal tali pusat, setelah itu kita
bersihkan tali pusat sampai bagian ujung. Sampai disini ada yang mau
ditanyakan Bu Neni?”
65
Bu Neni : “ O…ya Bu, apakah kapas lidi tersebut tidak boleh
kitabolak- balik?”
Bidan Putri :“Benar sekali Bu Neni, jadi setiap kita membersihkan
bagian tali pusat, kita tukar dengan yang baru lagi dan jangan lupa
juga Bu, sebelum kita melakukan tindakan tersebut, pokoknya
kebersihan harus dijaga sebaik-baiknya”.
Bu Neni :” selanjutnya bagaimana Bu?”
Bidan Putri : “Oh ya, maaf Bu, tadi pembicaraan kita sampai
dimana?”
Bu Neni :” Sampai….mm bersihkan tali pusat sampai bagian ujung”.
Bidan Putri : “Kemudian dilanjutkan membungkus tali pusat,
bagaimana Bu Neni, tidak sulitkan?”
Bu Neni :” Sepertinya saya bisa, ya.. saya bisa melakukannya Bu”
Daftar Pustaka:
66
SOAL :
1. Komunikasi terapeutik adalah merupakan hubungan interpersonal antara
perawat dan klien. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kebutuhan pasien.Teori tersebut dikemukakan oleh?
a. Katharina L.S
b. J.M Sapari
c. B.W Spardly
d. M. Greenhil
e. Smart
2. Pernyataan berikut ini yang termasuk perawat menunjukkan sikap
terapeutik secara fisik selama berkomunikasi, kecuali…
1. Ekspresi wajah menyenagkan, tampak ikhlas,
2. Mendekat dan membungkuk kearah klien
3. Mempertahankan kontak mata yang menunjukkan kesungguhan untuk
membantu
4. Menanyakan kembali kepada klien apakah sudah mengerti atau belum
Jawab :
a. 1,2,3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. Semua jawaban benar atau salah
3. Fase kerja perawat harus mengembangkan iklim yang positif untuk proses
perubahan dengan membantu pasien mencurahkan dan mengetahui apa
yang dipikirkan, di rasakan, dan dilakukan merupakan pengertian dari?
a. Etablishing a climate for change
b. Evaluataing goal achievement
c. Termination phrase
d. Orientation phrase
e. Working phrase
4. Berikutini yang termasuk komponen-komponen yang terlibat dalam
wawancara adalah
1. Komunikator
2. Saluran
3. Penerima
4. Kesanggupan
Jawab :
a. 1,2,3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. Semua jawaban benar atau salah
5. Dalam strategi komunikasi terpeutik untuk pelaksanaan tindakan
keperawatan. Meminta klien mengulang kembali materi yang telah
disampaikan dan dijelaskan merupakan, hal tersebut merupakan salah
satu fase?
a. Terminasi
b. Orientasi
c. Kerja
d. Introduksi
e. Subjektif
6. Pada fase orientasi, aspek penting yang harus diperhatikan perawat
adalah….
67
a. Salam terapeutik, validasi, langkah tindakan keperawatan.
b. Salam terapeutik, validasi, kontrak percakapan hari ini.
c. Salam terapeutik, validasi, kontrak percakapan yang akan datang.
d. Salam terapeutik, kontrak percakapan yang akan datang.
e. Evaluasi dan validasi, langkah tindakan keperawatan.
7. Berikut ini komunikasi yang sedang terjadi antara perawat dan pasien di
suatu ruang perawatan.
a. prainteraksi
b. orientasi
c. kerja
d. terminasi
8. Wawancara adalah keterampilan professional yang memerlukan aktivitas
dan kreatifitas untuk mempelajarinya cara tersendiri dan demi
tercapainya bermacam – macam tujuan. Teori ini dikemukakan oleh
a. J. M. Sapari
b. M. Greenhil
c. B. W. Spardly
d. Surtini Citro Broto
e. Khatarina L. S
9. Contoh kalimat yang digunakan untuk evaluasi hasil pada fase terminasi
sementara adalah
a. a.“bagaimana kalau Ani coba lakukan dirumah?”
b. “ coba Rina sebutkanhal- hal yang sudah kita bicarakan?”
c. “ kapan kita bertemu lagi?”
d. “ kita akan bertemu lagi besok pagi?”
e. “ apa saja yang sudah kita lakukan selama dirawat disini?”
10. Pernyataan dibawah ini yang merupakan sikap untuk menghadirkan diri
secara terapeutik adalah
1. Berhadapan dan pertahankan kontak mata
2. Membungkuk kearah pasien
3. Tetap rileks
4. Mempertahankan sikap terbuka
Jawab :
a. 1,2,3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. Semua jawaban benar
68
BAB II
PENDAHULUAN
69
TOPIK 1
Pada masa bayi, tingkat perkembangan indra dijelaskan sebagai berikut (Anas
Tamsuri, 2005).
1. Penglihatan, pada waktu lahir, mata bayi belum berkembang sempurna
sehingga penglihatannya masih kabur. Dalam usia satu minggu, anak
telah mau mampu merespons cahaya. Pada usia ini, kemampuan
koordinasi otot mata bayi mulai tampak sehingga ia mampu menangkap
gerak benda yang digerakkan disekitar matanya dan mengedipkan
matanya terhadap sinar yang terang dan suara. Pada usia tiga bulan,
kemampuan koordinasi otot mata bayi meningkat sehingga ia mampu
melihat objek dengan jelas dengan jarak relatif jauh. Pada usia empat
bulan, bayi telah mengenali objek tertentu dan mengikuti gerakan objek
tersebut. Pada usia enam bulan, bayi telah mampu mengidentifikasi
warna. Sebelumnya, bayi hanya dapat melihat warna hitam putih dan
terang gelap dan visus penglihatannya kurang.
70
2. Pendengaran, indra pendengaran merupakan fungsi dengan tingkat
kematangan paling rendah diantara fungsi indra bayi baru lahir. Pada saat
lahir, bayi dapat dikatakan masih tuli. Namun, mulai hari ketiga sampai
ke tujuh bayi sudah mampu bereaksi terhadap suara dari lingkungannya.
Ini terlihat pada refleks kedip bayi, yang terbentuk sebagai reaksi
terhadap suara keras yang tiba-tiba. Refleks ini disebut refleks morro.
Dalam beberapa hari, bayi telah mampu membedakan berbagai suara
(misalnya, membedakan suara ibunya dari suara orang lain). Pada sekitar
usia lima bulan, bayi dapat menghentikan kegiatan menyusunya hanya
untuk mendengar suara ibunya. Pada usia sembilan bulan, bayi telah
mampu melokalisasi suara, yang dimulai dengan membedakan kata-kata
dan merespons perintah sederhana.
3. Penciuman dan Pengecap, Hidung dan lidah merupakan indra yang
sudah cukup peka pada masa bayi, sehingga ada kalanya bayi menolak
makanan karena merasa makanan tersebut terlalu asam, pedas sebagainya.
Bayi lebih menyukai rasa yang manis dan ia akan mengurangi respons
mengisap terhadap rasa asin. Mereka dapat menentukan bau susu ibunya
dan berespons terhadap bau tersebut dengan menoleh kearah ibunya.
4. Perabaan, Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitif terhadap segala
sentuhan, tekanan, dan suhu.
5. Wicara, Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga
bentuk, yang lebih dikenal sebagai “bentuk prawicara” (prespeech forms),
yaitu: menangis, merengek, dan gerak-gerik. Tangisan merupakan bentuk
komunikasi yang paling banyak digunakan bayi, yang bertujuan
menunjukkan rasa lapar, rasa sakit (tidak nyaman), kesendirian atau
kondisi sakit. Sebelum berusia tiga bulan, bayi telah belajar dari
pengalaman bahwa menangis merupakan cara yang paling berhasil untuk
menarik perhatian. Keterampilan komunikasi dengan menggunakan kata
yang tidak jelas dimulai pada usia dua hingga tiga bulan. Gerak gerik
merupakan bentuk pengganti bahasa (Bahasa nonverbal) untuk
melengkapi ungkapan yang ingin disampaikan bayi. Komunikasi dengan
bayi dilakukan dengan menggunakan suara, sentuhan, dan belaian,
ciuman (taktil) ataupun gerakan. Rangsang taktil sangat kuat maknanya
bagi bayi untuk meningkatkan rasa aman dan melindungi bayi serta untuk
kedekatan hubungan. Seiring peningkatan usia, kemampuan penerimaan
ransang suara juga berkembang, sehingga sejak usia tiga bulan,
komunikasi dengan bayi mulai dapat dilakukan dengan menggunakan
bahasa. Penggunaan suara yang didengarkan oleh bayi juga memberi rasa
aman walaupun bayi belum mampu menggantikan ucapan dari orang lain.
Tujuan berkomunikasi dengan bayi:
71
1. Tangisan
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian,
membuat sebaris senyum kesyukuran terpancar pada wajah
seorang ibu. Tangisan seorabng bayi merupakan bentuk
komunikasi dari seorang bayi kepada orang dewasa dimana
dengan tangisan itu, bayi dapat memberikan pasan dan orang
dewasa menangkap pesan yang diberikan sang bayi.
Pada awal kehidupan paska lahir, menangis merupakan salah
satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi
dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu
kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah, dan kebutuhan
untuk diperhatikan. Bayi hanya akan menangis bila yia merasa
sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan
menurun pada usia enam bulan karena keinginan dan kebutuhan
mreka cukup terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun
sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara. Perawat harus
banyak berlatih mengenal macam – macam arti tangisan bayi
untuk memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu,
karena ibu muda memerlukan bantuan ini.
2. Ocehan dan celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan” (cooing) atau
“celoteh” (babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal
yang disebabakan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘suara’.
Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti :
merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis dan mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan
sebagian akan hilang. Sebagian bayi mulai berceloteh pada awal
bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke enam dan
kedelapan. Celoteh merupakan indikator mekanisme
perkembangan otot saraf bayi.
Nilai celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verba sebagsi dasar perkembangan gerakan
terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat
ketrampilan berbicara.
b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia merupakan kelompok
sosial.
3. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat
mempercepat komunikasi dini pada anak.Contoh :
a. Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak lapar.
b. Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong
c. Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya
atau memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan
gerak.
4. Ungkapan emosional
Adalah melalui perubahan tubuh dan roman muka. Contoh :
a. Tubuh yang mengejang atau gerakan – gerakan tangan atau kaki disertai
jeritan dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada bayi.
b. Menegangkan badan, gerakan membanting tangan atau kaki, roman muka
tegang dan menangis adlah bentuk ungkapan marah atau tidak suka.
72
C. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik pada Bayi
Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimpulkan
pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Sadock,
2010). Pada tahap ini teknik komunikasi yang digunakan lebih banyak adalah
teknik komunikasi non verbal, misalnya sentuhan, senyuman, mendekap dan
menggendong. Ciri lain pada tahap ini adalah stranger anxiety. Oleh karena
itu, perawat dapat menggunakan orang tua sebagai fasilitator ataupun sebagai
orang ketiga pada saat berkomunikasi dengan anak. Penggunaan kata-kata
(verbal) dapat dilakukan pada anak usia late infancy, misalnya penggunaan
kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, ma-ma dan lain sebagainya.
D. Peran Bicara dalam Komunikasi
Perkembangan sosial pada usia 0-2 bulan adalah bayi tidak membedakan
antara orang-orang dan merasa senang orang yang dikenal dan yang tidak
dikenal. Usia 2-7 bulan bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang
dikenal, tersenyum pada orang yang lebih dikenal. Usia 7-24 bulan bayi
mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama lainnya dan
akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya, akan menangis ketika
berpisah denganya (Depkes 2006). Dukungan sosial terdiri dari informasi
verbal, non verbal, dan tindakan yang diberikan oleh orang lain sehingga
mempunyai manfaat emosional bagi individu. Dukungan sosial dalm
perkembangan anak usia bayi meliputi : keluarga, kader kesehatan, kelompok
dan masyarakat. Bayi mempelajari apa yang diharapkan dari orang-orang
penting dalam kehidupannya dan mengembangkan suatu perasaan mengenai
siapa yang mereka senangi atau yang tidak mereka senangi dan makanan apa
yang mereka sukai atau tidak disukai.
Peran bicara dalam komuikasi pada bayi meliputi:
a. Merupakan ungkapan sayang pada bayi.
b. Mengajak bicara bayi akan merangsang kinerja saraf otak dan
merangsang pendengaran. (Untuk merangsang indra pendengaran)
c. Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa diabaikan
dan merasa selalu diperhatikan.
d. Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga lambat
laun bayi akan menirunya.
E. Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada
Bayi
Saat perawat melakukan komunikasi terapeutik pada pasien anak,
perawat harus memperhatikan karakteristik anak sesuai dengan tingkat
perkembangan (Yupi Supartini, 2004). Pada bayi/infant usia 0-12 bulan, bayi
belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata.
Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis
komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan perasaan tidak
nyaman lainnya bayi hanya bisa mengekspresikannya dengan cara menangis.
Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu ia
berkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginannya melalui komunikasi non
verbal. Bayi akan merasa tenang dan merasa aman nyaman jika ada kontak
fisik yang dekat terutama dengan orang yang dikenalnya (ibu). Tangisan bayi
itu adalah cara bayi untuk memberitahu bahwa ada rasa tidak enak yang
dirasakan, lapar, popok basah, kedinginan dan lain-lain. Walaupun demikian,
sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang
berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan,
mendekap, menggendong dan berbicara dengan lemah lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi, misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia
kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Strategi cemas
dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri pada dirinya dan
73
ibunya. Oleh karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan
langsung ingin menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa
takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya, dan atau mainan
yang dipgangnya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengannya dan ibunya.
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif.
Disamping itu komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
tersebut untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan mata
bayi akan berespon untuk membuat suara-suara yang dikeluarkan oleh bayi.
Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia
minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau
cahaya, kemudian pada minggu ke dua belas dimana bayi sudah mampu
tersenyum. Pada usia ke dua belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah
mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada
bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya,
mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, pada akhir tahun
pertama sudah mampu melakukan kata-kata yang sudah spesifik antara dua
atau tiga kata. Selain itu, bisa juga dilakukan komunikasi non verbal seperti
mengusap, menggendong, memangku dan lain-lain.
Keperawatan:
Untuk memperoleh pertumbungan dan perkembangan yang optimal, perawat
dapat membnatu anak dan keluarga memenuhi kebutuhan yang spesifik
dangan cara membina hubungan terapeutik dengan anak/keluarga melalui
perannya sebagai pembela, pemulih/pemelihra kesehatan, koordinator,
kolaborasi, pembuatn keputusan etik, dan perencanan kesehatan.
Fokus utama dalam pelaksanan pelayanan keperawatan adalah
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan falsafah yang utama
yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawat
terapeutik. Selama proses asuhan keperawatan dijalankan keluarga dianggap
sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dua konsep yang mendasari dalam kerja sama orang tua
perawat ini adalah memvasilitasi keluarga untuk terlibat dalam asuhan
keperawatan anaknya di rumah sakit, melalui interaksi yang terapeutik
dengan keluarga. Bentuk intervensinya utama yang diperlukan anak dan
keluarganya adalah pemberian dukungan, pemberian pendidikan kesehatan,
dan upaya rujukan kepada tenaga kesehatan lain yang berkompetisi sesuai
dengan kebutuhan anak.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anjaswari, Tri. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: BPPSDMK RI
Carter, B, & Dearmun, A. K.(eds). 1995. Child Health Care Nuring. Oxford:
Blackwells.
Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
Ilmu.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC.
Slametiningsih. 2013. Peningkatan Perkembangan Anak Usia Bayi Untuk
Meningkatkan
Rasa Percaya Diri Melalui Pemberian Terapi Kelompok Terapeutik di Rw
02,03dan 11
Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. http://lib.ui.ac.id. Diakses 16 Juli 2020
Suryani. 2006. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
75
SOAL
1. Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan komunikasi prabicara adalah…
A. Bersifat sementara
B. Berlangsung selama tahun pertama kelahiran
C. Bayi berkomunikasi dengan dunia luar
D. Secara normal terjadi sampai tahun kedua
E. Dilakukan bayi melalui kode-kode khusus
2. Berikut ini yang bukan merupakan bentuk komunikasi prabicara adalah…
A. Tangisan
B. Ocehan
C. Isyarat
D. Ungkapan emosional
E. Ungkapan verbal
3. Salah satu cara berkomunikasi dengan bayi melalui teknik verbal adalah…
A. Komunikasi melalui pihak ketiga (orang tua)
B. Biblioterapi
C. Menyebutkan keinginan
D. Bercerita
E. Sentuhan
4. Cara yang dapat dilakukan perawat agar bayi tidak merasa takut adalah…
A. Pendekatan melalui ibunya dan atau mainan yang dipegang oleh bayi
B. Langsung menggendong bayi
C. Berbicara dengan suara keras
D. Memaksa untuk langsung diperiksa
E. Langsung memangku bayi
5. Komunikasi non verbal yang dapat diberikan kepada bayi adalah…
A. Mendekap
B. Bermain
C. Gerakan gambar keluarga
D. Menulis
E. Menggambar
76
TOPIK 2
77
B. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada Anak
Prinsip dasar terapeutik pada anak sangat dibutuhkan oleh perawat dalam
melalakukan tindakan keperawatan terapeutik, sehingga perawat dapat melakukan
tindakan secara efektif. Adapun Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl
Rogers (Muhith Abdul & Sandu Siyoto. 2018). seperti :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti
menghayati,memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya,dan
menghargai.
3. Memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien, baik itu nilai
spiritual, ekonomi, pendidikan,politik, maupun sosial budaya
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun
mental.
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas
berkembang tanpa rasa takut.
6. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah - masalah yang
dihadapi.
7. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan,
maupun frustasi.
8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
9. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan
sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan
komunikasi terapeutik.
11. Mampu berperan sebagai role model yang baik bagi anak-anak, karena
anak-anak cenderung menjadikan orang ewasa sebagai panutan.
12. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap mengganggu.
Anak-anak biasanya bisa merasakan perasaan orang disekitarnya, tetapi
tidak bisa mengekspresikannya.
13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
14. Berpegang pada etika keperawatan.
15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap
diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap
orang lain.
C. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak
Anak merupakan individu yang unik, sehingga dalam menggunakan
komunikasi terapeutik dengan klien anak dibutuhkan teknik khusus agar hubungan
dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.Adapun teknik-
teknik komunikasi terapeutik meliputi teknik verbal dan nonverbal (Sarfika Rika,
dkk. 2018).
