Anda di halaman 1dari 34

12

AKOMUNIKASI &
ADVOKASI KEBIJAKAN
KOMUNIKASI & ADVOKASI
KEBIJAKAN
(Disampaikan pada Kelas Kelas AP.C.R/21
Semester Ganjil/V TA. 2023/2024
STIA BAGASASI Bandung)

Disampaikan Oleh:
AWAN GUMELAR

BANDUNG, 2023
PERTEMUAN KE-9
UNSUR, PRINSIP, JENIS
ADVOKASI & KEGIATAN
ADVOKASI
ADVOKASI
 Advokasi adalah kegiatan individu atau ke-
lompok yg bertujuan untuk mempengaruhi ke-
putusan dlm institusi politik, ekonomi,
dan sosial.
Advokasi mencakup kegiatan dan publikasi
untuk mempengaruhi kebijakan publik, un-
dang2 dan anggaran dgn menggunakan fak-
ta, media dan pesan untuk mengedukasi
pejabat peme rintah dan masyarakat.
Advokasi dapat mencakup ...dst
Lanjutan....
Advokasi dapat mencakup banyak kegiatan
yg dilakukan seseorang atau organisasi,
termasuk kampanye media, berbicara di
depan umum, menugaskan dan menerbitkan
penelitian. Melakukan pendekatan adalah
bentuk advokasi di mana pendekatan
langsung dilakukan kepada legislator pada
masalah tertentu atau undang2 tertentu.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Advokasi, diunduh tgl 28-3-2023)
UNSUR ADVOKASI
 Unsur dlm advokasi merupakan pembentuk kegiatan
agar advokasi bisa efektif. (Sharma dalam Ardhana
Januar Mahadhani, 2018) menyebutkan ada delapan
unsur :
1. Memilih tujuan advokasi
Masalah yg ada bisa dimungkinkan sangat kompleks,
agar tujuan dari advokasi tercapai maka tujuan dari
advokasi harus dipersempit sampai pada tujuan ad-
vokasi yg didasarkan pada jawaban terhadap perta-
nyaan: Dapatkah masalah ini mengajak berbagai ke-
lompok bersama-sama membentuk koalisi yg kuat?
Apakah tujuannya mungkin tercapai? Apakah tujuan-
nya benar2r untuk mengatasi masalah itu?
2. Menggunakan...dst
Lanjutan..
2. Menggunakan data dan penelitian untuk
advokasi.
Data dan penelitian merupakan hal yg sangat
penting untuk membuat keputusan yg tepat ketika
memilih masalah yg akan ditangani, mengidentifi-
kasi solusi bagi masalah tsb, dan menentukan
tujuan yg realistis. Kecuali itu, data yg baik itu sen-
diri dapat menjadi argumentasi yg menarik, dg data
itu kita akan mendapat tujuan yg realistis dan se-
lanjutnya muncul pertanyaan data apa yg dapat di-
gunakan untuk mendukung argumentasi tersebut?
3. Mengidentifikasi...dst
Lanjutan...
3. Mengidentifikasi sasaran advokasi
Jika masalah dan tujuannya telah dipilih,
usaha advokasi itu harus diarahkan kepada
orang2 yg memiliki kewenangan untuk me-
ngambil keputusan dan idealnya, kepada
orang yg sangat mempengaruhi pengambil
keputusan itu, seperti staf, penasehat,
orang tua yang berpengaruh, media, dan
masyarakat
4. Mengembangkan...dst
Lanjutan...
4. Mengembangkan dan menyampaikan
pesan advokasi
Berbagai macam sasaran advokasi memberikan
tanggapan terhadap pesan yg berbeda-beda pula.
Misalnya, seorang politikus akan tergerak hatinya
ketia dia tahun berapa banyaknya orang di wilayah-
nya yg menaruh kepedulian terhadap masalah tsb.
Seorang Menteri Kesehatan atau Pendidikan mung-
kin akan bertindak ketika kepadanya disajikan data
terperinci tentang masih adanya masalah tsb.
