Anda di halaman 1dari 79

A.

URAIAN MATERI
1. ADVOKASI PROAKTIF DAN REAKTIF
a. Advokasi Proaktif
Advokasi proaktif apabila masalah telah terjadi, namun
sasaran advokasi belum memahami bahwa hal itu merupakan suatu
masalahnya dan belum ada kepedulian. Petugas advokasi harus
melakukan kegiatan advokasi secara pro-aktif. Kegunaan mengetahui
jenis advokasi ini adalah untuk menentukan pesan atau bahan
advokasi yang sesuai agar tujuan advokasi dapat mencapai harapan
atau tujuan yang diinginkan.
1) Lobby
Kegatan untuk mendorong dan meloloskan suatu tujuan
dengan mempengaruhi sasaran seperti pegawai, pejabat
pemerintah atau anggota dewan sebelum kebijakan diputuskan.
Proses lobby yang baik dapat dilakukan dengan
melakukan 6 langkah berikut ini:
 Membangun hubungan dan jadi sumber informasi
 Memprioritaskan isu, tidak meminta terlalu banyak
 Datang dengan tawaran solusi berdasarkan hasil penelitian
atau sumber terpercaya yang berisikan latar belakang, data
dan fakta.
 Mengumpulkan informasi
 Menyiapkan kontak, materi briefing dan argument pendukung
 Melakukan kontak personal dan kelembagaan

Selain melakukan 6 langkah tersebut, prinsip melakukan


lobby juga perlu diperhatikan. Beberapa hal yang tidak boleh
dilakukan saat lobby adalah:
 Emosional atau arogan
 Menguasai forum dialog atau membiarkan lawan menguasai
forum
 Memaksakan kehendak dan merasa paling benar
 Melobby tanpa membawa konsep dan alat lobby seperti fact
sheet, booklet atau position paper dan informasi terkait isu.

2) Public hearing
Hearing pada mengambil keputusan merupakan salah satu
kegiatan yang biasanya sudah termasuk bagian dari lobby.
Hearing kepada publik dengan tujuan mensosialisasikan gagasan
dan mencari masukan dan menyerap aspirasi masyarakat sekitar
isu tersebut. Dapat dilakukan dengan diskusi, debat terbuka atau
seminar, sarasehan dan sebagainya.

3) Kampanye
Kampanye merupakan kegiatan atau proses terorganisir
untuk mensosialisasikan ide, wacana, pandangan terhadap suatu
kebijakan dengan tujuan mendapat dukungan public. Kampanye
dapat mengguanakan alat-alat sebagai berikut:
 Media massa
 Media cetak: leaflet, booklet, poster, koran, majalah, siaran
pers, artikel, feature
 Media elektronik: radio, TV, dialog interaktif
 Media modern: facebook, twitter, instagram, dll.

b. Advokasi Reaktif
Advokasi Reaktif adalah terjadi apabila sasaran advokasi
sudah merasakan adanya masalah penting yang harus diatasi.
1) Demonstrasi
Demonstrasi merupakan salah satu kegiatan
menyampaikan aspirasi atau menentang kebijakan suatu pihak,
baik itu organisasi atau pemerintah, dimana kegiatan tersebut
merupakan upaya penekanan secara politik yang dilakukan oleh
pihak tertentu yang memiliki kepentingan.
2) Legal standing (tuntutan hukum)
Tuntutan hukum dipengadilan oleh individu atau kelompok/
organisasi yang bertindak untuk mewakili kepentingan public
tanpa harus didasarkan pada kepentingan hukum tuntutan, tanpa
penderita atau kuasa hukum yang menderita. Contoh kegiatan
legal standing adalah pada tahun 1988 tetang kasus gugatan
yayasan WALHI terhadap instatansi pemerintah dan PT HU di
pengadilan negeri Jakarta.
3) Class action (gugatan perwakilan)
Hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili
masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar
kesamaan permasalahan, fakta hukum dan tuntutan yang
ditimbulkan. Biasanya terkait tuntutan perdata terkait ganti rugi.
Contoh kegiatan class action adalah tuntutan ganti rugi
pemadaman listrik PLN oleh LBH Jakarta dan YLKI serta tuntutan
ganti rugi korban Lapindo.
4) Boikot
Melakukan pembangkangan atau penolakan
melaksanakan kebijakan pemerintah. Bentuk konfrontasi tanpa
kekerasan seperti boikot pajak kendaraan bermotor, biasanya
diawali deklarasi lalu diikuti kampanye.
5) Revolusi
Kegiatan untuk merubah system politik yang ada secara
cepat dan radikal melalui collective action atau sebuah perubahan
cepat, fundamental dan domestic dalam nilai-nilai yang dominan
dari suatu masyarakat dalam lembaga politik, struktur sosial,
kepemimpinan dari akttifitas pemerintah dan politik (Huntington
dan Tilly, 1978). Merupakan pilihan strategi terakhir bila cara lain
tidak berhasil.

2. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Menurut Departemen Kesehatan Replubik Indonesia (2007)
terdapat 5 langkah kegiatan advokasi, antara lain:
a. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan
advokasi
Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data
atau fakta. Data sangat penting agar keputusan yang dibuat
berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Data berbasis fakta
sangat membantu menetapkan masalah, mengidentifikasi solusi dan
menentukan tujuan yang realistis.

b. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran


Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuatan
keputusan (decision maker) atau penentu kebijakan (policy maker),
baik dibidang kesehatan maupun diluar sector kesehatan yang
berpengaruh terhadap public. Tujuannya agar pembuat keputusan
mengeluarkan kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang-
undang, instruksi, dan yang menguntungkan kesehatan. Dalam
mengidentifikasi sasaran, perlu ditetapkan saja yang menjadi sasaran,
mengapa perlu advokasi, apa kecenderungannya dan apa harapan
kita kedepannya.

c. Siapkan dan kemas bahan informasi


Tokoh politik mungkin termotivasi dan akan mengambil
keputusan jika mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah
kesehatan tertentu. Oleh sebab itu, penting diketahui pesan atau
informasi apa yang diperlukan agar sasaran yang dituju dapat
membuat keputusan yang mewakili kepentingan advocator. Pesan
advokasi sebaiknya berisi:
 Bahasa
 Ide atau isi pesan
 Subjek atau sasaran
 Sumber pesan yang dipercaya sasaran advokasi
 Waktu penyampaian pesan advokai
 Tempat melakukan advokasi
 Saluran komunikasi pesan
Kata kunci untuk bahan informasi ini adalah informasi yang
akurat, tepat dan menarik. Beberapa pertimbangan dalam
menetapkan bahan informasi ini meliputi:
1) Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang
dibahas, latar belakang masalahnya, alternative mengatasinya,
usulan peran atau tindakan yang diharapkan dan tindak lanjut
penyelesainnya. Bahan informasi juga minimal memuat tentang
5W + 1H (what, why, who, where dan how) tentang permasalahan
yang diangkat.
2) Dikemas menarik, ringkas, jelas dan mengesankan.
3) Bahan informasi tersebut akan lebih baik jika disertakan data
pendukung, ilustrasi contoh, gambar dan bagan.
4) Waktu dan tempat penyampaian bahan informasi, apakah
sebelum, saat atau setelah pertemuan.

d. Rencanakan teknik atau acara kegiatan operasional


Beberapa teknik dan kegiatan operasional advokasi dapat
meliputi: konsultasi, lobi, pendekatan dan pembicaraan formal atau
informal terhadap para pembuat keputusan, negosiasi atau resolusi
konflik, pertemuan khusus, debat politik, petisi, pembuatan opini dan
seminar kesehatan.

e. Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak


lanjut.

Selain itu menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur yang


bekerja sama dengan Badan PPSDM Kementerian Kesehatan RI,
pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan diarahkan untuk dapat
mencapai tujuan advokasi yang diharapkan. Agar proses advokasi bisa
berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang ditetapkan, perlu
dilakukan melalui langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan advokasi
kesehatan secara sistematis. John Hopkins University–Center for
Communication Program (JHU–CCP) mengembangkan langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan advokasi yang dikenal sebagai bagan “A” (A
frame) yang terdiri dari langkah-langkah, sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan “A” (A frame) menurut John Hopkins University–Center for


Communication Program (JHU–CCP)

a. Analisis
Analisis merupakan langkah pertama untuk merencanakan
kegiatan advokasi kesehatan yang efektif. Hasil analisis menjadi
dasar atau acuan dalam menyusun strategi advokasi yang tepat. Oleh
karena itu mutu analisis akan sangat mempengaruhi kualitas dari
strategi advokasi yang akan disusun. Ruang lingkup analisis meliputi:
1) Analisis isu
Analisis isu diawali dengan melakukan identifikasi masalah
kesehatan yang ada di suatu wilayah. Selanjutnya, dari beberapa
masalah kesehatan yang ada diprioritaskan. Masalah kesehatan
prioritas tersebut, dijadikan sebagai landasan untuk menetapkan
beberapa isu yang terkait dengan terjadinya masalah tersebut.
Dari beberapa isu tersebut, kemudian ditetapkan isu strategis
yang benar-benar mempunyai hubungan terhadap terjadinya
masalah kesehatan di wilayah tersebut. Mengacu pada isu
strategis, pengelola kegiatan advokasi kesehatan, kemudian
merumuskan tujuan, sasaran, isi pesan serta media advokasi.
Analisis isu dapat dilakukan melalui kajian data dan informasi atau
laporan, termasuk teori, yang dapat diperoleh dari bahan bacaan
(literatur).
Analisis isu ini dapat kita lakukan dengan mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
 Apakah isu itu mempunyai hubungan yang erat dengan
terjadinya masalah kesehatan prioritas?
 Apakah isu dirasakan oleh sebagian besar masyarakat?
 Apakah isu didukung oleh data yang akurat?
 Hasil isu akankah memperbaiki status kesehatan masyarakat?
 Mungkinkah isu dialiansikan dengan sektor lain?
 Apakah isu itu memperkuat nilai (value) pejabat publik?
 Apakah isu dapat memperkuat jejaring LSM/lintas sektor?

2) Analisis publik
Analisis publik selain penting untuk merumuskan isi pesan
juga akan sangat diperlukan dalam pemilihan bentuk aksi dan
tindakan serta media maupun saluran informasi yang akan
digunakan. Analisis publik dapat dilakukan dengan memanfaatkan
berbagai hasil penelitian, need assessment maupun dari hasil
penjajakan/pendekatan pribadi, khususnya untuk sasaran individu.
Analisis publik ini sebaiknya dilakukan secara rinci untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
 Unsur/instansi pemerintah mana yang berwewenang membuat
kebijakan public terkait dengan upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut?
 Bentuk kebijakan apa yang bisa dibuat/dilaksanakan oleh
masing-masing unsur/instansi pemerintah itu?
 Bagaimana nilai kepentingan (value) yang berkembang pada
masing-masing unsur/instansi pemerintah tersebut terhadap
masalah ini?
 Bagaimana praktek perilaku yang terjadi dalam masing-
masing unsur/instansi pemerintah tersebut dalam masalah ini?
 Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki masing-masing
unsur/instansi pemerintah tersebut dalam kaitan mengatasi
masalah ini dan seberapa besarkah?
 Siapa saja/kelompok masyarakat mana yang akan mendapat
manfaat apabila masalah ini ditanggulangi/ proses advokasi
berhasil?
 Bagaimana praktek perilaku masing-masing kelompok
masyarakat tersebut terhadap masalah ini?
 Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki masing-masing
kelompok masyarakat tersebut dalam kaitan mengatasi
masalah ini dan seberapa besar?

3) Analisis kebijakan
Analisis kebijakan akan sangat berpengaruh dalam
pelaksanaan mobilisasi dan tindakan dan aksi kegiatan advokasi
kesehatan. Analisis kebijakan dapat dilakukan dengan melakukan
pengkajian terhadap kebijakan yang sudah ada tetapi belum
berjalan sebagaimana mestinya maupun kebijakan baru yang
perlu dibuat untuk mengatasi permasalahan kesehatan
masyarakat yang ada. Disamping itu analisis kebijakan juga perlu
dilakukan untuk mengkaji efektifitas kebijakan tersebut dalam
mengatasi pemasalahan kesehatan yang ada.
Analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
 Adakah kebijakan yang mendukung upaya pemecahan
masalah kesehatan tersebut?
 Bagaimana pengaruh dan efektifitas penerapan kebijakan
yang sudah ada dalam mendukung tujuan tercapainya upaya
pemecahan masalah kesehatan tersebut?
 Kebijakan apa yang perlu dikembangkan untuk mendukung
upaya pemecahan masalah kesehatan tersebut, agar tujuan
yang ditetapkan dapat tercapai?
 Apa bentuk kebijakan yang perlu dikembangkan tersebut?

b. Menyusun Strategi Advokasi


Ada beberapa tahapan kegiatan dalam menyusun strategi advokasi
yaitu:
1) Membentuk kelompok kerja atau jejaring advokasi.
2) Melakukan identifikasi sasaran advokasi, baik yang bertindak
sebagai advokator, maupun sasaran penentu/ pengambil
kebijakan.
3) Mengembangkan tujuan advokasi. Dalam menyusun tujuan
advokasi harus memperhatikan kaidah SMART (S =
spesific/khusus; M = measureable/dapat diukur; A= action/dapat
dikerjakan; R = realistic dan T = time bound/ada ukuran waktu
yang jelas).
4) Menentukan rencana aksi/ kegiatan advokasi, diantaranya adalah
menyelenggarakan forum komunikasi, pengembangan pesan dan
media advokasi, penyiapan dan pendayagunaan tenaga advokasi,
merancang medode advokasi, merancang berbagai jenis
komunikasi efektif untuk advokasi, menyusun jadwal pelaksanaan
kegiatan advokasi, merancang proses pembuatan dukungan
kebijakan yang diharapkan.
5) Menentukan indikator, baik input, proses maupun out put kegiatan
advokasi, serta merancang kegiatan pemantauan dan penilaian
advokasi tersebut.
6) Menentukan dana serta sumberdaya lainnya yang dibutuhkan
untuk kegiatan advokasi dan pengembangan kebijakan yang
diperlukan.
Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun strategi advokasi yaitu:
1) Credible : artinya program yang diajukan harus dapat meyakinkan
para penentu kebijakan, oleh sebab itu harus didukung data dari
sumber yang dapat dipercaya.
2) Feasible : artinya program tersebut secara teknik, politik maupun
ekonomi layak untuk dilaksanakan. Secara teknik dapat
dilaksanakan karena tersedia petugas yang mempunyai
kemampuan yang memadai, tidak membawa dapak politik yang
meresahkan masyarakat, dana terjangkau.
3) Relevant : artinya memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-
benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat serta
ada keterkaitan dari program yang dilakukan oleh lintas program
maupun lintas sektor.
4) Urgent : artinya program itu mempunyai urgensi yang tinggi,
harus segera dilaksanakan kalau tidak dilaksanakan akan
menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
5) High priority : artinya program yang diajukan harus mempunyai
prioritas tinggi, oleh sebab itu diperlukan analisis cermat, baik
terhadap masalahnya sendiri, maupun terhadap alternatif
pemecahan masalah atau program yang diajukan.