78
anka, serta hal lain yang bersangkutan, dengan catatan catatan komunikasi
tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita/story telling
Melalaui story telling anak-anak akan lebih mudah menerima informasi yang
bersangkutan, karena dalam masa perkembangan kognitifnya anak lebih suka
mendengarkan cerita yang menarik, kita bisa menggunakan buku cerita
bergambar untuk dapat menarik perhatian si anak
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak yang di maksud adalah bagaimana cara berkomunikasi
melalui ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan yang diterima. Dalam
memfasilitasi kita juga harus mampu mengekspresikan perasaan yang tidak
dominan. Tetapi anak harus diberi respon terhadap pesan yang disampaikan
melalui ungkapan negative yang menunjukan kesan jelek pada anak.
4. Bibliotherapy
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan dalam menceritakan isi buku atau majalah yang
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan, kita dapat mengetahui
berbagai keluhan yang dirasakan anak dan terus memancing anak untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan dan diinginkannya. keinginan tersebut
dapat menunjukan perasaan anak dan pikiran anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menemukan atau
mengetahui perasaaan dan pikiran anak dengan mengajukan pada situasi yang
menunjukan pilihan yang positif dan negative sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti gangguan perasaaan nyeri, cemas, sedih dan
lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya
b.) Teknik Non Verbal
Teknik non verbal yang dapat diterapkan pada anak meliputi :
1. Menulis
Menulis merupakan suatu alternative pendekatan komunikasi bagi anak,
remaja muda dan pra remaja. Melalui suatu percakapan perawat dapat
memeriksa atau menyelidiki tentang tulisan dan kemungkinan juga meminta
untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak lebih ril dan
nyata.
2. Menggambar
Menggambar yaitu salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterprestasi gambar adalah
ungkapan anak tentang dirinya untuk mengevaluasi sebuah gambar, utamakan
atau fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut :
a. Ukuran dari bentuk badan individu ini mengekspresikan orang penting
b. Urutan bentuk gambar,mengekspresikan prioritas kepentingan.
c. Posisi anak terhadap anggota lainnya , mengekspresikan status anakdalam
keluarga atau ikatan keluarga
d. Bagian adanya hapusan bayangan atau gambar silang
mengekspresikanambivalent atau pertentangan, keprihatinan atau
kecemasan dalam hal hal tertentu.
3. Gerak gambar keluarga
Yang menggambarkan suatu kelompok yang berpengaruh penting pada
perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya
79
tentang dirinya dan anggota keluargannya yang lain, gambaran kelompok
yang paling berharga di mata anak-anak adalah keluarga.
4. Sosiogram
Jenis gambar yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram
atau gambar ruang kehidupan anak, dan gambar bundaran bundaran di dekat
lingkungan yang menunjukan keakraban atau kedekatan
5. Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berhubungan
dengan anak. Dengan bermain dapat di kumpulkan petunjuk mengenai
tumbuh kembang fisik , intelektual dan sosial. Terapeutik play sering
digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit, masuk rumah sakit atau
juga mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis atau tindakan
keperawatan.
6. Nada suara
Diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang rendah dan
lembut. Sehingga pasien anak dapat mengerti apa yang di tenyakan oleh
perawat.
7. Pengalihan
Mengalihkan aktivitas pasien anak yang biasanya hiperaktif lebih menyukai
aktifitas yang dia sukai sehingga perawat perlu membuat jadwal yang
bergantian antara aktivitas pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau
medis.
8. Kontak mata
Diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat mendapatkan respon
dari pasien anak yang kurang baik dan kembali melakukan kontak mata saat
pasien anak dapat mengontrol perilakunya.
9. Sentuhan
Jangan pernah menyetuh anak tanpa ada ijin dari si anak. Sentuhan ini
bertujuan untuk memperkuat komunikasi dengan anak, agar anak lebih
merasa mendapatkan kasih sayang.
D. Peran Bicara dalam Komunikasi Pada Anak
Bicara merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal yang sangat berperan
penting dalam tumbuh kembang anak. Adapun peran bicara dalam komunikasi pada
anak meliputi: (Kemenkes, 2013)
a) Persiapan Fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak,
terutama dalam mekanisme berbicara. Pertumbuhan organ-organ bicara
yang kurang sempurna sangat mempengaruhi kemampuan bicara anak.
b) Persiapan Mental
tergantung pada kematangan otak (asosiasi otak), usia 1-18 bulan adalah
waktu yang sangat tepat untuk diajak bicara. Meskipun bayi tidak bisa
merespon dengan kata-kata , tetapi suara atau bicara yang kita tunjukan
pada bayi akan menjadi stimulusbayi dan akan direspon dengan
bahasanya sendiri, misal dengan bayi tersenyum atau tertawa.
c) Motivasi dan Tantangan
Ajarkan bayi untuk mengucapkan apa yang bisa diucapkan oleh bayi.
Dalam hal ini perlu disadari bahw yang diucapkan bayi belum sempurna,
mengkin yang keluar baru berupa suara atau kata yang belum begitu jelas
sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk mengajarkan bicara
kepada bayi atau anak.
d) Model Untuk Ditiru
Salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan bicara adalah stimulus
suara. Ucapan –ucapan yang sering kita sampaikan kepada anak menjadi
model yang bisa ditiru oleh anak paaa perkembangan bicara selanjutnya.
80
Dengan demikian ucapan yang kita sampaikan hendaknya ucapan yang
baik dan mendidik.
e) Bimbingan
Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan dengan
cara: menyediakan model yang baik, mengatakan dengan perlahan dan
jelas, serta membetulkan kesalahan yang diucapkan anak.
f) Kesempatan Praktek atau Untuk Berlatih
Agar anak bisaberbicara dengan lancar, maka anak perlu diajarkan untuk
meniru kata-kata yang sering kita ucapkan, dan melatihnya setiap hari,
sehingga dalam masa perkembangannya nanti, seorang anak dapat
memiliki skill komunikasi yang baik.
Komunikas yang baik, sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat
pada nantinya, dan komunikasi ini harus dilatih sejak usia dini agar anak terbiasa
berkomunikasi dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami. Adapun, pentingnya
komunikasi bagi (Anak Usia Dini) AUD adalah : (Andrianti Dedy, 2011)
- mengembangkan kecerdasan bahasa
- belajar tentang pengetahuan sekitarnya
- membangun kecerdasan sosial emosional
- menjalin hubungan kekeluargaan, mengembangkan kepercayaan diri dan
harga diri anak
- meningkatkan kecerdasan berpikir anak untuk mebedakan benar salah
- mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan
- mengenalkan pada Tuhan YME
- sebagai alat untuk menyelesaikan masalah
E. Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) komunikasi Terapeutik pada Anak
1. Penerapan Komunikasi pada Kelompok Todler (1-3 tahun) dan Prasekolah (3-6
tahun).
Pada Usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal maupun non
verbal. Ciri khas kelompok ini adalah egosentris, yang mana mereka melihat segala
sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat segala sesuatu
dengan sudut pandangnya sendiri. Contoh penerapan komunikasi dalam keperawatan
(Anjaswarni Tri, 2016)
a. Memberitahu apa yang terjadi pada diri anak
b. Memberikan kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang
digunakan
c. Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika tidak menjawab harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana
d. Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”
e. Mengalihkan aktifitas saat komunikasi. Misalnya, dengan memberikan
mainan saat komunikasi
f. Menghindari konfrontasi langsung
g. Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak
h. Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi, karena bersalaman dengan
anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas
i. Mengajak anak menggambar, menulis atau bercerita untuk menggali perasaan
dan fikiran anak
j. Gunakan pendekatan pihak ketiga untuk terlibat dalam komunikasi pada anak
usia ini
k. Bicaralah dengan jujur
81
Selain strategi pelaksanaan diatas, dalam sumber lain juga disebutkan
berbagai startegi pelaksanaan untuk usia todeler sebagai berikut : (Veronica lambert,
2012)
82
DAFTAR PUSTAKA
Akard TF, Hemdricks Ferguson, gilmer MJ. 2019. Pediatric palliative care nursing.
USA : Annal Palliative Medical
Andrianti Dedy, S.Kom. 2011. Komunikasi dengan AUD. Jakrta : DPPAUD
Kemdikbub
Anjaswarni Tri, S.Kp., M.Kep. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan :
Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta : BPPSDMK Kemenkes
Debra L, Martin, Teri L, Mark, Antonio. 2015. Communicating with Pediatric
Patients and Their Families : The Texas Children’s Hospital Guide for
Physicians, Nurses and Other Healthcare Professionals. Houston TX :
Texas Children’s Hospital
Muhith Abdul & Sandu Siyoto. 2018. Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing &
Health. Yogyakarta : Andi IKAPI
Sarfika Rika, S.Kep., M.Kep, dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2. Padang :
Andalas university Pers
Veronica lambert, Tony Long, and Deirdre, 2012. Communication Skills for
children’s Nurses. New York : Open University Press
83
SOAL KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANAK
1. Dibawah ini yang termasuk unsur-unsur paradigma keperawatan anak adalah,
Kecuali ...
A. Manusia
B. Lingkungan
C. Keperawatan
D. Kenyamanan
E. Sehat-sakit
2. Dibawah ini yang bukan merupakan hambatan bagi penyedia layanan
kesehatan sering ragu untuk memulai diskusi perawatan paliatif dini dengan
orang tua adalah...
A. Waktu yang tidak mencukupi
B. Komunikasi yang efektif
C. Biaya
D. Ketidakpastian prognosis
E. Kegagalan medis
3. Perhatikan pernyataan berikut:
1. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan
menghargai.
2. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas
berkembang tanpa rasa takut
3. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
,maupun frustasi
4. Perawat bersikap simpati terhadap pasien dalam melakukan tindakan
terapeutik
Yang merupakan prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak adalah
A. 1, 2, dan 3 benar
B. 1 dan 3 benar
C. 2 dan 4 benar
D. 4 saja yang benar
E. Semuanya benar
5. Dibawah ini yang bukan merupakan teknik verbal dalam komunikasi
pada anak adalah ...
A. Bercerita
B. Melalui pihak ketiga
C. Menulis
D. Biblioterapi
E. Meminta untuk menyebutkan keinginan
6. Apa saja yang bukan peran bicara dalam komunikasi anak....
A. Kurangnya mental
B. Persiapan
C. Tantangan
D. Model yang ditiru
E. Bimbangan
7. Dibawah ini yang bukan merupakan teknik non verbal dalam komunikasi
pada anak adalah..
E. Gerak gambar keluarga
F. Menggambar
G. Menulis
H. Sosiogram
I. Bercerita
8. Upaya yang
dapatdilakukanuntukmembantuketerampilanbicaraanakadalah
84
A. Menyediakan model yang baru
B. Mengatakanperlahandanjelas
C. Membetulkankesalahan yang di ucapkananak
D. Mengatakan kata-kata yang seringanakucapkan
E. Jawabana,b,c,dbenar
9. Peran komunikasi biacara pada anak yang bergantung pada pertumbuhan
mekanisme bicara pada anak adalah
A. Persiapanfisik
B. Persiapan mental
C. Motifasidantantangan
D. Bimbingan
E. Kesempatanpraktekuntukberlatih
10. Anak akan lebih mudah menerima informasi yang bersangkutan, karena
dalam masa perkembangan kognitifnya anak lebih suka mendengarkan
cerita yang menarik, merupakan teknik komunikasi verba dalam bentuk ...
A. Memfasilitasi
B. Penggunaan skala
C. Story Telling
D. Pilihan pro dan kontra
E. Bibliotherapy
85
TOPIK 3
86
2. Mencipatakan suasana saling terbuka agar Remaja dapat mencurahkan isi
hatinya dan dapat didengar.
3. Membuat remaja mau bercerita dan mengutarkan setiap ia mempunyai
masalah agar nantinya secara bersama-sama berdiskusi untuk menyelesaikan
msalah tersebut.
4. Membuat remaja menghormati dan menghargai serta mendengarkan saat
mereka berbicara.
5. Membantu remaja mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan setiap
permasalahan yang dialaminya.
C. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Remaja (Damaiyanti,2010)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja, yaitu
sebagai berikut:
87
Dalam model komunikasi Transaksional ini menggambarkan proses pengiriman
dan penerimaan pesan yang terjadi secara timbal balik antar partisipan komunikasi.
Model komunikasi ini sangat penting dalam penerapan model komunikasi pada
remaja, dimana ketika perawat berkomunikasi secara simultan, maka dibutuhkan
respon balik dari klien remaja tersebut.
a. Mendengar aktif artinya sesekali kita tidak harus hanya mendengar tetapi
juga harus menghargai dengan cara memberikan pendapat dan masukan.
Tetapi jangan sampai menyinggung perasaannya . misalnya dengan
mengatakan, “Ibu tahu kamu merasa kesal kerena dia berbicara seperti itu .”
88
khawatir sekalli, kalau kamu melakukan hal yang berhaya seperti itu, lain kali
jangan di ulangi lagi ya.”
e. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal yang baik tentang dirinya yang bisa
menumbuhkan semangat baru lagi untuknya. Misalnya, “Aku sedang
berusaha untuk berubah menjadi lebih baik” daripada “Aku memiliki
masalalu yang buruk”.
f. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa mengerti dan
memahami gerak gerik dan Bahasa tubuh anak remaja saat berbicara. Apakah
menunjukan sikap emosional dari tubuhnya
g. Hindari komentar memberi komentar yang berisi tentang menyindir dan
meremerhkan Remaja. Karena dapat membuat mereka merasa tidak percaya
diri dan hal tersebut dapat memutuskan komunikasi.
h. Hindari memberikan pesan atau nasehat yang terlalu panjang dan yang
bersifat menyalahkan. Karena beberapa anak kadang akan malas
mendengarkan.
89
SOAL
1. Dibawah ini yang harus kita lakukan ketia berkomunikasi terapeutik dengan
remaja, kecuali :
1) Megeritik setiap dia sedang mengekspresikan perasaannya.
2) Dersedia menemani dan mendengarkan keluhannya.
3) Memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan
pikirannya.
4) Mengahargai keberadaan dan identitas diri dan harga dirinya.
a. 1,2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. 1,2,3 dan 4
2. Sikap orang tua yang tidak tepat saat menghadap remaja yang
menunjukkan sikap emosional atau marah adalah ….
a. memberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya
b. memberi support atas masalah remaja
c. mendengarkan dengan baik dan penuh perhatian keluhan remaja
d. memberikan komentar untuk menjelaskan sikap remaja yang tidak tepat
e. memberikan batasan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya.
3. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan remaja,
cara yang lebih mudah digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas,sedih dan lain lain
adalah…….
a. Bercerita
b. Menyebutkan keinginan
c. Pilihan pro dan kontra
d. Penggunanan skala
e. Menulis
4. Sikap terapeutik perawat atau orang dewasa saat berkomunikasi dengan
remaja
adalah ….
a. memberikan batasan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya
b. menjadikan remaja sahabat bagi orang tua
c. mengonfrontasi jika remaja melakukan ketidaktepatan perilaku
d. memberikan penjelasan untuk memahamkan
e. Memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan
pikirannya.
5. Tujuan komuniasi terapeutik pada remaja :
1) Membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga
2) Membentuk susasana yang tertutup dan menyimpan rahasia
3) Membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah
4) Membantu remaja menjadikan masalah sebagai beban
Yang tidak tepat dari beberapa pernyataan di atas adalah……
a. 1,2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. 1,2,3 dan 4
90
DAFTAR PUSTAKA
91
TOPIK 4
92
mengetahui dan menerima pesan dengan cara memberikan respon
terhadap isi pembicaraan klien
6. Memfokuskan
Kita dapat membatu klien agar berbicara sesuai dengan topik yang
telah dipilih. Hal ini kita lakukan agar pembicaraan mencapai
tujuan yang lebih spesifik , fokus ke realita dan jelas.
7. Membagi persepsi
Perawat dapat meminta pendapat mengenai perasaan yang
dirasakan perawat agar klien memberikan umpan balik dan
perawat dapat memberikan informasi. Seperti contoh : anda
tersenyum pada saya, tapi saya merasa anda sedang kesal pada
saya
8. Identifikasi tema
Selama percakapan kita dapat mengidentifikasi latar belakang
masalah klien yang bertujuan untuk mencari hal atau masalah
penting dan perawat dapat meningkatkan pengertian terhadap
masalah klien.
9. Diam (silence)
Cara ini biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan
dengan tujuan memberikan kesempatan berfikir dan memotivasi
untuk klien bicara. Teknik ini memberitahu bahwa perawat
menerima klien
10. Informing
Melalui informing perawat dapat memberikan pendidikan
kesehatan bagi klien dan juga menjelaskan fakta-fakta. Seperti
contoh perawat menjelaskan penyebab dari demam yang dialami
klien
11. Saran
Perawat memberikan alternatif ide untuk memecahkan masalah
klien. Teknik ini tidak tepat digunakan pada fase awal tetapi tetap
pada fase kerja.
3. Pendekatan pada Orang Dewasa
Dalam berkomunikasi agar komunikasi yang terjadi dapat efektf terutama
dalam pelayanan kesehatan diperlukan pengetahuan mengenai sikap-sikap
psikologis pada orang dewasa. Berikut sikap-sikap psikologis pada orang
dewasa
1. Cara orang dewasa berkomunikasi yakni dengan pengetahuan dan
pengalaman masing-masing
Sikap perawat: dala melakukan komunikasi dengan orang dewasa, pada
saat menemukan perilaku maupun pengetahuan yang kurang tepat
sebaiknya perawat memberikan motivasi dan jangan mengajari. Untuk
mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan yang diharapkan
sebaiknya menggunakan motivasi.
2. Dalam berkomunikasi harus melibatkan perasaan dan pikiran.
Sikap perawat: untuk merubah perilaku yang dinilai kurang baik
sebaiknya perawat menggunakan perasaan dan pkiran.
3. Hasl dari reaksi antara manusia yang saling berbagi pengalaman maupun
pikiran dan pendapat terhadap suatu masalah merupakan pengertian
kmunkasi.
Sikap perawat : memberikan kesempatan untuk menanggap suatu masalah
berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya serta saling berkerjasama
dalam menghadapi masalah.
93
4. Model Komunikasi Dewasa
a. Model Shanon Weaver
Menurut (Rika Esthika dan Windy, 2018) model Shannon Weaver
memiliki 6 komponen yakni
1. Pengirim (sender)
2. Encoder (transmitter)
3. Media (channel)
4. Decoder (transmitter)
5. Penerima (receiver)
6. Gangguan (noise)
Dalam hal ini encoder dan decoder memiliki perbedaan yakni Jika
encoder merupakan mesin yang mengubah pesan menjadi kode atau data
biner yang akan dikirim ke penerima. Sedangkan decoder yakni mesin yang
menerima data berupa kode atau data biner dan akan merubahnya menjadi
pesan.