5. Membentuk Koalisi...dst
Lanjutan...
5. Membentuk Koalisi
Seringkali kekuatan advokasi terdapat pada beberapa
orang yg mendukung tujuan umum anda. Khususnya di-
mana demokrasi dan advokasi merupakan fenomena yg
baru, yg melibatkan sejumlah besar orang yg mewakili
kepentingan yg berbeda-beda itu dapat memberikan ja-
minan keamanan bagi advokasi maupun untuk mem-
bentuk dukungan politik. Di dlm suatu organisasi sekali-
pun, pembentukan koalisi, misalnya melibatkan orang
dari berbagai bagian di dlm menyusun program baru, da-
pat membantu membentuk kesepakatan untuk bertindak.
6. Membuat presentasi ...dst
Lanjutan...
6. Membuat presentasi yg persuasif
Kesempatan untuk mempengaruhi sasaran advokasi yg
merupakan tokoh kunci seringkali terbatas. Seorang po-
litikus mungkin memberikan kepada anda satu kesem-
patan bertemu untuk mendiskusikan masalah anda, atau
seseorang Menteri mungkin hanya mempunyai waktu li-
ma menit di dlm suatu konferensi untuk berbicara dg an-
da. Persiapan yg cermat dan mendalam untuk membuat
argument yg meyakinkan dan gaya penyajian mungkin
dapat mengubah kesempatan yg sempit ini menjadi ad-
vokasi yg berhasil.
7. Mengumpulkan dana ...dst
Lanjutan...
7. Mengumpulkan dana untuk advokasi
Sebagian besar kegiatan, termasuk advokasi,
memerlukan sumber dana. Usaha untuk mela-
kukan advokasi secara berkelanjutan dlm waktu
yg panjang berarti menyediakan waktu dan
energi dlm mengumpulkan dana atau sumber
daya yg lain untuk mendukung tugas.
8. Mengevaluasi usaha advokasi
Untuk menjadi pelaksana advokasi yg efektif
diperlukan umpan balik dan evaluasi terus-me-
nerus mengenai usaha yg telah dilaksanakan.
Prinsip Advokasi
 Menyesuaikan dg tujuan advokasi yaitu ada-
nya sebuah perubahan di dlm kehidupan ma-
syarakat, maka akan ada selalu resistansi,
oposisi, dan konflik.Tidak ada faktor tunggal yg
menjamin keberhasilan advokasi.
Suharto dalam Ardhana Januar Mahadhani
(2018) menyebutkan beberapa prinsip yg da-
pat dijadikan pedoman dlm merancang advo-
kasi untuk kesuksesan:
1. Realistis. .......dst
Lanjutan...
1. Realistis. Advokasi yg berhasil berstandar pada isu
dan agenda yg spesifik, jelas, dan terukur (measu-
rable). Karena tidak mungkin melakukan segala hal
seorang diri, harus menyeleksi pilihan2 dan membuat
keputusan prioritas. Pilihan isu dan agenda yg realis-
tis dan karenanya dapat dicapai (achievable) dlm ku-
run waktu tertentu (time-bound).Tidak perlu untuk
membuang energi dan waktu dg pilihan yg tidak
mungkin dicapai. Gagas kemenangan2 kecil namun
konsisten. Sekecil apapun, keberhasilan senantiasa
member motivasi dan kegagalan biasanya ditemani
dg frustasi.
2. Sistematis. Advokasi. .......dst
Lanjutan...
2. Sistematis. Advokasi adalah seni, tetapi bukan lukis-
an abstrak. Advokasi memerlukan perencanaan yg
akurat. “if we fail to plan, we plan to fail”, artinya jika
gagal merencanakan, berarti sedang merencanakan
kegagalan. Mengemas informasi semenarik mungkin.
Melibatkan media secara efektif. Proses advokasi di-
mulai dg memilih dan mendefinisikan isu strategis,
membangun opini dan mendukungnya dengan fakta,
memahami sistem kebijakan publik, membangun koa-
lisi, merancang sasaran dan taktik, mempengaruhi
pembuat kebijakan, dan memantau serta menilai ge-
rakan atau program yg dilakukan.