c. Menggalang Kemitraan (Mobilisasi)


Mobilisasi merupakan salah satu langkah penting dalam
proses advokasi. Mobilisasi perlu dilakukan untuk membangun
kebersamaan, kekuatan dan sekaligus tekanan kepada pihak-pihak
yang tidak/belum mendukung. Mobilisasi ini sangat penting
khususnya untuk membuat “nilai kepentingan” dari berbagai kelompok
yang terkait menjadi kompatibel. Mobilisasi selain merupakan suatu
tehnik, juga merupakan suatu “seni” dengan berbagai “trick” yang bisa
dikembangkan melalui pengalaman.
Mobilisasi melalui penggalangan kemitraan dapat dilakukan
melalui beberapa langkah berikut ini, yaitu:
1) Melakukan identifikasi mitra potensial
2) Melakukan sinkronisasi program kerja kesehatan dari setiap mitra
potensial.
3) Mengembangkan koalisi dan melakukan nota kesepahaman
(MoU)
4) Membuat program kerja terpadu
5) Mendelegasikan tanggung jawab dan kewenangan
6) Melakukan peningkatan kapasitas, misalnya menyelanggarakan
pelatihan/ orientasi
7) Mengembangkan jaringan informasi serta menyelenggarakan
forum komunikasi secara rutin
8) Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan oleh mitra serta
mengekspose kegiatan yang telah dilakukan melalui berbagai
jenis media.

d. Tindakan/ Aksi Pelaksanaan Advokasi


Tindakan aksi atau pelaksanaan advokasi mengacu pada
rencana yang telah disusun berdasarkan hasil analisis, rancangan
strategi yang telah dituangkan dalam plan of action (POA).
Tindakan atau aksi dalam proses advokasi pada dasarnya
adalah serangkaian kegiatan komunikasi baik yang bersifat individual,
kelompok atau massa. Melalui langkah tindakan/aksi dalam proses
advokasi perlu terus dibangun dijaga citra (image) bahwa: proses
advokasi ini merupakan “tindakan bersama”. Makin banyak orang
yang dicitrakan terlibat dalam kegiatan ini makin baik. Proses
advokasi ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten sampai
tujuan advokasi yang ditetapkan dapat tercapai.
Dengan memanfaatkan berbagai metode dan teknik advokasi
serta penerapan strategi advokasi maka diharapkan:
1) Para Penentu Kebijakan.
 Tahu dan yakin, bahwa masalah kesehatan benar-benar perlu
dilaksanakan serta akan menguntungkan bagi semua pihak.
 Tahu faktor-faktor penyebab masalah kesehatan.
 Tahu bahwa masalah kesehatan bisa diatasi/dipecahkan.
 Mampu memilih cara yang cocok untuk menyelesaikan
masalah kesehatan.
 Tahu bahwa pemerintah mempunyai pilihan bentuk kebijakan
publik untuk memecahkan masalah kesehatan, baik berupa
Perda maupun Surat Keputusan.
 Menyadari bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk
membuat kebijakan untuk memecahkan masalah kesehatan.
 Melakukan proses pembuatan kebijakan publik berwawasan
kesehatan.
 Mensosialisasikan serta menerapkan kebijakan publik
berwawasan kesehatan yang telah dibuat tersebut secara
konsisten dan bertanggung jawab.
 Mampu menggalang potensi untuk kesinambungan
pelaksanaan program kesehatan.
 Penentu Kebijakan publik bertindak memberikan dukungan
sumberdaya (resources) untuk memecahkan masalah
kesehatan yang ada.
2) Kelompok Pendukung/pro.
 Tahu dan yakin bahwa ada kelompok masyarakat (marjinal)
yang mengalami masalah dalam pelayanan Kesehatan. Tahu
bahwa masalah pelayanan kesehatan bisa diatasi melalui
program kesehatan.
 Tahu dan yakin bahwa masalah kesehatan benar-benar tidak
menguntungkan bagi kelompok masyarakat yang mengalami.
 Tahu bahwa masalah kesehatan bisa dipecahkan.
 Tahu bahwa dia memiliki potensi untuk ikut mengatasi
masalah kesehatan .
 Tahu bahwa dia akan mendapat manfaat dan atau memiliki
kewajiban moral untuk ikut membantu menyeselsaikan
kesehatan.
 Mampu dan mau ikut mendukung pemecahan masalah ini
sesuai dengan potensi yang dia miliki.
e. Evaluasi
Evaluasi juga merupakan bagian penting dari advokasi.
Pelaksanaan evaluasi mengacu pada indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang meliputi indikator input, proses, out put maupun
dampak dari advokasi yang telah dilakukan.
Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi secara berkala,
diantaranya :
1) Kegiatan dan kemampuan mitra atau jejaring dalam mencapai
tujuan advokasi
2) Kegiatan komunikasi advokasi.
3) Kejelasan isi pesan yang disampaikan.
4) Kekuatan media advokasi yang digunakan.
5) Pemahaman, ketertarikan, kepedulian serta tindakan sasaran
advokasi dalam memberikan dukungan kebijakan maupun
sumberdaya untuk program kesehatan.
6) Realisasi dukungan dari sasaran advokasi
7) Dampak kegiatan advokasi terhadap pencapaian tujuan program
kesehatan.

f. Kesinambungan
Advokasi adalah suatu bentuk program komunikasi strategis
yang dirancang untuk menghasilkan perubahan nilai dan perilaku
sasaran penentu atau pengambil kebijakan. Dalam proses
mengembangkan suatu kebijakan, memerlukan waktu yang panjang
serta pengawalan yang ketat. Apabila kebijakan tersebut sudah ada
maka perlu diterjemahkan atau ditindak lanjuti menjadi kebijakan
operasional atau kebijakan teknis dan harus disosialisasikan kepada
berbagai pihak terkait agar dapat diimplementasikan.
Salah satu bentuk implementasi adalah mengusulkan
sumberdaya (dana, tenaga, sarana, dll) yang dibutuhkan, untuk
melaksanakan program kesehatan masyarakat di berbagai jenjang
administrasi. Upaya membuat usulan sampai dengan adanya realisasi
terhadap usulan yang diajukan juga memerlukan waktu dan
pengawalan yang ketat, belum lagi apabila ada pergantian pejabat.
Sehubungan dengan itu proses advokasi seringkali memerlukan
waktu yang cukup panjang, harus dilakukan secara
berkesinambungan. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka
dalam penetapan tujuan advokasi harus disusun secara rinci dan jelas
dari waktu ke waktu.

3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Definisi
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan, memampukan masyarakat sehingga mempunyai
kemampuan untuk hidup mandiri.

b. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


1) Menumbuhkan kembangkan potensi masyarakat
Didalam upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat sebaiknya secara bertahap sedapat
mungkin menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh
masyarakat. Jika diperlukan bantuan dari luar, maka bentuknya
hanya berupa perangsang atau pelengkap sehingga tidak semata
bertumpu pada bantuan tersebut.
2) Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan
Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan
dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan
seperti memanfaatkan puskesmas, pustu, polindes, mau hadir
ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader
kesehatan, mau menjadi Tabulin, JKPM dan lain sebagainya.
3) Mengembangkan semangat kegiatan gotong royong dalam
pembangunan kesehatan
Semangat gotong-royong yang merupakan warisan
budaya masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga ditunjukkan
dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Adanya gotong-royong ini dapat diukur dengan
melihat apakah masyarakat bersedia bekerja dama dalam
peningkatan sanitasi lingkungan. Penggalangan jamban sehat
untuk melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit; melindungi
dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman;
bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit;
melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan
lingkungan.
4) Bekerja bersama dengan masyarakat
Setiap pembangunan kesehatan hendaknya pemerintah
atau petugas kesehatan menggunakan prinsip bekerja untuk dan
bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi dan
kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan,
serta alih pengetahuan dan keterampilan dari tenaga kesehatan
kepada masyarakat.
5) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat
Semua bentuk upaya pemberdayaan masyarakat termasuk di
bidang kesehatan apabila ingin berhasil dan berkesinambungan
hendaknya bertumpu pada budaya dan adat setempat. Untuk itu,
pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut tata cara
pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah kesehatan yang ada
di masyarakat hendaknya diserahkan kepada masyarakat, pemerintah
atau tenaga kesehatan hanya betuindak sebagai fasilitator dan
dinamisator. Dengan demikian, masyarakat merasa lebih memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakannya, hanya pada hakikatnya
mereka adalah subjek dan bukan ubjek pembangunan.
6) Menggakang kemitraan dengan LSM dan organisasi
kemasyarakatan yang ada di masyarakat.
Prinsip lain dari pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan adalah pemerintah atau tenaga kesehatan hendaknya
memanfaatkan dan bekerjasama dengan LSM serta organisasi
kemasyarakatan yang ada di tempat tesebut. Dengan demikian,
upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesahatan
masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya guna
(efisien).
7) Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak
mungkin menggunakan dan memanfaatkan potensi setempat.
8) Upaya dilakukan secara kemitraan dengan berbagai pihak.
9) Desentralisasi (sesuai dengan keadaan dan budaya setempat)

c. Ciri Pemberdayaan Masyarakat


Sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya yang
berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat apabila dapat
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan atau kekuatan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, bukan kegiatan yang segala
sesuatunya diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun pihak lain.
Kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa
berikut ini:
1) Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki
pengaruh di masyarakat setempat baik yang bersifat formal (ketua
RT, ketua RW, ketua kampung, kepala dusun, kepala desa) maupun
tokoh nonformal (tokoh agama, adat, tokoh pemuda, kepala suku).
Tokoh masyarakat ini merupukan kekuatan yang sangat besar yang
mampu menggerakkan mesyarakat didalam setiap upaya
pebangunan.
2) Organisasi Kemasyarakatan
Organisasi yang ada di masyarakat seperti PKK, lembaga
persatuan pemuda (LPP), pengajian dan lain sebagainya merupakan
wadah berkumpulnya para anggota dari berbagai organisasi tersebut.
Upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila
pemerintah (tenaga kesehatan) memanfaatkannya dalam upaya
pembangunan masyarakat.
3) Dana Masyarakat
Pada penggolongan masyarakat tertentu, penggalangan
dana masyarakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya.
Namun, pada golongan masyarakat yang ekonominya
prasejahtera, penggalangan dana masyarakat hendaknya
dilakuukan sekedar agar mereka merasa ikut memiliki dan
bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan model tabungan atau system asuransi yang
bersifat subsidi silang.
4) Sarana dan Material yang Dimiliki Masyarakat
Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki oleh
masyarakat seperti peralatan, batu kali, bamboo, kayu, dan lain
sebagainya untuk pembengunan kesehatan akan menumbuhkan
rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat.
5) Pengetahuan Masyarakat
Masyarakat memiliki pengathuan yang bermanfaat bagi
pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan
tentang obat tradisional (asli Indonesia), pengetahuan mengenai
penerapan teknologi tepat guna untuk pembangunan fasilitas
kesehatan di wilayahnya, misalnya penyaluran air menggunakan
bamboo. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut
akan meningkatkan keberhasilan upaya pembangunan kesehatan.
6) Teknologi yang Dimiliki Masyarakat
Masyarakat juga memiliki teknologi sendiri dalam
memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya
bersifat sederhana tetapi tepat guna. Untuk itu pemerintah
sebaiknya memanfaatkan teknologi yang dimiliki masyarakat
tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran
teknis guna meningkatkan hasil gunanya.
7) Pengambilan Keputusan
Apabila tahan penemuan masalah dan perencanaan
kegaitan pemecahan masalah kesehatan telah dapat dilakukan
oleh masyarakat, maka pengambilan keputusan terhadap upaya
pemecahan masalahnya akan lebih baik apabila dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan pemecahan
masalah kesehatan tesebut akan berkesinambungan karena
masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan yang mereka rencanakan sendiri,
d. Model pemberdayaan masyarakat
1) Pemberdayaan pimpinan masyarakat (Community Leaders),
misalnya melalui sarasehan.
2) Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(community organizations) seperti posyandu dan polindes.
3) Pemberdayaan pendanaan masyarakat (community fund),
misalnya dana sehat.
4) Perbedayaan sarana masyarakat (community material), misalnya
membangun sumur atau jamban di masyarakat.
5) Peningkatan pengetahuan masyarakat (community knowledge),
misalnya lomba pembuatan menu MPASi untuk balita atau
pengembangan pangan lokal sebagai PMT balita giiz kurang
6) Pengemabngan teknologi tepat guna (community technology),
misalnya penyederhanaan deteksi dini ISPA.
7) Peningkatan manajemen atau proses pengambilan keputusan
(community decision making) misalnya pendekatan edukatif
dengan cara melakukan penyuluhan kepada kader posyandu atau
kelompok rentan masalah gizi.

e. Strategi Pemberdayaan Masyarakat


1) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kesehatan
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tela disediakan oleh
pemerintah
3) Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk
pembangunan kesehatan
4) Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan
kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat
setempat
5) Mengembangkan manajemen sumberdaya yang dimiliki
masyarakat secara terbuka (transparan)
f. Langkah Pemberdayaan Masyarakat
Langkah utama pemberdayaan masyarakat melalui upaya
pendampingan atau memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran melalui siklus pemecahan masalah yang terorganisasi
(pengorganisasian masyarakat).
Tahap siklus pemecahan masalah meliputi hal berikut:
1) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah dan sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
2) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan
masalah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
3) Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak,
merencanakan, dan melaksanakannya
4) Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya yang
telah dilakukan

4. DASAR-DASAR PENGEMBANGAN MEDIA ADVOKASI


a. Pengertian Media Advokasi
1) Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel)
untuk menyampaikan pesan (message) atau informasi dari suatu
sumber (resource) kepada penerimanya (receiver).
2) Media merupakan alat bantu yang efektif untuk menyampaikan
pesan kepada sasarannya karena media mempunyai kekuatan
dan daya tarik dalam mendukung kegiatan advokasi.
3) Media advokasi kesehatan adalah sebuah wadah atau alat bantu
atau saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
tentang isu-isu kesehatan kepada sasaran advokasi, dalam
rangka mendapatkan perhatian, kepedulian serta dukungan
kebijakan serta sumberdaya guna mengatsi masalah kesehatan
yang ada disuatu wilayah.
4) Media advokasi kesehatan adalah semua sarana atau upaya
untuk menyampaikan pesan atau isu kesehatan melalui berbagai
jenis saluran komunikasi kepada sasaran advokasi dengan tujuan
agar para pejabat publik meningkat pengetahuannya dan
kepeduliannya yang pada akhirnya bertindak memberikan
dukungan dalam bentuk kebijakan publik atau sumberdaya untuk
mengatasi berbagai masalah kesehatan yang ada.