94
Menurut (Rika Esthika dan Windy, 2018) dalam model ini terdapat 3 macam
permasalahan yakni:
1. Masalah teknis - masalah yang muncul dikarenakan chanel.
2. Masalah semantik - permasalah yang muncul dikarenakan perbedaan
persepsi antara penerima dan pengirim pesan.
3. Masalah efektivitas - reaksi penerima pesan dalam menerima pesan
Karakteristik model Shannon Weaver menurut menurut (Rika Esthika dan
Windy, 2018)
1. Model ini dapat diterapkan dalam berbagai macam komunikasi karena
komunikasi berlangsung dalam dua proses
2. Melalui konsep gangguan atau noise komunikasi dapat menjadi efektif
melalui jalan menghilangkan berbagai gangguan atau noise yang
menyebabkan gangguan dalam berkomunikasi.
3. Dapat diterapkan dengan baik dalam komunikasi interpersonal.
b. Model Leary
Menurut penelitian Leary, proses interaksi akan mempengaruhi antara
pelaku komunikasi. Lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi tingkah
laku pasien. Menurut model Leary komunikasi dapat terjadi dalam dua
gambaran antara lain:
1. Dominan-Submission
Artinya akan ada salah satu pihak yang mendominasi dan ada pihak yang
dikuasai.
2. Hate-Love
Berarti proses komunikasi yang berlangsung tidak hanya yang memiliki
hubungan yang baik tetapi juga yang memiliki hubungan yang kurang baik
atau sesuatu yang mereka benci.
Model komunikasi dari Leary menekankan pada hubungan interaksi
antara dua orang yang saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut model
ini, komunikasi adalah suatu proses transaksional dan multidimensional, yang
dalam penerapannya, komunikasi bergantung pada hubungan kepercayaan
dan interaksi.
Dalam bidang kesehatan dapat menerapkan model Leary karena adanya
keseimbangan peran antara pasien dan petugas kesehatan dalam menerima
dan memberi arahan kepada pasien.
Jika konsep ini diterapkan pada pasien dewasa, peran perawat hanya
dalam keadaan darurat atau akut untuk menyelamatkan nyawa pasien.
Sehingga pasien wajib patuh terhadap arahan yang diberikan perawat atau
petugas kesehatan yang lainnya.
95
Dalam model Leary menekankan pentingnya suatu
hubugan”relationship” agar pasien mendapatkan pelayanan yang efektif dan
efisien. Sebagaimana komunikasi terapeutik merupakan keterampilan untuk
menghambat stress yang menyebabkan psikologi pasien terganggu, dan
melatih hubungan interaksi dengan orang lain. Dalam komunikasi tersebut
ada hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Kondisi empati
2. Situasi dan kondisi
3. Penghargaan yang bersifat positif
Hasil yang diharapkan dari pasien yang menggunakan model Leary ini
adalah adanya hubungan saling pengertian agar individu dewasa tidak dalam
keadaan stress psikologis.
96
d.Klien-orang yang berpengaruh
Profesional kesehatan adalah seseorang yang mempunyailatar
belakang pendidikan kesehatan,training dan pengalaman dalam
memberikan pengalaman dalam pelayanan kesehatan pada klien
meliputi:perawat,dokter,fisioterapi,tenaga kesehatan administrasi dan
sebagainya.
Sedangkang klien adalah seseorang yang menerima pelayanan
kesehatan secara langsung,yang mempunyai citra pribadi yang
mandiri,yang mempunyai pilihan bebas dalam mencari dan memilih
bantuan secara bertanggung jawab terhadap pilihannya.
2. Transaksi
Transaksi dalam komunikasi adalah kesepakatan,respon yang
terjadi antara pengirim pesan dengan penerima pesan yang terjadi
secara stimulasi dalam proses komunikasi. Transaksi yang terjadi
mencakup perilaku komunikasi verbal dan non verbal yang
mencakup dimensi isi dan berhubungan, terjadi secara
berkesinambungan,tidak statis dan ada umpan balik
3. Konteks
Faktor konteks dalam model ini adalah situasi dimana
pelayanan kesehatan diberikan.Konteks dapat berdasarkan pada
tempat atau ruangan dilaksanakan komunikasi,jenis pelayanan
kesehatan diberikan dan jumlah personil atau tenaga kesehatan yang
secara memberikan pelayanan.Petugas yang terbatas dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas komunikasi.Roger,C.R (1961)
menekankan bahwa fokus interaksi dalam pelayanan kesehatan adalah
klien,seorang terapis atau perawatan apabilla berkomunikasi harus
bersikap jujur, peduli tingkat pemahaman klien, dan berkeinginan
membantu klien.
5. Penerapan SP pada Dewasa
Dalam penerapan komunikasi pada orang dewasa memerlukan berbagai
aturan yakni: sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia,
faktor budaya, faktor psikologi, nilai yang dianut dll. Hal-hal yang harus
diperhatikkan perawat agar tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi kepada
orang dewasa.
a. Menyampaikan pesan secara langsung tanpa lewat perantara. Dengan
ini, klien mudah menerima penjelasan yang disampaikan secara
langsung. Jika menyampaikan dengan penggunaan media komunikasi
lain, akan menimbulkan klien salah persepsi karena tidak adanya
timbal balik secara langsung
b. Saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Maksud dari komunikasi ini,
perawat dengan pasien harus memiliki keseimbangan agar tidak ada
yang saling menguasai satu sama lain. Tehnik ini bertujuan untuk
saling membantu.
c. Komunikasi dengan timbal balik. Komunikasi ini dilakukan secara
langsung atau dengan tatap muka agar tidak terjadi kesalahpahaman
antara pasien dan perawat. Komunikasi ini menunjukan pentingnya
arti hubungan antara perawat dan pasien.
d. Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis dan bersifat
dinamis
Komunikasi sebagai alat yang tepat untuk mendorong tingkah laku orang
yang lebih baik. Perawat perlu mengetahui untuk menguasai tehnik dan
model berkomunikasi yang tepat di setiap perbedaan karakteristik pasien
a. Orang dewasa memiliki pengetahuan dan sikap yang sudah lama ada
pada dirinya sehingga susah untuk diubah dalam waktu yang singkat
97
b. Model komunikasi yang sesuai dan tepat untuk orang dewasa adalah
model interaksi king dan model komunikasi kesehatan karena
menekankan pada hubungan relatioship serta adanya feedbackagar
dapat mencapai tujuan yang mereka inginkan.
98
SOAL
1. Proses komunikasi akan berlangsung baik dan bermakna bila semua
komponen yang terlibat dapat berjalan sebagaimana mestinya. Komonen-
komponen ini sangat terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Kecuali
.......
a. Pesan
b. Efek
c. Komunikasi verbal
d. Komunikator
e. Feedback
2. Dalam berkomunikasi dengan pasien dewasa, seorang perawat harus
memperhatikan suasana komunikasi, hal itu ditujukan guna menciptakan
efektivitas dalam berkomunikasi. Adapun suasana komunikasi yang harus
diciptakan dan diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh seorang perawat
adalah.......
a. Ciptakan suasana saling menghormati. Umumnya, komunikasi bisa
berjalan efektif apabila seseorang diberikan ruang atau kesempatan
guna mengeluarkan pendapatnya atau minimal turut berpikir
mengenai topik yang sedang diperbincangkan.
b. Saling mempengaruhi dan dipengaruhi
c. Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis dan bersifat dinamis.
d. Konteks komunikasi kesehatan mengenai keberadaan kesehatan pasien
disesuaikan dengan tempat dan situasi
e. Interaksi adalah proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik
antara persepsi, keputusan, dan tindakan petugas kesehatan dengan pasien
3. Terdapat beberapa konsep komunikasi sekaligus penerapannya pada orang
dewasa. Model yang lebih menekankan akan pentingnya suatu rrelationship
guna membantu pasien mendapatkan pelayanan kesehatan secara langsung.
Adalah .....
a. Model Shanon Weaver
b. Model Komunikasi Leary
c. Model Interaksi King
d. Model Komunikasi Kesahatan
e. Effect
4. Dari model komunikasi kesehatan disesuaikan dengan tujuan dan jenis
pelayanan yang diberikan. Penting untuk diperhatikan oleh seorang perawat,
dalam berkomunikasi dengan orang dewasa membutuhkan ragam aturan,
yaitu.......
1. Sopan santun
2. Dalam berbicara menyesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien
3. Dalam berbicara menyesuaikan dengan usia pasien
4. Dalam berbicara sesuaikan dengan faktor budaya yang melatari
keberadaan pasien
a. 1,2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. Benar semua
5. Pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh orang dewasa dapat
mempengaruhi komunikasinya. Tindakan yang mudah untuk melakukan
peawatannyadan sikap psikologis manakah yang diharuskan oleh seorang
perawat?
a. Memberi motivasi klien untuk meningkatkan kesehatan
b. Menggunakan keyakinan perawat untuk merubah perilaku klien
99
c. Mengajari cara-cara memelihara kesehatan
d. Menyelesaikan masalah berdasarkan sudut pandang perawat
e. Mengganti prngrtahuan klien dengan yang baru
100
DAFTAR PUSTAKA
Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan konseling. Jakarta: salemba medika
Arwani. 2003. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta :EGC
Tamsuri , Anas. 2006. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta :EGC
Anjaswarni, Tri. 2016. Modul bahan ajar cetak keperawatan, Komunikasi dalam
keperawatan.
Jakarta: Kemenkes RI. Pudik SDM Kesehatan
Zen, pribadi. 2013. Panduan komunikasi efektif untuk bekal keperawatan
professional.
Jogjakarta: D-Medika
101
TOPIK 5
102
membuat klien nyaman.Ada kemungkinan perawat melihat sikap penolakan
dari lansia.Hal ini mungkin karena lansia belum siap untuk mengungkapkan
dan menghadapi masalahnya, ada rasa malu untuk mengakuibahwa lansia
memerlukan bantuan, tidak siap mengubah pola tingkah laku yang
menyebabkan masalah kesehatannya, dan lain sebagainya, kadang-kadang
klien lansia juga ingin mneguji ketulusan peerawat yang
membantunya.Disini perawat perlu menunjukkan sikap ketulusan,
kepedulian serta kesabaran saat menghadapi lansia. Yang harus dilakukan
perawat :
a. Memberi salam pada klien lansia
b. Memperkenalkan diri
c. Menanyakan nama klien
d. Menyepakati pertemuan(kontrak)
e. Menghadapi kontrak
f. Memulai percakapan awal
g. Menyepakati masalah klien
h. Mengakhiri perkenalan
3. Tahap III (Kerja)
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Marootoli et al.1993 dalam
buku Muthith Abdul,dkk.2016) bahwa faktor usia, penurunan pendapatan,
tidak mempunyai pekerjaan, penyakit neurologis, adanya katarak, penurunan
tingkat aktivitas fisik, dan ketidakmampuan fungsi memengaruhi
kemampuan lansia dalam mengemudi atau menggunakan kendaraan. Lebih
lanjut dikatakan bahwa kehilangan kemandirian dalam transportasi. Tujuan
tindakakn ini adalah :
a. Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya,
perilakunya, perasaannya, pikirannya. Ini bertujuan untuk mencapai
tujuan kognitif
b. Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien
secara mandiri menyelesaiakn maslaah yang dihadapi. Ini bertujuan
untuk afektif dan psikomotor
c. Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan
d. Melaksanakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
e. Melaksanakan observasi dan monitoring
4. Tahap IV (Terminal)
Tahap ini dapat disertai bermacam-macam perasaan. Mungkin lansiaakan
merasa kehilangan sesuatu, merasa bimbang tentang kemampuannya tanpa
bantuan dari perawat. Pada tahap ini perawat perlu mengungkapkan
kesediannya membantu bila diperlukan agar klien lansia merasa aman
a. Terminasi sementara
Tahap ini merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien, akan tetapi
peerawat akan bertemu lagi dengan klien pada waktu yang telat
ditentukan/
b. Terminasi akhir
Tahap ini terjadi jika klien akan pulang dari rumah sakit atau perawat
tidak berdinas lagi di rumah sakit tersebut
Hal-hal yang harus dilaksanakan pada tahap terminasi ini, antara lain:
a. Evaluasi hasil, yang terdiri dari evaluasi subjektif dan evaluasi objektif
b. Rencana tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang
Tugas utama perawat dalam tahapan terminasi adalah :
a. Menyediakan realitas perpisahan
b. Melihat kembali kemajuan dari terapi dan pencapaian tujuan
103
c. Saling mengeksplorasi perasaan asanya penolakan, kehilangan, sedih,
dan marah serta tingkah laku yang berkaitan
C. Proses Komunikasi pada Lansia
(Menurut M. Smith, 2006 dalam buku muhith Abdul,dkk.2016), proses
komunikasi merupakan bagian integral untuk mendapatkan fakta-fakta dalam
mengidentifikasi masalah mendasar dan faktor-faktor yang memicu atau
memperburuk perilaku yang sulit. Perawat harus dapat berkomunikasi secara
efektif dengan orang tua, keluarga, dan staf lain secara professional.Hasilnya,
komponen dasar dari komunikasi diperkenaalkan dan diterapkan pada lansia.
(Menurut M. Smith, 2006 dalam buku muhith Abdul,dkk.2016) proses
komunikasi pada lansia :
1. Perawat memulai wawancara dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan dan langkah wawancara
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, beerkaitan
dengan kemunduran untuk merespon verbal
3. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien sesuai dengan latar
belakang sosio kulturalnya
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan
dalam berpikir abstrak
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan
memberikan respon non-verbal seperti kontak mata secara langsung,
duduk, menyentuh pasien
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian
pasien dan distress yang ada
7. Perawat tidak boleh beransumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian
8. Perawat harus memperlihatkan respon pasien dengan mendengarkan
secara cermat dan tetap mengobservasi
9. Tempat mewawancarai di haruskan tidak pada tempat yang baru dan
asing bagi pasien
10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman
mungkin
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang
sensitive terhadap suara tinggi atau perubahan penglihatan
12. Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien
atau orang lain yang sangat mengenal pasien
13. Memerlukan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara
D. Metode komunikasi pada lansia
Perawat atau pemberi asuhan keperawatan harus dapat menunjukkan rasa siap
dalam mendengarkan klien lansia. Kesiapan ini ditunjukkan dengan beberapa
cara, yaitu :
1. Duduk dengan tegak, tubuh rileks, dan menghadap lansia secara muka
dengan muka atau face to face. Posisi ini menunjukkan bahwa “saya siap dan
mau mendengarkan”.
2. Mempertahankan kontak mata. Sebaiknya mata perawat sejajar dengan mata
klien lansia, tempat duduk perawat tidak lebih tinggi dari tempat duduk
lansia. Kontak mata harus spontan dan wajar.
3. Tubuh perawat sedikit membungkuk atau Sikap menghormati ke arah lansia.
Biasanya secara spontan tubuh seseorang langsung bergerak sedikit mendekat
pada lansia yang sedang bicara bila ia ingin mendengarkan dengan baik apa
yang disampaikannya.
4. Mempertahankan sikap tubuh yang terbuka. Hindari duduk dengan kedua
kaki atau tangan bersilang, karena posisi semacam ini menunjukkan sikap
defensif. Posisi tubuh perawat harus menunjukkan bahwa dirinya bersedia
104
menerima dan membantu, seperti pintu terbuka yang mengundang orang
masuk tanpa mengetuk.
5. Mempertahankan posisi tubuh yang rileks. Tidak mudah untuk
mempertahankan posisi tubuh yang rileks penuh sebab mendengarkan seluruh
“dirinya” perawat sudah mengeluarkan banyak tenaga. Akan tetapi suasana
tegang dapat dicegah dengan memberi sedikit waktu sebelum perawat
memberi tanggapannya, memberi waktu untuk berdiam sejenak, dan
menggunakan isyarat yang tepat dan membantu klien.
Adapun metode komunikasi menurut (Anjaswarni, Tri.2016).Berikut ini akan
dipaparkan bagaimana cara perawat dapat meningkatkan komunikasipada klien
lansia sebagai bentuk pendekatan dalam melakukan komunikasi pada
lansiasebagai berikut.
105
1) Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri serta
menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
2) Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespons verbal.
3) Gunakanlah kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar
belakang sosiokulturalnya.
4) Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan
dalamberpikir abstrak.
5) Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan
respons nonverbal, seperti kontak mata secara langsung, duduk, dan
menyentuh pasien.
6) Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian
pasiendan distress yang ada.
7) Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian.
8) Perawat harus memperhatikan respons pasien dengan mendengarkan dengan
cermat dan tetap mengobservasi.
9) Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing
bagi pasien.
10) Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11) Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif
terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12) Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien
atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
13) Memperhatikan kondisi fisik pasien lansia pada saat wawancara.
E. Degenerasi
Menua merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Penuaan terjadi hampir pada semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem tubuh
mengalami kemunduran fungsi pada waktu yang sama. Penurunan fungsi fisiologis
tubuh lansia terjadi secara alami seiring dengan pertambahan umur seseorang
tersebut. Beberapa perubahan fungsi fisiologis yang terjadi setelah usia lanjut adalah
turunnya kemampuan sistem saraf yang terlihat pada indra penglihatan, pendengaran,
peraba, perasa, dan penciuman. Selain itu,beberapa sistem organ lain seperti sistem
pencernaan, sistem pernapasan, sistcm endorkin, sistem kardiovaskular, serta sistern
muskuloskeletal juga mengalami penurunan kemampuan.
106
Badan kaca (vitreous), konsistensi hadan kaca pada lansia menjadi
semakin cair atau encer. Hal tersebut dapat menyebabkan biopsia, yaitu
terlihat seperti ada kilatan cahaya saat memindahkan posisi bola mata.
Retina, proses degenerasi pada lansia menyebabkan retína terlihat lebih
suram dan tampak jalur-jalur berpigmen. Jumlah sel reseptor pada retina
juga mengalami degenerasi sehingga lansia membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk adaptasi cahaya dan gelap terang dan terjadi
penyempitan ruang pandang. Adanya perubahan fisilogis pada Iensa
mata lanjut usia, makan pcenyakit mata yang umum terjadi pada lanjut
usia di antaranya adalah:
- Katarak
Timbulnya sekrosis pada sfingter pupil, hilangnya respons
terhadap sinar, berubahnya bentuk kornea menjadi lehih berbentuk
sfrria (bola), serta lensa yang lebih suram (kerub) pada lansia dapat
menyebabkan katarak.Rada katarak terjadi perubahan biokimia
seperti peningkaran jumlah protein tak larut dan ion kalium dalam
lensa serta berkurangnya glutaf ion dan vitamin C. Katarak pada
lansia yang sehat sebaiknya dioperasi.Hal ini bertujuan unruk
mengurangi risiko terjadinya glaucoma apabila katarak tersebut
menjadi matang.
- Glaucoma
Pada glaucoma terjadi peeningkatan tekanan intraocular,
penyempitan lapang pandang yang disebabkan oleh kerusakan saraf
optik yang terjadi karena peningkatan tekanan intraocular dan
atrofi pupil saraf.
- Age-related macular degeneration
Teori yang berkembang menyatakan bahwa penyakit ini
discbabkan oleh kerusakan pada epitel pigmen retina (retinal
pigment epithelium/RPE) akibat paparan sinar matahari yang
sangat kuat atau dapat juga disebabkan oleh defisiensi vitamin,
antioksidan, dan mineral dalam diet.Hal ini menurut buku geniatri,
teori ini masih tidak pasti.Pathogenesis penyakit ini awalnya terjadi
dan peningkatan resistensi sirkulasi koroid, yaitu tekanan kapiler
korio yang dapat menyebabkan gangguan perfiisi dan dapat
menyebabkan gangguan metabolisme dalam RPE. Peningkatan
tekanan kapiler mi menyebabkan gangguan transport metabolit di
daim RPE, sehingga terjadi akumulasi drusendan pada membran
basalis serta deposit /ipid.
- Degenerasi retina
Pada lansia terjadi dua macam degenerasi retina, yaitu:
1. Degenerasi retina senilis
terjadi karena hilangnya sel reseptor dalam sel saraf
yang menyebabkan penurunan sensivitas ruang menyebahkan
penurunan sensivitas ruang pandang, penuru nan sensivitas
kontras warna, dan kcnaikan ambang adaptasi gclap.
2. Degenerasi retina perifer.
Pada lansia terjadinya deposit lipid dikornea mata,
hilangnya elastisitas mata, dan sclerosis nucleus lensa mata
dapat menyebabkan perubahan fungsional pada mata.
Akibatnya terjadi kekeruhan kornea, penurunan sudut filtrasi,
peningkatan tekanan intraocular, dan terjadi pengeringan pada
bola mata sehingga mata menjadi lebih sering mengeluarkan
kotoran mata dan terasa ada yang mengganjal pada mata
akibat adanya penyempitan saluran pembuangan air
mata.Keadaan patologis dan kondisi ini dapat mcnyebabkan
107
katarak, kotoran mata dan terasa ada yang mengganjal pada
mata akibat adanya penyempitan saluran pembuangan air
mata. Keadaan patologis dan kondisi ini dapat mcnycbabkan
katarak, dan glukoma (penutupan sudut akut; sudut terbuka
kronik)
3. Perubahan fisiologis lain
Perubahan fisiologis lainnya pada lansia yaitu
perubahan morfologik pada lemak periorbital yang
menghilang.Hal tersebut menyebabkan perubahan bentuk mata
menjadi cekung dan kelopak mata menjadi
melengkung.Terjadi pula degenerasi neuron kortikal serta otot-
otot ocular intrinsic dan ekstrinsik.Degenerasi ini
menyebabkan adaptasi gelap melambat, muscae volintates
(objek mengambang di lapangan pandang), persepsi
viusopatial dan diskriminasi kurang akurat, serta menyebabkan
gangguan berupa akomodasi untuk melihat ke atas menjadi
terbatas.
b. Pendengaran
Dilihat dari segi fisiologis, sebanyak 65-70% golongan lansia
menunjukkan adanya penurunan fiingsi pendengaran (tuli) secara fungsional
setelah memasuki usia 80 tahun dan hal ini juga ditemukan pada 5% dan
populasi lansia di atas 65 tahun. Banyak lansia menderita Meinerec disease,
yaitu suatu sindrom dengan ciri telinga bagian dalam memhengkak, terasa
mendengung, pendengaran menurun, dan vertigo. Menurunnya pendengaran
pada lansia terjadi karena degenerasi primer di organ kortil berupa hilangnya
sel epitel saraf yang dimulai pada usia pertengahan. Hal ini juga terjadi pada
serabut afrren dan eferen sel sensorik koklea.Terjadi pula perubahan pada sel
ganglion spiralis di basal koklea.Selain itu terjadi penurunan pada elastisitas
membran basalis di koklea dan membran timpani. Beberapa gangguan
pcndcngaran yang urnum terjadi pada lansia adalah:
1) Tipe kondukiif yaitu adanya gangguan mekanik pada telinga akibat
adanya kerusakan kanalis auditorius, membran timpani, maupun tulang
pendengaran. Gangguan tipe ini bisa disebabkan oleh adanya serurnen.
Pendengaran dapat membaik dengan membersihkan lubang telinga dan
serumen tersebut.
2) Tipe sensori-neziralis yaitu gangguan pada telinga yang disebabkan
karena kerusakan neuron akibat bising, prebiaskusis, obat autotoksik,
hereditas, reaksi pasca radang, dan komplikasi akibat ateroskierosis.
Adapun yang termasuk dalam tipe ini adalah titinus dan vertigo.
3) Persepsi pendengaran yang abnormal.
Tingkat suara yang pada orang normal terdengar biasa dapat menjadi
sangat mengganggu pada lansia yang menderita prebiaskusis.
4) Gangguan terhadap lokalisasi suara, yairu gangguan pada lansia untuk
mendetcksi arah datangnya suara, terutaman jika berada dalam
lingkungan yang bising.
c. Peraba (kulit)
Proses penuaan kulit pada lansia teijadi dan dua jenis fenomena, yaitu
fenomena ilmiah atau intrinsik yang terjadi akibat keturunan, ras, hormonal,
penyakit sistemik, malnutrisi, psikis dan lain sebagainya serta fenomena
photoaging atau ekstrinsik yang diakibatkan oleh lingkungan seperti
mataharisuhu, kelembapan, udara, arus angin, CO2, ozon, polusi, bahan
kimia dan lain sebagainya.
1) Perubahan fisiologis kulit pada lansia
Pada usia laniut terjadi penurunan kecepatan pergantian sel epidermal
sebanyak 30-50%. Selain itu juga proses kecepatan pergantian stratum
108
koneum melambat 2 (dua) kali lebih lama jika dibandingkan dengan usia
muda. Hal ini disertai dengan terjadinya penurunan respons terhadap
trauma pada kulit, fungsi proteksi kulit yang bcrkurang, penurunan
produksi vitamin D, penurunan fungsi kelenjar minyak (sebum), serta
berkurangnya jumlah sel melanosit yang aktif. Pada kulit, selain terjadi
perubahan fisiologis yang meliputi kulit menipis, kering, fragil, dan
berubah warna,juga terjadi perubahan morfologik yang meliputi
hyperkeratosis epidermal, degenerasi kolagen dan serat elastic, sclerosis
arieriol dan penurunan lemak subkutan. Terjadinya penurunan elastisitas
kulit dan timbulnya bercak campbell de M organ pada lansia merupakan
salah satu tanda penuaan yang dapat diamati dengan mudah. Terjadi pula
penurunan bantalan karena penurunan lcmak subkutan yang
mcnyebabkan decubitus serta hipotermia.
1. Gambaran morfologik kulit pada lansia menurut (Gilchrest 1991),
gambaran morfologik kulit menua yaitu dibagi menjadi 4 (empat):
Kulit kering.
Kekeringan pada kulit dikaitkan dengan menurunnya produksi
hormon androgen dan fungsi sebasea, serta kurangnya jumlah dan
fungsi kelenjar keringat inaupun kadar air dalam dalam epidermis.
Selain itu, kulit lansia yang kering juga bisa disebabkan karena
terlalu lama terpapar sinar matahan.
Permukaan kulit kasar dan bersisik.
Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan proses kreatinisasi
serta kelainan ukuran dan bentuk sel epidcrmis. Stratum korneum
yang mudah lepas pada kulit lansia dan ditambah lagi faktor
kekeringan pada kulit yang disebabkan oleh berkurangnya lemak
pada permukaan kulit serta penurunan kandungan air pada lapisan
epidermis.
Kulit kendur.
Penurunan jumlab serat elastin yang menjadi lebih menebal
sehingga jaringan kolagen menjadi Iebih kendur.Selain itu, pada
lansia tulang dan otot telah menjadi atrofi dan jaringan lemak
subkutan menurun sehingga lapisan kulit menjadi lebih tipis yang
menyebabkan terbentuk kerutan kerutan dan garis-garis kulit.
109
2. Kelenjar limfe, peyer’s patches dan limpa merupakan organ limfoid
sekunder yang berfungsi sebagai tempat bagi sel limfosit dewasa
untuk merespon antigen. Organ tersebut dibutuhkan untuk proses
proliferasi dan diferensiasi sel limfosit, menangkap dan
mengumpulkan antigen, serta menjadi tempat utama produksi antibodi
dan sensitisasi sel T. Seiring bertambahnya usia, maka jaringan
limfoid terkait mukosa pada jaringan limfoid berubah dan respons sel
limpa terhadap mitogen menurun.
3. Efek proses penuaan pada sel spesifik
a. Limfosit.
Jumlah total limfosit dalam darah tepi tidak menurun seiring
bertarnbahnva usia, tetapi respons sel T terhadap mitogen, alloantigen,
dan antigen konfensional menurun.
b. Perubahan imunitas seluler.
Pada lansia,turunnya respon imunitas seluler disebabkan karena
adanya perubahan antigen atau hilangnya mcmori imunologi. Selain
itu, akan tcrjadi penurunan kecepatan pembentukan limfosit T yang
akan menurunkan respon imun terhadap agen-agen penyakit infeksi.
Penurunan jumlah sel imun yang responsif pada lansia dîsebabkan
karcna kegagalan fungsi sel T dalam mcmproduksi interleukin-2.
c. Pcrubahan imunitas hormonal.
Pada lansia kadar IgA dan lgG dalam darah dan cairan otak
meningkat, namun kadar IgM cenderung menurun didalam darah.
C) SISTEM SARAF
Pada lansia, umumnya terjadi penurunan berat otak sebanyak 10—
20% dan mulai terjadi pada usia30—70 tahun. Selain itu, adanya penebalan
meningen juga ditemukan pada otak lansia.Terjadinya degenerasi pigmen
substantia nigra, kekusutan neurofibriler dan juga pembentukan badan-badan
hinaro pada lansia dapat meningkatkan risiko sindrom Parkinson dan
demensia tipe Alzeimer. Risiko dcmcnsia vaskular pada lansia juga
meningkat akibat terjadinya penebalan intima pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh ateroskierosis sena tunika media yang merupakan salah satu
efek samping yang muncul akibat proses menua. Perubahan intima dalam
pcmbuluh darah terscbut juga dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke
dan serangan iskemia sesaat.
D) SISTEM PENCERNAAN
Bertambahnya umur pada lansia dapat menurunkan sekresi asam dan
enszim yang dihutuhkan bagi proses pencernaan. Selainitu juga terjadi
penurunan permeahilitas dinding usus schinggaproses pencernaan dan
absorbsi makanan tidak optimal. Beberapa perubahan fungsi pencernaan
seperti perubahan morfologis dapat berakibat terhadap perubahan fungsional
serta peruhahan patologik, di antaranya kesulitan mengunyah dan/menelan,
gangguan nafsu makan dan berbagai penyakityang lain.
1. Rongga mulut
Pada lansia, mulai banyak gigi yang ranggal serta terjadi kerusakan
gusi karena proses degenerasi. Gizi merupakan unsur penting untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Pertambahan usia pada lansia dapat
meningkatkan risiko tanggalnya sebagian gigi-giginya. Hal ini dapat
mengganggu proses makan dan mengunyah baik pada lansia yang tidak
menggunakan gigi palsu maupun lansia dengan gigi palsu yang merasa
tidak nyaman dalarn pcnggunaannya. Selain itu, penambahan umur dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan lansia dalam proses
110
pengecapan, pencernaan, penyerapan, dan metabolisme makanan.
Penurunan fungsi pengecapan terjadi akibat berkurangnya jumlah papilla
pada ujung lidah.Hal ini diperparah bila lansia mengalami defìsiensi seng
atau mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempercepat serta
mernperparah penurunan fungsi indra-indra tersebut.Kondisi ini dapat
mengakibatkan lansia mengkonsutnsi sodium lebih banyak dan yang
direkomendasikan, kurang mcnikmati makanan serta mengalami
penurunan nafsu dan asupan makan. Ambang batas lansia untuk
merasakan garam sodium maupun garam glutamat 11,6 kali dan 5 kali
lebih tinggi dibandingkan pada usia muda. Selain itu, penurunan fungsi
indra perasa dan pencium tersebut juga dapat menghambat fase cephalic
untuk menyekresi cairan saliva, lambung maupun enzim-enzim pankreas
yang dipersiapkan untuk pencernaan sebelum makanan masuk ke
lambung. Hal ini dapat mempengaruhi pcncernaan makanan dan
pcnycrapan nutrisi (Baics dan Ritchic, 2002).Efek dan penurunan sekresi
saliva dapat menurunkan pencernaan karbohidrat kompleks menjadi
disakarida akibat berkurangnya enzim ptyalin.Selain itu, berkurangnya
produksi saliva juga dapat mengurangi fungsi lidah sebagai pelican.
2. Faring dan esophagus
Sebagian besar lansia akan mengalami kelemahan otot polos yang
mengakibatkan terganggunya proses menelan. Lemahnya otot esophagus
ini dapat menyebabkan terjadinya hiatal hernia, yaitu penurunan
sensitifitas reseptor esophagus terhadap makanan yang berakibat pada
penurunan fungsi peristaltic esophagus dalam proses menelan makanan
ke lambung sehingga terjadi perlambatan proses pengosongan esofagus.
3. Lambung
Terjadinya atrofi mukosa lambung seiring bertambahnya umur akan
mengakibatkan gangguan pencernaan. Atrofi sel kelenjar, sel parietal, dan
sel chiefakan menyebabkan berkurangnya sekresi asarn lambung, pepsin,
dan faktor intrinsik.Penurunan ukuran lambung pada lansia dapat
mengakibatkan penurunan daya tampung lambung.Lansia juga sering
mengalami penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung
menjadi lebih lambat. Selain itu, pada lansia juga sering mengalami
atropic gastritis pada usia 6Oan tahun, sedangkan pada usia 8Oan tahun
prcvalcnsi kcjadian atropic gastritis meningkat sampai 40%. Menipisnya
lapisan epitel lambung mengakibatkan meningkatnya tingkat keasaman
(pH) larnbung rncnurunnya produksi faktor intrinsik yang menyebabkan
terjadinya malabsorbsi besi, kalsium, vitamin B6, B12 dan folat.Selain
ini, hal tersebut juga memacu pertumbuhan bakteri pada usus halus.
4. Usus halus
Bertambahnya usia pada lansia dapat mengakibatkan terjadinya atrofi
pada mukosa usus halus sehingga dapat menurunkan luas permukaan dan
menurunkan jumlah vili-vili usus. Hal ini mengakibatkan terjadinya
malabsorbsi zat—zat gizi.Selain itu, lansia juga cenderung mengalami
penurunan sekresi enzim yang diproduksi di pankreas dan empedu yang
mengakibatkan maldigesti, malabsorbsi dan terganggunya metabolisme
zat-zat gizi. Apabila hal ini terjadi secara kronìs, maka akan menimbulkan
masalah gizi scpcrti kckurangan/defisiensi asam fblat, vitamin B12 zat
besi, kalsium, dan vitamin D.
5. Pankreas
Terjadi penurunan produksi enzim amilasi, tripsin, dan lipase yang
menyebabkan maldigesti dan malabsorbsi. Selain itu, sering ditemukan
kejadian pankrearitis yang dihubungkan dengan batu empedu pada usia
lanjut.
6. Hati
111
Peningkatan usia dapat menyebabkan terjadinya atrofi sel-sel hati dan
mengakihatkan terjadinya perubahan-perubahan histologi maupun
anatorni pada hati (perubahan bentuk jaringan menjadi jaringan fibrosa)
yang berefek terhadap perubahan fungsi hati, terutama dalam
metabolisme zat gizi dan obat-obatan.
7. Usus besar dan rektum
Pada lansia scring diternukan adanya pcnurunan kekuatan otot polos
pada dinding kolon yang digantikan dengan jeringan ikat.Hal ini dapat
meningkatkan risiko terjadinya divertikulosis dan konstipasi.Konstipasi
pada lansia dapat disebabkan karena melemahnva peristakik disertai
dengan imobilitas, kurangnya konsumsi cairan (kurang minum) dan
rendahnya konsumsi makanan rcndah serat.Imobilitas dapat mcnychabkan
konstipasi karena dapat menurunkan mobilitas kolon.Banyaknya kelokan-
kelokan pembuluh darah pada kolon menyebabkan mobilitas kolon
menurun sehingga absorpsi air dan elektrolit meningkat, konsistensi feses
menjadi keras sehingga mcnyebabkan kesulitan buang air besar dan
konstipasi. Absorpsi zat gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti baik/tidaknya fungsi organ pencernaan, kondisi mukosa
intestinal, ada/tidaknya zat inhibitor maupun zat yang membantu proses
absorbsi zat gizi. Gangguan pada mukosa intestinal dapat menghambat
proses penyerapan zat gizi. Selain itu, proses penyerapan juga
dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah ke intestinum.Gangguan
penyerapan zat gizi pada lansia banyak terjadi karena adanya gangguan
pada fungsi pencernaan seperti kegagalan fungsi pankreas, tingginya
angka pcrtuînhuhan bakteri, konsumsi obat serta adanya penyakit kronis
yang dapat mengganggu pencernaan.Kondisi ini diperparah dengan
perubahan struktur maupun fungsi saluran cerna.
E) SISTEM PERNAPASAN
Adapun perubahan sistem pernapasan pada lansia adalah:
1. Infleksibilitas dan penurunan kekuatan otot pernapasan yang
mengakibatkan berkurangnya volume udara inspi rasi sehingga
menyebabkan napas cepat dan pendek.
2. Menurunnya fungsi silia yang mengakibatkan rnelemahnya reficks batuk
schingga meningkatkan risiko secret.
3. Menurunnya aktivitas mengembang dan mengempis paru menyebahkan
turunnya jumlah udara yang masuk ke dalam paru jumlah udara yang
masuk pada pernapasan yang tenang adalah±500mL)
4. Penurunan jumlah dan pelebaran ukuran alveoli (luas permukaan normal
50 mL) mengakibatkan terganggunya proses difusi.
5. Perubahan tekanan arteri menjadi 75 mmHg mengakibatkan terganggunya
proses oksigenasi dan hemoglohin sehingga oksigen tidak dapat
disirkulasikan secara optimal.