3. Taktis....dst
Lanjutan...
3. Taktis. Dalam hal ini berarti advokasi tidak dapat
dilakukan sendiri. Pekerja sosial harus membangun
koalisi atau aliansi atau sekutu dg pihak lain. Sekutu
dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan
saling percaya (trust). Sekutu terdiri dari. Sekutu dekat
biasanya dinamakan sekutu dekat dan sekutu jauh
lingkaran inti, yaitu kumpulan orang atau organisasi yg
menjadi penggagas, pemrakarsa, penggerak, dan
pengendali utama seluruh kegiatan advokasi.
Sekutu .......dst
Lanjutan...
Sekutu jauh adalah pihak2 lain yg mendukung kita na-
mun tidak terlibat dlm gerakan advokasi secara lang-
sung. Lingkaran inti biasanya disatukan atau bersatu
atas dasar kesamaan visi dan ideologis. Organisasi
lingkar inti biasa dibagi menjadi tiga fungsi.
a. Divisi kerja garis depan (frontline unit) yg melaksa-nakan
fungsi juru bicara, perunding, pelobi, terlibat dlm proses
legislasi dan menggalang sekutu.
b. Divisi kerja pendukung (supporting unit) yang menyediakan
dukungan dana, logistik, informasi, data dan akses.
c. Divisi kerja basis (ground atau underground work unit) yg
merupakan dapur gerakan advokasi: membangun basis
massa, pendidikan politik kader, dan mobilisasi aksi.
4. Srategis.......dst
Lanjutan...
4. Strategis. Advokasi melibatkan penggunaan kekuasa-
an, oleh karenanya penting untuk mempelajari diri sen-
diri, lembaga, dan anggotanya untuk mengetahui jenis
kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan intinya menyang-
kut kemampuan untuk mempengaruhi dan membuat
orang berperilaku seperti diharapkan. Tidak mungkin
memiliki semua kekuasaan seperti yg diinginkan, tetapi
tidak perlu juga untuk meremehkan kekuasaan yg dimi-
liki. Proses menyadarkan bahwa advokasi dapat mem-
buat perbedaan, melakukan perubahan2 dlm hukum,
kebijakan, dan program yg bermanfaat bagi masyara-
kat. Melakukan....dst
Lanjutan...
Melakukan perubahan tidak mudah, tetapi bukan hal yg
mustahil. Yg terpenting adalah bisa memetakan dan
mengidentifikasi kekuatan diri dan kekuatan lawan atau
pihak oposisi secara strategis. Pemetaan stakeholders
(stakeholders mapping) sangat diperlukan terutama
berdasarkan karakteristik, jenis, dan tingkat kekuatan
yg dimilikinya, serta posisinya (mendukung atau tidak
mendukung), sesudah itu semua kemas informasi
semenarik mungkin.
JENIS ADVOKASI
 Dlm ranah pengembangan masyarakat,
advokasi dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu advokasi kasus (case advo-cacy) dan
advokasi kelas (class advo-cacy) (Sheafor,
Horejsi dan Horejsi, DuBois dan Miley,
Suharto dalam Ardhana Januar Mahadhani,
2018).
1. Advokasi kasus adalah kegiatan ...dst
Lanjutan...
1. Advokasi kasus adalah kegiatan yg dilakukan se-
orang pekerja sosial untuk membantu klien agar
mampu menjangkau sumber atau pelayanan sosial
yg telah menjadi haknya. Alasannya: terjadi diskri-
minasi atau ketidakadilan yg dilakukan oleh lemba-
ga, dunia bisnis atau kelompok professional terha-
dap klien dan klien sendiri tidak mampu merespon
situasi tsb dg baik. Pekerja sosial berbicara, berar-
gumen, dan bernegosiasi atas nama klien individu-
al. Karenanya, advokasi ini sering disebut juga
sebagai advokasi klien (client advocacy)
2. Advokasi kelas...dst
Lanjutan...
