Anda di halaman 1dari 18

DISAMPAIKAN DALAM ACARA

PELATIHAN KADER DASAR (PKD)


PC PMII KABUPATEN KOTABARU
Tanggal, 13 September 2018
Fenomana perkembangan Negara Indonesia dalam berbagai
bidang, pasti akan menimbulkan pembangunan-pembangunan dalam
berbagai sektor. Dan pastinya akan muncul juga aktivitas-aktivitas
yang menyangkut kepentingan tersebut. Hal ini tentunya entah secara
langsung atau tidak akan bersentuhan dengan kepentingan
masyarakat.
Pembangunan hari ini menjadi sebuah tragedi, ketika
pembangunan yang didukung kebijakan-kebijakan dari pemerintah
malah menyengsarakan rakyat. Banyak kasus yang muncul dimana
pembangunan bukan mensejahterakan rakyat. Misalnya, penggusuran
pasar Dinoyo yang dialih fungsikan sebagai Mall Dinoyo, SPP sekolah
mahal dan ketika tidak bisa membayar SPP harus di DO, proyek
pembebasan lahan untuk pembangunan jalan trans jawa yang
pembayarannya masih tersendat, dan masih banyak contoh lainnya.
Dari berbagai kasus tersebut, muncullah pendampingan-
pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh LSM, Lembaga
Bantuan Hukum, ataupun lembaga-lembaga lainnya yang masih
peduli dengan permasalahan sosial yang ada.
Masih banyak yang menganggap bahwa kata advokasi pasti berkaitan
dengan hukum. Padahal sesuai dengan kamus besar Bahasa Indonesia
advokasi berarti pembelaan. Dalam perkembangannya, advokasi merupakan
keseluruhan aktivitas yang diselenggarakan dalam rangka pembelaan
terhadap masyarakat yang membutuhkan perlindungan, pendampingan dan
pemberdayaan hukum. Advokasi juga dilakukan dalam rangka pembelaan
terhadap masyarakat yang terampas dan terlanggar hak asasinya
Tujuan dari kerja-kerja advokasi adalah untuk mendorong
terwujudnya perubahan atas sebuah kondisi yang tidak atau belum ideal
sesuai dengan yang diharapkan. Secara lebih spesifik, dalam praksisnya kerja
advokasi banyak diarahkan pada sasaran tembak yaitu kebijakan publik yang
dibuat oleh para penguasa. Mengapa kebijakan publik? Kebijakan publik
merupakan beberapa regulasi yang dibuat berdasarkan kompromi para
penguasa (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) dengan mewajibkan warganya
untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat. Setiap kebijakan yang akan
disahkan untuk menjadi peraturan perlu dan harus dikawal serta diawasi agar
kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi warganya. Hal ini
dikarenakan pemerintah ataupun penguasa tidak mungkin mewakili secara
luas, sementara kekuasaannya cenderung sentralistik dan mereka selalu
memainkan peranan dalam proses kebijakan.
1. Pemilihan Isu yang Tepat
Ini menyangkut permasalahan yang terjadi dan
yang akan diperjuangkan. Isu ini harus digodok
matang sehingga pelaku advokasi dan objek yang
akan di advokasi mempunyai pemahaman
bersama terkait isu tersebut.
2. Membangun Opini & Fakta
Setelah isu didapat, disini harus disiapkan dengan
fakta-fakta atau data yang sesuai isu. Kemudian
akan dibangun opini-opini untuk mendukung isu
tersebut.
3. Memahami Sistem Kebijakan Publik
Melakukkan pengkajian tentang kebijakan-
kebijakan yang akan di counter. Sehingga seluruh
anggota atau masyarakat paham bahwa kebijakan
tersebut merugikan. Misalnya kebijakan
Pemerintah Megawati mengeluarkan Inpres No. 8
Tahun 2002 mengenai Release and Discharge (R&D)
yang membebaskan sekaligus memberikan
jaminan tidak akan dituntut secara hukum bagi
para konglomerat pengguna BLBI yang telah
melunasi utang mereka.
4. Membangun Aliansi
Yaitu mencari berbagai organ yang mempunyai
keprihatinan yang sama terkait isu yang akan di
advokasi.
5. Merancang Strategi
Melakukan penyusunan strategi yang tepat untuk
melakukan aksi (advokasi). Misalnya melakukan
maping terkait permasalahan, selanjutnya
menentukan langkah-langkah yang harus diambil.
6. Lobi
Melakukan pendekatan-pendekatan terhadap
pihak tertentu, umumnya lobi dilakukan terhadap
pembuat kebijakan atau pembuat aturan.
7. Aksi
Lobi di atas juga bisa dikategorikan dalam aksi.
Namun ketika lobi gagal, kita bisa melaksanakan aksi
lain, misalnya aksi turun jalan, aksi mogok kerja untuk
buruh, dll. Ini dimaksudkan selain untuk menuntut
kepentingan kita juga sebagai opini public, sehingga
masyarakat lain tau bahwa terjadi suatu
permasalahan.