6. Tidak ada pergantian karbondioksida pada arteri yang mengakibatkan
turunnya komposisi oksigen dalam arteri. Apabila hal ini terjadi dalarn
kurun waktu yang lama akan mengakibatkan racun pada tubuh.
7. Penurunan refleks batuk yang rnenyebahkan berkurangnya pengeluaran
secret dan korpus alium dan saluran napas sehingga dapat berpotensi
menimbulkan obstruksi.
F) SISTEM ENDOKRIN
Penyakit gangguan endoknin pada lansia yang berhubungandengan nutrisi di
antaranya:
1. Hormon pertumbuhan menurun
112
Hormon TSH dan ACTH berfungsi dalam peningkatan aktivitas
kelenjar tiroid dan korteks adrenal, sedangkan FSH dan LH berfungsi
untuk meragsang indung telur (ovarium) dan testis. Hormon utama lainn a
yaitu hormon pertumbuhan (growth hormone/Cl-I) yang berfungsi untuk
proses pertumbuhan anak-anak maupun remaja pada jaringan-jaringan
tubuh. Growth hormone juga bertanggung jawab dalam kenaikan
persentase lemak tubuh. Pada lansia, yang kebutuhan lemaknya menurun,
tentu akan mengganggu fungsi fisiologis organ-organ terkait metabolisme
lemak.
2. Hipotiroid berhubungan dengan paranoid, hipotermia, dan anemia.
3. Hipertiroid dapat mciii mbul kan ostcoporosis.
4. Estrogen berhubungan dcngan pcnyakit osteoporosis, jantung koroner,
atrofi jaringan. Adapun penyakit metabolik pada lansia:
5. Penurunan produksi hampir semua hormon.
6. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak herubah.
7. Hipofisis.
8. Penurunan aktivitas tiroid atau laju metaholik dasar (basal metabolic
rat/EMR) dan penurunan kemampuan pcrtukaran zat.
9. Penurunan produksi aldosterone.
10. Penurunan sekresi hormon-hormon gonad seperri esterogen, progesteron,
dan testosteron.
11. Defisiensi hormonal yang dapat mengakibatkan hipotiroidisme, depresi
sumsurn tulang serta berkurangnya kernampuan dalam mengatasi tekanan
jiwa (stres).
G) SISTEM MUSKULOSKELETAL
Pada lansia umumnya terjadi penurunan kelenturan, kekuatan otot dan
daya tahan sistcrn muskuloskeictal.Hal ini diperberat dengan adanya
penyakit-penyakit muskuloskeletal seperti osteoarthritis, reumatik, dll.
Beberapa contoh penyakit pada tulang adalah:
1. Osteoporosis, merupakan kondisi berkurangnya masa tulang sehingga
dapat rneningkatkan risiko terjadinya fraktur walaupun hanya dcngan
trauma minimal.
2. Osteomalasia, mcrupakan pcnyakit tulang mctabolik yang ditandai
dengan adany penurunan kalsifikasi matriks tulangm yang normal.
3. Penyakit paget tulang, ditandai oleh kombinasi terjadinya pengangkatan
reabsorbsi maupun deposisi Wang.
H) SISTEM EKSRESI UROGENITAL
Penambahan usia pada lansia akan menyebabkan penurunan efisicnsi
ginjal dalam memfiltrasi darah. Pada lansia, terjadi perubahan pada ginjal
seperri penebalan kapsula bowman dan gangguan permeabilitas terhadap zat
terlarut (solute) yang akan difiltrasi. Jumlah nefron akan berkurang serta
mulai mengalami atrofi. Selain ini, terjadi penurunan aliran darah di ginjal
sekitar 50% pada usia 75 dibandingkan saat usia muda. Pada lansia,
kreatinin tidak digunakan untuk menggarnbarkan fungsi ginjal karena pada
lansia terjadi penurunan jumlah protein dalam massa otot. Selain itu, lansia
juga cenderung mengalami peningkatan kelenturan pembuluh darah tepi
sehingga dapat menyebabkan meningkarnya tekanan darah. Otot kandung
kemih juga akan mengalami kelemahan sehingga kapasitasnya akan
menurun sampai 200 mL. Hal lain yang dapat terjadi pada lansia diantaranya
adalah peningkatan nitrogen urea darah (bloon urea nitrogen/BUN) sampai
21, dan fluai ambang ginjal terhadap glukosa, pcnyaringan di glorneru/us
menurun sampai 50%,
113
vesika urinaria susah dikosongkan dan pada pria lansia tcrjadi peningkatan
retensi urin.
I) SISTEM KARDIOVASKULA
Makin meningkatnya usia dapat mcnycbabkan turunnya elastisitas
dinding aorta serta berkernbangnya caliber aorta. Berbeda dengan organ
yang lain, jantung tidak akan mengalami penurunan ukuran,
sehaliknyajantung cenderung akan mengalami pembesaran ukuran. Selain
itu, ftingsi sistolik jantung cenderung tidak mengalami perubaban, akan
tetapi denyut jantung cenderung lebìh rendah dibandingkan dengan usia
dewasa.
114
dapat berlangsung lebih efektif. Penurunan fungsi kognitif (memori) lansia jika
tidak dilakukan tindakan akan berakibat terjadi penurunan ingatan pada lansia.
Hal ini sesuai dengan teori kemunduran yang menyatakan dengan bertambahnya
usia, daya ingat akan mengalami penurunan. Perubahan neuron dan sinaps otak
sebagai pembentukan ingatan juga mengalami penurunan seiring bertambahnya
usia. Akibat lainnya yaitu informasi yang tidak cepat dipindahkan ke ingatan
jangka pendek akan menghilang (Kushariyadi, 2013. Intervensi (Stimulasi
Memori) Meningkatkan Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Ners, Vol.8 No. 2.)
H. komunikasi karena gangguan sensorik
Gangguan fungsi sensorik pada lansia mengakibatkan gangguan penerimaan
informasi dari reseptor sensorik sehingga mengakibatkan penurunan kontrol
motorik atau gangguan gerakan. Gejala gangguan sensorik yang sering timbul
pada lansia adalah hilangnya perasaan saat rangsang (anestesia), perasaan
berlebih saat di rangsang (hiperestesia), perasaan yang timbul dengan tidak
semestinya (parastesia), nyeri, gangguan fungsi propioseptif seperti gangguan
rasa gerak, getar, dan posisi.
Orang yang mengalami kerusakan pendengaran. Baik yang tungarungu
maupun sulit mendengar , kepekaannya pendengaran merupakan istilah yang
digunakan atau berkurang. Kerusakan pendengaran merupakan istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan hilangnya pendengaran jenis apapun , suatu
etiologi untuk mendeskripsikan hilangnya pendengaran jenis apapun , suatu
etiologi yang dapat dihubungkan dengan masalah konduksi atau saraf
pengindraan akibat cacat bawaan lahir , trauma , atau penyakit , setiap orang
yang mempunyai masalah komunikasi hilangnya kemampuan untuk mendengar
menimbulkan masalah komunikasi yang sangat nyata karena orang yang tuli
atau kurang mendengar mungkin juga tidak mampu berbicara atau memiliki
kemampuan verbal yang terbatas dan sering kali miskin kosa kata.
Keterampilan membaca rata – rata orang dewasa tuna rungu kira – kira setara
dengan tingkat kemampuan membaca kelas 4. Keterampilan menulis mereka
mungkin juga lemah. Tingkat baca – tulis yang rendah ini , disebut sebagai
melek huruf fungsional , diakibatkan adanya fakta bahwa bahasa pertama
mereka adalah bukan bahasa sehari – hari melainkan bahasa isyarat. Meskipun
masalah buta huruf dikalangan populasi yang memiliki kerusakan pendengaran
memang signifikan, kebanyakan dari mereka Cukup Mandiri dalam
menjalankan kegiatan hidupnya sehari-hari.
Mereka yang tunarungu memiliki keterampilan dan kebutuhan yang berbeda
bergantung pada jenis ketuliannya dan berapa lama mereka kehilangan indra
pendengarannya itu. Bagi mereka yang tunarungu sejak lahir, belajar suatu
bahasa mungkin tidak ada manfaatnya bagi mereka, sehingga mereka mungkin
tidak dapat berbicara dengan jelas untuk dapat dipahami orang lain dan
keterampilan membaca dan kosakatanya juga seringkali sangat terbatas.
Kemungkinan besar, model komunikasi utama mereka adalah dengan bahasa
isyarat atau membaca gerak bibir. Jika ketulian terjadi setelah seseorang
menguasai suatu bahasa, bicara orang tersebut masih dapat Cukup dipahami, dia
pun cukup mampu untuk membaca, menulis, dan membaca gerak bibir. Jika
ketulian terjadi setelah seseorang berusia lanjut, dan seringkali disebabkan
karena proses penuaan, orang tersebut mungkin akan sulit membaca gerak bibir,
tetapi keterampilan membaca dan menulis nya masih termasuk rata-rata,
bergantung pada latar belakang pengalaman dan pendidikannya. Jika penuaan
merupakan penyebab hilangnya pendengaran, kerusakan penglihatan mungkin
akan menjadi faktor yang menyulitkan. Karena penglihatan dan pendengaran
merupakan dua indera yang fungsinya akan menurun saat lansia, maka
kekurangan tersebut menimbulkan masalah komunikasi yang besar ketika
mengajar klien lansia
115
Tunarungu dan penderita kerusakan pendengaran, seperti juga orang lain,
akan membutuhkan perawatan kesehatan dan informasi tentang pendidikan
kesehatan kapanpun di sepanjang hidupnya. Meskipun sebagai perawat
pendidik Anda akan menemukan perbedaan di antara tunarungu itu, ada satu hal
yang biasanya sama mereka selalu mengandalkan Indra yang lain untuk
mendapatkan informasi, terutama indra penglihatan. Dengan demikian, agar
pendidikan pasien dapat berjalan dengan efektif, komunikasi harus dapat
dilihat. Ada beberapa macam cara untuk berkomunikasi dengan tunarungu,
salah satu dari hal hal pertama yang anda lakukan adalah meminta klien Anda
yang tunarungu untuk mengidentifikasi cara komunikasi yang dia sukai. Bahasa
isyarat, informasi tertulis, dan alat peraga merupakan beberapa contoh pilihan
yang umum. Memang benar bahwa salah satu cara yang termudah untuk
mentransfer informasi adalah dengan menggunakan isyarat komunikasi yang
dapat dilihat, seperti, gerakan tangan dan ekspresi wajah; Meskipun demikian,
metode itu belum memadai untuk sesi pengajaran yang panjang. Berikut ini
beberapa model komunikasi yang disarankan sebagai jalan untuk mengurangi
hambatan dalam komunikasi dan memfasilitasi pengajaran serta pembelajaran
bagi pasien yang mempunyai gangguan pendengaran di lingkungan tempat
berpraktik :
Bahasa isyarat : bagi kebanyakan tunarungu yang berbahasa Ibu ASL.
Bahasa isyarat seringkali menjadi bentuk komunikasi yang lebih disukai. Jika
anda tidak menguasai ASL, anda perlu meminta bantuan seorang penerjemah
profesional. Kadang-kadang anggota keluarga atau teman pasien yang terampil
menggunakan bahasa isyarat juga bersedia dan siap untuk bertindak sebagai
penerjemah, pastikan dahulu untuk meminta persetujuan dari pasien karena
Informasi yang disampaikan berkaitan dengan masalah kesehatan dapat
dianggap sebagai urusan pribadi. Jika informasi yang akan diajarkan bersifat
rahasia, sebaiknya anggota keluarga atau teman tidak diminta untuk bertindak
sebagai penerjemah. Menyewa penerjemah bahasa yang berijazah seringkali
merupakan strategi yang terbaik. Jika pasien tunarungu meminta agar
disediakan penerjemah profesional di fasilitas yang menerima dana bantuan
federal, menurut hukum federal (Section 504 of the Rehabilitation Act of 1973,
PL 93- 112) permintaan itu harus dikabulkan. Jika pasien tidak dapat
memberikan nama-nama penerjemah, hubungi Registry of Interpreters of the
Deaf (RID) di negara bagian tempat anda berada. Kantor tersebut akan
memberikan daftar nama terbaru penerjemah bahasa isyarat yang bermutu. Saat
bekerja bersama seorang penerjemah, pastikan bahwa anda berdiri atau duduk
di sebelahnya, berbicara dengan kecepatan normal, dan memandang serta
berbicara langsung kepada tunarungu itu. Apabila anda mempertimbangkan
pemakaian jasa seorang penerjemah, pastikan bahwa klien tunarungu itu yang
menentukan pilihan.
Membaca bibir :Salah satu anggapan yang muncul pada orang yang normal
adalah bahwa semua tunarungu dapat membaca bibir. Ini merupakan anggapan
yang sangat berbahaya (DiPietro,1979 dalam buku Bastable B. Susan.2002).
Hanya sekitar 40% bunyi dalam bahasa Inggris dapat dilihat di bibir, anda tidak
perlu melebih-lebihkan gerakan bibir anda karena tindakan itu akan mendistorsi
gerakan bibir dan mengganggu penafsiran kata-kata anda. Jika pasien lebih suka
membaca bibir, maka anda harus memastikan bahwa muka anda menghadap
ruang yang cukup terang, Singkirkan semua benda yang menutupi wajah anda,
misalnya permen karet, pensil, tangan, dan masker bedah. Jenggot, kumis, dan
gigi ‘tonggos’ juga akan menjadi tantangan bagi pembacaan bibir. Karena
kurang dari setengah bahasa Inggris dapat dilihat pada bibir, maka lengkapi
bentuk komunikasi ini dengan bahasa isyarat atau materi ditulis.
Materi tertulis : informasi tertulis barangkali merupakan cara berkomunikasi
yang paling dapat diandalkan, terutama jika pemahaman sangat diperlukan.
116
Sesungguhnya, Tulislah selalu informasi yang penting untuk melengkapi kata-
kata yang diucapkan Kendati orang tersebut lancar membaca bibir. Komunikasi
secara tertulis merupakan pendekatan yang paling aman, meskipun menyita
waktu dan kadang kadang menimbulkan stres. Ingatlah bahwa pemahaman
bacaan rata-rata orang dewasa tunarungu setingkat dengan kelas 4, pastikan
bahwa materi cetak pendidikan pasien tersebut setara dengan tingkat
keterbacaan khalayak anda. Jika informasi ditulis untuk pasien tunarungu anda,
sampaikan pesan dengan cara sesederhana mungkin. Contoh, jangan menulis
“Jika diserang demam,minum dua aspirin,” lebih baik ubah pesan Anda
sehingga berbunyi “Jika demam sampai 38 oC atau lebih, minum dua aspirin.”
Ingat bahwa orang yang memiliki keterampilan membaca rendah sering
menafsirkan kata-kata secara harfiah. Oleh karena itu, kata diserang dapat
membingungkan karena sering dipakai dalam konteks “orang berkelahi”. Alat
peraga, seperti gambar yang sederhana, lukisan, diagram, model dan
sebagainya bisa juga dijadikan media yang sangat bermanfaat sebagai
pelengkap untuk meningkatkan pemahaman materi tertulis.
Verbalisasi oleh klien : kadang-kadang pasien tunarungu lebih memilih
untuk berkomunikasi dengan cara berbicara, terutama jika anda sudah
mempunyai hubungan baik dengan mereka dan sudah saling percaya. Seringkali
nada dan infleksi suara mereka akan berbeda dari cara berbicara kebanyakan
orang sehingga Anda harus menyediakan waktu untuk mendengarkan dengan
cermat. Dengarkan tanpa menginterupsi sampai anda terbiasa dengan intonasi
suara dan irama wicara mereka yang khas. Jika anda masih merasa sulit
memahami apa yang dikatakan klien, coba tuliskan apa yang Anda dengar,
dengan demikian anda mungkin terbantu dalam menangkap inti dari pesan.
Memperkeras bunyi : bagi pasien yang kehilangan pendengaran, tetapi tidak
tuli sama sekali, alat bantu dengar bisa bermanfaat. Klient yang sudah disetel
kan alat bantu dengar sebaiknya didorong agar mau memakai alat itu mudah
dijangkau, setelannya sudah pas, dalam keadaan menyala, dan baterainya masih
bekerja. Jika klien tidak mempunyai alat bantu dengar, minta persetujuan pasien
dan keluarga mereka untuk mencari rujukan dari spesialis telinga, yang dapat
menentukan apakah alat bantu dengar itu cocok bagi pasien anda. Cara lain
untuk memperkakas bunyi adalah dengan menangkupkan tangan di dekat
telinga klien atau menggunakan stetoskop yang dibalik, maksudnya stetoskop
dipasang di telinga pasien dan anda berbicara di corong instrumen itu (Babcock
& Miller 1994 dalam buku Bastable B. Susan.2002). Jika salah satu telinga
pasien dapat mendengar dengan lebih jelas dari telinga yang lain, maka berdiri
atau duduk lah di sisi telinga yang “baik”. Pastikan bahwa anda berbicara
lambat, tidak berteriak, dan beri pasien waktu cukup banyak untuk memproses
pesan dan memberikan tanggapan.
Telekomunikasi : penanti telekomunikasi bagi tunarungu
(telecommunication devices for the dea [TDD]) merupakan sarana penting
dalam pendidikan pasien. Decoder televisi untuk program close- caption
merupakan alat penting yang dapat meningkatkan komunikasi. Film yang di
beri keterangan gambar untuk pendidikan pasien diberikan secara gratis dari
Modern Talkinh Picture and Service. Berdasarkan hukum pemerintah federal,
alat ini dianggap sebagai “sarana yang layak” bagi tunarungu dan mereka yang
mengalami kerusakan pendengaran.
Berikut ini rangkuman beberapa petunjuk yang sebaiknya diikuti ketika
menerapkan bentuk-bentuk komunikasi di atas;
Bersikap wajar :
- Jangan tegang dan kaku atau mencoba mengartikulasikan kata-kata
secara berlebihan.
- Pakai kalimat yang sederhana.
117
- Pastikan bahwa orang tersebut memperhatikan dengan cara menyentuh
lengannya dengan lembut sebelum Anda mulai berbicara.
- Berdiri menghadap pasien dengan jarak tidak lebih dari dua meter
apabila mencoba untuk berkomunikasi.
Bersikap penuh perhatian dan jangan :
- Berbicara sambil berjalan
- Terlalu sering menggerak-gerakkan kepala
- Berbicara selagi mulut ada isinya atau sambil mengunyah permen karet
dll.
- Memalingkan muka dari tunarungu ketika sedang berkomunikasi.