b. Tujuan Penggunaan Media Advokasi


1) Mengoptimalkan kegiatan advokasi kesehatan
2) Membangun opini publik tentang pentingnya dukungan kebijakan
dari pejabat public dalam mengatasi masalah kesehatan.
3) Memotivasi sasaran advokasi untuk bertindak sesuai dengan
usulan yang diharapkan
4) Membangun value atau citra sasaran advokasi

c. Manfaat Penggunaan Media Advokasi


1) Memperjelas informasi, fakta, harapan masyarakat dll serta dapat
menekankan pejabat publik merealisasikan dukungannya.
2) Membangkitkan minat dan perhatian
3) Menghidari kesalahan persepsi
4) Menampilkan obyek masalah kesehatan yang tidak dapat dilihat
secara langsung.
5) Meningkatkan pengetahuan, membangun kesadaran dan keyakinan
serta kemampuan melakukan tujuan advokasi yang disampaikan.
6) Penyampaian pesan atau isu strategis dapat dilakukan secara
konsisten dan dapat dikemas secara baik.

d. Pemilihan Media Advokasi


Pemilihan dan penggunaan media advokasi dilakukan
berdasarkan jenis media. Adapun pembagian jenis advokasi dapat
dilakukan berdasarkan:
1) Media cetak : fact sheet, leaflet, bahan presentasi, koran, majalah,
selebaran, brosur, poster, bulletin, journal, standing banner, dll
2) Media elektronik : siaran radio, siaran televisi, radio spot, tv spot,
film, filler,dll
3) Media luar ruang: spanduk, baliho, billboard, dll
4) Media sosial: internet (sms, facebook, twitter, email, website)
5) Media tradisional : kesenian rakyat, wayang, teater, lagu rakyat, dll
e. Kegunaan Media Advokasi
1) Media untuk meningkatkan pengetahuan : factsheet, slide
presentasi, poster, leaflet, selebaran, buku, majalah, koran,
buletin, dll
2) Media untuk meningkatkan kesadaran: film, filler, dll
3) Media untuk meningkatkan citra atau image (komunikasi massa):
film, filler/spot televise, dialog/talk show di media TV, radio spot,
media tradisional, iklan koran, artikel, billboard, spanduk, umbul-
umbul, dll

f. Ciri-Ciri Media Advokasi yang Dapat Menarik Perhatian


1) Media merupakan alat bantu dalam memberikan informasi
2) Media yang baik adalah media yang mampu memberikan
informasi yang sesuai dengan tingkat penerimaan serta dapat
memotivasi sasaran sesuai tujuan advokasi yang dikehendaki
3) Mengandung isu kontroversial, sensasional, menggerakkan atau
memberikan inspirasi
4) Menampilkan penemuan baru, ide baru serta fakta konkrit yang
tidak direkayasa.
5) Menampilkan kejadian yang berhubungan dengan kompetisi,
tantangan ketidak adilan atau kejadian yang tidak biasa
6) Membangun opini publik yang dapay meningkatkan citra pejabat
publik.
7) Melibatkan masyarakat yang terkena masalah serta tokoh-tokoh
masyarakat terkenal/ tokoh politik.

Selanjutnya, ada beberapa upaya melakukan kegiatan


advokasi kesehatan dengan menggunakan media massa yaitu :
1) Siaran pers adalah bentuk buletin yang menjelaskan suatu
peristiwa dengan menonjolkan suatu kejadian tertentu
2) Press Kit adalah bentuk informasi yang lengkap yang diberikan
pada media massa dan berisi latar belakang, gagasan dan
rencana-rencana kerja yang berkaitan dengan isu tertentu.
Presskit ini merupakan gabungan dari data dan fakta.
3) Lembar fakta adalah lembar informasi yang berisi data / kejadian
yang biasanya berasal dari laporan , hasil penelitian, temuan tim
fakta, tentang kejadian penting tertentu yang dikemas dalam
bahasa umum.
4) Konferensi pers adalah pertemuan singkat dengan sejumlah
wartawan media massa yang membahas isu penting yang harus
segera diketahui oleh masyarakat.
5) Wisata pers adalah bentuk kunjungan beberapa wartawan
langsung ke lapangan untuk menggali informasi mengenai
program yang dinilai perlu disebar luaskan kepada masyarakat.
6) Editorial adalah tulisan yang disajikan untuk membuka wawasan
pembacanya / pendengarnya
7) Surat untuk editor adalah tulisan yang berasal dari pembaca untuk
memberikan reaksi, antisipasi, respon atau pendapat terhadap
berita atau informasi yang disiarkan melalui media massa

5. PENGEMBANGAN MEDIA ADVOKASI


Kekuatan media advokasi yang terutama terletak pada pesan atau
isu yang dimuat dalam media advokasi tersebut. Sehubungan dengan itu,
pengelola harus memperhatikan kualitas pengembangan pesan advokasi.
a. Pengertian Pesan Advokasi
Pesan advokasi merupakan pernyataan singkat, padat dan
bersifat membujuk yang dikemas secara kreatif. Pernyataan yang
dibuat merupakan intisari dari ide atau gagasan pesan, berhubungan
dengan tujuan advokasi, didukung bukti yang akurat serta
menggunakan bahasa sederhana sesuai karakteristik sasaran
advokasi. Ada pula yang disertai contoh-contoh agar lebih bermakna,
bersifat manusiawi yang dapat membangkitkan dan menyentuh
perasaan sasaran advokasi serta mengarahkan sasaran untuk mau
melakukan aksi sesuai pesan yang disampaikan. Contoh manusiawi
tersebut dapat berupa pengalaman pribadi, anekdot, data / fakta yang
dapat menghidupkan isi pesan.
b. Pengembangan Pesan Advokasi
1) Pesan advokasi yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik
sasaran advokasi, bersifat mengajak, informatif, memperingatkan,
membimbing dan memberi solusi. Di samping itu pesan juga harus
mengandung informasi yang yang didukung data yang akurat dan
terfokus pada pesan kunci sehingga pesan yang ditampilkan tidak
terlalu banyak.
2) Penyusunan isi pesan meliputi tema/ide, isi pesan dan visualisasi.
Dalam merencanakan atau menyusun isi pesan ada formula
singkatan yang mudah diingat yaitu “BISSWTS”, kepanjangannya
adalah B: bahasa, I: ide atau isi pesan, S: subyek sasaran, S:
sumber pesan yang dapat dipercaya oleh sasaran, W: waktu yang
tepat untuk menyampaikan pesan, T: tempat menyampaikan
pesan, S: saluran penyampaian pesan kepada sasaran. Atau
dapat pula menggunakan rumusan “SEEA” yaitu S : tulis sebuah
STATEMENT / pernyataan sederhana; E: sampaikan EVIDENCE /
bukti beserta fakta-faktanya; E: berikan EKXAMPLE / contoh
dengan cerita / analogi; A: tawarkan ACTION / tindakan aksi.
3) Gaya Pesan Advokasi
 Ada sentuhan emosional vs easional
 Seruan positif vs negatif
 Seruan massa vs individu
 Mengandung kesimpulan terhadap masalah tertentu – bersifat
terbuka
 Seruan berulang vs seruan sekali
 Dalam bentuk simbolisasi/analogi: membuat simbol-simbol
tertentu yang telah dikenal untuk membentuk pesan.
 Intimidasi : menggunakan bahasa yang mengancam/
menakut-nakuti
 Spoke person: menggunakan kutipan atau kata-kata anjuran
dari orang-orang terkenal/ tokoh masyarakat/ orang yang
dipercaya. Biasanya sasaran advokasi akan lebih terpengaruh
dengan himbauan orang-orang terkenal atau tokoh panutan.
 Lagu dan musik: menyampaikan pesan lewat lirik lagu dan
alunan musik
 Komparasi yaitu membandingkan antara satu masalah dengan
masalah yang lain. Bisa juga menggunakan perbandingan
data-data dan angka-angka statistik.
 Hiperbola yaitu membuat pesan yang seolah-olah melebih-
lebihkan sesuatu hal, pesan ini efektif sebagai penarik
perhatian.
 Suasana atau citra (image) yang dapat membangkitkan opini
publik terhadap kinerja pejabat publik.
 Simbol kepribadian (personality symbol), menciptakan suatu
karakter sasaran advokasi yang menjadi personifikasi perilaku
mendukung kesehatan masyarakat.
 Bukti ilmiah (scientific evidence), menyajikan bukti survai atau
ilmiah bahwa mempromosikan gaya hidup sehat, dapat
menghemat anggaran pemerintah daerah untuk pengobatan
gratis.
 Bukti kesaksian (testimonial), menampilkan pengalaman
seorang sumber yang sangat menderita akibat terkena
masalah kesehatan.
4) Pengemasan Pesan :
 Pengemasan pesan merupakan kunci penyampaian pesan
 Pengemasan pesan yang berhasil harus dapat menggugah /
menarik serta menggerakan demand sasaran untuk
melakukan anjuran yang dituangkan dalam pesan.
 Pengemasan pesan meliputi tema, sub tema dan isi pesan. Isi
pesan dibuat berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan.
 Pengemasan pesan, bisa dalam bentuk dalam materi media
cetak, materi audiovisual, ilustrasi, grafik, foto, dll
 Format pengemasan pesan pada media cetak, berkaitan
dengan warna, susunan huruf, pemilihan kata-kata atau
kalimat atau istilah, gambar, garis, dll. Selanjutnya untuk
media audio berkaitan dengan suara, pilihan kata, citra
suasana, dan untuk media visual berkaitan dengan ekspresi
gaya, penampilan, keadaan lokasi, dll
5) Efektifitas Pesan Advokasi (Seven C’s for Effective
Communication)
Suatu pesan advokasi dapat dikatakan efektif dan kreatif
jika memenuhi tujuh kriteria sebagai berikut:
 Command Attention
Kembangkan satu issue / ide yang singkat, jelas, terfokus dan
dapat menarik perhatian sasaran
 Clarify the massage
Pesan yang efektif harus dapat memberikan informasi yang
relevan dan baru bagi penentu kebijakan
 Creative trust
Pesan advokasi harus dapat dipercaya kebenarannya, oleh
sebab itu harus didukung oleh data yang akurat.
 Communicate a benefit
Tindakan yang diharapkan dilakukan oleh sasaran advokasi
harus menyentuh nilai keuntungan baginya
 Consistency
Pesan advokasi harus konsisten artinya sampaikan satu
pesan utama di media apa saja secara terus menerus
 Cater to the main, market and hart share
Pesan advokasi harus dapat menambah pengetahuan,
membentuk opini sasaran advokasi secara luas, serta dapat
menyentuh hati / rasa sehingga pesan tersebut dapat
memberikan sentuhan emosional serta membangkitkan
kebutuhan yang nyata.
 Call to action
Pesan advokasi harus dapat mendorong sasaran untuk
bertindak (pesan aksi)
Disamping itu pesan yang efektif juga dapat menjawab 5
W dan 1 H yaitu: what, where, who, when, why, how. Isi pesan
tentang kejadian masalah kesehatan.
 Apa peristiwa yang terjadi?
 Siapa yang terkena masalah?
 Mengapa kejadian itu timbul?
 Kapan terjadinya masalah itu?
 Dimana kejadiannya?
 Bagaimana peristiwa itu terjadi?

Isi pesan advokasi terhadap upaya pemecahan masalah


kesehatan tersebut.
 Apa yang dapat diperbuat oleh pejabat publik dalam
mengatasi masalah itu? Apa nilaiatau keuntungan yang
diperoleh pejabat publik apabila memberikan dukungan
terhadap pemecahan masalah kesehatan itu?
 Siapa saja yang terlibat dalam proses membuat kebijakan itu?
 Mengapa kebijakan itu harus ada?
 Kapan kebijakan atau dukungan itu harus diterbitkan atau
harus ada?
 Dimana kebijakan itu harus diterapkan?
 Bagaimana proses penyusunan serta penerapan kebijakan
itu?
6) Langkah-langkah pengembangan pesan advokasi :
 Merumuskan ide-ide khusus atau permasalahan yang sedang
terjadi.
 Menetapkan topik atau head line pesan.
 Merumuskan latar belakang permasalahan kesehatan yang
ada secara jelas serta peran dan kewenangan pejabat publik
dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut.
 Menetapkan sasaranadvokasi beserta pelajari karakteritiknya
 Menetapkan tujuan advokasi yaitu dukungan apa yang
diharapkan dari sasaran advokasi tersebut terhadap
pemcahan masalah kesehatan yang ada.
 Mengembangkan pemosisian pesan (positioning) yang dapat
membangun citra atau value sasaran advokasi.
 Mengembangkan pesan advokasi yang secara spesifik
mengandung nilai dan menyentuh kepentingan sasaran
advokasi.
 Menuangkan pesan pendukung yang dapat menggugah atau
memotivasi sasaran advokasi tentang pentingnya mengatasi
masalah kesehatan tersebut.
 Menetapkan respon sasaran advokasi terhadap upaya
pemecahan masalah kesehatan yang ada
 Memilih serta menetapkan saluran informasi dan jenis media,
serta mengembangkan desain media tersebut.
 Menyediakan dana, sarana dan tenaga untuk
mengembangkan desain kreatif bentuk pesan yang akan
disampaikan kepada sasaran advokasi, sesuai pesan yang
sudah diformulasikan

Tabel 1. Contoh Lembar Kerja Penyusunan Pesan Advokasi


Lembar Kerja Penyusunan Pesan Advokasi
Topik Tentukan topik pesan akan dibuat.
Latar Belakang Isu strategis tentang masalah apa
yang dihadapi masyarakat, dan
memerlukan dukungan pejabat public
Terangkan secara jelas dan upayakan
didukung oleh data yang akurat
Sasaran advokasi Jelaskan secara jelas siapa sasaran
advokasi, dan ada di mana. Misalnya:
Kepala Desa, atau Bupati, Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Kab A.
Jelaskan pula kewenangan atau
potensi yang dimiliki oleh pejabat
publik tersebut dalam mengatasi
masalah kesehatan atau isu strategis
tersebut.
Tujuan advokasi Jelaskan dukungan apa yang
diperlukan dari pejabat publik dalam
mengatasi masalah kesehatan isu
strategis tersebut (dukungan kebijakan
atau sumberdaya/dana)
Pemosisian pesan Buatlah pemosisian pesan yang dapat
membangun atau meningkatkan
citra/value pejabat publik tersebut.
Pesan janji Jelaskan kerugian dan keuntungan
yang diperoleh pejabat publik apabila
memberikan dukungan
kebijakan/ sumberdaya dalam
mengatasi masalah kesehatan
tersebut. Misalnya: Saat ini APBD Kab
A telah mengeluarkan sekitar 3 milyar
untuk pengobatan gratis, apabila
pemerintah daerah mendukung
kegiatan promosi PHBS maka jumlah
dana APBD yang diselamatkan bisa
mencapai 1,5 milyar ditambah 2 milyar
dana masyarakat yang tidak
kehilangan hari kerjanya.
Pernyataan pendukung Alasan-alasan pendukung terhadap
perilaku yang dianjurkan, misalnya dari
hasil penelitian, fakta-fakta yang ada,
pengakuan / testimoni, kisah sukses,
ilustrasi, anjuran orang terkenal, grafik,
gambar, dll Misalnya: Kab. K yang
meningkat kinerjanya serta dapat
menghemat dana Jamkesda sebesar 2
milyar/th karena masyarakat telah
melakukan PHBS secara mandiri.
Respon yang diinginkan Merupakan tindakan spesifik yang
diharapkan dilakukan oleh Pejabat
Publik untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut. Misalnya:
dikeluarkannya Perda KTR di tempat
umum, tempat ibadah, tempat kerja.
Atau adanya peningkatan jumlah dana
APBD untuk kegiatan promosi
pengendalian TB.
Nada penyampaian Instruksi, himbauan, emosional,
mengajak, meneladani, rasa bangga,
dll
Saluran media komunikasi Tempat atau metode dan teknik
penyampaian pesantersebut dengan
menggunakan media yang
dikembangkan tersebut, Misalnya:
slide, dipergunakan melalui presentasi,
facsheet, baliiho, filler, dll.
Jenis media Tetapkan jenis media yang akan
dipergunakan untuk menempatkan
pesan tersebut. Jenis media bisa lebih
dari satu.
Pertimbangan kreatif lustrasi gambar/foto, kata-kata, warna,
penyusunan pesan bentuk dan ukuran media cetak.
lainnya Apabila media elektronik juga harus
mempertimbangkan karakteristik
pemeran, durasi, dll