 Advokasi kelas menunjuk pada kegiatan2 atas nama
kelas atau sekelompok orang untuk menjamin terpenu-
hinya hak2 warga dlm menjangkau sumber atau mem-
peroleh kesempatan2.
Fokus advokasi kelas adalah mempengaruhi atau me-
lakukan perubahan2 hukum dan kebijakan publik pada
tingkat lokal maupun nasional. Advokasi kelas melibat-
kan proses2 politik yg ditujukan untuk mempengaruhi
keputusan2 pemerintah yg berkuasa. Pekerja sosial bi-
asanya bertindak sebagai perwakilan sebuah organisasi,
bukan sebagai seorang praktisi mandiri. Advokasi kelas
umumnya dilakukan melalui koalisi dg kelompok dan
organisasi lain yg memiliki agenda sejalan.
Lanjutan..
 Selain kedua jenis advokasi diatas,
terdapat jenis advokasi yg dilihat dari
legalitas normatifnya, yaitu:
1. Advokasi litigasi, yaitu advokasi yg
dilakukan melalui jalur hukum ke penga-
dilan, advokasi ini terbagi menjadi dua
bentuk, yaitu:
a. Legal standing, ....dst
Lanjutan..
a. Legal standing,yaitu tuntutan hukum ke penga-
dilan yang dilakukan oleh individu atau kelom-
pok (organisasi) yg kelompok tsb bertindak un-
tuk mewakili kepentingan publik tanpa harus
didasarkan adanya kepentingan hukum dari
tuntutan tsb dan tanpa harus merupakan korban
ataupun adanya kuasa hukum dari mereka yg
menjadi korban.
b. Class Action, yaitu dilaksanakan untuk tuntutan
perdata yg biasanya terkait dg permintaan ganti
rugi yg diajukan oleh sejumlah orang atau ke-
lompok tertentu.
2. Advokasi non-litigasi. .......dst
Lanjutan..
2. Advokasi non-litigasi, yaitu advokasi yg sifatnya le-
bih politis, dlm advokasi non-litigasi adanya sengketa
akan bias diselesaikan juga lewat jalur di luar persi-
dangan (pengadilan). Advokasi non litigasi dapat
dilakukan dg penyelesaian sengketa alternatif, yakni
penyelesaian sengketa dg meniadakan konflik dg
pihak2 yg berperkara di dalamnya meliputi mediasi
(lobby), negosiasi, konsiliasi, dan abritase. Lebih flek-
sibel dan tidak teraturnya kegiatan dlm advokasi non-
litigasi, justru akan menjadikan kegiatan yg dilakukan
tsb membutuhkan tenaga dan waktu yg besar, oleh
karena itu akan banyak tenaga yg terkuras dlm men-
jalani prosesnya.
KEGIATAN ADVOKASI
 Dlm konsep ini kegiatan advokasi terdiri dari
enam langkah, yaitu: analisis, strategi, mobili-
sasi, aksi, evaluasi, dan kesinambungan.
Kesinambungan ini ditulis hanya untuk mem-
perlihatkan bahwa proses 1 sampai 5 dari
analisis sampai dg evaluasi adalah proses yg
berkelanjutan sebagai sebuah siklus. Berikut
secara ringkas pelaksanaan masing2 langkah:
(Pratomo, dalam Ardhana Januar Mahadhani, 2018)
1. Analisis.........dst
Lanjutan...
1. Analisis
Dlm analisis ini memerlukan ketersediaan informasi
yg cukup dan akurat, serta adanya pemamahaman yg
mendalam tentang permasalahan atau isu yg akan
diangkat dlm advokasi. Selain itu juga harus dipahami
tentang masyarakat yg akan atau terkena dampak da-
ri kebijakan yg sudah adak, keberadaannya, imple-
mentasi serta ketimpangan yg dirasakan. Setelah hal
tsb dapat dijawab, dilanjutkan dg identifikasi dari ber-
bagai organisasi yg terlibat serta jalur2 pembuatan
keputusan terutama di organisasi pembuat kebijakan
2. Strategi....dst
Lanjutan...
2. Strategi
Dari kegiatan ini perlu dibentuknya kelompok kerja
advokasi untuk mengembangkan strategi dan rencana
kegiatan advokasi. Kelompok kerja perlu mengidentifi-
kasi kelompok sasaran (target khalayak) utama atau
primer yaitu pihak atau organisasi yang diharapkan
akan menghasilkan perubahan kebijakan. Selain itu ju-
ga perlu diidentifikasi kelompok atau target sasaran se-
kunder yaitu individu, pihak atau organisasi yg sekira-
nya akan berpengaruh terhadap kelompok primer dlm
membuat keputusan.
3. Mobilisasi...dst
Lanjutan...
3. Mobilisasi.
Pembentukan jaringan kerja dan koalisi dilaku-
kan dg menghimpun semua pihak yg memiliki
kepentingan terhadap isu advokasi yg diang-
kat. Memastikan bahwa kegiatan harus sesuai
dgn tujuan, kelompok, sasaran, dan mendele-
gasikan tanggungjawab kepada anggota koalisi
untuk memonitor setiap peristiwa yg terkait dg
kegiatan yg dilakukan.
4. Aksi.....dst
Lanjutan...
4. Aksi.
Dlm melaksanakan aksi ini, penyatuan dan kekompakan dlm pe-
laksanaan kegiatan aksi dari semua mitra koalisi sangat diperlu-
kan. Jika memang diperlukan pesan dapat diulang dg alat bantu
yg kredibel seperti halnya berbagai media untuk mempertahankan
isu agar tetap bergema. Jika dlm pelaksanaan aksi dihadapkan
pada kelompok oposisi harus tetap fleksibel, sebaiknya menyusun
jadwal dan tetap berpegang pada jadwal tsb. Kontroversi yg terjadi
perlu dihadapi dg sabar dan tidak perlu ditakuti. Jika telah diper-
oleh komitmen dari pembuat kebijakan perlu dipertahankan. Pada
saat yg sama perlu dicatat baik kegagalan maupun kesuksesan
sebagai bahan pembelajaran. Opini publik yg berkembang perlu
dimonitor dan perubahan yg positif perlu dipublikasikan. Sedapat
mungkin berikan penghargaan terhadap pembuat kebijakan dan
para mitra koalisi bila advokasi telah berhasil.
5. Evaluasi......dst
Lanjutan...
5. Evaluasi.
Monitor secara rutin perlu dilakukan secara ob-
jektif terhadap apa yg telah dilakukan dan apa
yg masih akan dikerjakan. Melakukan pendo-
kumentasian atas perubahan yg terjadi, mela-
kukan penilaian terhadap pencapaian indikator
awal dan indikator akhir. Perubahan yg tidak
direncanakan tetapi terjadi juga perlu didoku-
mentasikan agar kita dapat mengevaluasi atas
apa yg telah dikerjakan sebelumnya.
6. Kesinambungan...dst
Lanjutan...
6. Kesinambungan.
Kegiatan advokasi ini adalah kegiatan yg kontinu, tidak
berhenti sesaat, dlm bagian ini kita wajib untuk mela-
kukan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan
jika terjadi perubahan yg diinginkan terjadi. Melakukan
peninjauan ulang terkait dg strategi dan kegiatan yg
ada jika perubahan kebijakan yg diinginkan tidak terja-
di. Kesinambungan disini memperjelas tujuan jangka
panjang mempertahankan fungsi koalisi dan menyesu-
aikan data argumentasi seiring dg perubahan yg terja-
di.
WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH.

MOHON MAAF & TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT
33 AGUM
(https://kebijakankesehatanindonesia.net/3694-konsultasi-
publik-dan-advokasi-kebijakandiunduh tgl 28-3-2023

Anda mungkin juga menyukai