- Berdiri langsung di depan cahaya terang yang akan memancarkan
bayang-bayang ke muka anda atau menyilaukan mata pasien.
- Meletakkan IV di tangan pasien memerlukan bahasa isyarat.
Apapun metode komunikasi yang Anda putuskan bersama klien untuk
digunakan dalam pengajaran, yang penting anda harus memastikan bahwa
pesan kesehatan anda sudah diterima dan dipahami. Intinya adalah bahwa
pemahaman pasien divalidasi kan dengan cara yang tidak menakutkan.
Tidak jarang terjadi bahwa karena tidak ingin saling mempermalukan atau
menyinggung perasaan, baik pasien maupun pemberi perawatan kesehatan
akan tersenyum atau mengangguk-anggukan kepala untuk menanggapi apa
yang coba disampaikan oleh pihak lain, padahal sesungguhnya, pesan sama
sekali tidak dimengerti. Untuk memastikan bahwa kebutuhan akan
pendidikan kesehatan dari pasien yang tunarungu atau mengalami
kerusakan pendengaran dipenuhi, pendidik perawat harus mencari strategi
yang efektif untuk menyampaikan pesan yang dimaksudkan secara jelas
dan tepat dan sekaligus menunjukkan bahwa perawat dapat menerima
mereka dengan mengakomodasi apa yang menjadi kebutuhan mereka.
Pasien yang sudah cukup lama mengalami kerusakan pendengaran biasanya
dapat memberitahukan kepada anda cara berkomunikasi mana yang paling
baik bagi mereka.
I. Komunikasi massa
Komunikasi massa didevinisikan komunikasi massa sebagai berikut: Pertama-
tama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak
banyak, kepada pendengar dalam jumlah yang luar biasa besar. Pendengar yang
dimaksud disini bukan semua atau setiap orang yang membaca menonton
televisi, melainkan jumlah penonton yang besar dan umumnya agak sulit
didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah, komunikasi yang diperantarai
oleh alat pentransmisi audio dan atau visual. Bentuk komunikasi massa yang
kemungkinan paling mudah dan paling logis adalah: televisi, radio, surat kabar,
majalah, film, buku, dan kaset.
Selanjutnya, mengacu pada pemahaman komunikasi (Menurut Werner
Severin dan James W. Tankard Jr.1997 Bastable B. Susan, 2002) komunikas
diartikan sebagai berikut; Komunikasi massa sebagian merupakan keterampilan,
sebagai seni, dan sebagian lagi ilmu pengetahuan. Dikatakan sebagai suatau
keterampilan karena komunikasi ini melibatkan teknik dasar tertentu yang dapat
di pelajari, misalnya, memfokuskan kamera, televis, mengoperasikan tape
recorder, atau melakukan pencatatan pada suatu wawancara. Dalam pengertian
sebagai seni, komunikasi ini menciptakan tantangan, misalnya, menulis skrip
untuk program televisi, mengembangkan suatu tata ruang yang estetis untuk
majalah dan atau mengusulkan suatu lead yang menarik perhatian untuk isi
berita. Komunikasi merupakan suatu ilmu pengetahuan dalam arti bahwa ada
prinsip tertentu yang terlibat, yang memungkinkan komunikasi berlangsung, dan
dapat di verifikasi serta digunakan untuk mengupayakan sesuatu menjadi lebih
118
baik. Berdasarkan pemahaman diatas, komunikasi massa sesunggahnya
merupakan komunikasi media massa. Komunikasi massa merupakan komunikasi
yang memiliki ciri-ciri yaitu berlangsung satu arah, media komanikasi massa
menimbulkan keserempakan, dan komunikan komunikasi massa bersifit
heterogen.
a. Berlangsung satu arah
Berbeda dari komunikasi interpersonal yang berlangsung dua arah,
komunikasi massa berlangsung satu arah, yang berarti tidak ada arus balik dari
komunikasi kepada komunikatir. Situasi ini dapat diasumsikan bahwa setelah
pesan sampai kepada massa, persepsi atau penerimaan massa terhadap
informasi yang disebarkan sangat bergantung pada massa dan komunikator
tidak dapat memantau atau mengontrol penerimaan massa terhadap informasi
tersebut. Situasi ini tentulah tidak menguntungkan karena memungkinkan
kesalahan persepsi yang bersifat massal dan meluas. Contohnya,
iklan/propaganda tentang HIV/AIDS yang ditayangkan televisi: "Gunakan
Kondom untuk menghindari HIV / AIDS. " pernyataan ini dapat menimbulkan
persepsi baha seks bebas diperkenankan selama HIV/AIDS dicegah.
119
kabel tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi massa. Media massa tidak
akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan umum,
misalnya, berita pernikahan artis, undangan seminar khusus alumni sekolah,
dan sebagainya. Pemberitaan dengan tema-tema ini dalam bidang jurnalistik
disebut human interest, kisah yang oleh media massa dianggap menarik untuk
diketahui masyarakat.
L. Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Ciri lain komunikasi massa adalah menimbulkan keserempakan
(simultaneity) pada masyarakat dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan
karena pesan yang disampaikan dapat diterima secara bersama-bersama pada
suatu waktu. Pada komunikasi melalui televisi atau radio serta surat kabar,
informasi/pesan dapat diakses oleh masyarakat secara serempak. Bandingkan
dengan penggunaan poster atau papan pengumuman. Informasi dari poster
papan pengumuman serta buku, dikemas dalam oplah kecil sehingga tidak
dapat diakses secara bersamaan, melainkan secara bergiliran.
M. Komunikan Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
komunikan atau masyarakat penerima Informasi bersifat heterogen.
Heterogenitas ini terlihat mulai dari tempat tinggal hingga karakteristik
penerima informasi. Sifat heterogenitas khalayak menimbulkan kesulitan bagi
seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa
karena setiap individu dalam masyarakat menghendaki keinginannya
dipenuhi. Bagi para pengelola media massa, tidaklah sulit memenuhi hal itu.
Satu-satunya pendekatan untuk memenuhi keinginan seluruh khalayak
sepenuhnya ialah mengelompokkan mereka menurut jenis kelamin, usia,
agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobi, dan sebagainya.
Pengelompokan tersebut telah dilaksanakan oleh berbagai media massa
melalui penyelenggaraan rubrik atau acara tertentu untuk kelompok
komunikan tertentu, misalnya, menggelar acara khusus untuk anak, ceramah
Islam, acara khusus pengetahuan untuk kalangan mahasiswa, dan sebagainya.
Melalui pengelompokan ini, sejumlah rubrik atau acara dapat ditunjukkan
khusus bagi kelompok tertentu sehingga sasaran dapat dicapai.
Sedangkan, Menurut Gerbner (1967) Mass communication is the
tehnologically and institutionally based production and distribution of the
most broadly shared continuous flow of massages in industrial societies.
(Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas
dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari definisi diatas tergambar
bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan –
pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada
khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya
harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat
dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan
suatu teknologi tertentu, seahingga komunikasi massa akan banyak dilakukan
oleh masyarakat industri.
Ciri-ciri Komunikasi Massa :
Ciri komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media
massa, baik media audio visual dan media cetak. Komunikasi massa selalu
melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang
kompleks. Apabila pesan itu disampaikan melalui media pertelevisian maka
prosesnya komunikator melakukan suatu penyampaian pesan melalui
teknologi audio visual secara verbal maupun non verbal dan nyata. Adapun
beberapa ciri –ciri komunikasi massa sebagai berikut: (Erdianto Elvinaro,
Komala Lukiati, dan Karlinah Siti. 2007. Komunikasi Massa (Suatu
Pengantar edisi revisi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media hal 9)
a) Pesan Bersifat Umum
120
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang
tertentu. Oleh karena itu komunikasi massa bersifat untuk umum. Pesan
komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau, opini. Namun tidak
semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat di
media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk hal
apapun harus memenuhi kriteria penting atau kriteria yang menarik.
b) Komunikannya Anonim dan Hetrogen
Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal
komunikannya dan menegtahui identitasnya. Sedangkan dalam
komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),
karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka secara
langsung. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah
hetrogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda,
yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, faktor jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan, tingkat
ekonomi.
c) Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi
lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya
relatif banyak dan tidak terbatas. bahkan lebih dari itu, komunikan yang
banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan
memperoleh pesan yang sama. Keserempakan media massa itu sebagai
keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang
jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada
dalam keadaan terpisah.
d) Komunikasi Lebih Mengutamakan Isi Dari Pada Hubungan
Salah satu prinsip komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi
hubungan . Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi. Yaitu
apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan, sedangkan dimensi
hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.
e) Komunikasi Massa yang Bersifat Satu Arah
Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa, ada juga
ciri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya. Karena
komunikasinya melalui media massa, yang bersifat satu arah, maka
komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak secara
langsung.
f) Stimulasi Alat Indra Yang Terbatas
Ciri komunikasi maasa lainnya yang dapat dianggap salah satu
kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Dalam
komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media
massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat, pada radio
siaran dan rekaman auditif audience hanya mendengar, sedangkan pada
media telvisi dan film audience menggunakan indra penglihatan dan
pendengar.
g) Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung
Dalam dunia komunikasi komponen umpan balik atau yang lebih
populer disebut dengan feedback merupakan faktor penting dalam proses
komunikasi. Begitupula dengan komunikasi massa, efektivitas
komunikasi seringkali dibutuhkan guna mendapatkan feedback yang
disampaikan oleh komunikannya.
121
DAFTAR PUSTAKA
Ebersole dan Hess, 1994 dalam buku Perry Potter.2005
Cristanty, M., & Azeharie, S. (2016).Studi Komunikasi Interpersonal Antara
Perawat Dengan Lansia Di Panti Lansia Santa Anna Teluk Gong Jakarta. Jurnal
Komunikasi, 8(2), 170–178. Retrieved from https://journal.untar.ac.id
Mulyana Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda Bandung
Muhith Abdul 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV Andi
Sarfika Rika dkk 2018.Komunikasi Treapeutik dalam Keperawatan Padang Andalas
University Press
Muhith Abdul & Sandu Siyoto 2018.Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing &
HealthYogyakarta : Andi IKAPI
Anjaswarni, Tri.2016.Komunikasi Dalam Keperawatan.Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Anjaswarni, Tri.2016.Komunikasi Dalam Keperawatan.Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Muhith Abdul,dkk.2016.Pendidikan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: CV.Andi
Offset
Noorkasiani,dkk.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Perry&Potter.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta: EGC
Sarbini, Dwi dkk.2019.Gizi Geriatri.Surakarta:Muhammadiyah University Press
Sartika, Rika dkk.2018.Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik
Dalam Keperawatan.Padang: Andalas University Press
Kushariyadi, 2013. Intervensi (Stimulasi Memori) Meningkatkan Fungsi Kognitif
Lansia. Jurnal Ners, Vol.8 No. 2.
Abraham, C & Shanley, E, 1997.Psikologi Sosial untuk Perawat, Jakarta: EGC.
Solso, RL, Maclin, OH & Maclin, MK 2008, Psikologi Kognitif, Ed. 8,
Jakarta:Penerbit Erlangga.
Wade, C & Travis, C 2008, Psikologi, Jilid 2, Ed. 9, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hartley, A 2006, Changing Role of The Speed of Processing Construct in the
Cognitive Psychology of Human Aging. In J.E. Birren & K.W. Schaie (Eds.),
Handbook of the Psychology of Aging (6th ed., pp. 183-207).
Rizka Agustine W, 2015. Konsep dan Aplikasi Askep Pada Lansia Gangguan
Sensori (Pengelihatan dan Pendengaran): Dampak Pada Fungsi Normal.
122
Depari, Eduard dan Colin MacAndrews.1978. Penerapan Komunikasi Massa Dalam
Pembangunan. Yogyakarta: Gajahmada University Pres.
123
TOPIK 6
Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan
komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial
akan saling berkomunikasi dan salingmempengaruhi satu sama lain dalam hubungan
yang beraneka ragam, dengan gaya dan cara yang berbeda pula.
Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia.Interaksi
manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi
tanpa komunikasi. Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar pribadianggota
keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai
perorangan , kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri. Seberapa jauh
komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang diluangkan
dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa banyak waktuyang
digunakan dalam proses komunikasi di dalam keseharian. Adapun bentuk kegiatan
komunikasi yang digunakan untuk menulis, untuk membaca, dan untuk berbicara
serta untuk mendengarkan orang lain berbicara, hal tersebut membuktikan bahwa
komunikasi sangatmemiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial manusia,
dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari kehidupan kita.Komunikasi
amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang yang
salah memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola komunikasi yang
salah. Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu. Melalui
keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan
mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola
tertentu. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah
keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan
anggota lainnya,sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan
nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.
Daftar Pustaka:
Riani, April Tutu. 2018. Komunikasi Keperawatan. Universitas Muhammadiyah
Malang
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Grasindo
124
atau diekspresikan, yang selalu menyertainya, menunjukkan karakteristik dari
komunikasi terapeutik (DeLaune & Ladner,2002). Ruesch (1961), istilah
komunikasi terapeutik merujuk pada tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan pasien untuk lebih fungsi. Selanjutnya komunikasi terapeutik
juga dapat memfasilitasi pembentukan hubungan perawat-pasien dan
memenuhi tujuan keperawatan. Komunikasi terapeutik membentuk koneksi
antara pasien dan perawat.
Daftar Pustaka:
Riani, April Tutu. 2018. Komunikasi Keperawatan. Universitas Muhammadiyah
Malang
125
Teknik dalam komunikasi keperawatan selanjutnya adalah
memperlihatkan sikap menerima. Sikap menerima adalah sikap bersedia
untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh pasien tanpa keraguan.
Ketika menerapkan teknik ini hendaknya perawat mengindari bahasa tubuh
dalam komunikasi yang menunjukkan ketidaksetujuan.
4. Mengulang
Teknik mengulang dalam komunikasi keperawatan yang digunakan
perawat umumnya bertujuan untuk memberikan umpan balik kepada pasien
agar pasien mengetahui bahwa perawat memahami apa yang disampaikan
oleh pasien sehingga komunikasi dapat terus berlanjut.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengulang kembali apa yang
dikatakan oleh pasien dengan menggunakan kata-kata perawat
sendiri. Misalnya, pasien mengatakan, “Perut saya perih”. Perawat
menjawab, “Apakah Ibu memiliki sejarah sakit maag?”.
5. Klarifikasi
Teknik klarifikasi dalam komunikasi keperawatan adalah teknik yang
digunakan untuk mengecek kembali atau memeriksa apakah pasien benar-
benar memahami apa yang dibicarakan dengan tepat atau memahami lebih
baik lagi mengenai topik yang dibicarakan.
Teknik klarifikasi dalam komunikasi keperawatan dilakukan dengan
cara menyatakan kembali pesan yang ambigu atau tidak jelas oleh perawat
dengan tujuan mengklarifikasi makna yang dimaksud oleh pasien. Misalnya,
“Saya tidak paham dengan apa yang dimaksud dengan ‘lebih sakit dari yang
biasanya’, apa bedanya dengan sekarang?”
6. Memfokuskan
Teknik dalam komunikasi keperawatan berikutnya adalah
memfokuskan pembicaraan antara pasien dan perawat. Teknik ini dilakukan
dengan cara memberikan perhatian pada satu topik gagasan atau bahkan
hanya satu kata saja. Misalnya, “Pada skala 1 sampai 10, bagaimanakah rasa
sakit yang Anda alami di kaki Anda?”.
7. Merefleksikan
126
Teknik refleksi pertama kali diterapkan dalam komunikasi pendidikan
atau komunikasi pembelajaran terkait dengan interaksi antara guru dan
peserta didik.
9. Diam
Makna diam dalam komunikasi khususnya komunikasi keperawatan
mengacu pada waktu yang disediakan bagi perawat dan pasien untuk
mengamati satu sama lain, memikirkan apa dan bagaimana mengatakan
sesuatu, dan menyadari apa yang telah dikomunikasikan secara verbal.
Perawat handaknya memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpikir
dan mengekspresikan dirinya.
127
13. Memberi Kesempatan kepada Pasien untuk Memulai Pembicaraan
Teknik selanjutnya dalam komunikasi keperawatan adalah memberi
kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan. Melalui teknik ini
perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih topik
pembicaraan dan memulai pembicaraan. Misalnya, “Apakah Ibu ingin
menyampaikan sesuatu?”.
16. Konfrontasi
Konfrontasi adalah salah satu teknik komunikasi dalam
konseling yang juga dapat diterapkan dalam komunikasi keperawatan. Teknik
komunikasi yang satu ini digunakan untuk membantu pasien agar lebih
memperhatikan ketidakkonsistenan dalam perasaan, sikap, kepercayaan, dan
perilakunya.
Teknik konformasi hanya digunakan setelah pasien memberikan
kepercayaan kepada perawat dan harus dilakukan secara baik, sopan, dan
peka. Misalnya, “Anda telah memutuskan apa yang akan dilakukan namun
Anda masih berbicara tentang berbagai pilihan yang Anda miliki”.
17. Menyimpulkan
Teknik dalam komunikasi keperawatan yang terakhir adalah
menyimpulkan. Yang dimaksud dengan menyimpulkan adalah
mengumpulkan seluruh informasi dari percakapan yang telah dilakukan
antara pasien dan perawat. Teknik ini merupakan teknik untuk membantu
pasien memahami apa yang telah dibicarakan
Daftar Pustaka:
128
Khalid. 2009. Teknik Berkomunikasi dalam Keperawatan. Stikes Banyuwangi
Daftar Pustaka:
Anjaswari, Tri. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
129
F. Anggota mempunyai tujuan yang sama
G. Individu dalam kelompok saling mengenal
Daftar Pustaka:
130
b. Tujuan kelompok: tujuan yang telah disepakati bersama akan mudah
dicapai karena semua anggota mempunyai tujuan yang sama
c. Kohesivitas anggota kelompok adalah penting karena menunjukkan
kekuatan dan kekompakkan kelompok untuk mencapai tujuan bersama
d. Jaringan komunikasi diperlukan untuk mendapatkan peluang dalam
mencapai tujuan bersama
e. Kepemimpinan kelompok diperlukan pemimpin yang bisa mengayomi
seluruh anggota, tidak berpihak, dan akomodatif sehingga bisa meningkatkan
kohesivitas kelompok.
Daftar Pustaka:
131
Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam mendukung
komunikasi keluarga, sehubungan komunikasi antar orang tua dengan anak-
anak.
Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita pun akan berpikir
positif tentang orang lain, sebaliknya bila kita menolak diri kita, maka
kitapun akan menolak orang lain. Hal-hal yang kita sembunyikan tentang diri
kita, seringkali adalah juga hal-hal yang tidak kita sukai pada orang lain. Bila
kita memahami dan menerima perasaan-perasaaan kita, maka biasanya
kitapun akan lebih mudah menerima perasaan-perasaan sama yang
ditunjukkan orang lain. (Supratiknya, 1995 : 86)
5) Kesamaan
Sebuah komunikasi akan dikatakan sukses kalau komunikasi tersebut
menghasilkan sesuatu yang diharapkan yakni kesamaan pemahaman
perselisihan dan perbedaan paham akan menjadi sumber persoalan bila tidak
ditangani dengan bijaksana, sehingga memerlukan usaha-usaha komunikatif
antara anggota keluarga. Dalam usaha untuk menyelesaikan persoalan maka
pemikiran harus dipusatkan dan ditujukan ke arah pemecahan persoalan,
supaya tidak menyimpang dan mencari kekurangan-kekurangan dan
kesalahan-kesalahan masing-masing. Oleh karena itu sebuah komunikasi
harus dilakukan secara konstruktif dan dengan dasar kasih sayang. Keakraban
dan kedekatan antara orang tua dengan anak-anaknya membuat komunikasi
dapat berjalan secara efektif dalam meletakkan dasar-dasar untuk
berhubungan secara akrab dan dekat. Kemampuan orang tua dalam
melakukan komunikasi akan efektif karena orang tua dapat membaca dunia
anaknya (selera, keinginan, hasrat, pikiran, dan kebutuhan).
132
b. Empathy (Empati)
Daftar Pustaka:
Endra, Febri. 2019. Pendekatan Pelayanan Kesehatan Dokter Keluarga. Sidoarjo:
Zifatama Jawara
133
dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Setiap orang mempunyai
gambaran-gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, dan
kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa danbagaimana ia
bicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana
penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Dengan kata
lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Tidak hanya citra diri,
citra orang lain juga mempegaruhi cara dan kemampuan orang
berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran tentang khas bagi dirinya.
Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah,
ingusan, tak tahu apa-apa, harus diatur, maka ia berbicara secara otoriter.
Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap
melengkapi . perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dan cara
komunikasi.
b. Suasana psikologis
134
EVALUASI
5. Jelaskan apa pengertian dari komunikasi terapeutik dalam keperawatan itu?
Jawaban: Komunikasi terapeutik dalam keperawatan adalah
Pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia atau dengan kata
lain pertukaran ide dan pikiran (Kozier &Erb, 1995).
6. Berikut ini adalah contoh teknik berkomunikasi yang benar...
a. Mendengarkan secara aktif
b. Memperlihatkan sikap menerima
c. Memberikan pertanyaan yang berkaitan
d. Klarifikasi
e. Semua benar
7. Sebutkan karakteristik dan ciri-cirisuatulembaga menurutR.M Iver dan C.H
Page dalam Lestari (2012)!
Jawaban:
Hubunganbatin dengan status perkawinan
Terbentuk Secara sengaja
Memilikigarisketurunan
Memiliki fungsi sistem ekonomi
Mempunyai fungsi produksi
Mempunyaitingkattinggalbersama
8. Berikut ini fungsi komunikasi dalam keluarga/kelompok, kecuali...
d. Penambahan masalah
e. Penyelesaianmasalah
f. Pengambilankeputusan
g. Pencapaiantujuankelompokataukeluarga
h. Saranabelajar
9. Komunikasi kelompok menurut Anwar Arifin (1984) adalah...
Jawaban: Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung
antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam
rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya.
135
136
BAB III
137
TOPIK 1
138
1.4 Tipe-tipe Ventilator
Tpe-tipe dari ventilator, yaitu:
a. Ventilasi bertekanan negatif
Mekanisme penggunaannya yaitu, pasien dimasukkan dalam sebuah
silinder yang memiliki tekanan udara sub-atmosfer (tekanan negatif)
yang menyebabkan dada bergerak mengembang serta tekanan jalan
napas menjadi negatif. Jadi, sistem kerja dari ventilator tipe ventilasi
mekanik yaitu mengeluarkan tekanan negatif di dada eksternal.
Saat pasien yang bernapas spontan, tekanan negatif yang tercipta dari
rongga pleura melalui otot pernapasan, sehingga gradien tekanan yang
tercipta di antara tekanan atmosfer dan tekanan dalam toraks akan
menghasilkan aliran udara yang bergerak ke dalam paru-paru.
Ventilator jenis ini, udara akan ditarik secara mekanik agar
membentuk ruang vakum di dalam tangki, yang mengakibatkan
tekanan menjadi negatif. Tekanan negatif ini yang menyebabkan
ekspansi dada, yang berakibat menurunnnya tekanan intrapulmoner
sehingga dapat meningkatkan aliran udara ke dalam paru-paru. Saat
vakum dilepaskan, tekanan di dalam tangki berubah menjadi sama
dengan tekanan di sekitarnya, sehingga mengakibatkan ekhalasi pasif
dada dan paru-paru.
Alat ini memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu: tidak perlu
memasang pipa endotrakea serta ukuran dari alat ini yang sangat besar
sehingga menyebabkan volume dalam 1 menit menjadi tidak pasti dan
sulit dalam merawat klien. Penggunaan dari ventilasi bertekanan
ngatif ini tidak cocok dengan pasien yang kondisinya tidak stabil atau
pasien yang bergantung dengan perubahan ventilasi yang sering. Alat
jenis ventilasi ini kurang penerapannya pada klinik-klinik tertentu.
b. Ventilasi bertekanan positif (Positive Pressure Ventilation)
Ventilator bertipe ini dapat memberikan tekanan positif diatas tekanan
atmosfer, yang menyebabkan dada dan dan paru dapat mengembang
ketika pasien melakukan inspirasi. Pada tahap akhir dari inspirasi,
tekanan berubah menjadi sama dengan tekanan atmosfer sehingga
udara menhembus keluar secara pasif di tahap ekspirasi. Ketika
ventilasi bertekanan positif, inflamasi paru-paru diperoleh bertahap
dengan mengalirkan tekanan positif ke saluran napas bagian atas
melalui masker ketat (ventilator non-invasif) atau dapat melalui
endotrakeal tube atau trakeostomi.
Ventilasi bertekanan positif memiliki kelemahan utama yaitu,
perubahan rasio ventilasi-perfusi, yang berefek pada peredaran darah
sehingga dapat merugikan. Ventilasi ini dapat meningkatkan ruang
mati fisiologis, akibat aliran gas yang secara khusus dialirkan pada
bagian paru paru yang lebih taat, daerah yang nondependent, di lain
sisi, alirang darahlah yang mengisi pada daerah paru-paru dependen.
Penurunan curah jantung diakibatkan oleh penuruanan aliran balik
vena ke jantung karena peningkatan tekanan intra toraks, barotrauma
terkait dengan paparan secara berulang di puncak tekanan inflasi. Di
sisi lain, volutratama berkaitan dengan pengurangan mengembangnya
kembali paru-paru normal maupun patologis.
139
Dengan bertanya akan mendorong klien untuk menyampaikan
perasaan dan pikiran. Teknik ini sering dimanfaatkan dalam fase
orientasi. Pertanyaan yang disampaikan dalam teknik bertanya saat
berkomunikasi, yaitu:
1. Pertanyaan Fasilitatif dan Nonfasilitatif
Pertanyaan Fasilitatif digunakan pada klien saat bertanya, perawat
dapat menunjukkan sikap sentitif pada pikiran dan perasaan klien.
Karena pertanyaan tersebut menyangkut masalah klien.
Pertanyaan Nonfasilitatif merupakan pertanyaan yang tidak
relevan, karena pertanyaannya yang tidak memfokuskan pada
topik permasalahan klien, dan adanya ancaman serta tampak
kurang memberikan kenyamanan terhadap klien.
2. Pertanyaan Terbuka dan Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan terbuka disampaikan jika perawat perlu jawaban yang
spesifik serta mendalam dari klien, perawat memperoleh informasi
atau tanggapan yang lebih banyak dari klien mengenai perilaku
klien, pertanyaan tersebut diwaali dengan penggunaan kata tanya
yang dapat memberikan jawaban yang mendalam, dengan kata
“apa” serta “bagaimana”.
Pertanyaan tertutup dimanfaatkan jika perawat ingin memperoleh
jawaban yang ringkas.
b. Mendengarkan
Mendengar adalah dasar utama dalam komunikasi terapeutik.
Mendengarkan merupakan proses aktif dan menerima informasi
seseorang serta penerjemahan reaksi seeorang dari pesan yang
didapat.
c. Melihat secara aktif
Penglihatan merupakan pusat perhatian nonerbal yang dikemukakan
oleh klien. Walaupun keterbatasan kemampuan dalam berbicara,
pasien masih dapat berkomunikasi dengan perawat. Oleh karena itu,
sarana media komunikasi sangat diperlukan, seperti, gambar-gambar,
kartu, kertas, pulpen. Komunikasi juga dapat direalisasikan dengan
bahasa isyarat, dengan gerakan tangan.
d. Berbagi empati
Perawat menerima dan memahami posisi klien dan merasakan apa
yang dirasakan oleh klien.
e. Membagi persepsi
Perawat perlu menunjukkan emosi dengan mengobservasi, paham
akan perasaan klien, mendorong komunikasi, tidak
mempermasalahkan ekspresi perasaan “negatif”yang ditunjukkan
klien, mempraktekan ekspresi emosional diri yang sehat kepada klien,
contoh, perawat menanyakan kepada pasien yang murung.
f. Memberi informasi
Menginformasikan sesuatu hal merupakan penyuluhan kesehatan
yang baik kepada klien, teknik yang memudahkan perawat dalam
pemberian edukasi terkait kesehatan kepada klien, aspek yang terkait
dengan perawatan pada klien, serta proses pemulihan pada klien.
Teknik ini berbeda dengan teknik advice. Teknik ini hanya
memberitahukan klien terkait informasi, sedangkan klien berperan
dalam pengambilan keputusan.
g. Mengklarifikasikan tujuan
Klarifikasi merupakan pembuktian kebenaran terkait kejadian nyata
yang dialami klien dengan mengecek kejadian yang benar-benar
terjadi pada klien atas informasi klien. Klarifikasi dilakukan dengan
mereka ulang kejadian dengan memberi kesempatan pada klien untuk
140
menjelaskannya dengan mengatakan, “Mohon maaf, saya masih
kurang mengerti terkait apa yang bapak sampaikan tadi, mohon bapak
memperjelasnya kembali?.
h. Fokus
Teknis fokus yang bermanfaat untuk memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengutarakan inti permasalahan dan pengarahan
komunikasi terhadap klien untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
focussing tidak membahas topik pembicaraan yang tidak jelas dan
pengalihan topik. Teknik focusing dapat digunakan saat fase kerja.
Teknik ini mampu memecahkan masalah pembicaraan yang berbelit-
belit.
i. Menyimpulkan
Menyimpulkan terjadi di akhir percakapan dan bermanfaat saat fase
terminasi pada hubungan perawat dan klien. Menyimpulkan
merupakan intisari singkat yang ditarik dari suatu interaksi untuk
memperoleh kepastian.
141
2.2 Teknik Komunikasi Terapeutik dengan Pasien Imobilisasi
1. Bertanya
Bertanya adalah teknik yang menyebabkan klien mengutarakan
perasaan serta pikirannya. Teknik ini dapat dijumpai pada tahap
orientasi.
2. Mendengarkan
Mendengarkan merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik.
Mendengar termasuk proses aktif serta dinamis, dimana perawat
mengerahkan kemampuannya dalam mendalami serta menyimak
ucapan verbal maupun nonverbal klien.
3. Mengulang
Mengulang berarti menelaah kembali pikiran yang telah ditunjukkan
oleh klien. Hal tersebut membuat perawat mendengarkan,
memvalidasi, menguatkan, serta mengembalikan perhatian klien pada
sesuatu yang dibicarakan oleh klien.
4. Klarifikasi
Berisi kepastian yang bisa dibuktikan oleh klien
5. Refleksi
Refleksi merupakan meninjau kembali ide, perasaan, pertanyaan dan
isi pembicaraan klien. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk memvalidasi
pengertian perawat terhadap ucapan klien, serta menempatkan empati,
minat, dan penghargaan kepada klien. Teknik refleksi meliputi
refleksi isi serta refleksi perasaan.
6. Memfokuskan
Teknis fokus yang bermanfaat untuk memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengutarakan inti permasalahan dan pengarahan
komunikasi terhadap klien untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
focussing tidak membahas topik pembicaraan yang tidak jelas dan
pengalihan topik. Teknik focusing dapat digunakan saat fase kerja.
Teknik ini mampu memecahkan masalah pembicaraan yang berbelit-
belit.
7. Diam
Teknik diam dimanfaatkan dalam memberi kesempatan dalam
menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh perawat. Diam dapat
memberikan ketenangan antara kedua belah pihak, yaitu perawat dan
klien. Teknik ini berbeda dengan teknik mendengarkan. Pada teknik
diam, perawat memberikan kelonggaran terhadap klien untuk
memikirkan terkait apa yang akan klien bicarakan kepada perawat.
8. Memberi informasi
Menginformasikan sesuatu hal merupakan penyuluhan kesehatan
yang baik kepada klien, teknik yang memudahkan perawat dalam
pemberian edukasi terkait kesehatan kepada klien, aspek yang terkait
dengan perawatan pada klien, serta proses pemulihan pada klien.
Teknik ini berbeda dengan teknik advice. Teknik ini hanya
memberitahukan klien terkait informasi, sedangkan klien berperan
dalam pengambilan keputusan.
9. Mengubah cara pandang
Teknik mengubah cara pandang dimanfaatkan dalam penyampaian
cara pandang lain sehingga klien melihat masalah dari sisi lain yang
negatif. Teknik ini sangat ampuh, saat klien memikirkan hal negatif.
10. Eksplorasi
Teknik ini digunakan dalam pencarian serta penggalian yang lebih
dalam terkait masalah yang menimpa klien. Teknik ini bermanfaat
142
dalam pengambaran secara detail terkait masalah yang menimpa
klien.
11. Membagi persepsi
Membagi persepsi yaitu penyampaian pendapat klien terkait sesuatu
hal yang dirasakan serta dipikirkan oleh perawat. Teknik ini
dimanfaatkan saat perawat merasa serta melihat perbedaan respon
verbal serta respon nonverbal klien.
12. Menyimpulkan
Menyimpulkan yaitu teknik komunikasi yang membuat perawat
mendalami serta bereksplorasi terhadap interaksi dari perawat-klien.
Teknik ini membuat perawat serta klien memiliki persamaan ide serta
pikiran di akhir pertemuan.
143
7. Membiasakan pelafalan nama pasien, anggota keluarga pasien, tempat
yang dihuni pasien saat ini, dan kapan agar menguatkan ingatan
pasien.
8. Membiasakan pasien untuk bertemu secara teratur terhadap orang
terdekat termasuk perawat
144
EVALUASI
1. Dibawah ini adalah indikasi pemasangan ventilator
- PPOK
- Aspirasi
- Overdosis obat
- Gangguan psikis
Jawab : A. 123
2. Dibawah ini tekik komunikasi yang di terapkan pada pasien dengan pemasangan
ventilator, kecuali..
Mendengarkan
Membagi Persepsi
Fokus
Diam
Mengklarifikasi Tujuan
145
4. Mengalami Kecemasan
Dari pernyataan diatas, manakah yang termasuk manfaat dari penggunaan teknik
reframing?
i. 1,2,3
j. 1 dan 3
k. 2 dan 4
l. 4 saja
m. Semua benar/salah
9. klien : “Saya hamper tidak pernah bisa rileks karena begitu sampai dirumah
sepulang dari tempat kerja, anak saya selalu meminta diantar kemanapun dia ingin
pergi, padahal setelah dokter menyarankan utnuk membeli krek saya langsung
membelikan untuk anak saya, tetapi dia tidak mau memakainya. Perawat : “ Dari
pembicaraan ibu saya menangkap bahwa anak ibu menginginkan banyak perhatian
dari ibu”.
Dialog di atas menunjukan salah satu teknik komunikasi..
Mendengarkan
Fokus
Reframing
Membagi persepsi
Melihat
10. Indikasi utama bantuan ventilasi adalah adanya atau mengancamnnya kegagalan
pernapasan. Dibawah ini yang merupakan bantuan kondisi untuk dilakukannya
ventilassi adalah…kecuali
j. PPOK ( penyakit paru Obstruksi kronis)
k. Pneumonia
l. Syock kardiogenik
m. Bedah Syaraf
n. ASMA
146
DAFTAR PUSTAKA
.
Yani AF Bastian.2016. Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator.VOL
(4). NO (1). http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/141
Kasiati, Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Keperawatan Dasar Manusia 1:Jakarta
Selatan.
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktek, VOL 1, E/4. Jakarta: EGC
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik : Teori Dan Praktik.Jakarta : EGC
Kindsley Dorling. BMA Ilustrated Medical Dictionary.2016, UK. DK Publishing.
Dr. dr. Muhammad Astiwara Endy, MA, AAIJ, CPLHI, ACS, FIIS, ASPM, CRGP.
2018. Fikih Kedokteran Kontemporer. Jakarta Timur. Pustaka al- Kautsar.
147
TOPIK 2
A. Definisi
Gangguan jiwa adalah dimana seseorang mengalami gangguan dalam
pikiran,perilaku, dan perasaan yang terwujud dalam bentuk sekumpulan gejala
atau perubahan perilaku yang bermakna, dan dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia ( UU.RI No.18,
2014)
Gangguan jiwa adalah pola perilaku individu yang berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting
manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, dan biologik. Gaangguan tersebut
mempengaruhi hubungan antara dirinya sendiri dan mempengaruhi terhadap
masyarkat.
Ciri dari gangguan jiwa yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Mengurung diri.
b. Tidak kenal orang lain.
c. Marah tanpa sebab.
d. Bicara kacau.
e. Tidak mampu merawat diri.
f. sedihtanpasebab
148
gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat, sehingga kelihatan
seperti si pasien sama sekali tidak memperhatikan lingkungannya.
3. Katalepsi : mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, juga
bila hendak diubah oleh orang lain;
4. Flexibilitas serea : mempertahankan posisi badan yang dibuat
padanya oleh orang lain
Peningkatan : aktivitas dan reaksi umum meningkat :
1. Hiperkinesia, hiperaktivitas : pergerakan atau aktivitas yang
berlebihan ;
2. Gaduh gelisah katatonik : aktivitas motorik yang kelihatannya tidak
bertujuan yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oleh
rangsang luar
6. Gangguan emosi/perasaan
Perasaan dan emosi merupakanreaksispontan manusia yang bila tidak
diikuti perilaku. Perasaan berupa perasaan emosi normal berupa
perasaan positif (gembira, bangga, cinta, kagum dan senang).