Tabel 2: Contoh Penyusunan Pesan Advokasi dalam Pengendalian


ISPA pada Balita, dengan Menggunakan Lembar Kerja
Tersebut Diatas.
Lembar Kerja Penyusunan Pesan Advokasi Dalam Pengendalian
ISPA Pada Anak Balita Di Kota B Tahun 2012
Topik “ Selamatkan Balita Kita Dari Serangan
ISPA”
Setiap Tahun Lebih dari 40.000 Balita
Di Kota B Terserang ISPA
atau
”Ibu...Jangan Renggut Hak-ku Untuk
Mendapatkan ASI-mu”
”84% bayi di Kota B tidak mendapatkan
ASI Eksklusif”
Latar Belakang a. Kesehatan Kota B, ISPA menjadi
penyakit nomor satu terbanyak yang
diderita oleh anak Balita.
b. Tahun 2011 sekitar 45.612 anak
balita menjadi pasien baru sebagai
penderita ISPA di Kota B. Jumlah
balita yang ada di Kota B pada
tahun 2011, adalah sekitar 95.651
balita.
c. Tingginya kasus ISPA pada balita di
Kota B, dipengaruhi oleh :
 Rendahnya perilaku Ibu
Menyusui untuk memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya.
Pemberian ASI Eksklusif di Kota
B, pada tahun 2011 hanya
sekitar 14%. Hal ini
menyebabkan bayi tidak
mempunyai daya tahan tubuh
yang bagus, sehingga mudah
terserang ISPA.
 Rendahnya kemampuan
masyarakat melakukan PHBS di
RT. Cakupan PHBS di RT tahun
2011, baru mencapai 50%.
Artinya 50% Rumah Tangga di
Kota B belum ber PHBS.
 Kebijakan Publik Berwawasan
Kesehatan yang sudah di
Keluarkan Oleh Walikota B,
perlu ditingkatkan
implementasinya.
Sasaran advokasi a. Di tingkat Kota : Walikota, Bappeda,
DPRD, Ketua TP.PKK , Ormas,
Organisasi Profesi, Dinkes Kota B,
Wartawan/ media massa.
b. Di Kecamatan : Camat, Sekcam,
Ketua TP.PKK, Ormas, Organisasi
Profesi, Puskesmas, Wartawan/
media massa.
c. Di Kelurahan : Lurah, BPD, BPMD,
LPM, TP.PKK, Ketua Tim Kelurahan
Siaga Aktif, media massa
Tujuan advokasi Mendapatkan dukungan dana untuk
kegiatan
Promosi Pemberian ASI Eksklusif
a. Meningkatnya komitmen sasaran
advokasi dalam melakukan
penyuluhan pemberian ASI
Eksklusif dengan lebih aktif.
b. Meningkatnya dukungan dana untuk
kader Posyandu dalam melakukan
upaya Gerakan PHBS di
masyarakat untuk menurunkan
angka ISPA pada balita
Pemosisian pesan a. Upaya menurunkan ISPA pada
Balita dilakukan melalui
peningkatan kader posyandu.
Jumlah posyandu di Kota B ada 956
posyandu, artinya jumlah kader
posyandu yang ada di Kota B
adalah sekitar 5 orang x 956
posyandu : 4.780 kader. Jumlah
balita ada 95.651 balita, dengan
demikian setiap kader memantau
kesehatan balita sekitar 20 anak.
b. Upaya menurunkan ISPA pada
Balita dilakukan melalui
peningkatan peran tenaga KIA
(bidan). Jumlah ibu hamil tahun
2011 adalah 21.719 ibu, Cakupan
KIA : K1 = 20.932 orang (96,38%)
dan K4= 19.063 orang (87,77%),
kunjungan neonatal mencapai
94,6% (17.558 bayi). Persalinan
oleh tenaga kesehatan tahun 2011
mencapai 88,47%. Tingginya
interaksi tenaga KIA dengan Ibu,
seharusnya diikuti dengan
meningkatnya pemberian ASI
Eksklusif dan Peningkatan
Kemampuan Ibu untuk mencegah
anaknya terserang ISPA.
Oleh sebab itu, upaya penurunan
ISPA pada Balita adalah dengan
meningkatkan kemauan dan
kemampuan tenaga KIA dalam
memberikan penyuluhan/motivasi
pada Ibu hamil, menyusui dan balita
untuk mampu melindung anak
balitanya terhadap serangan ISPA.
Pesan janji Aktifasi promosi pemberian ASI
Eksklusif dan PHBS di RT tidak hanya
dapat menurunkan jumlah kasus ISPA
saja, melainkan juga diare pada balita,
pneomonia, dll
Pernyataan pendukung Penderita ISPA Pada Anak Balita
Selalu Menduduki Rangking Pertama
Penyakit Terbanyak di Dinkes Kota B.
Faktor penyebabnya adalah pemberian
ASI Ekslusif
baru mencapai sekitar 14%, sekitar
50% anggota RT masih merokok di
dalam rumah dan sekitar 50% anggota
RT belum mempunyai perilaku CTPS.
Respon yang diinginkan Usulan kegiatan pencegahan ISPA
pada balita melalui peningkatan
kegiatan promosi PHBS di RT
direalisasikan di tingkat Kota,
Kecamatan dan Kelurahan wilayah
Kota B.
Nada penyampaian Himbauan, mengajak, meneladani dan
membangun rasa bangga.
Saluran media Melalui televisi lokal, radio, koran, dll.
komunikasi
Jenis media Slide presentasi, facsheet, poster,
standing-banner, radio sopt, filler, dll.
Pertimbangan kreatif Ilustrasi gambar/foto, kata-kata, warna,
penyusunan pesan bentuk dan ukuran media cetak.
lainnya

c. Pengembangan Media Advokasi Secara Sederhana


1) Pengembangan Media Cetak
Media cetak merupakan kumpulan berbagai media
informasi yang diproduksi dan disampaikan kepada sasaran
melalui tulisan dan visual. Pengembangan media cetak dilakukan
setelah pesan yang akan dituangkan dalam media telah
ditetapkan. Dalam pengembangan media cetak yang harus
dipahami adalah membuat desain.
Unsur desain media cetak terdiri dari:
 Garis : garis lurus, lengkung, panjang, pendek, dll
 Bentuk: bentuk huruf, bentuk gambar, bentuk simbol, dll
 Tekstur: tekstur padat/rumit, sederhana,dll
 Ruang: satu demensi, dua dimensi, dll
 Warna: warna dasar, warna combinasi, dll
 Ukuran: ukuran kecila, sedang, besar, dll
 Tata letak atau komposisi: tulisan dan gambar/visualisasi

2) Desain media cetak


 Poster
Poster adalah gambar pada selembar kertas berukuran
besar yang digantung atau ditempel di dinding atau
permukaan lain. Poster adalah sehelai kertas yang berisikan
gambar- gambar dengan sedikit kata-kata. Poster banyak
digunakan untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik pada
sesuatu atau mempengaruhi agar seseorang bertindak.
Poster dikatakan baik bila:
 Berhasil menyampaikan informasi secara cepat
 Ide dan isi yang menarik perhatian
 Mempengaruhi, membentuk opini / pandangan
 Menerapkan prinsip 'simplicity'
Bagian dari poster
 Judul :
Judul menempati urutan paling atas dari tata letak
poster. Area untuk judul biasanya menempati 1/4 atau 1/5
bagian atas dari tata letak poster. Judul biasanya berupa teks
yang jumlahnya tidak lebih dari 3-5 kata. Agar teks terbaca
dengan jelas, jenis huruf yang digunakan biasanya bertipe
sans sherif atau sherif.
 Sub judul
Sub judul bisa hadir atau tidak ditampilkan dalam
desain, tergantung dari pesan yang disampaikan. Biasanya
memenuhi 1/10 bagian dari tata letak poster. Kata-katanya
berupa 1 kalimat tegas, pendek, menyarankan suatu
perintah atau hal dengan bahasa yang sederhana. Jenis
hurufnya harus tegas dan jelas terbaca.
 Foto/ ilustrasi
Foto/ ilustrasi menempati urutan kedua setelah
judul. Memenuhi 2/3 dari seluruh tata letak poster. Jika
menggunakan foto, gunakan foto yang bermakna, fokus,
human interset, bersih, sopan dan menyentuh perasaan.
Jika menggukan ilustrasi, gunakan jenis ilustrasi yang
menarik, berwarna, menarik perhatian, fokus dan sopan.
 Teks
Teks menjadi bagian tambahan dari tata letak
poster. Memenuhi 1/3 hingga 1/8 dari luas poster dan
menjelaskan lebih detail isi dari poster tersebut. Jenis
hurufnya harus yang dapat terbaca, seperti tipe sans
sherif.
 Logo
Logo dari instansi yang mengeluarkan poster tampil
di pojok kiri -kanan atas atau bawah tergantung selera.
Memenuhi 1/50 dari bagian poster.
 Desain
Warna yang senada antara foto/ ilustrasi, warna
teks hingga warna dalam latar belakang. Ukuran standar
poster: 48 x 62 cm.

 Brosur/Leaflet
Brosur atau leaflet dapat dibagi menjadi 2 yatu:
 Flier: dari kata fly, yaitu selebaran kecil yang dicetak murah
dan murah.
 Brosur, leaflet, pamplet berukuran lebih besar dari flier,
tanpa atau dengan lipatan. Umumnya kedua sisinya di
desain, berwarna sehingga biaya produksinya menjadi
lebih mahal. Apapun istilahnya, yang penting brosur
dipahami sebagai lembar informasi yang lebih detail
dengan jumlah halaman yang lebih banyak dan mudah
dieksplorasi. Karena biaya produksinya yang cukup tinggi
biasanya brosur tidak dibagikan di tempat umum tapi dapat
dibagikan di acara-acara, pameran atau event dimana
target sasaran banyak berkunjung.
Bagian dari Brosur:
 Judul
Judul menempati urutan awal di atas lembaran
brosur ketika tertutup. Prinsip mendesain cover brosur
sama halnya dengan prinsip mendesain poster.
 Paragraf
Paragraf mengisi sebagian besar brosur/leaflet
dengan memperhatikan kaidah penulisan yang baik,
sederhana dan benar. Jika perlu, sederhanakan
paragraph dengan point-point kalimat, sub judul
paragraf, caption (kutipan) hingga fakta dan data.
 Ilustrasi Foto
Ilustrasi atau fotografi memenuhi 1/2 hingga 1/3
bagian untuk mendukung informasi paragraf.
 Desain
Menerapkan prinsip kesimbangan atara
paragraf, foto/ilustrasi, judul dan elemenelemen desain
yang lain. Gunakan jenis huruf yang terbaca jelas dan
tidak lebih dari 2 tipe jenis huruf untuk
mempertahankan konsistensi brosur. Perhatikan
jumlah kolom dan keseimbangannya dengan elemen-
elemen lain di dalam lembar brosur tersebut.

 Booklet
Booklet adalah sebuah media publikasi yang terdiri dari
beberapa lembar halaman, namun tidak setebal sebuah buku.
Desain booklet
 Fungsi booklet sebagai media publikasi yang dapat
menampung cukup banyak informasi karena memiliki
halaman yang dapat disesuaikan.
 Ukuran booklet bervariasi, kebanyakan sekitar 15x21cm,
12x18cm dengan jumlah hamalam 32, 36 dan 42 agar
ringan mudah dibawa-bawa dan dikantungi.
 Urutan-urutan booklet pada umumnya adalah : Cover
depan (berisi judul dan foto/ilustrasi pendukung),
pendahuluan, paragraf isi, fakta dan data, foto, ilustrasi
dan penutup.
 Kesatuan pada tiap-tiap halaman booklet didapat dari
penggunaan warna, penggunaan grid dengan ukuran yang
serupa, kesamaan jenis huruf, gaya foto atau gaya ilustrasi
dan elemen lain seperti lengkung atau blok warna yang
konsisten.

 Fact Sheet/Lembar Fakta


Lembar fakta adalah beberapa lembar halaman dalam
satu map yang menyediakan fakta-fakta cepat tentang suatu
issu/ permasalahan. Hal ini dapat mencakup latar belakang,
manfaat, kapan, dimana dan bagaimana informasi tentang
issu tersebut.
Sebuah fact sheet, juga berisi data dalam format yang
menekankan poin kunci singkat. Tata letak sederhana dan
sering standar, dan biasanya pada halaman dicetak tunggal.
Lembar fakta sering mengandung informasi data teknis, daftar,
statistik, jawaban atas pertanyaan umum, materi pendidikan,
atau bagaimana-untuk, "do-it-yourself" saran.
Cara menulis lembar fakta:
 Jelaskan secara sederhana penggambaran fakta yang
didapat/ yang ada.
 Penulisan berdasarkan klasifikasi, membahas golongan
dan jenis dari pokok permasalahan yang sedang dibahas.
 Penulisan berdasarkan perbandingan dan mencoba
melihat keuntungan dengan konsekuensi dari berbagai
sudut pandang terhadap suatu pemecahan masalah.
 Penulisan berdasarkan sebab-akibat.
 Penulisan berdasarkan deskripsi, menguraikan masalah
dari aspek fisik secara rinci.
 Penulisan berdasarkan proses atau narasi,
menggambarkan sesuatu dalam kurun waktu tertentu atau
menceritakan apa yang terjadi ketika suatu peristiwa terjadi
atau berlangsung.

Desain Fact Sheet/ Lembar Fakta


 Fungsi factsheet sebagai media publikasi yang dapat
menampung cukup banyak informasi karena memiliki
halaman yang dapat disesuaikan.
 Ukuran factsheet bervariasi, kebanyakan di sekitar 21x30
cm jika tertutup dengan jumlah variasi lipatan 2 atau 3.
 Setiap lembar dari factsheet diurutkan berdasarkan artikel
bab, mulai dari latar belakang, penjabaran isi, dan
penutup.
 Dibuatkan suatu wadah untuk menampung lembaran-
lembaran fakta tersebut, misalnya sebuah map yang
didesain sesuai dengan isi lembaran fakta tersebut.