8. Evaluasi
Tujuan dari advokasi adalah tercapainya tujuan
advokasi tersebut. Sehingga, terkadang advokasi ini
memerlukan waktu yang lama. Ketika langkah-
langkah diatas sudah dilakukan, langkah selanjutnya
adalah evaluasi. Evaluasi disini ditujukan untuk
mengulas kembali, langkah-langkah mana yang harus
diperbaiki ataupun ditambah. Walaupun advokasi
telah berhasil, evaluasi tetap harus dilakukan.
Secara tegas perlu dinyatakan, Bahwa Advokasi
adalah persoalan "menang atau kalah". Karena itu
tujuan konkrit advokasi adalah memenangkan
suatu isu atau kasus. Isu yang di advokasi
merupakan isu atau masalah pokok yang
menyangkut kepentingan komunitas, misalnya
kasus tanah, land-reclaiming, dan lain-lainnya.
Bentuk advokasi dapat berupa demonstrasi, unjuk
rasa, mengirim surat tuntutan atau petisi,
mengirim delegasi (utusan perwakilan), atau
mengadakan dengar pendapat masyarakat (public
hearing).
Apakah Pengertian Advokasi itu?
Istilah advokasi lekat sekali dalam profesi hukum, menurut bahasa
Belanda, advokasi itu berasal dari kata advocaat atau advocaateur
yaitu pengacara atau pembela. Dalam bahasa Inggris, advokasi
yaitu berasal dari kata to advocate yang artinya membela.
Dalam konsep pemberdayaan masyarakat dikalangan bawah,
advokasi tidak hanya membela atau mendampingi masyarakat
bawah, melainkan pula bersama-sama melakukan upaya-upaya
perubahan sosial secara sistematis dan strategis.
Advokasi mudah sekali dilakukan, asalkan saja advokasi harus
terorganisir dengan baik, dan jelas pembagian kerjanya, tak hanya
itu saja bila kita siap ber-advokasi maka harus siap pula
menanggung resiko yang ada karena setiap advokasi selalu ada
yang menjadi korban, maksudnya korban disini ialah orang yang
terkena masalah.
Bagaimana Cara Mengelola Informasi yang Ada
Dalam Advokasi?
Pada saat organisasi berada di lapangan, akan sangat
banyak informasi yang ditemui. Namun kemudian,
informasi tersebut menjadi tidak berharga karena
tidak terdokumentasikan dan terpublikasi. Sehingga,
apa pun bentuk informasinya hendaklah harus
terdokumentasikan.
Ada beberapa penyebab mengapa fenomena ini terjadi
yaitu sebagai berikut:
1. Komitmen organisasi yang kurang kuat.
Dalam sebuah organisasi, jika belum adanya
kesadaran akan pentingnya pendokumentasian
informasi, tidak aneh jika banyak data yang sudah
terdokumentasi sulit diakses karena tercecer. Bahkan,
stafnya sendiri tidak mengetahui keberadaan sebuah
data tersebut.
2. Implikasi dari tidak pentingnya sebuah informasi
Akibat dari lembaga yang kurang memiliki komitmen,
maka sumber daya yang fokus untuk mengelola pun
tidak disediakan, karena tentu akan menambah budget
dan beban bagi lembaga tersebut.
3. Karena kebudayaan yang sudah melekat erat di
Indonesia.
Budaya yang sudah melekat dalam diri seorang warga
negara Indonesia yaitu lebih banyak bicara daripada
mendokumentasikan suatu peristiwa. Sehingga,
informasi jarang sekali terdokumentasikan dan dilacak,
jika terjadi pergantian karyawan dalam sebuah
organisasi. Lalu, jadi sulit untuk melacak apa saja yang
telah dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Padahal, jika semua informasi didokumentasikan,
itu akan memudahkan kerja kita. Sebagai contoh
ketika menemui banjir, kita bisa dengan mudah
belajar, hal apa saja yang patut menjadi
pertimbangan dan yang harus dilakukan seputar
informasi banjir.
Untuk keluar dari persoalan tersebut, ada beberapa
hal yang perlu untuk dilakukan. Komitmen dan
peran pimpinan juga menjadi bagian yang sangat
penting. Disamping itu juga harus melihat
kebutuhan maupun output yang diinginkan, baru
kemudian memilih sistem informasi teknologi yang
sesuai dengan kebutuhan. Pekerjaan rutin yang
terus-menerus terkait dari dokumen informasi,
pengumpulan informasi, kompilasi data dan
informasi akan menjadi sebuah pengetahuan
Prinsip-Prinsip Apa Saja Yang Harus Dipegang Dalam Beradvokasi?
Tujuan advokasi adalah melakukan perubahan, dalam melakukan
perubahan selalu akan terjadi pro-kontra, resistansi dan konflik, tegasnya
tidak ada faktor yang pasti untuk keberhasilan advokasi.
Beberapa prinsip prinsip dibawah ini bisa dijadikan pedoman dalam
melakukan advokasi, yaitu sebagai berikut:
a. Realitas
Memilih isu dan agenda yang realistis, jangan buang waktu kita
untuk sesuatu yang tidak mungkin tercapai.
b. Sistematis
Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, kemas informasi
semenarik mungkin dan libatkan media yang efektif.
c. Taktis
Advokasi tidak mungkin bekerja sendiri, jalin koalisi dan aliansi
terhadap sekutu. Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan
kepentingan dan saling percaya.
d. Strategis
Kita dapat melakukan perubahan-perubahan untuk masyarakat
dengan membuat strategis jitu agar advokasi berjalan dengan sukses.
e. Berani
Jadikan isu dan strategis sebagai motor gerakan dan tetaplah
berpijak pada agenda bersama.
Bagaimana Strategi Advokasi dalam Pemberdayaan Masyarakat?
Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarkat dapat kita bagi dalam tiga
strategi yaitu sebagai berikut:
1. Strategi mikro
Yaitu penghubung sosial masyarakat atau penghubung klien dengan sumber-
sumber di lingkungan sekitar. Adapun teknik yang dapat dilakukan adalah
menjalin relasi kerjasama dengan profesi-profesi kunci, membangun kontak-
kontak antara klien dengan lembaga-lembaga pelayanan sosial, mempelajari
kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta proses pemanfaatan sumber daya
yang ada di dalam masyarakat.
2. Strategi mezzo
Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi kelompok-
kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah sosial yang
dihadapi secara bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi solusi-solusi
secara potensial, monitoring dan mengevaluasi rencana aksi. Teknik yang dapat
dilakukan, antara lain, bersikap netral, tidak memihak, dan pada saat bersamaan
percaya bahwa kerjasama yang dibuat dapat berjalan serta mendatangkan
manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran informasi secara terbuka di antara
pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat kerjasama yang timbul, menggali
kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh pihak terlibat konflik, mendefinisikan,
mengkonfrontasikan dan menangani berbagai hambatan komunikasi.
3. Strategi makro
Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis
sosial, maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi
sosial bersama masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah
meningkatkan kesadaran publik terhadap masalah sosial, ketidak-adilan,
memobilisasi sumber daya masyarakat untuk merubah kondisi-kondisi yang
buruk dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi agar terjadi perubahan di
bidang hukum, termasuk melakukan class action.
Apa Peranan Civil Society terhadap teknik advokasi dan
pemberdayaan masyarakat?
Absori menyatakan peran masyarakat sipil haruslah dilakukan
melalui berbagai upaya yakni lewat opini publik dan akses
informasi publik di bidang keamanan, serta keterlibatan dalam
pembuatan sejumlah UU serta mengkritisi rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan sektor keamanan.
Advokasi dan pemberdayaan masyarakat yang terkait dengan
keamanan, serta penegakan hukum terkait dengan penanganan
pelanggaran hak asasi manusia dan pemberantasan terorisme juga
harus mendapat perhatian.
Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu
berperan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM)
terutama dalam membentuk dan merubah perilaku masyarakat
untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas.
Menurut Absori, advokasi di bidang hukum dapat dilakukan
melalui berbagai upaya. Sayangnya, pra-peradilan dalam berbagai
kasus korban penculikan, kekerasan, dan salah tangkap, serta
gugatan class action hingga kini belum menunjukan hasil yang
signifikan.
Mengapa Advokasi Perlu Dilakukan?
Ini keterkaitan antara konsep persinggungan antara negara
dengan masyarakat sipil dan pasar. Negara dianggap sebagai
wilayah publik yang menyentuh semua kehidupan warga negara,
karena semua kebijakan yang mengatur warga ditentukan oleh
negara. Sedangkan pasar adalah mesin ekonomi masyarakat, yang
seringkali hanya dikendalikan oleh sekelompok perusahaan besar.
Masyarakat sipil, yang dibanyak negara, adalah aktor yang paling
lemah apabila dibandingkan dengan negara dan pasar. Sehingga,
penetapan keputusan penting tentang masyarakat banyak
ditentukan oleh penguasa Negara dan pengusaha besar. Disini,
advokasi dibutuhkan oleh masyarakat sipil untuk meningkatkan
kekuatannya sehingga mampu mempengaruhi dan menentukan
kebijakan publik yang dibuat oleh negara.
Perdebatan konseptual menunjukkan bahwa pemberdayaan dan
advokasi adalah bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya memiliki
tujuan akhir yang sama, yaitu perubahan sosial di masyarakat
menuju masyarakat yang lebih bermartabat dan sejahtera. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, perlu dilakukan kedua aksi ini
sekaligus, yang meletakkan masyarakat dan para pengambil
kebijakan sebagai sasaran utamanya.
Disamping itu pula, perlu pengembangan
organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor
pendukung lainnya. Dengan usaha pemberdayaan
masyarakat yang demikian itu, mudah-mudahan
dapat membebaskan mereka dari kemiskinan dan
keterbelakangan untuk menuju kehidupan yang
lebih baik.
Sebagai penutup dari presentasi ini ialah tidak ada
kesejahteraan sosial tanpa keadilan sosial dan
tidak ada keadilan sosial tanpa ada advokasi
sosial.
Terima Kasih Atas Segala Perhatian
dan Mohon Maaf atas Segala
Kekurangan....

Anda mungkin juga menyukai