Perasaan emosi negatif berupa cemas, marah, curiga, sedih, takut,
depresi, kecewa, kehilangan rasa senang dan tidak dapat merasakan
kesenangan
7. Gangguan presepsi
Persepsi merupakan kesadaran dalam suatu rangsangan yang
dimengerti. Sensasi yang didapat dari proses hubungandan
interaksidari macam-macam rangsangan yang masuk.
8. Gangguan kemauan/dorongan kehendak
Kemauan merupakan dimana proses keinginan dipertimbangkan lalu
diputuskan sampai dilaksanakan mencapai tujuan.
9. Gangguan pola hidup
Mencakup gangguan dalam hubungan manusia dan sifat dalam
keluarga, pekerjaan dan masyarakat. Orang yang
mengalamigangguanjiwamerasadirinyasepertidirugikan, dikecewakan,
diabaikan. Padaumumnya orang-orang yang
mengalamigangguanjiwamengacupadapikiran yang selalu negative
terhadaplingkungansosial.
10. Gangguan kepribadian
Kepribadian merupakan pola pikiran keseluruhan, perilaku dan
perasaan yang sering digunakan oleh seseorang sebagai usaha
adaptasi terus menerus dalam hidupnya. Pada umumnya orang-orang
yang mengalami gejala ini pola kepribadian dalam kesehariannya
berubah menjadi seperti murung, terlihat sedih, sulit untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan kepada orang lain.
149
keluarga, pekerjaan, tuntutan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi,
tingkat emosi, konsep diri, dan pola adaptasi lingkungan juga dapat
mempengaruhi kemampuan untuk memecahkan masalah yang ada.
3. Faktor Sosial Budaya,
Meliputi faktor kestabilan keluarga, cara pengasuhan anak, pemukiman,
tingkat ekonomi, kesejahteraan yang tidak memadai, masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, sarana dan prasarana kesehatan, serta
pengaruh mengenai keagamaan
Sedagangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa
diantaranya :
1. Usia
Pada usia menginjak dewasa, pada usia ini merupakan usia yang produktif,
dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri secara
mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya
masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota
keluarganya.Makadariitupadausiatertentusesorang,
seseorangrentanterhadapgangguanjiwa.
2. Tidak bekerja
Tidak memiliki lapangan pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak
berpenghasilan dan gagal dalam menunjukan harga dirinya, sehingga
seseorang yang tidak bekerja tidak mempunyai kegiatan dan berpotensi
mengalami harga diri rendah yang berdampak pada gangguan jiwa.
3. Kepribadian yang tertutup
Seseorang yang berkepribadian tertutup cenderungmenyimpan
permasalahannya sendiri. Hal ini yang membuat seseorang tidak dapat
menyelesaikan permasalahan dan enggan mengekspresikan permasalahan
yang ada. sehingga berpotensi menimbulkan depresi dan gagguan jiwa.
4. Pengalaman yang tidak menyenangkan
Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya aniaya
seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan
memicu seseorang mudah mengalami ganguan jiwa.
150
Aksisi 4 ; Problem Psikososial dan Lingkunganmasalah lingkungan
dan psikososisal
Aksis 5 : Global Assessment Functio (npenilaian fungsi secara global)
c. Gangguanneurotikdangangguankepribadian.
1. Gangguanneurotik.
F40 – F48 ( Gangguanneurotik, gangguan somatoform dangangguan
yang berhubungandenganstres).
2. Gangguankepribadiandanperilakumasadepan.
F50 – F59 (Sindromperilaku yang
berhubungandengangangguanfisiologidanfaktorfisik).
F60 – F69 (Gangguankepribadiandanperilakumasadewasa).
d. Gangguanmasakanak, remajadanperkembangan.
F70 – F79 (Retardasi mental).
F80 – F89 (Gangguanperkembanganpsikologis).
F90 – F98 (Gangguanperilakudanemosionaldengan onset)
E. Jenisgangguanjiwa
Berikut ini ialah jenis gangguan jiwa yang sering ditemukan di masyarakat
menurut Nasir (2011) adalah sebagai berikut:
151
a. Skizofrenia adalah kelainan jiwa yang menunjukkan gangguan dalam fungsi
kognitif atau pikiran berupa disorganisasi, jadi gangguannya adalah mengenai
pembentukan isi serta arus pikiran.
b. Depresiadalahsalah satu gangguan jiwa pada alam perasaan. Ditandai dengan
kemurungan, tidak bergairah, kelesuan, putus asa, perasaan tidak berguna dan
sebagainya
c. Cemas adalahgejala kecemasan baik kronis maupun akut. Hal inimerupakan
komponen utama pada semua gangguan psikiatri. Komponen kecemasan
dapat berupa bentuk gangguan fobia, panik, obsesi komplusi dan sebagainya.
F. TeknikKomunikasiTerapeutikPadaGangguanJiwa
Teknik komunikasi terapeutik sendiri mempunyai empat teknik utama terapi
penyembuhan, yang pertama adalah teknik mendengarkan, teknik bertanya,
teknik menyimpulkan dan teknik mengubah cara pandang. Berikut ini adalah
teknik-teknik yang dipakai perawat dalam terapi penyembuhan teknik
komunikasi terapeutik kepada pasien gangguan jiwa.
1. Teknik Mendengarkan
Dalam teknik ini perawat melakukan peran dan fungsinya untuk
mendengarkan masalah yang dialami pasien baik pikirannya, perasaannya
atau idenya, semua yang disampaikan pasien halusinansiharus didengarkan
olehperawat dengan penuh perhatian. Dengantujuan agar
perawatdapatmemperoleh data-data awal dari pasien dengan sangat lengkap
dan rinci. Sehingga dapat mempermudah langkah selanjutnya yang dapat
diambil pada proses terapi penyembuhan pasien gangguan jiwa khususnya
halusinasi.
2. Teknik Bertanya
Bertanya merupakan teknik yang dilakukan oleh perawat dalam mencari
informasi yang belum didapatkan sebelumnya. Dengan terus memberikan
pertanyaan-pertanyaan bertujuan untuk mendorong atau memancing pasien
halusinasi untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan masalahnya yang
dialaminya denganlebih spesifik, lebih detail dan lebih mendalam.
Sehinggaperawatlebihmudahunutukmenyimpulkandan mengumpulkan semua
data-data yang dibutuhkan dalam serangkaian proses terapi penyembuhan
gangguan jiwa khususnyapasien halusinasi.
3. Teknik Menyimpulkan
Dalam teknik menyimpulkan ini, perawat mendapatkan poin utama yang
menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami pasien sehingga
perawat dapat merencanakan strategi pelaksanaan cara mengatasi masalah
atau mencarikan solusi dari masalah yang dialami pasien halusinasi salah
satunya dengan menghardikpasien.
4. Teknik Mengubah Cara Pandang
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi
terapeutik, adalahdenganteknik mengubah cara pandang. Teknikini
merupakan inti darisemuateknikpenyembuhanpasien. Perawat memberikan
cara pandang lain agar pasien tidak melihat sesuatu masalah dari aspek
negatifnya saja, dalam teknik ini perawat harus mampu mengubah cara
pandang dan melatih pasien secara terus menerus supaya dapat keluar dari
masalah yang dialaminya. Dengancaraterusmenerusmenghardik, menasehati,
memberikansolusi, memberikansemangat dam
terusmenerusmelatihpemikiranataucarapandangpasien yang salah.
152
Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa pengobatan untuk
memulihkan kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya kekambuhan,
beberapa terapi pengobatan pada pasien gangguan jiwa diantaranya :
a. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan
saraf pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang
biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan.
b. Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada
pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan
bangkitan kejang umum, berlangsung sekitar 25–150 detik dengan
menggunakan alat khusus yang dirancang aman untuk pasien.
c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan
mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Cara ini cukup efektif karena di dalam kelompok akan terjadi
interaksi satu dengan yang lain, saling memengaruhi, saling
bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui bersama.
Terapi aktivitas kelompok 15 (TAK) bertujuan memberikan fungsi
terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk
menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain.
d. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi
yang timbul kemudian dibahas atau diselesaikan bersama anggota
keluarga, dalam hal ini setiap anggota keluarga diberi kesempatan
yang sama untuk berperan dalam menyelesaikan masalah.
e. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang diatur
sedemikian rupa agar dapat membantu penyembuhan dan pemulihan
pasien. terapi lingkungan sama halnya dengan terapi suasana
lingkungan yang dirancang untuk tujuan terapeutik. Konsep
lingkungan yang terapeutik berkembang karena adanya efek negatif
perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan berpikir,
adopsi nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik ataupun
kurang sesuai, serta pasien akan kehilangan kontak dengan dunia luar
153
DAFTAR PUSTAKA
Willy F. Maramis, Albert A Maramis. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi
2. Surabaya: Airlangga University Press
Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. (2013).Buku saku keperawatan jiwa.6 thediton. St.
Louis: Mosby Yeart Book.
Keliat, B A. dkk. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Ah. Yusuf. dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika
Muhammad, Nasir. (2010). Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia
154
EVALUASI
1. Saat dikaji Bpk. A (40 tahun) mengatakan saat ini masih mendengar suara yang
menyuruhnya memukul orang lain namun tidak ada wujudnya, yang sering datang
5 kali dalam sehari. Berdasarkan observasi Bpk. A sering menutup telinganya
daan kadang berteriak ketakutan. Perawat berusaha mengontrolnya dengan
berkata ”bila hantu yang sering Bpk. A liat itu datang lagi, bapak bisa mencoba
cara yang saya ajarkan ini...yaitu bapak bisa mlatihan menghardik atau berkata
tidak pada halusinasi dengan cara tutup telinga bapak lalu bilang : pergi...pergi
kamu...kamu tidak nyata....kamu suara palsu...!”.
Pertanyaan Soal
Berdasar kasus diatas, strategi pelaksanaan (SP) berapakah yang diajarkan oleh
perawat kepada pasien?
a. SP 1
b. SP 2
c. SP 3
d. SP4
e. SP 5
2. Ibu H (35 th) dirawat di RS Jiwa sudah 4 tahun. Saat dikaji selalu mengatakan “
saya adalah wanita yang paling cantik didunia ini....seharusnya banyak laki-laki
yang menikahi saya....”. Dan Ibu.H mengatakan saat ini masih sangat sedih karena
ditinggal suaminya kawin dengan wanita lain.
Pertanyaan Soal
Apakah hasil yang diharapkan setelah diberikannya intervensi keperawatan pada
Ibu H?
3. Sdr.T (28 th) dirawat di RS Jiwa dan mendapatkan obat chlorpormazin (CPZ) 50
mg 2 kali sehari. Sdr. T mengeluh mulutnya terasa kering dan sering susah buang
air besar.
Pertanyaan Soal
Apakah tindakan keperawatan mandiri yang dapat diberikan pada pasien?
a. Menganjurkan Sdr.T menghindari makanan yang membentuk gas
b. Berkonsultasi dengan dokter tentang pemberian obat laxatif
c. Menanyakan kepada Sdr.T tentang jumlah dan latihan fisik yang dilakukan
sehari-hari
d. Menganjurkan Sdr. T untuk banyak beraktifitas dan makanan tinggi lemak
e. Menganjurkan Sdr.T untuk banyak minum air dan makan makanan yang
berserat
155
4. Bpk. L (42 th) mengamuk dan membanting barang dirumahnya sambil berkata “
mengapa semua orang tidak menghargai saya sebagai Kepala rumah tangga
dirumah ini !!!!....” kemudian salah seorang anak Bpk.L memanggil tetangganya
yang seorang perawat. Melihat kondisi Bpk.L, perawat tersebut segera melakukan
tindakan pengikatan supaya Bpk. L tidak melukai diri sendiri dan orang lain
Pertanyaan Soal
Bagaimanakah kata-kata terapeutik yang diucapkan perawat kepada Bpk.L saat
melakukan tindakan tersebut?
b. ”Anda perlu belajar, kalau dengan diikat anda tidak bisa apa-apa”
c. ”Anda tampak tidak berdaya ketika sudah diikat begini, jangan diulang ya..!”
d. ”Untung bapak bisa berhasil diikat. Coba kalau tidak semua orang pasti luka...”
e. ”Kami mengikat anda, agar anda bisa mengendalikan emosi yang tidak
terkendali”
5. Sdr.H (20 th) masuk IGD RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda tidak sadarkan
diri karena meminum baygon dirumahnya dan telah mendapatkan perawatan
intensif. Pada saat dikaji orang tua mengatakan bahwa sebelumnya anaknya
pernah mengatakan ”lebih baik aku mati saja....daripada membuat malu orang
tua...”dan orang tuanya pernah mendapatkan pisau dibawah bantal anaknya.
Pertanyaan Soal
Berdasar kasus diatas, perilaku apakah yang ditunjukkan oleh pasien?
a. Ide bunuh diri
b. Isyarat bunuh diri
c. Ancaman bunuh diri
6. Bpk. D (38 th)masuk RS Jiwa tanggal 20 Januari 2011. Saat dikaji tidak mau
berbicara dan tidak mempertahankan kontak mata saat interaksi. Namun setelah 8
kali interaksi dengan perawat, Bpk. D sudah mulai berbicara walaupun masih
belum mempertahankan kontak mata.
Pertanyaan Soal
Apa jenis Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang dapat diberikan pada klien
tersebut?
a. TAK Sosialisasi
b. TAK Orientasi Realita
156
e. TAK Peningkatan Harga diri
7. Ibu S sudah dirawat di RS Jiwa selama 1 tahun. Saat ini Ibu S mengatakan masih
sering marah-marah karena temannya sekamar tidak mau memberi kue dan
kadang temannya mengambil barangnya. Perawat sudah memberikan tindakan
keperawatan yang salah satunya berupa latihan mengelola marah secara fisik.
Pertanyaan Soal
Apakah tujuan umum dari rencana tindakan pada masalah utama di atas?
a. klien dapat membina hubungan saling percaya
b. klien dapat mengidentifikasi akubat perilaku kekerasan
157
b. Perilaku kekerasan
c. Waham
d. Perubahan persepsi sensoris : halusinasi
e. Koping individu tidak efektif
10. Seorang perempuan,usia 40 tahun telah dirawat di RS Jiwa selama 3
minggu.Namun pasien masih menunjukkan perilaku maladaptive yaitu suka
menyendiri didalam kamar, tidak mau mengikuti kegiatan diruangan,kontak mata
minim,diam ketika ditanya,badan kurus, tidur melingkar,penampilan tidak
rapi,bau,rambut acak-acakan.Perawat mengalami kesulitan untuk membina
hubungan saling percaya dengan pasien tersebut.
Pertanyaan soal
Apakah Tindakan yang seharusnya dilakukan perawat selanjutnya?
158
DAFTAR PUSTAKA
159
TOPIK 3
Komunikasi adalah hal yang paling mendasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan
kontak hubungan dengan orang lain. Seringkali orang salah berpikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Namun sebenarnya,
komunikasi adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan
hubungan serta memungkinkan individu untuk berasosiasi dengan orang lain dan
dengan lingkungan sekitarnya. Untuk dapat melakukan komunikasi, diperlukan
indera untuk menyampaikan dan menerima pesan yang disampaikan.
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat
dengan pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan maslah pasien. Komunikasi ini
juga termasuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antar orang-orang secara
tatap muka yang membuat setiap peserta menangkap reaksinya secara langsung baik
verbal maupun non-verbal. Sedangkan menurut As Homby (1974) terapeutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni penyembuhan. Mampu
terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan,
perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan,
Pada klien yang mengalami gangguan penglihatan, pendengaran dan wicara,
komunikasi yang dilakukan pasti akan berbeda dengan klien yang tidak mengalami
gangguan terutama pada media dalam penyampaian pesan. Sebagai seorang perawat,
diperlukan pemahaman dan stategi untuk berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan tersebut. Tujuannya adalah pesan yang disampaikan perawat
dapat dipahami oleh klien, dan sebaliknya, pesan dari klien dapat dipahami oleh
perawat. Berdasarkan masalah tersebut, pada modul ini kami akan membahas
mengenai cara berkomunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan, pendengaran
dan gangguan wicara.
160
2. Teknik Komunikasi dengan Klien yang Mengalami Gangguan Penglihatan
161
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat
berjalan lancar dan mencapai sasaranya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
(Daimayanti, Mukhripah, 20010)
f. Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
g. Periksa lingkungan fisik
h. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
i. Komunikasikan pesan secara singkat
j. Komunikasikan hal-hal yang penting dan berharga saja
k. Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan pihak lain agar
memperoleh dukungan.
162
j. Orientasikan kehadiran diri atau kehadiran diri sebagai perawat dengan cara
menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien.
k. Mengusahakan menggunakan bahasa yang sederhana serta mudah dipahami
dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak
bibir.
l. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap
tubuh dan mimik wajah yang lazim.
m. Jangan mengunyah sesuatu misalnya makanan atau permen karet saat
melakukan pembicaraan karena dapat menyulitkan klien untuk membaca
mimic wajah
n. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana
dan perlahan.
o. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila perawat bisa dan jika diperlukan.
p. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar.
q. Jika klien memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan
mendengar, periksa alat bantu dengar meliputi apakah alat bantu dengar
terpasang,mungkinkah alat bantu dengar tersebut kotor, sudahkah
dihidupkan, disesuaikan dan memiliki baterai yang bekerja. Jika hal-hal ini
sudah diperiksa tetapi klien klien masih memiliki kesulitan mendengar maka
hal yang perlu dilakukan yaitu cari tahu kapan klien terakhir melakukan
evaluasi pendengaran.
r. Jauhkan tangan dari wajah saat berbicara.
s. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan sebanyak mungkin ketika
melakukan pembicaraan.
t. Berbicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak.
u. Pastikan pencahayaan tidak tepat bersinar di mata orang tua rungu.
v. Jika klien mengalami kesulitan memahami pesan, temukan cara yang berbeda
untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata.
w. Gunakan bahasa sederhana, kalimat singkat untuk membuat pesan lebih
mudah dimengerti.
x. Menulis pesan jika perlu.
y. Jangan terburu-buru.
163
6. Kegagalan menyampaikan pesan atau informasi
7. Pengulangan kata-kata secara tidak tepat
8. Kesalahan penggunaan kata-kata atau kalimat
9. Tidak mengenali kata-kata yang diucapkan klien oleh lawan bicara
10. Tidak jelasnya vokal
164
b. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan klien.
c. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak
topik.
d. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
e. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima
dengan baik.
f. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan symbol.
g. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi
lisan dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.
165
DAFTAR PUSTAKA
166
167