Visi adalah impian, cita – cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu
kegiatan atau program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau
suatu program yang seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab
dengan visi dan misi tersebut institusi atau program mempunyai arah dan tujuan
yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan (khususnya
Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti
yang tercantum dalam Undang – Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009,
yakni: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi –
tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi
pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan
dapat dirumuskan : “Masyarakat mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya”.
a. Advokasi (Advocacy)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini
adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan
bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting. Oleh
sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut.
b. Memampukan atau memperkuat (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama
untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau
melalui tokoh – tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus memberikan
keterampilan – keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di
bidang kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi
banyak faktor luar kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan
sebagainya. Oleh sebab itu, dalam rangka memberdayakan masyarakat di
bidang kesehatan, maka keterampilan di bidang ekonomi (pertanian,
peternakan, perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya perlu dikembangkan
melalui promosi kesehatan ini
c. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani
antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata
lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitran di bidang pelayanan
kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting sebab tanpa kemitraan niscaya
sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah – masalah kesehatan
yang begitu kompleks dan luas
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada pada
tahun 1986 menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang
mencakup 5 butir, yaitu:
a) Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)
Suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para
penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-
kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan.
Dengan perkataan lain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik.
Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur
adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan,
rumah sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat). Misalnya, orang yang
mendirikan pabrik/ industri, sebelumnya harus dilakukan analisis dampak
lingkungan agar tidak tercemar dan tidak berdampak kepada masyarakat.
Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering
diabaikan, oleh karena itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan,
diharapkan bisa mengedepankan proses pembangunan dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada
para pengambil kebijakan ( policy makers) atau pembuat keputusan
(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. Sebagai
contoh ; adanya perencanaan pembangunan PLTN di daerah jepara, para
penagmbil kebijakan dan pembuat keputusan harus benar-benar bisa
memperhitungkan untung ruginya. harus diperhatikan kemungkinan
dampak radiasi yang akan ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan
lain yang bisa berdampak pada kesehatan.
b) Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,
termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana
atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi
masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum
tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat
umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang
air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi para
perokok dan non-perokok dan sebagainya.
Contoh : perlunya jalur hijau didaerah perkotaan, yang akhir-akhir
ini sering diabaikan pemanfaatannya oleh oknum-oknum tertentu.
perlunya perlindungan diri pada kelompok terpapar pencemaran udara ,
seperti penggunaan masker pada penjaga loket jalan tol, petugas
polantas, dsb.
c) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa
dalam pelayanan kesehatan itu ada “provider” dan “consumer”.
Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan
swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna
pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan harus
diorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau
penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai
penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi
pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan
kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan diri, bahkan
memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan
hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga sekaligus
sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan
pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat penting.
Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan,
tanggung jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi
pelayanan (health provider ), tetapi pelayanan kesehatan juga
merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi pelayanan
kesehatan ( health provider ) dan pihak yang mendapatkan pelayanan.
Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar
memberikan
pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta
aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. dan
sebaliknya bagi masyarakat, dalam proses pelayanan dan pembangunan
kesehatan harus menyadari bahwa perannya sangatlah penting, tidak
hanya sebagai subyek, tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangatlah diharapkan.
Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatannya sendiri.
Bentuk pemberdayaan masyarakat yaitu LSM yang peduli terhadap
kesehatan baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis
(pelatihan-pelatihan) sampai upaya swadaya masyarakat sendiri. Contoh :
semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumberdaya
masyarakat (UKBM), seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada,
poskestren, dll.
d) Keterampilan Individu (Personnal Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari
individu, keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-
keluarga dan kelompok- kelompok tersebut terwujud. Strategi untuk
mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting.
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan
ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan
sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat
individual daripada massa.
Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan,
ketrampilan individu mutlak diperlukan. Dengan harapan semakin banyak
individu yang terampil akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka
akan memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat
tersebut semuanya dalam keadaan yang sehat. ketrampilan individu
sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan masyarakat yang
sehat. Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu
dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu
masyarakat juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-pola hidup
sehat.
Konferensi diikuti oleh perwakilan dari kurang lebih 100 negara, baik yang berasal dari negara-
negara maju dan maupun negara berkembang. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini tidak
terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang “Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary Health
Care”. Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam konferensi ini merupakan peletakan dasar
pembaharuan Promosi Kesehatan, dalam konteks seperti tema konferensi ini, yakni Gerakan Menuju
Kesehatan Masyarakat Baru. Kesepakatan bersama tersebut dituangkan dalam Piagam Ottawa (Ottawa
Charter). Isi Piagam Ottawa beserta pembahasannya dapat diikuti dalam uraian dibawah ini.
Menjembatani :
Persyaratan dasar dan prospek kesehatan tidak dapat diselenggarakan oleh sector
kesehatan saja. Lebih penting lagi, Promosi Kesehatan membutuhkan aksi yang terkordinasi
dengan sektor lain: oleh pemerintah, sektor kesehatan, sektor sosial, ekonomi dan dengan
organisasi-organisasi pemerintah lainnya seperti relawan, swasta, pemerintah daerah,
sektor industri serta media. Sepanjang perjalanan hidupnya, orang selalu terlibat, baik
sebagai individu, anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Para professional,
kelompok-kelompok sosial dan petugas kesehatan memiliki tanggung jawab utama untuk
melakukan mediasi atau menjembatani antara kepentingan manyarakat dengan berbagai
pihak untuk mencapai hidup sehat masyarakat.
kesehatan dari keputusan yang mereka ambil serta menerima tanggung jawab mereka
dalam upaya kesehatan.
Kebijakan promosi kesehatan mengkombinasikan pendekataan yang berbeda, tapi saling
terkait, mencakup perubahan perundang-undangan, pengukuran fiskal, pajak dan
perubahan
organisasi. Harus ada aksi yang terkordinir yang mengarah pada kebijakan kesehatan,
penghasilan dan kebijakan umum (sosial) yang mempercepat upaya kesetaraan/keadilan
yang lebih baik. Kerja sama aksi membantu jaminan pelayanan yang lebih aman dan lebih
sehat, lebih bersih dan lingkungan yang lebih nyaman.
Kebijakan promosi kesehatan membutuhkan upaya identifikasi hambatan-hambatan dalam
mengadopsi kebijakan umum yang sehat untuk sektor non kesehatan, dan cara mengatasi
hambatan tersebut.
Dalam menentukan sasaran harus dapat menciptakan berbagai pilihan yang lebih sehat dan
lebih mudah bagi pembuat kebijakan.
2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)
Masyarakat kita sangat kompleks, saling terkait, saling mempengaruhi dan saling
tergantung. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan hidup lainnya. Kaitan yang tak
terpisahkan antara manusia dan lingkungannya merupakan dasar pendekatan sosio-ekologis
untuk kesehatan. Seluruh prinsip dasar bagi dunia, negara, wilayah dan masyarakat pada
umumnya merupakan suatu kebutuhan untuk mendorong saling menjaga, saling menolong
sesama anggota masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Konservasi lingkungan
alam di kawasan dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global.
Perubahan gaya hidup, cara kerja dan kegiatan rekreasi mengandung dampak yang
signifikan terhadap kesehatan. Aktivitas kerja dan rekreasi seharusnya merupakan sumber
kesehatan manusia. Cara masyarakat mengatur pekerjaan harus membantu menciptakan
masyarakat sehat. Promosi kesehatan menggerakan kondisi kerja dan kehidupan yang
aman, merangsang, memuaskan serta nyaman.
Perkiraan yang sistematik dari dampak kesehatan yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan yanga cepat, khususnya di bidang teknologi, pekerjaan, produksi bahan bakar
dan urbanisasi merupakan hal penting dan harus diikuti oleh aksi untuk menjamin manfaat
yang positif bagi kesehatan masyarakat. Pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan
dan sumber daya alam harus dicanangkan dalam setiap strategi Promosi kesehatan.
3. Memperkuat Aksi/Gerakan Masyarakat (Strengthening Community Action)
Mekanisme promosi kesehatan berfungsi melalui aksi atau gerakan masyarakat yang
konkrit dan efektif dalam penetuan prioritas, pengambilan keputusan, strategi perencanaan
serta penerapannya untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini
adalah Pemberdayaan Masyarakat (empowerment) - kepemilikan serta kendali (control)
terhadap keinginan dan nasib mereka.
Pengembangan masyarakat diarahkan untuk mencari potensi diri dan sumber data
materi yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan kemandirian (self-help) dan
dukungan sosial (sosial support) yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan
kemandirian dan dukungan sosial untuk mengembangkan sistem yang fleksibel guna
merangsang keterlibatan masyarakat dalam setiap program kesehatan. Hal ini
membutuhkan akses yang memadai terhadap informasi, kesempatan belajar yang luas dan
terus menerus serta penggalian sumber dana.
4. Pengembangan Keterampilan Perseorangan (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan menunjang pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan
akses informasi, pendidikan kesehatan serta peningkatan keterampilan diri. Dengan
demikian, maka promosi kesehatan dapat memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi
anggota masyarakat menggunakan kendali (control) terhadap kesehatan dan lingkungan,
serta menentukan pilihan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Adalah penting memahami kondisi tubuh seseorang untuk mengenal kapan dan
mengapa terjadi masalah. Perubahan kecil yang terjadi pada salah satu fungsi tubuh dapat
menjadi bukti bahwa ada sesuatu yang salah, sehingga memungkinkan untuk pencegahan
risiko penyakit dan tetap sehat.
Menyediakan kemungkinan orang untuk belajar, melalui pengalaman hidup sehari-hari,
menyiapkan diri menghadapi masalah penyakit dan kecelakaan merupakan hal yang sangat
penting. Kesempatan ini dapat difasilitasi pada tatanan sekolah, rumah tangga, tempat kerja
serta pada tataanan masyarakat umum. Aksi-aksi ini diperlukan melalui institusi pendidikan,
profesi, komersial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
d. Simulasi
Simulasi adalah metode ekperiental di mana model situasi nyata digunakan
untuk merangsang atau membantu proses pembelajaran semakin mirip dengan
situasi nyata semakin baik simulasi tersebut. Bentuk simulasi : permainan, drama,
bermain peran (role playing), model komputerisasi Simulasi cocok untuk
meningkatkan motivasi dan mengubah sikap
e. Modifikasi Perilaku
Memodifikasi perilaku spesifik berdasarkan prinsip pengkondisian melalui
rangsangan dan konsekuensi. Teori : rangsangan (antecedent) à perilaku spesifik à
konsekuensi (positif/negatif)
1. Contoh rangsangan : iklan televisi
2. Contoh konsekuensi positif : hadiah, pujian
3. Contoh konsekuensi negatif : sanksi
f. Pengembangan Masyarakat
Proses yang berorientasi kepada metode pengorganisasian masyarakat yang
menekankan pada pengembangan kemampuan, keterampilan dan pemahaman pada
masyarakat tertentu. Strategi ini berdasarkan kemandirian, kesepakatan bersama
dalam pemecahan masalah, Penyuluh bertindak sebagai fasilitator, Evaluasi strategi
ini lebih sulit dibandingkan strategi lain karena efeknya terjadi dalam waktu yang
lama
I. ATURAN DALAM MEMILIH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
1. Pilih minimal tiga strategi
2. Umumnya, penggunaan media sering digunakan dalam promosi kesehatan
3. Semakin lama program, semakin banyak strategi
4. Dimulai dengan strategi yang paling murah & sederhana
5. Semakin kompleks permasalahan perilaku yang akan diintervensi, semakin banyak
strategi yang digunakan
6. Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi umumnya mempunyai efek yang
singkat