Anda di halaman 1dari 11

RENCANA ADVOKASI GIZI

“SOSIALISASI DIET DIABETES MELLITUS TERHADAP


LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KOTA JUANG”

OLEH :

NAMA : NONONG FAUZIAH


NIM : P07131221106
DOSEN MATA KULIAH : ERWANDI, S.TP, M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
PRODI D-IV JURUSAN GIZI TAHUN
2021/2022
A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas

tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau

glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkannya. Diabetes mellitus adalah masalah kesehatan masyarakat yang

penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang

menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan

prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir (Khairani,

2019).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan disandang

seumur hidup. Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat,

ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peran

yang penting, sehingga perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman

mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan diabetes

melitus. Pemahaman yang baik akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan

keluarga dalam upaya penatalaksanaan Diabetes melitus guna mencapai hasil yang

lebih baik. Keberadaan organisasi profesi seperti Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia (PERKENI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), serta

perkumpulam pemerhati Diabetes melitus yang lain seperti Persatuan Diabetes

Indonesia (PERSADIA), Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI), dan

yang lain menjadi sangat dibutuhkan. Organisasi profesi dapat meningkatkan

kemampuan tenaga profesi kesehatan dalam penatalaksanaan Diabetes melitus dan

perkumpulan yang lain dapat membantu meningkatkanpengetahuan penyandang


Diabetes melitus tentang penyakitnya dan meningkatkan peran aktif mereka untuk

ikut serta dalam pengelolaan dan pengendalian Diabetes melitus (Soelistijo, 2015).

Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) (2003)

mengemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada

penderita diabetes mellitus antara lain lama penyakit, jenis kelamin, stress,

pendidikan, pengetahuan konsumsi alkohol dan lingkungan. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Gibney (2003) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi

kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus antara lain kepercayaan diri,

pengetahuan tentang diabetes, dukungan keluarga dan pendidika. Menurut WHO

(2003) kepatuhan secara umum didifinikan sebagai tingkatan perilaku seseorang

yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet dan melaksanakan gaya hidup

sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Salah satu wujud

kepatuhan pasien adalah dengan cara mengikuti anjuran diet yang disarankan oleh

ahli gizi. Tingkat kepatuhan pengobatan pasien untuk proses terapi pada pasien

penyakit kronis di Negara berkembang rata-rata hanya 50% (Yulia, 2015).

Bedasarakan data International Diabetes Federation (IDF) edisi 9 Tahun

2019 saat ini mengkonfirmasi bahwa diabetes mellitus adalah salah satu kesehatan

global yang tumbuh paling cepat keadaan darurat abad ke-21. Pada tahun 2019,

diperkirakan 463 juta orang menderita diabetes dan jumlah ini diproyeksikan

mencapai 578 juta pada tahun 2030, dan 700 juta pada tahun 2045. Dua pertiga dari

pengidap diabetes tinggal di daerah perkotaan dan tiga dari empat di antaranya

berusia kerja. Lebih dari empat juta orang berusia 20-79 tahun diperkirakan

meninggal penyebab terkait diabetes pada tahun 2019. Jumlah anak-anak dan
remaja (misal hingga 19 tahun) hidup dengan diabetes meningkat setiap tahun.

Pada 2019,lebih dari satu juta anak-anak dan remaja miliki diabetes tipe 1.

Diperkirakan 136 juta oranglebih dari 65 tahun menderita diabetes, dan

prevalensinya diabetes pada kelompok usia ini sangat bervariasi antar Daerah

(Internation Diabetes Federation, 2019).

Pada tahun 2019, jumlah penderita diabetes mellitus di dunia tercatat

sebanyak 463 juta orang, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 578 juta orang

pada tahun 2030 (4). Di Indonesia Prevalensi penyakit diabetes mellitus diabetes

melitus mengalami kenaikan dalam lima tahun terakhir. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2018 menunjukkan angkanya naik dari 6,9 persen menjadi

8,5 persen. Perkiraan jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta

orang yang kemudian berisiko terkena penyakit lain, seperti: serangan jantung,

stroke, kebutaan dan gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan

kematian. Karena itu dibutuhkan penanganan khusus dan tidak sama antara

penderita diabetes mellitus (Kemenkes, 2018).

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menepati peringkat

ke 7 penderita diabetes melitus setelah Provinsi Bangka Belitung menurut hasil

Sensus Riskesdas 2018 (5). Hampir 500.000 orang atau 9,8 persen dari total

penduduk Aceh yang berjumlah 5.096.248 jiwa (data Badan Pusat Statistik Aceh

2016) mengalami diabetes mellitus atau kencing manis. Angka tersebut berada di

atas angka nasional yang jumlahnya hanya 5,8 persen. Sementara hasil

pengumpulan data di 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh oleh Dinkes Aceh,

pederita diabetes malitus pada tahun 2018 mencapai 97.033 kasus(7). Di


Kabupaten Bireuen Sejak Januari sampai Mei 2019, Dinas Kesehatan Kabupaten

Bireuen mencatat, kasus penyakit menular yang dominan adalah, influenza yaitu

6.354 kasus, kasus kedua Diare (3.025 kasus), dan ketiga TBC Paru (763 kasus).

Sedangkan penyakit dominan yang tidak menular, Hipertensi 3.445 kasus, Diabetes

Militus Tipe 2 (2.131 kasus) dan Rematoid Artritis (1.842) kasus (Dinkes, 2018).

Dalam upaya menanggulangi peningkatan angka penderita diabetes ini, ada

langkah sederhana yang bisa dilakukan dan akan memberi kontribusi signifikan

terhadap pencegahan terjadinya diabetes, yaitu mengatur pola hidup sehat dalam

keluarga. Penyebab utama diabetes adalah pola hidup yang tidak sehat, sementara

yang menentukan pola hidup adalah manusia itu sendiri (Hasyim, 2017).

Apabila kejadian diabetes melitus tidak dilakukan tindakan pencegahan

maka jumlah penderita diabetes melitus akan terus menerus mengalami

peningkatan tanpa ada penurunan jumlah kejadian diabetes melitus. Penderita

diabetes melitus hanya bisa mengontrol dan memperlambat komplikasi karena

penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit

jangka panjang yang memerlukan manajemen intensif untuk mengatasinya dan

pengobatan jangka panjang pula. Manajemen tersebut dimaksudkan untuk

mengontrol kadar gula dalam darah dalam batas normal sehingga komplikasi dapat

dihindari. Pengobatan yang seumur hidup serta diet akan memengaruhi kepatuhan

pasien. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor yang memiliki hubungan

signifikan dengan kepatuhan penderita diabetes melitus antara lain dukungan sosial

budaya, ras/etnis, efikasi diri, dan dukungan keluarga. Manajemen diabetes melitus

tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kepatuhan dan kesadaran dari
pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula

menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya dapat

berakibat fatal (Zulhelmi, 2019).

Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kepatuhan diet diabetes melitus

di wilayah kerja puskesmas kota juang harus dilakukan Sosialisasi Diet Diabetes

Mellitus Terhadap Lansia di wilayah kera puskesmas kota juang.

B. TUJUAN

1) Tujuan umum

Melakukan advokasi kepada kepala puskesmas agar meningkatkan

kemampuan tenaga kesehatan dan kader yang bertugas untuk memantau

kesehatan lansia.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan kemampuan & peran serta masy dlm menghayati &

mengatasi masalah kesh lansia scr optimal

b) Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya

c) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

lansia

d) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi

antara masyarakat usia lanjut.


C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
- Persamaan pemahaman tentang
advokasi
- Membentuk Tim Advokasi
1 Persiapan
- Persiapan Data
- Analisa dan Mengolah Data
- Identifikasi sasaran Advokasi
- Menentukan Jenis Kegiatan
- Tempat
- Jadwal
2 Perencanaan
- Metoda
- Pelaksana
- Dana
D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Metode dan teknik advokasi dilakukan dengan cara ceramah, diskusi, negosiasi

dan paparan (presentasi).

a. Tahap Persiapan

1) Kepala Puskesmas, Penanggung jawab dan pelaksana upaya kesehatan

masyarakat menyelenggarakan pertemuan untuk menyamakan

pemahaman tentang advokasi beserta langkah kegiatannya, membentuk

tim Advokasi, meningkatkan kemampuan melakukan komunikasi dan

Edukasi (KIE) melalui metode dan teknik yang tepat, meningkatkan

kemampuan membuat, memilih serta menggunkan berbagai jenis media

KIE dan meningkatkan kemampuan membangun hubungan antar

manusia yang baik, termasuk teknik bekerjasama dengan masyarakat.


2) Pelaksana menyiapkan data umum maupun data kesehatan yang layak

untuk dilakukan analisis.

3) Penanggung jawab upaya kesehatan masyarakat analisis situasi,

meliputi analisis data umum, data kesehatan serta factor-faktor terkait

yang menyebabkan terjadi masalah kesehatan.

4) Penanggung jawab upaya kesehatan masyarakat mengolah data dan

hasilnya digunakan untuk advokasi kesehatan.

5) Identifikasi sasaran advokasi kesehatan

b. Perencanaan

1) Pelaksana menyusun rencana kegiatan advokasi kesehatan meliputi:

jenis kegiatan, tujuan, sasaran, tempat/lokasi, metode, media yang

digunakan, petugas pelaksana, dana dan data.

2) Pelaksana menyusun rencana kegiatan advokasi kesehatan dalam

kegiatan pemberdayaan masyarakat tingkat kecamatan, kegiatan

pemberdayaan masyarakat tingkat Desa

1. Puskesmas kota juang menetapkan nama desa dan jumlah lansia yang

mengalami diabetes mellitus

2. Sasaran untuk sosialisasi diet diabetes mellitus adalah semua lansia yang

mengalami diabetes mellitus

3. Sosialisasi diet diabetes mellitus pada lansia dilaksanakan setiap bulan dan

diberikan leaflet serta pemeriksaan kadar gula darah gratis

4. Menyusun Rencana Kebutuhan Anggaran (RAB)

5. Pelayanan kesehatan lansia dapat dilakukan di Posyandu lansia


6. Mencatat status gizi lansia di catat pada buku khusus dan ditinjau kembali

kelapangan oleh tenaga kesehatan

7. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan ke Puskesmas sebulan sekali

dengan menggunakan laporan kegiatan

E. SASARAN

1. Camat

2. Kepala desa

3. Kepala Puskesmas

4. Lintas Sektor terkait

5. Tokoh Masyarakat

6. Kader

7. Lintas Program

F. JADWAL DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

No Uraian Jadwal
1 Advokasi kepada Camat untuk pertemuan Minggu pertama bulan

lokakarya mini lintas sektoral September 2021


2 Advokasi kepada lurah untuk pertemuan Minggu Kedua Bulan

sosialisasi diet diabetes mellitus pada Januari 2021

lansia

G. PEMBIAYAAN
Biaya pelaksanaan Advokasi sosialisasi diet diabetes mellitus pada lansia

yang dilaksanakan pada saat lokakarya mini lintas sektoral dibebankan dari dana

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

a. Evaluasi dilakukan oleh Kepala Puskesmas terhadap ketepatan

pelaksanaan kegiatan

b. Evaluasi dilakukan setiap akhir kegiatan secara bulanan dan Tribulan oleh

Penanggung Jawab Program (TPG). Adapun hasil yang harus

dimonitoring dan evaluasi berupa:

1) Pemerintah gampong dan puskesmas menetapkan jadwal sosialisasi diet

diabetes mellitus pada lansia

2) Sasaran sosialisasi adalah semua lansia yang mengaami diabetes

mellitus

3) Pemberian leaflet, pemeriksaan kadar gula darah dan pemberian obat

dilaksanakan setiap bulan dan diberikan kepada semua lansia yang

mengalami diabetes mellitus

4) Menyusun Rencana Kebutuhan Anggaran (RAB)

5) Pemantauan kesehatan lansia dipantau setiap bulan oleh TPG, Bidan

desa dan kader posyandu

6) Pelayanan kesehatan lansia dapat dilakukan di Posyandu lansia

7) Mencatat status perkembangan atau status gizi lansia


8) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan ke Puskesmas sebulan sekali

menggunakan formulir pantau lansia dilaksanakan oleh Bidan desa.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Penanggung jawab program harus membuat laporan tiap kegiatan paling

lambat 1 minggu setelah pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Puskesmas dan

Evaluasi akhir kegiatan paling lambat 2 minggu setelah keseluruhan kegiatan

selesai dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai