Anda di halaman 1dari 14

PROMOSI KESEHATAN MENURUT OTTAWA CHARTER

A.  Promosi Kesehatan Menurut Piagam Ottawa (Ottawa Charter)

1. Visi Promosi Kesehatan

Visi adalah impian, cita – cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu
kegiatan atau program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau
suatu program yang seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab
dengan visi dan misi tersebut institusi atau program mempunyai arah dan tujuan
yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan (khususnya
Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti
yang tercantum dalam Undang – Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009,
yakni: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi –
tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi
pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan
dapat dirumuskan : “Masyarakat mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya”.

Adapun visi promosi kesehatan anatara lain :

a. Mau (willigness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.


b. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
c. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
melindungi diri dari gangguan – gangguan kesehatan.
d. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik
individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.

2. Misi Promosi Kesehatan

Dalam Ottawa Charter dirumuskan 3 hal penting untuk


mengimplementasikan Promosi Kesehatan sebagai Misi Promosi Kesehatan
yaitu:

a. Advokasi (Advocacy)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini
adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan
bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting. Oleh
sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut.
b. Memampukan atau memperkuat (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama
untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau
melalui tokoh – tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus memberikan
keterampilan – keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di
bidang kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi
banyak faktor luar kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan
sebagainya. Oleh sebab itu, dalam rangka memberdayakan masyarakat di
bidang kesehatan, maka keterampilan di bidang ekonomi (pertanian,
peternakan, perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya perlu dikembangkan
melalui promosi kesehatan ini
c. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani
antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata
lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitran di bidang pelayanan
kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting sebab tanpa kemitraan niscaya
sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah – masalah kesehatan
yang begitu kompleks dan luas
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada pada
tahun 1986 menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang
mencakup 5 butir, yaitu:
a) Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)
Suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para
penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-
kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan.
Dengan perkataan lain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik.
Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur
adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan,
rumah sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat). Misalnya, orang yang
mendirikan pabrik/ industri, sebelumnya harus dilakukan analisis dampak
lingkungan agar tidak tercemar dan tidak berdampak kepada masyarakat.
Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering
diabaikan, oleh karena itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan,
diharapkan bisa mengedepankan proses pembangunan dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada
para pengambil kebijakan ( policy makers) atau pembuat keputusan
(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. Sebagai
contoh ; adanya perencanaan pembangunan PLTN di daerah jepara, para
penagmbil kebijakan dan pembuat keputusan harus benar-benar bisa
memperhitungkan untung ruginya. harus diperhatikan kemungkinan
dampak radiasi yang akan ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan
lain yang bisa berdampak pada kesehatan. 
b) Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,
termasuk  pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana
atau fasilitas yang  mendukung terciptanya perilaku sehat bagi
masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum
tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat
umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang
air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi para
perokok dan non-perokok dan sebagainya.
Contoh : perlunya jalur hijau didaerah perkotaan, yang akhir-akhir
ini sering diabaikan pemanfaatannya oleh oknum-oknum tertentu.
perlunya perlindungan diri pada kelompok terpapar pencemaran udara ,
seperti penggunaan masker pada penjaga loket jalan tol, petugas
polantas, dsb.
c) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa
dalam pelayanan kesehatan itu ada “provider” dan “consumer”.
Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan
swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna
pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan harus
diorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau
penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai
penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi
pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan
kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan diri, bahkan
memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan
hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga sekaligus
sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan
pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan  sangat penting.
Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan,
tanggung jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi
pelayanan (health provider ), tetapi  pelayanan kesehatan  juga
merupakan  tanggung jawab  bersama antara pemberi pelayanan
kesehatan ( health provider ) dan pihak yang mendapatkan pelayanan.
Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar
memberikan
pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta
aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. dan
sebaliknya bagi masyarakat, dalam proses pelayanan dan pembangunan
kesehatan harus menyadari bahwa perannya sangatlah penting, tidak
hanya sebagai subyek, tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangatlah diharapkan.
Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatannya sendiri.
Bentuk pemberdayaan masyarakat yaitu LSM yang peduli terhadap
kesehatan baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis
(pelatihan-pelatihan) sampai upaya swadaya masyarakat sendiri. Contoh :
semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumberdaya
masyarakat (UKBM), seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada,
poskestren, dll. 
d) Keterampilan Individu (Personnal Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari
individu, keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-
keluarga dan kelompok- kelompok tersebut terwujud. Strategi untuk
mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting.
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan
ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan
sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat
individual daripada massa.
Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan,
ketrampilan individu mutlak diperlukan. Dengan harapan semakin banyak
individu yang terampil akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka
akan memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat
tersebut semuanya dalam keadaan yang sehat. ketrampilan individu
sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan masyarakat yang
sehat. Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu
dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu
masyarakat juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-pola hidup
sehat.

Masing-masing individu seyogyanya mempunyai pengetahuan dan


kemampuan yang baik terhadap :
 cara – cara memelihara kesehatannya
 mengenal penyakit2 dan penyebabnya
 mampu mencegah penyakit
 mampu meningkatkan kesehatannya
 mampu mencari pengobatan yang layak bilamana sakit 

Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial


melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan
keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang
tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan
lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi
kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan
dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk
menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus
difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan
komunitas. Keterampilan Individu adalah kemapuan petugas dalam
menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam
mencontohkan (mendemostrrasikan). Contoh : melalui penyuluhan secra
indicidu atau kelompok seperti di Posyandu, PKK. Adanya pelatihan kader
kesehatan, pelatihan dokter kecil, pelatihan guru UKS, dll.
e) Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi
promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada
gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karenaitu, promosi
kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di
masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka akan terwujud perilaku
yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
Derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur
yang ada di masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Dari kutipan
piagam Ottawa, dinyatakan bahwa: Promosi Kesehatan adalah upaya
yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri. 
Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa
kesehatan tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat.
Untuk dapat menciptakan gerakan kearah hidup sehata, masyarakat perlu
dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan. selain itu masyarakat perlu
diberdayakan agar mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban dalam
upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha untuk mewujudkan derajat
setinggi-tingginya, teranyata bukanlah semata-mata menjadi tanggung
jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang berkewajiban dan
berperan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Hal ini
sesuai yang tertuang dalam Pasal 9 , UU N0. 36 tahun 2009 Tentang
kesehatan, yang berbunyi : “Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya”.
Untuk Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen
community actions) promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan
komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat
keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk mencapai
kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan
komunitas –-kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib
mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber
daya manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan
kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem
yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah
kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus
akan informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana
penggalangan dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu
partisifasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh adanya
gerakan 3 M dalam program pemberantasn DBD, gerakan jumat bersih,
perlu diketahuai di negeri tetangga malaysia ada gerakan jalan seribu
langkah (hal ini bisa kita contoh), bahkan untuk mengukurnya disana
sudah dijual alat semacam speedometer.

Dalam piagam Ottawa tersebut juga mencantumkan ada 9 (sembilan)


faktor sebagai prasyarat untuk kesehatan, yaitu:
1.     Perdamaian/keamanan.
2.     Tempat tinggal.
3.     Pendidikan.
4.     Makanan.
5.     Pendapatan.
6.     Ekosistem yang stabil dan seimbang.
7.     Sumber daya yang berkesinambungan.
8.     Keadilan sosial.
9.     Pemerataan.
3. Komitmen Terhadap Promosi Kesehatan
Konferensi Ottawa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang terkait
dengan komitmen terhadap Promosi Kesehatan ke depan, sebagai berikut:
a. Memusatkan sasaran ke arah kebijakan publik berwawasan kesehatan dan
melakukan advokasi untuk memperoleh komitmen politik yang jelas terhadap
kesehatan dan kesetaraan/keadilan di seluruh sektor.
b. Melakukan perlawanan atau penolakan terhadap tekanan-tekanan yang
berasal dari produk berbahaya, pengurasan sumber adaya alam secara tidak
bertanggung jawab, kondisi lingkungan yang tidak nyaman untuk kesehatan,
gizi, serta memusatkan perhatian pada isu-isu global seperti polusi,
kecelakaan dan keselamatan kerja pengadaan perumahan dan pembentukan
pemukiman yang aman dan sehat.
c. Merespon kesenjangan dalam pelayanan kesehatan  yang ada di dalam
masyarakat menjembatani kesenjangan tersebut dengan kebijakan dan
peraturan-peraturan yang dapat mendorong terciptanya kesetaraan atau
keadilan, baik untuk mendapatkan kesemparan dalam pelayanan kesehatan
maupun fasilitas atau kesempatan lainnya, seperti pekerjaan, jaminan
asuransi kesehatan dan sebagainya.
d. Menempatkan manusia sebagai subyek utama kesehatan, untuk mendorong
dan memungkinkan mereka menjaga kesehatan diri, keluarga, teman, baik
secara finansial maupun dukugan lainnya, serta menempatkan masyarakat
sebagai pelaku yang esensial dakam meningkatkan status kesehatan, kondisi
kehidupan dan kesejahteraan mereka.
e. Melakukan reorientasi dalam sistem pelayanan kesehatan dan sumber daya
yang ada demi peningkatan status kesehatan, serta berbagi peran dengan
sektor dan disiplin lain, terutama dengan anggota masyarakat itu sendiri.
f. Menempatkan kesehatan dan pemeliharaannya sebagai investasi sosial
utana, mengamanatkan isu ekologis kehidupan masyarakat secara
menyeluruh.
Konferensi ini mendorong pihak yang berkepentingan untuk bekerja sama
dengan mereka sebagai mitra kesehatan masyarkaat yang kuat. 
Strategi Promosi Kesehatan, Ottawa Charter, 1986

 GERAKAN MENUJU KESEHATAN MASYARAKAT BARU

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama dilaksanakan di Ottawa, Canada,


yang berlangsung tanggal 17 – 21 November 1986. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini
mengambil tema “Menuju Kesehatan Masyarakat Baru” (The Move Towards a New Public Health).

Konferensi diikuti oleh perwakilan dari kurang lebih 100 negara, baik yang berasal dari negara-
negara maju dan maupun negara berkembang. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini tidak
terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang “Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary Health
Care”. Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam konferensi ini merupakan peletakan dasar
pembaharuan Promosi Kesehatan, dalam konteks seperti tema konferensi ini, yakni Gerakan Menuju
Kesehatan Masyarakat Baru. Kesepakatan bersama tersebut dituangkan dalam Piagam Ottawa (Ottawa
Charter). Isi Piagam Ottawa beserta pembahasannya dapat diikuti dalam uraian dibawah ini.

A. BATASAN PROMOSI KESEHATAN


Menurut Piagam Ottawa, Promosi Kesahatan adalah suatu proses yang memungkinkan
orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan status
kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over,
and to improve, their health). Untuk mencapai status kesehatan paripurna baik fisik, mental dan
kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap
aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan , dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan.
Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan
merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal,
sebagaimana halnya kapasitas fisik. Karena itu, promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab
sektor kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat
dan kesejahteraan sosial.
B. DETERMINAN KESEHATAN
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4
determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.
Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan
adalah: a). lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan non fisik (sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya), b). perilaku, c). pelayanan kesehatan, dan d). keturunan atau
herediter.
Determinan lingkungan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni
lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana dan parasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik,
seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagianya. Derajat kesehatan dalam
pengertian tersebut di atas jelas dibedakan antara derajat kesehatan individu, kelompok, atau
masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena derajat kesehatan perorangan (individu), kelompok
dan masyarakat memang berbeda.
Determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas mungkin sama, tetapi untuk
kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, juga faktor internal individu juga
berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan sebagainya, disamping faktor herediter. Bila
kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua faktor diluar
kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, disamping
determinan-determinan derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih
terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang,
kelompok atau masyarakat.
Faktor-faktor atau determinan-determinan yang menentukan atau mempengaruhi
kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam Piagam Otawa (Ottawa Charter)
disebut prasyarat untuk kesehatan (prerequisites for health).
Piagam Ottawa, 1986 mengidentifikasikan prasayarat untuk kesehatan ini dalam 9
faktor, yakni:

1. Perdamaian atau keamanan (peace)


2. Tempat tinggal (shelter)
3. Pendidikan (education)
4. Makanan (food)
5. Pendapatan (income)
6. Ekosistem yang stabil dan seimbang (a stable eco-sistem)
7. Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources)
8. Keadilan sosial (social justice)
9. Pemerataan (equity)

C. MISI PROMOSI KESEHATAN


Dalam Ottawa Charter secara implisit dirumuskan 3 hal yang penting untuk
mengimplementasikan Promosi Kesehatan, atau dapat juga disebut sebagai misi Promosi
Kesehatan, yakni :
1. Advokasi (Advocacy) :
Kesehatan yang baik merupakan sumber utama untuk perkembangan sosial, ekonomi,
dan personal, dan merupakan dimensi penting dari kualitas hidup. Faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan biologis, yang semuanya.

Memampukan atau Memperkuat :


Promosi Kesehatan fokus pada pencapaian kesetaraan atau keadilan dalam
memperoleh akses pelayanan kesehatan. Aksi atau gerakan promosi kesehatan bertujuan
untuk mengurangi perbedaan di dalam status kesehatan dan menjamin sumber dan
kesempatan yang sama yang memungkinkan semua orang mencapai potensi kesehatan
yang seluas-luasnya. Ini menliputi fondasi keamanan pada lingkungan yang mendukung,
akses terhadap informasi, kesempatan memperoleh kemampuan dan kesempatan untuk
menentukan pilihan untuk menjadi sehat. Orang tidak dapat mencapai potensi kesehatan
yang utuh, kecuali mereka mampu mengendalikan hal-hal yang menentukan kesehatan
mereka. Hal ini harus berlaku sama pada pria dan wanita.

Menjembatani :
Persyaratan dasar dan prospek kesehatan tidak dapat diselenggarakan oleh sector
kesehatan saja. Lebih penting lagi, Promosi Kesehatan membutuhkan aksi yang terkordinasi
dengan sektor lain: oleh pemerintah, sektor kesehatan, sektor sosial, ekonomi dan dengan
organisasi-organisasi pemerintah lainnya seperti relawan, swasta, pemerintah daerah,
sektor industri serta media. Sepanjang perjalanan hidupnya, orang selalu terlibat, baik
sebagai individu, anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Para professional,
kelompok-kelompok sosial dan petugas kesehatan memiliki tanggung jawab utama untuk
melakukan mediasi atau menjembatani antara kepentingan manyarakat dengan berbagai
pihak untuk mencapai hidup sehat masyarakat.

Strategi-strategi dan program promosi kesehatan sebaiknya di sesuaikan dengan kebutuhan


lokal, sesuai dengan sistem sosial, budaya dan ekonomi setempat. Berbagai pemangku kepentingan atau
“Stakeholders” perlu dilibatkan dalam upaya promosi kesehatan. Oleh karena itu betapa pentingnya
mengembangkan mekanisme institusional untuk menyatupadukan “stakeholders” tersebut.

D. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


Berdasarkan pada 3 hal tersebut sebagai arahan atau dapat dikatakan sebagai misi
promosi kesehatan, Piagam Otawa merumuskan makna atau arti dari gerakan kegiatan promosi
kesehatan. Selanjutnya gerakan ini dapat dipandang sebagai strategi promosi pesehatan, sebagi
pelengkap dari strategi promosi kesehatan yang telah dirumuskan oleh WHO tahun 1984.
Gerakan atau strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan Kebijakan Publik Berwawasan Sehat (Build Healthy Public Policy):
Promosi kesehatan tidak sekedar pada tingkat pelayanan kesehatan semata. Promosi
kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda di tingkat pengambil keputusan di
berbagai sektor di tiap lapisan sistem sosial, mengarahkan mereka untuk menyadari
konsekuensi

kesehatan dari keputusan yang mereka ambil serta menerima tanggung jawab mereka
dalam upaya kesehatan.
Kebijakan promosi kesehatan mengkombinasikan pendekataan yang berbeda, tapi saling
terkait, mencakup perubahan perundang-undangan, pengukuran fiskal, pajak dan
perubahan
organisasi. Harus ada aksi yang terkordinir yang mengarah pada kebijakan kesehatan,
penghasilan dan kebijakan umum (sosial) yang mempercepat upaya kesetaraan/keadilan
yang lebih baik. Kerja sama aksi membantu jaminan pelayanan yang lebih aman dan lebih
sehat, lebih bersih dan lingkungan yang lebih nyaman.
Kebijakan promosi kesehatan membutuhkan upaya identifikasi hambatan-hambatan dalam
mengadopsi kebijakan umum yang sehat untuk sektor non kesehatan, dan cara mengatasi
hambatan tersebut.
Dalam menentukan sasaran harus dapat menciptakan berbagai pilihan yang lebih sehat dan
lebih mudah bagi pembuat kebijakan.
2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)
Masyarakat kita sangat kompleks, saling terkait, saling mempengaruhi dan saling
tergantung. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan hidup lainnya. Kaitan yang tak
terpisahkan antara manusia dan lingkungannya merupakan dasar pendekatan sosio-ekologis
untuk kesehatan. Seluruh prinsip dasar bagi dunia, negara, wilayah dan masyarakat pada
umumnya merupakan suatu kebutuhan untuk mendorong saling menjaga, saling menolong
sesama anggota masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Konservasi lingkungan
alam di kawasan dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global.
Perubahan gaya hidup, cara kerja dan kegiatan rekreasi mengandung dampak yang
signifikan terhadap kesehatan. Aktivitas kerja dan rekreasi seharusnya merupakan sumber
kesehatan manusia. Cara masyarakat mengatur pekerjaan harus membantu menciptakan
masyarakat sehat. Promosi kesehatan menggerakan kondisi kerja dan kehidupan yang
aman, merangsang, memuaskan serta nyaman.
Perkiraan yang sistematik dari dampak kesehatan yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan yanga cepat, khususnya di bidang teknologi, pekerjaan, produksi bahan bakar
dan urbanisasi merupakan hal penting dan harus diikuti oleh aksi untuk menjamin manfaat
yang positif bagi kesehatan masyarakat. Pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan
dan sumber daya alam harus dicanangkan dalam setiap strategi Promosi kesehatan.
3. Memperkuat Aksi/Gerakan Masyarakat (Strengthening Community Action)
Mekanisme promosi kesehatan berfungsi melalui aksi atau gerakan masyarakat yang
konkrit dan efektif dalam penetuan prioritas, pengambilan keputusan, strategi perencanaan
serta penerapannya untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini
adalah Pemberdayaan Masyarakat (empowerment) - kepemilikan serta kendali (control)
terhadap keinginan dan nasib mereka.
Pengembangan masyarakat diarahkan untuk mencari potensi diri dan sumber data
materi yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan kemandirian (self-help) dan
dukungan sosial (sosial support) yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan
kemandirian dan dukungan sosial untuk mengembangkan sistem yang fleksibel guna
merangsang keterlibatan masyarakat dalam setiap program kesehatan. Hal ini
membutuhkan akses yang memadai terhadap informasi, kesempatan belajar yang luas dan
terus menerus serta penggalian sumber dana.
4. Pengembangan Keterampilan Perseorangan (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan menunjang pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan
akses informasi, pendidikan kesehatan serta peningkatan keterampilan diri. Dengan
demikian, maka promosi kesehatan dapat memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi
anggota masyarakat menggunakan kendali (control) terhadap kesehatan dan lingkungan,
serta menentukan pilihan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Adalah penting memahami kondisi tubuh seseorang untuk mengenal kapan dan
mengapa terjadi masalah. Perubahan kecil yang terjadi pada salah satu fungsi tubuh dapat
menjadi bukti bahwa ada sesuatu yang salah, sehingga memungkinkan untuk pencegahan
risiko penyakit dan tetap sehat.
Menyediakan kemungkinan orang untuk belajar, melalui pengalaman hidup sehari-hari,
menyiapkan diri menghadapi masalah penyakit dan kecelakaan merupakan hal yang sangat
penting. Kesempatan ini dapat difasilitasi pada tatanan sekolah, rumah tangga, tempat kerja
serta pada tataanan masyarakat umum. Aksi-aksi ini diperlukan melalui institusi pendidikan,
profesi, komersial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

5. Reorientasi sistem Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)


Tanggung jawab promosi kesehatan dalam pelayanan kesehatan menyebar di tingkat
individual, keluarga, masyarakat, kelompok, petugas kesehatan, institusi pelayanan
kesehatan dan pemerintah. Semua harus bekerja sama dalam upaya pelayanan kesehatan
demi terciptanya status kesehatan yang optimal. Sistem pelayanan kesehatan tidak lagi
berorientasi kuratif, tetapi juga mencakup upaya-upaya preventif, rehabilitatif dan promotif,
disamping upaya-upaya lainnya yang memungkinkan berbagai pihak terlibat dalam
memecahkan masalah kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Peran sektor pelayanan kesehatan harus bergerak dengan cepat mengikuti arah
perkembangan program-program promosi kesehatan disamping tanggung jawabnya dalam
menyelenggarakan pelayanan klinis dan kuratif. Pelayanan kesehatan harus
mempertimbangkan kepekaan sosiobudaya seperti adat, tradisi dan kebiasaan serta
kebutuhan masyarakat setempat. Reorientasi upaya pelayanan kesehatan juga harus
menaruh perhatian pada riset-riset kesehatan serta perubahan yang terjadi, arah
pendidikan profesi dan pendidikan keterampilan Orientasi ini harus dapat menciptakan atau
merangsang suatu perubahan sikap, perilaku, dan perubahan organisasi pelayanan
kesehatan yang berfokus pada kebutuhan total individu sebagai manusia seutuhnya.

E. KOMITMEN TERHADAP PROMOSI KESEHATAN


Konferensi Ottawa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang terkait dengan
komitmen terhadap Promosi Kesehatan ke depan, sebagai berikut:
1. Memusatkan sasaran ke arah kebijakan publik berwawasan kesehatan, dan melakukan
advokasi untuk memperoleh komitmen politik yang jelas terhadap kesehatan dan
kesetaraan/keadilan di seluruh sector
2. Melakukan perlawanan atau penolakan terhadap tekanan-tekanan yang berasal dari
produk-produk berbahaya, pengurasan sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab,
kondisi lingkungan hidup yang tidak nyaman untuk kesehatan, gizi, serta memusatkan
perhatian pada isu-isu global seperti polusi, kecelakaan dan keselamatan kerja pengadaan
perumahan dan pembentukan pemukiman yang aman dan sehat.
3. Merespon kesenjangan dalam pelayanan kesehatan yang ada di dalam masyarakat dan
menjembatani kesenjangan tersebut dengan kebijakan dan peraturan-peraturan yang dapat
mendorong terciptanya kesetaraan atau keadilan, baik untuk mendapatkan kesempatan
dalam pelayanan kesehatan maupun fasilitas atau kesempatan lainnya, seperti pekerjaan,
jaminan asuransi kesehatan dan sebagainya.
4. Menempatkan manusia sebagai subyek utama kesehatan, untuk mendorong dan
memungkinkan mereka menjaga kesehatan diri, keluarga, teman, baik secara finansial
maupun dukungan lainnya, serta menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang esensial
dalam meningkatkan status kesehatan, kondisi kehidupan dan kesejahteraan sosial mereka.
5. Melakukan reorientasi dalam sistem pelayanan kesehatan dan sumber daya yang ada demi
peningkatan status kesehatan, serta berbagi peran dengan sektor dan disiplin lain, terutama
dengan anggota masyarakat itu sendiri.
6. Menempatkan kesehatan dan pemeliharaannya sebagai investasi sosial utama,
mengamanatkan isu ekologis kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
7. Konferensi ini mendorong fihak yang berkepentingan utnuk bekerja sama dengan mereka
sebagai mitra kesehatan masyarakat yang kuat.

F. HIMBAUAN TERHADAP GERAKAN INTERNASIONAL


Konferensi Ottawa menghimbau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi
dunia lainnya untuk menyokong atau mendukung promosi kesehatan di setiap forum-forum
internasional serta membantu negara-negara yang membutuhkan dalam mengembangkan
strategi dan program-program untuk promosi kesehatan. Konferensi ini menekankan, apabila
setiap orang sepanjang perjalanan hidupnya, organisasi-organisasi pemerintah dan swasta,
WHO serta seluruh institusi yang berkepentingan secara bersama mengembangkan dan
memperkenalkan strategi promosi kesehatan sejalan dengan nilai dan moral sosial masyarakat
dan dapat membangun fondasi dari kesepakatan yang dihasilkan, yaitu “Sehat untuk Semua
pada tahun 2000 dan setelahnya dapat menjadi kenyataan. Tentu saja pencapaian ini sangat
ideal dan tidaklah mudah untuk diupayakan. Namun dengan indikator-indikator yang terukur,
dan dukungan dari berbagai fihak hal ini dapat direalisasikan.

G. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada padatahun 1986
menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawatersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
1. KebijakanBerwawasan Kebijakan (Health Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu
atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik
yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataanlain, agar
kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan
dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan
publik.Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis
dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan
sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik,
harus memperhatikan dampaknyaterhadaplingkungan (kesehatan masyarakat).
2. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk pemerintah
kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung
terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung
tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-
tempat umum lainnya: tersedianya tempat samapah,tersedianya tempat buang air
besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-
perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat- tempat
umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall dan sebagainya,
harus menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi
pengunjungnya.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan
kesehatanitu ada 3 provider´ dan 3 consumer´. Penyelenggara (penyedia) pelayanan
kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai
atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacamini harus diubah, harus
diorientasikan lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima
pelayanan kesehatan,tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas
tertentu. Realisasida rireontitas pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara
pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan, bahkan
memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai
penerima pelayanan kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi
kesehatan sangat penting.

4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)


Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yangterdiri dari individu,
keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan
terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok-
kelompok tersebut t erwujud. Oleh sebabitu, strategi untuk mewujudkan
keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan
keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan merekaini adalah
memberikan pemahaman - pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-
cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan
sebagainya.Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individu
daripada massa.
5. Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini,
maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ad gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk
kesehatan. Oleh karena itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu
kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa
adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscayaterwujud perilaku yang
kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka.
H. PEMILIHAN STRATEGI PROMKES
a. Ceramah
Mudah digunakan tapi sulit dikuasai membagi informasi, mempengaruhi
pendapat, merangsang pemikiran berdasarkan pesan verbal sasaran biasanya pasif,
sedikit interaksi dengan narasumber atau peserta lainnya
b. Media Massa
1. Saluran komunikasi yang menjangkau sasaran luas
2. Umumnya, sasaran tidak atau sedikit usaha untuk menerima pesan
3. Strategi ini tidak efektif karena pesan tidak dapat dikhususkan untuk sasaran
tertentu
4. Strategi ini efisien karena biaya yang murah dalam skala ekonomi Contoh :
televisi, radio, koran, majalah, outdoor media
c. Instruksi individual
1. Dalam tatanan pasien, disebut konseling
2. Bersifat individual, digunakan bila perbedaan karakteristik sasaran sangat besar
3. Penyuluh memberikan advokasi solusi permasalahan kesehatan berdasarkan
kebutuhan individual
4. Tidak efisien bagi penyuluh, tapi efisien bagi sasaran

d. Simulasi
Simulasi adalah metode ekperiental di mana model situasi nyata digunakan
untuk merangsang atau membantu proses pembelajaran semakin mirip dengan
situasi nyata semakin baik simulasi tersebut. Bentuk simulasi : permainan, drama,
bermain peran (role playing),  model komputerisasi Simulasi cocok untuk
meningkatkan motivasi dan mengubah sikap
e. Modifikasi Perilaku
Memodifikasi perilaku spesifik berdasarkan prinsip pengkondisian melalui
rangsangan dan konsekuensi. Teori : rangsangan (antecedent) à perilaku spesifik à
konsekuensi (positif/negatif)
1. Contoh rangsangan : iklan televisi
2. Contoh konsekuensi positif : hadiah, pujian
3. Contoh konsekuensi negatif : sanksi
f. Pengembangan Masyarakat
Proses yang berorientasi kepada metode pengorganisasian masyarakat yang
menekankan pada pengembangan kemampuan, keterampilan dan pemahaman pada
masyarakat tertentu. Strategi ini berdasarkan kemandirian, kesepakatan bersama
dalam pemecahan masalah, Penyuluh bertindak sebagai fasilitator, Evaluasi strategi
ini lebih sulit dibandingkan strategi lain karena efeknya terjadi dalam waktu yang
lama
I. ATURAN DALAM MEMILIH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
1. Pilih minimal tiga strategi
2. Umumnya, penggunaan media sering digunakan dalam promosi kesehatan
3. Semakin lama program, semakin banyak strategi
4. Dimulai dengan strategi yang paling murah & sederhana
5. Semakin kompleks permasalahan perilaku yang akan diintervensi, semakin banyak
strategi yang digunakan
6. Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi umumnya mempunyai efek yang
singkat

Anda mungkin juga menyukai