3) Pengembangan Media Elektronik


 Radio Spot
Radio spot merupakan iklan singkat yang disiarkan
melalui siaran radio Biaya memasang iklan di radio masih
tergolong murah dibandingkan dengan beriklan di televisi dan
media cetak. Di Indonesia, terutama di daerah, radio masih
bisa menjangkau lebih banyak telinga jika dibandingkan
dengan televisi dan media cetak, bahkan sampai ke pelosok
yang tidak terjangkau televisi dan media cetak.
Sebagai sebuah media untuk beriklan, radio
mempunyai kekuatan dan juga kelemahan. Tentu saja hal ini
perlu diperhatikan agar pengiklan dapat memilih media
dengan tepat untuk program pemasarannya.
Format Radio Spot
Naskah radio spot bentuknya seperti menulis naskah
sandiwara atau screenplay. Naskah ditulis dengan bahasa
lisan atau percakapan. Jadi tidak terlalu gramatikal. Dalam hal
ini, bahasa lebih penting dari pada tata bahasa. Tentu saja
dengan pertimbangan kepada siapa kita berbicara atau siapa
target audience-nya. Berbeda dengan iklan media cetak, radio
spot mempunyai batasan waktu. Waktu untuk iklan radio
dibatasi oleh durasi dan dihitung berdasarkan detik. Biasanya
ketententuan pengaturan waktu dalam iklan radio sebagai
berikut:
 Umumnya 60 detik (ada yang 30 atau 45 detik)
 Waktu 5-10 detik pertama sebagai building situation
(pendengar sudah tahu setting dan tokoh)
 Detik ke-11 sampai dengan 45 berisi konflik
 Detik ke-45 hingga 60 berisi solusi
Penulisan naskah radio spot harus memperhatikan
karakteristik sebagai berikut:
 Theater of the mind, artinya harus mampu membuat
pendengar berimajinasi mengenai pesan yang
disampaikan.
 Pribadi, artinya media yang paling intim dengan khalayak
sasaran. Iklan di radio seperti tidak berjarak. Pesannya
seperti orang yang berbicara langsung dengan kita.
 Radio kurang menjadi perhatian penuh pendengarnya.
Biasanya iklan di radio didengarkan sambil melakukan
pekerjaan lain.
 Iklan ditayangkan hanya sekelebat, sekali dengar.
Naskah Radio Spot
Prinsip-prinsip dalam menulis naskah radio spot, yaitu:
 Menulis untuk berbicara, bukan untuk dibaca atau ditatap.
Elemen radio adalah suara bukan teks. Pilihan kata yang
digunakan adalah kata dan kalimat yang mudah
dimengerti, yaitu akrab dalam percakapan sehari-hari.
"Saya Titik Puspa", bukan "Saya adalah Titik Puspa". Kata
"adalah" merupakan konsumsi media cetak sehingga
harus dihilangkan. Dalam hal ini bahasa lebih diutamakan
dari pada tata bahasa.
 Menulis sebagai bentuk komunikasi langsung. Copywriting
yang dihasilkan juga bersifat langsung kepada target
audience, yaitu pendengar radio. Tidak ada istilah pihak
ketiga atau pihak keempat yang harus dituju.
 Menulis dalam kerangka kreatif dari individu ke individu.
Komunikasi siaran radio adalah hubungan antarpribadi.
Citra yang dihidupkan adalah medium komunikasi
personal. Sehingga copywriting yang diciptakan harus
mencapai keakraban komunikasi personal, dengan jalan:
 Menghindari menulis dengan berpidato, kecuali jika
memang konsep kreatifnyademikian.
 Bunyi tulisan harus membentuk suasana informal.
 Copywriting harus menciptakan suasana akrab dan
bersahabat.
 Copywriting harus komunikatif, to the point. Satu ide,
satu kalimat, serta ringkas dan padat.
 Menulis dengan prinsip sekali ucap, langsung dimengerti.
Kalimat yang panjang harus dibuat menjadi pendek dan
sederhana.
 Menulis dengan kesadaran bahwa hasil karyanya akan
diwujudkan dalam bentuk suara. Kata dan gayanya
berperan sebagai jembatan komunikasi sehingga peran
penjualan dapat tersalurkan dengan baik, dengan demikian
maka:
 Kata-kata yang digunakan harus bermakna kongkrit.
 Jangan menggunakan kata-kata abstrak.
 Hindari menggunakan kata yang bunyinya mirip dalam
satu kalimat. Misalnya, kentang--ketan, kepala--kelapa.
 Buatlah semacam ucapan atau kata-kata pemancing
perhatian di akhir dialog. Dalam bahasa Inggris biasanya
disebut dengan hook. Atau buatlah Tagline yaitu
slogan dari pesan yang disampaikan.

4) Pengembangan Desain Media Luar Ruang


Media luar ruang bisa disebut juga dengan media luar
rumah karena penempatan/penggunaannya di luar rumah. Ada
beberapa jenis media luar ruang yaitu:
 Billboard
Gampang sekali untuk mencirikan dan menemukannya
karena kini dimana-mana terdapat billboard dengan bermacam
macam ukuran, visual dan bentuk. Billboard merupakan salah
satu media luar ruang yang sangat efektif untuk dipakai dalam
melakukan kegiatan KPP atau promosi kesehatan.
Bagian billboard
Billboard dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
 Media Pesan
 Kontruksi

 Media Pesan
Perkembangan dunia percetakan sangat maju sekali
yaitu dengan ditemukan bahan vinyl yang sifatnya lentur,
fleksibel seperti plastik. Karena sifatnya seperti plastik maka
bahan ini kuat sekali tidak mudah robek, elastis, tahan akan
perubahan cuaca tidak seperti kertas atau kain, ringan dan
memerlukan sedikit waktu untuk memasangnya.
Konstruksi
 Konstruksi besi/baja
 Konstruksi kayu/bambu
Untuk media luar ruang, penting diperhatikan dalam
membuat keputusan atas 3 dasar :
 Sasaran
Siapa yang ingin jadi sasaran: anak-anak, remaja,
orang tua, umum, komunitas tertentu atau profesi. Siapa yang
ingin melakukan/mengerjakan (partner)
 Waktu
Waktu yang tepat untuk menjangkau sasaran.
Musim hujan biasanya terjadi banjir dan timbul penyakit
penyakit seperti DBD dan Chikungunya. Itu dapat
digunakan sebagai momen yang tepat untuk kita
menyampaikan pesan kesehatan melalui media luar ruang.
 Biaya
Budget atau biaya yang anda punya (anggaran).
Berapa besar biaya yang anda punya untuk berpromosi
menggunakan media luar ruang karena akan bersangkutan
dengan biaya produksi, perawatan dan perpajakan. Tapi
perlu diingat bahwa keberhasilan dalam berpromosi tidak
bisa ditentukan oleh satu media saja tetapi harus
bervariasi dan berkelanjutan.

 Spanduk
Spanduk adalah kain atau plastik yang direntangkan
dan berisi informasi singkat. Pada umumnya penempatannya
di luar ruang. Di dalam spanduk pesan-pesan yang
disampaikan lebih singkat, jelas dan pesan yang disampaikan
biasanya menurut kebutuhan.
Ciri – ciri spanduk:
 Bentuk berupa kain yang merentang secara horizontal.
Selain kain dapat juga memakai bahan flexy (digital print).
 Ukuran spanduk standar 90cmx6m, bisa juga berukuran
1mx6m, 1mx5m dan 1mx4m.
 Isi pesan berisi tema, judul, tempat, tanggal kegiatan dan
logo ditambah gambar jika perlu.
 Direntangkan menggunakan tali dikedua sisinya, ditempel
pada tiang, dinding atau pagar.
Fungsi spanduk :
 Sebagai salah satu media pendukung
 Untuk memberitahukan kepada masyarakat umum tentang
kegiatan yang sedang berlangsung.
Lokasi pemasangan spanduk dapat di lokasi
pertemuan atau lokasi strategis sebagai informasi kesehatan
atau informasi suatu kegiatan/event

 Umbul-umbul
Pada umumnya umbul-umbul dibuat dari kain,
penempatannya di sisi jalan, pesan yang disampaikan singkat.
Ciri – ciri umbul-umbul :
 Bahan terbuat dari kain yang merentang secara vertikal.
Selain kain dapat juga memakai bahan flexy (digital print).
 Ukuran umbul-umbul standar 90cmx6m, bisa juga
berukuran lebih kecil : 90cmx5m, 1mx5m, 1mx4m, 1mx3m
atau 60cmx 1.5m
 Isi pesan berisi tema, judul, tempat, tanggal kegiatan dan
logo ditambah gambar jika perlu
 Menggunakan warna-warna yang menarik perhatian
 Diikat menggunakan tali pada sebatang bambu/kayu,
ditancapkan/ditanam di sisi-sisi jalan atau diikat pada
pagar atau tiang-tiang listrik/lampu jalan.
Fungsi umbul-umbul :
 Sebagai media pendukung
 Untuk memberitahukan kepada masyarakat umum tentang
kegiatan yang sedang berlangsung.
 Meramaikan suasana dalam kegiatan yang sedang
berlangsung.
 Sebagai penunjuk arah atau lokasi kegiatan.
 Lokasi pemasangan umbul-umbul dapat di lokasi
pertemuan di depan pintu masuk atau gerbang sebagai
informasi kesehatan atau informasi suatu kegiatan/event

 Giant banner
Sejenis spanduk tetapi ukuran untuk media yang satu
ini sangat besar dan tidak umum karena menyesuaikan tempat
pemasangannya. Informasi yang disampaikan singkat, padat
dan jelas.
Ciri – ciri giant banner :
 Bahan terbuat dari kain yang merentang secara vertical
atau horizontal menyesuaikan tempat yang ada. Selain
dari kain, giant banner banyak juga yang menggunakan
bahan flexy (digital print).
 Ukuran giant banner 4mx6m, 5mx10m, 6mx12m dan
seterusnya.
 Isi pesan berisi tema, judul, tempat, tanggal kegiatan dan
logo
 Direntangkan pada salah satu dinding gedung, hotel,
jembatan dengan cara diikat
Fungsi giant banner :
 Sebagai media pendukung
 Untuk memberitahukan kepada masyarakat umum tentang
kegiatan yang sedang berlangsung.
 Sebagai penunjuk arah atau lokasi kegiatan.

 Papan reklame
Papan reklame adalah poster dalam ukuran besar,
poster ukuran besar ini didesain untuk dilihat oleh orang-orang
yang melakukan perjalanan dengan kendaraan. Dua jenis
papan reklame untuk digunakan dalam kampanye periklanan
adalah poster panelis dan painted bulletin.

 Poster panel
Poster panel merupakan suatu kertas besar yang
dicetak sesuai dengan keinginan pemesan. Barang cetakan ini
dapat dicetak puluhan ribu untuk menghemat biaya, dan
kemudian ditempel pada panel besar yang dilengkapi dengan
kaki karangka dan bantuan cahaya lampu. Lembaran kertas ini
mirip kertas dinding yang tahan terhadap perubahan cuaca
dan gangguan hujan.
Langkah – langkah pembuatan media luar ruang
Langkah-langkah pengembangan media luar ruang pada
prinsipnya adalah sama dengan pengembangan media cetak
seperti poster, dll, yaitu:
 Tetapkan tujuan
 Tetapkan sasaran
 Merancang tema
 Membuat draft rancangan atau naskahnya
 Membuat draft visualnya
 Tetapkan ukurannya
 Melakukan pembahasan dengan berbagai pihak serta
minta persetujuan konseptor
 Finalisasi desain

6. KEMITRAAN
1. Definisi

Definisi di lndonesia istilah kemitraan atau partnership masih relatif


baru, namun demikian praktiknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi
sejak zaman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah
gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan. Robert Davies,
ketua eksekutif The Prince of Woles Bussines Leader Forum merumuskan,
“Portnership is a formol cross sector relotionship between individuals,
groups or organizotion who”.

1. Work together to futlfil an obligotion or undertoke o specific tosk

2. Agree in odvonce whot to commint ond whot to expect

3. Review the reldtionship regulary ond revise their ogreement os


necessary, and

4. Share both risk ond the benefits

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan


adalah suatu kerjasama formal antara individu, kelompok atau organisasi
untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama
tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan orang yang
terlibat dalam kemitraan, tentang peninjauan kembali terhadap
kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam risiko
maupun keuntungan yang diperoleh.

Dari definisi ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu
kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu, bersama
mencapaitujuan tertentu (yang disepakati), Saling menanggung risiko dan
keuntungan. Pentingnya kemitraan atau pdrtnership inj mulai digencarkan
oleh WHO pada konferensi internasional promosi kesehatan yang
keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu
dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerlasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga
didasari dengan kesetaraan. Mengingat kemitraan adalah bentuk
kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak yang terlibat didalamnya harus
ada kerelaan dtri untuk bekerjasama dan melepaskan kepentingan orang
yang terlibat dalam kemitraan kemudian membangun kepentingan bersama

Oleh karena itu membangun kemitraan harus didasarkan pada berikut ini:

a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan


b. Saling percaya dan menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan berkoran baik waktu, maupun sumberdaya yang lain

2. Prinsip
Dalam membangun kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu Jipahami
oleh masing anggota kemitraan, yaitu:
1. Equity atau Persamaan. Individu atau organisasi yang telah bersedia
menjalin kemitraan harus merasa "duduk sama rendah berdiri sama tinggi”.
Oleh sebab itu didalam forum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan,
tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena
merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
2. Transparancy atau keterbukaan. Keterbukaan maksudnya adalah apa yang
menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yang menjadi kekurangan atau
kelemahan tiap anggota harus diketahui oleh anggota Iainnya. Demikian
pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang satu harus
diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu
terhadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan
yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling
membantu diantara anggota.
3. Mutual benefit atau saling menguntungkan. Menguntungkan disini bukan
selalu diartikan dengan materi ataupun uang tetapi lebih kepada non materi.
Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergitas
dalam mencapai tujuan bersama.

3. Landasan
Terdapat 7 landasan kemitraan, sebagai berikut:
1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur)
2. Saling memahami kemampuan anggota (kapasitas unit atau organisasi)
3. Saling menghubungi secara proaktif
4. Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan
perasaan
5. Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu
6. Saling mendorong atau mendukung kegiatan
7. Saling menghargai kenyataan/kemampuan pribadi (reward)

4. Pengembangan dalam Kemitraan


Terdapat 6 pengembangan dalam kemitraan sebagai berikut:
1. Penjajakan atau persiapan.
2. Penyamaan persepsi.
3. Pengaturan peran.
4. Komunikasi intensif.
5. Melakukan kegiatan.
6. Melakukan pemantauan & penilaian.

7. Menggeraakan Peran Serta Masyarakat


1. Definisi
Peran serta masyaral(at adalah keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan
yang diprogramkan pemerintah khususnya masalah kesehatan masyarakat,
melalui wadah atau forum yang ada di masyarakat. Mengingat jumlah tenaga
kesehatan belum mampu mengatasi semua masalah kesehatan masyarakat,
maka peran serta masyarakat sangat diharapkan untuk membantu mengatasi
masalah tersebut. Untuk mengenal masalah dan kebutuhan masyarakat,
diperlukan bimbingan dan motivasi dari tenaga kesehatan dan bekerja sama
dengan sektor yang terkait.
Pendekatan dilakukan melalui tokoh masyarakat (TOMA), pemangku adat
untuk membahas masalah dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat.
Petugas kesehatan memberikan bimbingan pemecahan masalah dan
memenuhi kebutuhan berdasarkan sumber daya setempat. Masalah dan
kebutuhan masyarakat hanya sebagian yang diatasi sendiri oleh masyarakat,
untuk pelayanan kesehatan diberikan langsung oleh tenaga kesehatan dan
dokter puskesmas.
2. Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan jumlah dan mutu upaya masyarakat di bidang
kesehatan.
Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan kemampuan tokoh/pemuka masyarakat dalam
menggerakkan upaya kesehatan.
2. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggali, menghimpun
dan mengelola dana (sarana) masyarakat untuk kesehatan
4. Untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga
negara dan masyarakat yang berkepentingan (public lnterest) dalam
rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan masalah
kesehatan
5. Meningkatkan persatuan dan kebersamaan gotong royong dalam
menyelesaikan masalah secara mandiri.
3. Tahap Peran Serta Masyarakat
1. Tahap pendekatan tingkat desa atau penjajakan. Pada awal
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat akan tahu apa
sebenarnya yang dibutuhkan dan juga potensi apa yang dimiliki oleh
masyarakat. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah: pengenalan
masalah, pengenalan sosiobudaya masvarakat setempat dan penentuan
prioritas masalah, identifikasi potensl masyarakat, dan sumber lainnya
serta pemecahan masalah dan pemikiran alternatif pemecahan masalah
a. Pengenalan masalah Masalah adalah kesenjangan antara apa
yang ditemukan dengan apa yang seharusnya, atau adanya suatu
kesenjangan antara apa yang diharapkan (what should be)
dengan apa yang terjadi (what it is).
1. Masalah yang menyangkut masyarakat.
2. Masalah manajemen upaya kesehatan.
3. Masalah pada ljngkungan.
Contoh masalah target kunjungan ibu hamil 100% dari ibu hamil
yang ada jumlah ibu hamil 100 orang). Hasil Kegiatan jumlah
kunjungan ibu hamil 75 orang. Kesenjangan: target tidak tercapai
25% hanya tercapai 75% dari ibu hamil yang ada
b. Penentuan prioritas masalah Diusahakan prioritas masalah dipilih
melalui kesepakatan. Penentuan prioritas masalah diperlukan
karena adanya keterbatasan sumber daya dibandingkan dengan
problem dan atau kebutuhan vang harus diselesaikan atau
dipenuhi. Problem dan kebutuhan kesehatan lebih besar
dibandingkan dengan sumber daya yang ada.
c. Merumuskan masalah Menggunakan rumus 5 W + I H what = Apa
masalah, Who = Siapa yang terkena masalah, When = kapan
masalah Ierjadi, Where = Dimana masalah terjadi, Why =
mengapa masalah itu terjadi dan How = Bagaimana/Berapa besar
masalahnya
d. Mencari akar penyebab masalah Kategori yang dapat digunakan
adalahl man, money, materiol, metode, apa, bagaimana,
mengapa, dimana.
e. Menetapkan cara memecahkan masalah Kesepakatan di antara
anggota masyarakat. Bila tidak terjadi kesepakatan, dapat
digunakan kriteria matriks. Harus dicari alternatif pemecahan
masalahnya.
2. Tahap perencanaan, dengan membuat rumusan tujuan kegiatan,
menyusun rencana kegiatan dan berikutnya melakukan
pengorganisasian kegiatan. Pada tahapan ini dilakukan survei mawas
diri (community self survey)
3. Tahap persiapan pelaksanaan, melakukan Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD), penyuluhan tentang kegiatan yang akan dilakukan
selanjutnya dilakukan orientasi dan latihan bagi petugas {kader) dan
selanjutnya menyiapkan fisik dan non fisik untuk melaksanakan
kegiatan.
4. Tahap pelaksanaan kegiatan di lapangan, adalah melakukan advokasi
kepada penentu kebijakan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
kompenen masyarakat lainnya yang mempunyai pengaruh dalam
keberhasilan kegiatan, selanjutnya dilakukan KIE, KIP konseling,
melakukan pemberdayaan institusi masyarakat, dan akhirnya dilakukan
pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat.
5. Monitoring dan Evaluasi, melakukan pengawasan dan evaluasi
kegiatan. Apabila program berjalan dengan baik dilakukan pembinaan
pelestarian kegiatan.

4. Tingkat Peran Serta Masayarakat


1. Peran serta masyarakat karena lmbalan (reward). Adanya peran serta
karena adanya imbalan tertentu yang diberikan baik dalam bentuk
imbalan materi atau imbalan kedudukan.
2. Karena paksaan, ancaman atau sanksi Masyarakat berperan serta
karena adanya ancaman atau sanksi dari pemerintah.
3. Timbul karena kesadaran, tanpa adanya paksaan atau harapan
mendapat imbalan, disertai kreasi dan daya cipta
4. Teknik kombinasi, karena kesadaran disertai dengan mendapat
imbalan.

5. Bentuk Peran Serta Masyarakat


1. Posyandu (pos pelayanan terpadu)
Wadah pelayanan masyarakat untuk menunjang kesehatan ibu dan
anak
2. Poskesdes (pos kesehatan desa)
Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat untuk menyediakan
pelayanan dasar masyarakat desa
3. KP KIA (Kelompok Pembelajaran Kesehatan lbu dan Anak)
kelompok belajar tentang kesehatan ibu dan anak yang beranggotakan
semua ibu hamil dan menyusui di wilayah desa. Kegiatan ini d ibim bing
oleh kader posyandu setempat.
4. Tabulin (Tabungan lbu Bersalin)
Tabulin adalah uang yang dikumpulkan oleh ibu hamil dan disimpan
sendiri di rumah, bank atau bidan yang akan membantu persalinan.
Pada saat ini tabulin sudah hampir tidak ada, mengingat pemerintah
telah memberikan pelayanan melahirkan gratis bagi keluarga miskin
melalui program Jampersal, dan saat ini dikenal dengan program
KlS(Kartu Indonesia Sehat) dan BPJS {Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) Kesehatan.
5. Dosalin (Dana Sosial Bersalin)
Dana bersama yang dikumpulkan warga dan dikelola oleh pengurus
berdasarkan kesepakatan bersama dengan warga, bentuk tabungan
bisa dengan mengumpulkan barang yang bisa diuangkan. Dosalin ini
juga sudah tidak ada lagi diselenggarakan di desa.
6. Donor darah berjalan
Fasilitas untuk mengetahui golongan darah
7. Ambulan desa
Suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan
warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan ke tempat
pelayanan kesehatan.

6. Pengembangan Peran Serta Masyarakat


Peran masyarakat perlu dikembangkan sehingga masyarakat
mempunyai kemampuan mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya.
Hal ini sangat membantu tenaga kesehatan dan pemerintah mencapai
target kesehatan masyarakat secara menyeluruh "health for all".
Ciri pengembangan peran serta masyarakat:
1. Langkah berantai
2. lntensitas tiap langkah berbeda hal ini tergantung situasi dan
kondisi masyarakat.
3. Tiap langkah ada dasar rasional.
4. Mempunyai tujuan rasional.
5. Secara kumulatif akan menghasilkan perubahan yang diharapkan.
6. Hakekat merupakan rangkaian yang mencerminkan lingkaran
pemecahan masalah dan proses perubahan.
Langkah pengembangan peran serta masyarakat:
1. Pendekatan tingkat desa
2. Pendataan dan perumusan masalah
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan dan penilaian
5. Pemantapan dan pembinaan

8. Komunikasi dalam Advokasi


Komunikasi menjadi relevan sebagai salah satu strategi untuk
mendukung tujuan pengendalian masalah kesehatan, ditunjukkan dengan
masuknya Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS) dalam
strategi masalah kesehatan global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
pembentukan kelompok kerja AKMS pada gerakan STOP masalah
kesehatanpartnership, meningkatnya jumlah program untuk
mempromosikan mobilisasi masyarakat yang terkena dampak, dan
sejumlah besar program nasional yang menerima dana dari Global Fund
untuk melakukan kegiatan AKSM (Waisbord 2007). WHO (2008) telah
menguraikan penggunaan AKMS dalam kegiatan pengendalian masalah
kesehatan. Advokasi fokus pada para pengambil keputusan atau
pemimpin masyarakat, komunikasi umumnya menargetkan individu atau
kelompok di masyarakat, dan mobilisasi sosial bertujuan untuk untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat luas dan komunitas tertentu.
Advokasi bertujuan untuk meningkatkan sumber daya atau mendapatkan
penerimaan komitmen politik, dukungan kebijakan dan kepemimpinan
sosial, untuk pengembangan program (Mc Kee et al 200b dalam Mc Kee
et al 2004, Notoatmodjo 2007). Schiavo (2014) menggunakan istilah
advokasi publik (public advocacy) sebagai penggunaan strategi
komunikasi untuk mempengaruhi perubahan opini publik dan sikap
sehingga mempengaruhi pembuat kebijakan atau pengambil keputusan
dan mempromosikan perubahan perilaku, norma-norma sosial, kebijakan,
dan alokasi sumber daya untuk manfaat kelompok masyarakat atau
organisasi. Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches)
terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan suatu program. Berangkat dari pengertian tersebut, maka
yang menjadi sasaran atau target advokasi adalah para pemimpin suatu
organisasi atau institusi kerja baik dilingkungan pemerintah maupun
swasta serta organisasi kemasyarakatan. Aspek komunikasi, advokasi
adalah salah satu komunikasi personal, interpersonal, maupun massa
yang ditujukan bagi para penentu kebijakan (policy makers) pada semua
tingkat dan tatanan sosial. Secara operasional, Notoatmodjo (2012)
mengutip definisi advokasi yang di gunakan WHO: “advocacy is a
combination of individual and social action designed to gain political
commitment, policy support, social acceptance and system support for
particular health goal or program”. Such action by may be taken by and or
on be half of individual and groups to create living condition which are
conducive to healt and the achievement of healthy life style”.
Berangkat dari uraian pengertian advokasi tersebut diatas,
Notoadmodjo berpendapat bahwa advokasi mempunyai dimensi yang
luas dan komprehensif. Advokasi bukan sekedar melakukan lobi-lobi
politik tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat, dan
bahkan sampai memberikan tekanan kepada para pemimpin institusi.
Advokasi tidak hanya dilakukan oleh individu tetapi juga oleh kelompok
atau organisasi maupun masyarakat. Tujuan utama advokasi adalah to
encourage publicies that are supportive to health. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi antara antara pendekatan
atau kegiatan individu dan sosial, untuk memperoleh komitmen politik,
dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem yang
mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.
Kegiatan komunikasi termasuk menyebarkan informasi yang
akurat dan menghilangkan mitos tentang masalah kesehatan, atau
mendidik dan mendorong orang mengenai masalah kesehatan dan
anggota keluarga mereka untuk lebih aktif terlibat dalam perawatan dan
untuk mendukung pendekatan komunitas untuk memfasilitasi
penyelesaian pengobatan. Mengorganisir kegiatan mobilisasi sosial dan
partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kesadaran, mempromosikan
perilaku mencari kesehatan, menginspirasi dialog, dan meningkatkan
kepedulian masyarakat dan tindakan untuk pengendalian. Arus
komunikasi advokasi Kesehatan. Komunikasi dalam rangka advokasi
kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif
antara lain sebagai berikut:

1.      Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus


disusun sedemikian rupa sehingga jelas, baik isinya maupun
bahasa yang digunakan.
2.      Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan
kepada kebenaran. Pesan yang benar adalah pesan yang disertai
fakta atau data empiris.
3.      Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi
mengajukan usulan program yang dimintakan dukungan dari para
pejabat terkait, maka harus dirumuskan dalam bentuk yang kongkrit
(bukan kira-kira) atau dalam bentuk operasional.
4.      Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis
komunikasi adalah karena belum lengkapnya pesan yang
disampaikan kepada orang lain.
5.      Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat,
tidak bertele-tele.
6.      Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima
oleh para pejabat, maka harus meyakinkan, agar komunikasi
advokasi kita diterima
7.      Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat
kontekstual. Artinya pesan atau program yang akan diadvokasi
harus diletakkan atau di kaitkan dengan masalah pembangunan
daerah bersangkutan. Pesan-pesan atau program-program
kesehatan apapun harus dikaitkan dengan upaya-upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah setempat.
8.      Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan
advokasi kepada para pejabat, harus mempunyai keberanian
berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang
bersangkutan.
9.      Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan
tidak boleh keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat,
hindari sikap "menggurui" para pejabat yang bersangkutan.
10.  Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap
sopan, baik sopan dalam tutur kata maupun penampilan fisik,
termasuk cara berpakaian.

9. Persyaratan Materi Advokasi


Persyaratan dala menyusun ateri advokasi adalah sebagai berikut:
1. Dapat dipercaya
2. Mungkin untuk dilaksanakan
3. Sesuai dengan masalah
4.Harus segera dilaksanakan
5. Menjadi prioritas utama
10. Langkah Advokasi
a. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun
bahan/materi atau instrumen advokasi.Bahan advokasi adalah: data
informasi dan bukti yang dikemas dalam bentuk tabel, grafik atau
diagram yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau
dampak masalah, dampak ekonomi, dan program yang
diusulkan/proposal program.
b. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.
c. Tahap Penilaian
Program yang menjadi prioritas di abad XXI adalah:
1) Mendorong kepedulian masyarakat pada kesehatan
2) Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan
3) Memperluas kemitraan dalam promosi kesehatan
4) Meningkatkan kemampuan komunitas dan kekuatan individu
5) Memelihara infrastruktur dalam promosi kesehatan
Melihat Prioritas Pencapaian tersebut, maka kita perlu
memperhatikan langkahlangkah advokasi yang akan dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa Advokasi merupakan proses
yang tidak sederhana. Sasaran advokasi hendaknya
diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1) memahami/menyadari persoalan yang diajukan
2) tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan
3) mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
4) menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
5) menyampaikan langkah tindak lanjut
Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama waktu yang
disediakan untuk advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut
berhasil. Langkah tindak lanjut yang tercetus di ujung perbincangan
(misalnya dengan membuat disposisi pada usulan/proposal yang
diajukan) menunjukkan adanya komitmen untuk memberikan
dukungan. Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah
“Tepat, Lengkap, Akurat, dan Menarik”. Artinya bahan advokasi harus
dibuat:
1) Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikannya, jabatannya,
budayanya, kesukaannya, dan lain-lain).
2) Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi.
11. Pelaksana Advokasi
Pelaksana Advokasi Untuk mencapai tujuan dari penerapan
promosi kesehatan tersebut di atas, dalam realisasinya membutuhkan
faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilannya yaitu sumber daya
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan, sumber daya yang
dibutuhkan seperti halnya metode dan media yang tepat, serta beberapa
sarana/prasarana yang dipakai dalam kegiatan diantaranya peralatan
multimedia, komputer/laptop, dan lainlain. Sedangkan sumber daya yang
utama dan yang akan menggunakan media maupun sarana pendukung
tersebut adalah sumber daya manusia. Sumber daya utama yang
diperlukan tersebut adalah pelaksana penerapan pada klien. Dalam hal
ini pelaksana utama adalah:
a. Semua petugas kesehatan yang melayani klien. Bila berada dalam
tatanan klinik, maka pelaksana yang terlibat adalah petugas
kesehatan yang bekerja dalam rumah sakit, puskesmas, balai
kesehatan, dan lain lain. Semua tenaga kesehatan di sini termasuk
petugas medis maupun tenaga profesional yang terlibat dalam
penanganan klien
b. . Tenaga khusus promosi kesehatan, yaitu para pejabat fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat. Prinsip dasar Advokasi tidak hanya
sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif,
memberikan semangat dan bahkan sampaimemberikan pressure atau
tekanan kepada para pemimpin institusi. Karenanya, sangat penting
bagi pelaksana advokasi untuk meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi. Peran komunikasi sangat penting, sehingga
komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat
khusus agar dapat berjalan efektif. Kiat-kiatnya antara lain sebagai
berikut:
1) Jelas (clear)
2) Benar (correct)
3) Konkret (concrete)
4) Lengkap (complete)
5) Ringkas (concise)
6) Meyakinkan (convince)
7) Konstekstual (contexual)
8) Berani (courage)
9) Hati–hati (coutious)
10) Sopan (courteous)

12.   ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI


           Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan
para penentu kebijakan atau para pembuat keputusan sedemikian rupa
sehingga mereka memberikan dukungan baik kebijakan, fasilitas dan
dana terhadap program yang ditawakan.
         Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan
tidaklah mudah, memerlukan argumentasi – argumentasi yang kuat.
Dengan kata lain, berhasil tidaknya advokasi bergantung pada kuat atau
tidaknya kita menyiapkan argumentasi. Dibawah ini ada beberapa hal
yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan advokasi,
antara lain:
a. Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau
institusi yang menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya
atau meyakininya. Orang yang akan melalukan advokasi (petugas
kesehatan) harus Creadible. Seseorang itu Creadible apabila
mempunyai 3 sifat, yakni:
1)      Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan tentang
bidangnya.
2)      Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang
dimiliki seseorang berdasarkan aturan organisasi yang
bersangutan.
3)      Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap
jabatan atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
b.       Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik,
maupun ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak
(feasible) artinya program tersebut dapat dilaksanakan. Artinya dari
segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut,
mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.
c. Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2
kriteria, yakni: memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar
memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
d. Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang
tinggi: harus segera dilaksanakan dan kalau tidak segera
dilaksanakan akan menimbulkan masalah

13. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI


a. Pendekatan advokasi
Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002)
yaitu:
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam
penyusunan hukum, peraturan maupun pemimpin politik, yaitu
mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat berpengaruh
dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial
termasuk kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu sangat
penting melibatkan meraka semaksimum mungkin dalam isu yang
akan diadvokasikan.
2.      Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk
opini publik. Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi
publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal, membangun dan
menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam
proses advokasi.
3.      Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya
jaringan, kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi-
organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama.
Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama
yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama/hampir
sama.
4.      Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakam suatu proses
mengorganisasikan individu yang telah termotivasi ke dalam
kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah
ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu
dapat diubah menjadi tindakan kolektif
5.      Membangun kapasitas
Membangu kapasitas disini di maksudkan melembagakan
kemampuan untuk mengembangakan dan mengelola program yang
komprehensif dan membangun critical mass pendukung yang
memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasi
dari LSM tertentu, kelompok profesi serta kelompok lain.

b. Metode Pendekatan Advokasi


Suatu proses advokasi yang menuju tercapainya tujuan
pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh
banyak faktor, salah satunya yaitu metode. Metode harus berbeda
antara sasaran massa, kelompok atau sasaran individual
1. Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau
membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru
saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik
terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja
memperoleh/ mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan
yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu
hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara
perorangan. Perorangan disini tidak berarti harus hanya kepada
ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami
atau keluarga ibu tersebut. Dasar digunakannya pendekatan
individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau
perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui
dengan tepat bagaimana cara membantunya maka perlu
menggunakan bentuk pendekatan (metode) berikut ini, yaitu :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara) Cara ini sebenarnya merupakan
bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah
klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang
informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang
diharapkan), juga untuk menggali informasi mengapa ia tidak
atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah,
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode Kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada
besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi
maupun rendah. Merupakan metode dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan. Metode ini mudah
dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan
kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda
ceramah
- Persiapan:
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu
penceramah harus mempersiapkan diri.
i. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik.
Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau
skema.
ii. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya
makalah singkat, slide, transparan, sound system, dan
sebagainya.
-Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah
apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah.
Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis),
penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh
bersikap raguragu dan gelisah.
 Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
 Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
 Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak
duduk.
 Menggunakan alat-alat bantu lihat-dengar (AVA)
semaksimal mungkin.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap
hangat di masyarakat.

3. Media Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara
yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasaran
promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang
akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan
untuk menggugah awareness (kesadaran) masyarakat terhadap
suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada
perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat
berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang
wajar.
Pada umumnya bentuk pendekatan (metode) massa ini
tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui media
massa. Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara
massa ini, antara lain:
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari
Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat
kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB
juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/diskusi
Pidato tentang kesehatan melalui media elektronik,
baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan
bentuk promosi kesehatan massa. . Simulasi, dialog
antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan
adalah juga merupakan pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
c. Tulisan-tulisan di majalah atau koran
Tulisan baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah
merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan
massa.
d. Bill Board
Bill Board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk,
poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi
kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu
Metode-metode yang disebutkan di atas hanyalah
beberapa dari banyak metode lainnya.
Metode-metode tersebut dapat digabung atau dimodifikasi oleh
tim promosi kesehatan disesuaikan dengan penerima pesan dan
sarananya. Selain itu, metode yang digunakan juga disesuaikan
dengan tujuan dari promosi kesehatan yang dilaksanakan.

B. LATIHAN
1. Advokasi proaktif adalah jenis advokasi yang dilakukan apabila masalah
telah terjadi, namun sasaran advokasi belum memahami bahwa hal itu
merupakan suatu masalahnya dan belum ada kepedulian. Berikut ini yang
merupakan bentuk advokasi proaktif adalah...
a. Boikot
b. Kampanye
c. Demonstrasi
d. Legal standing
e. Class action
JAWABAN : B
Kampanye merupakan kegiatan atau proses terorganisir untuk
mensosialisasikan ide, wacana, pandangan terhadap suatu kebijakan
dengan tujuan mendapat dukungan public.

2. Lobby merupakan Kegatan untuk mendorong dan meloloskan suatu


tujuan dengan mempengaruhi sasaran seperti pegawai, pejabat
pemerintah atau anggota dewan sebelum kebijakan diputuskan. Proses
lobby yang baik dapat dilakukan dengan melakukan langkah berikut,
kecuali…
a. Membangun hubungan dan jadi sumber informasi
b. Memprioritaskan isu, tidak meminta terlalu banyak
c. Datang dengan tawaran solusi berdasarkan pendapat pribadi atau
orang lain
d. Mengumpulkan informasi
e. Menyiapkan kontak, materi briefing dan argument pendukung
JAWABAN : C
Proses lobby yang baik dapat dilakukan dengan melakukan 6 langkah
berikut ini:
 Membangun hubungan dan jadi sumber informasi
 Memprioritaskan isu, tidak meminta terlalu banyak
 Datang dengan tawaran solusi berdasarkan hasil penelitian atau
sumber terpercaya yang berisikan latar belakang, data dan fakta.
 Mengumpulkan informasi
 Menyiapkan kontak, materi briefing dan argument pendukung
 Melakukan kontak personal dan kelembagaan

3. Advokasi Reaktif adalah terjadi apabila sasaran advokasi sudah


merasakan adanya masalah penting yang harus diatasi. Salah satu
bentuk advokasi reaktif adalah menyampaikan aspirasi atau menentang
kebijakan suatu pihak, baik itu organisasi atau pemerintah, dimana
kegiatan tersebut merupakan upaya penekanan secara politik yang
dilakukan oleh pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Bentuk advokasi
reaktif yang dimaksud adalah…
a. Kampanye
b. Legal standing (tuntutan hukum)
c. Class action (gugatan perwakilan)
d. Demonstrasi
e. Boikot
JAWABAN : D
Demonstrasi merupakan salah satu kegiatan menyampaikan aspirasi atau
menentang kebijakan suatu pihak, baik itu organisasi atau pemerintah,
dimana kegiatan tersebut merupakan upaya penekanan secara politik
yang dilakukan oleh pihak tertentu yang memiliki kepentingan.
4. Menurut Departemen Kesehatan Replubik Indonesia (2007) terdapat 5
langkah kegiatan advokasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi,
identifikasi dan analisis kelompok sasaran, langkah selanjutnya harus
dilakukan adalah…
a. Melaksanakan kegiatan, memantau evaluasi serta melakukan tindak
lanjut
b. Menyusun strategi advokasi
c. Menentukan rencana aksi/ kegiatan advokasi
d. Menyiapkan dan mengemas bahan informasi
e. Merencanakan teknik atau acara kegiatan operasional
JAWABAN : A
Menurut Departemen Kesehatan Replubik Indonesia (2007) terdapat 5
langkah kegiatan advokasi, antara lain:
f. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi
g. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
h. Siapkan dan kemas bahan informasi
i. Rencanakan teknik atau acara kegiatan operasional
j. Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak lanjut

5. John Hopkins University–Center for Communication Program (JHU–CCP)


mengembangkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan advokasi yang
dikenal sebagai bagan “A” (A frame). Langkah Ke-3 yang harus dilakukan
menurut bagan “A” (A frame) adalah…
a. Analisis
b. Kesinambungan
c. Strategi
d. Tindakan aksi
e. Mobilisasi
JAWABAN : E
Mobilisasi merupakan salah satu langkah penting dalam proses advokasi
yang dilakukan setelah analisis dan penyusunan strategi. Mobilisasi perlu
dilakukan untuk membangun kebersamaan, kekuatan dan sekaligus
tekanan kepada pihak-pihak yang tidak/belum mendukung.
6. Tahapan kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan advokasi menurut bagan
“A” yang ketiga adalah menyusun strategi advokasi. Salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun strategi advokasi yaitu memiliki data
dari sumber yang dapat dipercaya untuk meyakinkan para penentu
kebijakan. Istilah yang tepat untuk hal tersebut adalah...
a. Feasible
b. Creadible
c. Relevant
d. Urgent
e. High priority
JAWABAN : B
Credible: artinya program yang diajukan harus dapat meyakinkan para
penentu kebijakan, oleh sebab itu harus didukung data dari sumber yang
dapat dipercaya.

7. Pemberdayaan masyarakat meupakan upaya untuk meningkatkan,


memampukan masyarakat sehingga mempunyai kemampuan untuk hidup
mandiri. Prinsip pemberdayaan masyarakat. Untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat, maka perlu dilakukan prinsip pemberdayaan
masyarakat seperti berikut, kecuali…
a. Menumbuhkan kembangkan potensi masyarakat
b. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan
c. Mengembangkan semangat kegiatan gotong royong dalam
pembangunan kesehatan
d. Upaya dilakukan secara kemitraan dengan berbagai pihak
e. Sentralisasi
JAWABAN : E
Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
a. Menumbuhkan kembangkan potensi masyarakat
b. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan
c. Mengembangkan semangat kegiatan gotong royong dalam
pembangunan kesehatan
d. Bekerja bersama dengan masyarakat
e. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat
f. Menggakang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan
yang ada di masyarakat
g. Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak mungkin
menggunakan dan memanfaatkan potensi setempat
h. Upaya dilakukan secara kemitraan dengan berbagai pihak
i. Desentralisasi (sesuai dengan keadaan dan budaya setempat)

8. Media advokasi kesehatan adalah sebuah wadah atau alat bantu atau
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang isu-
isu kesehatan kepada sasaran advokasi, dalam rangka mendapatkan
perhatian, kepedulian serta dukungan kebijakan serta sumberdaya guna
mengatsi masalah kesehatan yang ada disuatu wilayah. Salah satu media
untuk meningkatkan citra atau image (komunikasi massa) adalah...
a. Factsheet
b. Slide presentasi
c. Poster
d. TV
e. Leaflet
JAWABAN : D
Media untuk meningkatkan citra atau image (komunikasi massa): film,
filler/spot televise, dialog/talk show di media TV, radio spot, media
tradisional, iklan koran, artikel, billboard, spanduk, umbul-umbul, dll

9. Penyusunan isi pesan meliputi tema/ide, isi pesan dan visualisasi. Dalam
merencanakan atau menyusun isi pesan ada formula singkatan yang
mudah diingat yaitu “BISSWTS”, berikut kepanjangan yang benar,
kecuali…
a. B: bahasa
b. I: ide atau isi pesan
c. S: strategi
d. S: sumber pesan yang dapat dipercaya oleh sasaran
e. W: waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan,
JAWABAN : C
Kepanjangan “BISSWTS” adalah, B: bahasa, I: ide atau isi pesan, S:
subyek sasaran, S: sumber pesan yang dapat dipercaya oleh sasaran, W:
waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan, T: tempat menyampaikan
pesan, S: saluran penyampaian pesan kepada sasaran.

10. Dalam pembuatan lembar kerja penyusunan pesan advokasi, hal-hal


yang harus ada didalamnya adalah sebagai berikut, kecuali…
a. Topic
b. Latar belakang
c. Sasaran advokasi
d. Manfaat advokasi
e. Tujuan advokasi
JAWABAN : D
Hal-hal yang terdapat dalam lembar kerja penyusunan pesan advokasi
adalah:
a. Topic
b. Latar belakang
c. Sasaran advokasi
d. Tujuan advokasi
e. Pemosisian pesan
f. Pesan janji
g. Pernyataan pendukung
h. Respon yang diinginkan
i. Nada penyampaian
j. Saluran media komunikasi
k. Jenis media
l. Pertimbangan kreatif penyusunan pesan lainnya

11. Menteri Kesehatan ingin menyaampaikan tujuan kesehatan nasional


dalam peringatan HGN 2021 yaitu remaja sehat bebas anemia dengan
sasaran seluruh remaja se-Indonesia, metode pendekatan advokasi
apakah yang sesuai?
a. Metode individual Role play
b. Metode kelompok ceramah
c. Metode media massa ceramah umum (public speaking)
d. Metode media massa Billboard
e. Metode kelompok presentasi
JAWABAN C
Metode ceramah umum merupakan suatu metode yang sesuai digunakan
untuk pejabat pemerintahan dalam menyampaikan informasi mengenai
tujuan kesehatan nasional
12. Dalam argumentasi advokasi dapat diperkuat dengan beberapa hal salah
satunya kredibilitas, sifat yang mencerminkan kredibilitas dengan definisi
komitmen seseorang tehadap jabatan atau tanggung jawab yang
diberikan kepadanya disebut:
a. Capability
b. Authority
c. Integrity
d. Relevan
e. Flexibility
JAWABAN C
Integritas (integirty) merupakan sifat dalam hal argumentasi advokasi
yang melibatkan komitmen seseorang terhadap jabatan atau
tanggungjawab yang diberikan

13. Seorang petugas kesehatan ingin mengetahui apakah klien memiliki


kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan
(perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi. Metode apakah yang sesuai?
a. Diskusi
b. Tanya jawab
c. Role play
d. Demonstrasi
e. Wawancara
Jawaban E
Wawancara merupakan metode mengetahui apakah klien memiliki
kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan
(perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau
belum menerima perubahan yang disampaikan.

14. seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang
sedang tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja
memperoleh/ mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang
digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil
segera minta imunisasi, Metode pendekatan advokasi apakah yang
sesuai?
a. Metode kelompok
b. Metode individu
c. Metode media massa
d. Metode ceramah
e. Mmetode seminar
JAWABAN B
Metode individu merupakan metode pendekatan advokasi yang
digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang
telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
15. Seorang petugas kesehatan ingin melakukan kontak klien dengan
petugas yang lebih intensif . Setiap masalah yang dihadapi oleh klien
dapat digali dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku). Metode pendekatan apakah yang
sesuai
a. Metode individu bimbingan dan penyuluhan
b. Metode kelompok seminar
c. Metode individu wawancara
d. Metode media massa bilboard
e. Metode media massa ceramah public
JAWABAN A

Metode individu bimbingan dan penyuluhan adalah metode yang


digunakan untuk melakukan kontak dengan klien yang lebih sensitif
C. Rangkuman
Advokasi dapat dilakukan dengan cara aktif dan proaktif. Advokasi
aktif contohnya lobby, public hearing dan kampanye. Sedangkan advokasi
proaktif contohnya demonstrasi, legal standing (tuntutan hukum), class action
(gugatan perwakilan), boikot dan revolusi. Menurut Departemen Kesehatan
Replubik Indonesia (2007) terdapat 5 langkah kegiatan advokasi, antara lain:
1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi
2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
3. Siapkan dan kemas bahan informasi
4. Rencanakan teknik atau acara kegiatan operasional
5. Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak lanjut
Sedangkan menurut John Hopkins University–Center for
Communication Program (JHU–CCP) mengembangkan langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan advokasi yang dikenal sebagai bagan “A” (A frame)
yang terdiri dari langkah-langkah seperti analisis, menyusun strategi
advokasi, menggalang kemitraan (mobilisasi), tindakan/ aksi pelaksanaan
advokasi, evaluasi dan kesinambungan. Hal-hal yang harus dilakukan dalam
analisis adalah analisis isu, analisis public dan analisis kebijakan. Sedangkan
dalam menyususn strategi advokasi mengembangkan tujuan advokasi
merupakan tahapan kegiatan kedua yang harus dilakukan. Dalam menyusun
tujuan advokasi harus memperhatikan kaidah SMART (S = spesific/khusus;
M = measureable/dapat diukur; A= action/dapat dikerjakan; R = realistic dan
T = time bound/ada ukuran waktu yang jelas).
Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun strategi advokasi yaitu: Credible, Feasible, Relevant, Urgent dan
High priority. Tahap ketiga adalah menggalang kemitraan (mobilisasi) untuk
membuat “nilai kepentingan” dari berbagai kelompok yang terkait menjadi
kompatibel. Mobilisasi selain merupakan suatu tehnik, juga merupakan suatu
“seni” dengan berbagai “trick” yang bisa dikembangkan melalui pengalaman.
Tahap keempat adalah tindakan aksi atau pelaksanaan advokasi yang
mengacu pada rencana yang telah disusun berdasarkan hasil analisis,
rancangan strategi yang telah dituangkan dalam plan of action (POA). Tahap
kelima adalah evaluasi yang mengacu pada indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang meliputi indikator input, proses, out put maupun dampak
dari advokasi yang telah dilakukan. Tahap terakhir yaitu kesinambungan
sebab proses advokasi seringkali memerlukan waktu yang cukup panjang
sehingga harus dilakukan secara berkesinambungan.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan,
memampukan masyarakat sehingga mempunyai kemampuan untuk hidup
mandiri. Prinsip yang perlu diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat
adalah menumbuhkan kembangkan potensi masyarakat, menumbuhkan dan
atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan, mengembangkan semangat kegiatan gotong royong dalam
pembangunan kesehatan, bekerja bersama dengan masyarakat, penyerahan
pengambilan keputusan kepada masyarakat, menggakang kemitraan dengan
lsm dan organisasi kemasyarakatan yang ada di masyarakat. promosi,
pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak mungkin menggunakan dan
memanfaatkan potensi setempat, upaya dilakukan secara kemitraan dengan
berbagai pihak, dan desentralisasi (sesuai dengan keadaan dan budaya
setempat).
Sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya yang
berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat apabila dapat menumbuhkan
dan mengembangkan kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat
dapat berupa berikut ini: tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dana
masyarakat, sarana dan material yang dimiliki masyarakat, pengetahuan
masyarakat, teknologi yang dimiliki masyarakat dan pengambilan keputusan.
Model pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan adalah
pemberdayaan pimpinan masyarakat (community leaders), pengembangan
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (community organizations),
pemberdayaan pendanaan masyarakat (community fund), perbedayaan
sarana masyarakat (community material), peningkatan pengetahuan
masyarakat (community knowledge), pengembangan teknologi tepat guna
(community technology), peningkatan manajemen atau proses pengambilan
keputusan (community decision making). Sedangkan untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat perlu diterapkan strategi dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang telah disediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara
untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh
masyarakat untuk pembangunan kesehatan, mengembangkan berbagai
bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya
masyarakat setempat dan mengembangkan manajemen sumberdaya yang
dimiliki masyarakat secara terbuka (transparan).
Media advokasi kesehatan adalah sebuah wadah atau alat bantu atau
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang isu-isu
kesehatan kepada sasaran advokasi, dalam rangka mendapatkan perhatian,
kepedulian serta dukungan kebijakan serta sumberdaya guna mengatsi
masalah kesehatan yang ada disuatu wilayah. Tujuan penggunaan media
advokasi adalah mengoptimalkan kegiatan advokasi kesehatan, membangun
opini publik tentang pentingnya dukungan kebijakan dari pejabat public dalam
mengatasi masalah kesehatan, memotivasi sasaran advokasi untuk bertindak
sesuai dengan usulan yang diharapkan dan membangun value atau citra
sasaran advokasi. Sedangkan manfaat penggunaan media advokasi adalah
memperjelas informasi, fakta, harapan masyarakat dll serta dapat
menekankan pejabat publik merealisasikan dukungannya.membangkitkan
minat dan perhatian menghidari kesalahan persepsi, menampilkan obyek
masalah kesehatan yang tidak dapat dilihat secara langsung, meningkatkan
pengetahuan, membangun kesadaran dan keyakinan serta kemampuan
melakukan tujuan advokasi yang disampaikan dan penyampaian pesan atau
isu strategis dapat dilakukan secara konsisten dan dapat dikemas secara
baik. Pemilihan dan penggunaan media advokasi dilakukan berdasarkan
jenis media. Adapun pembagian jenis advokasi dapat dilakukan berdasarkan:
1) Media cetak : fact sheet, leaflet, bahan presentasi, koran, majalah,
selebaran, brosur, poster, bulletin, journal, standing banner, dll
2) Media elektronik : siaran radio, siaran televisi, radio spot, tv spot, film,
filler,dll
3) Media luar ruang: spanduk, baliho, billboard, dll
4) Media sosial: internet (sms, facebook, twitter, email, website)
5) Media tradisional : kesenian rakyat, wayang, teater, lagu rakyat, dll
Sedangkan pembagian media komunikasi menurut kegunaannya
adalah sebagai berikut:
1) Media untuk meningkatkan pengetahuan : factsheet, slide presentasi,
poster, leaflet, selebaran, buku, majalah, koran, buletin, dll
2) Media untuk meningkatkan kesadaran: film, filler, dll
3) Media untuk meningkatkan citra atau image (komunikasi massa): film,
filler/spot televise, dialog/talk show di media TV, radio spot, media
tradisional, iklan koran, artikel, billboard, spanduk, umbul-umbul, dll

Kekuatan media advokasi yang terutama terletak pada pesan atau isu
yang dimuat dalam media advokasi tersebut. Sehubungan dengan itu,
pengelola harus memperhatikan kualitas pengembangan pesan advokasi.
Pesan advokasi merupakan pernyataan singkat, padat dan bersifat
membujuk yang dikemas secara kreatif. Penyusunan isi pesan meliputi
tema/ide, isi pesan dan visualisasi. Dalam merencanakan atau menyusun isi
pesan ada formula singkatan yang mudah diingat yaitu “BISSWTS”,
kepanjangannya adalah B: bahasa, I: ide atau isi pesan, S: subyek sasaran,
S: sumber pesan yang dapat dipercaya oleh sasaran, W: waktu yang tepat
untuk menyampaikan pesan, T: tempat menyampaikan pesan, S: saluran
penyampaian pesan kepada sasaran. Atau dapat pula menggunakan
rumusan “SEEA” yaitu S : tulis sebuah STATEMENT / pernyataan
sederhana; E: sampaikan EVIDENCE / bukti beserta fakta-faktanya; E:
berikan EKXAMPLE / contoh dengan cerita / analogi; A: tawarkan ACTION /
tindakan aksi.
Efektifitas Pesan Advokasi (Seven C’s for Effective Communication)
menyebutkan bahwa advokasi dapat dikatakan efektif dan kreatif jika
memenuhi tujuh kriteria sebagai berikut:
 Command Attention
Kembangkan satu issue / ide yang singkat, jelas, terfokus dan dapat
menarik perhatian sasaran
 Clarify the massage
Pesan yang efektif harus dapat memberikan informasi yang relevan dan
baru bagi penentu kebijakan
 Creative trust
Pesan advokasi harus dapat dipercaya kebenarannya, oleh sebab itu
harus didukung oleh data yang akurat.
 Communicate a benefit
Tindakan yang diharapkan dilakukan oleh sasaran advokasi harus
menyentuh nilai keuntungan baginya
 Consistency
Pesan advokasi harus konsisten artinya sampaikan satu pesan utama di
media apa saja secara terus menerus
 Cater to the main, market and hart share
Pesan advokasi harus dapat menambah pengetahuan, membentuk opini
sasaran advokasi secara luas, serta dapat menyentuh hati / rasa
sehingga pesan tersebut dapat memberikan sentuhan emosional serta
membangkitkan kebutuhan yang nyata.
 Call to action
Pesan advokasi harus dapat mendorong sasaran untuk bertindak (pesan
aksi)
Dalam membangun kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu
dipahami oleh masing anggota kemitraan, yaitu: persamaan, keterbukaan,
dan saling menguntungkan. Terdapat 6 pengembangan dalam kemitraan
sebagai berikut: Penjajakan atau persiapan, Penyamaan persepsi,
Pengaturan peran, Komunikasi intensif, Melakukan kegiatan, Melakukan
pemantauan & penilaian. Menggerakkan peran serta masyarakat terdapat
beberapa tahap Tahap pendekatan tingkat desa atau penjajakan,
perencanaan, persiapan pelaksanaan, pelaksanaan, monitoring evaluasi .
Langkah pengembangan peran serta masyarakat pendekatan tingkat desa,
pendataan dan perumusan masalah, perencanaan , pelaksanaan dan
penilaian,pemantapan dan pembinaan. Komunikasi dalam rangka advokasi
kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif antara
lain sebagai berikut: Jelas (clear),  Benar (correct), Kongkret
(concrete), Lengkap (complete), Ringkas (concise),  Meyakinkan
( convince),  Kontekstual ( contextual), Berani (courage).

Persyaratan dalam menyusun ateri advokasi adalah sebagai


berikut:dapat dipercaya,mungkin untuk dilaksanakan, sesuai dengan
masalah, harus segera dilaksanakan,menjadi prioritas utama. Langkah
advokasi persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Pelaksana advokasi yaitu,
semua petugas kesehatan yang melayani klien dan petugas khusus promosi
kesehatan. Argumentasi untuk advokasi yaitu kredibilitas, layak, penting dan
mendesak, relevan. Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan
BKKBN 2002) yaitu: melibatkan para pemimpin, bekerja dengan media
massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa, dan membbangun
kapasitas. Metode pendekatan advokasi yaitu, individual, kelompok, dan
media massa.

PENUTUP

1. Tes Formatif
1. Apakah pengertian advokasi?
2. Bagaiamana sejarah singkat advokasi
3. Sebut dan jelaskan unsur kegiatan advokasi?
4. Jelaskan penerapan advokasi dalam berbagai bidang?
5. Sebut dan jelaskan teknik atau medote dalam advokasi?
6. Sebutkan dan jelaskan kemitraan ?
7. Jelaskan tahap menggerakkan peran serta masyarakat dalam advokasi?
8. Jelaskan syarat komunikasi yang baik advokasi?
9. Jelaskan langkah advokasi?
10. Jelaskan persyaratan materi advokasi?
11. Siapakah pelaksana advokasi?
12. Jelaskan sifat argumentasi advokasi?
13. Jelaskan pendekatan utama advokasi

2. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Setelah mengerjakan seluruh soal evaluasi pada materi ini, Anda
melakukan koreksi jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang
tersedia dalam modul ini. Jika Anda dapat menjawab 15 benar, maka Anda
dianggap memenuhi ketuntasan dalam menguasai materi modul ini. Jika
Anda menjawab kurang dari 15 benar, berarti Anda perlu mempelajari
kembali modul ini dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bunton, R. (1992). More than a woolly jumper health promotion as social


regulation. Critical Public Health 3: 4-11
Departemen Kesehatan RI. (1997). Deklarasi Jakarta Tentang Promosi
Kesehatan pada Abad 21. Jakarta: PPKM Depkes RI
Dignan, M.B., Carr, P.A. (1992). Program Planning for Health Education and
Promotion. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febiger.
Ewles, L., Simnett, I. (1994). Promoting Health: A Practical Guide. Emilia, O (Alih
Bahasa). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
French, J. (1990). Boundaries and horizons, the role of health education within
health promotion. Health Education Journal 49: 7-10
Green, L & Kreuter, M.W, (2005). Health Promotion Planning, An Educational
and Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing
Company.
Greene, W & Simon, M, (1990). Introdusction to Health Education, Waveland
Press Inc, Prospect Height, Illinois.
Liliweri A, (2011), Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan,Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Machfodz I, (2005), Pendidikan Kesehatan bagian dari promosi
kesehatan, Fitramaya,Yogyakarta.
Naidoo, J & Wills, J, (2000). Health Promotion, Foundation for Practice, Second
Edition, Bailliere Tindall, Elsevier Limited.
Notoatmodjo, Soekidjo.(2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka
Cipta : Jakarta.
Perkins, E.R., Simnett, I., Wright, L. (1999). Evidence-based Health Promotion.
Chichester: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai