Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

“Pelayanan Gizi Puskesmas”

Mata Kuliah Surveilans Gizi

Disusun oleh :

Intan Diah Puspita Rini

P21341118027

D3-5B

Nama Dosen : Sugeng Wiyono, S.K.M., M.Kes

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jakarta
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, puji syukur atas
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga
makalah mata kuliah Surveilans Gizi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulisan makalah yang berjudul “Pelayanan Gizi Puskesmas” bertujuan untuk memenuhi
tugas kuliah mata kuliah Surveilans Gizi. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
Pelayanan Gizi di Puskesmas seperti tujuan diselenggarakannya pelayanan gizi , landasan hokum
, beserta tata laksana pelayanan gizi di dalam dan luar gedung Puskesmas

Dengan demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Penulis memahami
jika makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat dibutuhkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.

Jakarta, 25 Oktober 2020

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat
pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan untuk daerah yang
jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat Inap. Menurut data dari
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.321 unit, diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat
Inap, dan selebihnya yaitu 6.296 unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan
jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di
luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung.
Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan
masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi
yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu
sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
Berdasarkan hal tersebut , maka perlu untuk menggali infromasi secara menyeluruh
dengan tujuan untuk mengetahui bentuk pelayanan gizi pada puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa pengertian dari Pelayanan Gizi di Puskesmas?
 Apa tujuan dari pelayanan gizi di Puskesmas?
 Apa jenis pelayanan gizi di Puskesmas?
 Apa peran dan fungsi ketenagaan di Puskesmas ?
 Bagaimana sarana dan prasarana di Puskesmas ?
 Bagaimana landasan hukum dalam pelayanna gizi di Puskesmas?
 Bagaimanakah tatakaksanan pelayanan gizi di dalam gedung?
 Bagaimanakah tatalaksana pelayanan gizi di luar gedung?

1.3 Tujuan Penelitian


 Mengetahui pengertian pelayanan gizi di Puskesmas
 Mengetahui Tujuan dari Pelayannan Gizi di Puskesmas
 Mengetahui jenis pelayanan gizi di Puskesmas.
 Mengetahui peran dan fungsi ketenagaan Gizi di Puskesmas.
 Mengetahui sarana dan prasarana di Puskesmas.
 Mengetahui Landasan ukum Pelayanan Gizi di Puskesmas
 Mengetahui Gambaran Tata Laksana Pelayanan Gizi di Dalam Gedung Puskesmas
 Mengetahui Gambaran Tata Laksana Pelayanan Gizi di Luar Gedung Puskesmas

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan Gizi di Puskesmas


 Pengertian
Pelayanan gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotive ,
preventif , kuratif , dan rehabilatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
 Tujuan
A. Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang komprehensiv di Puskesmas yang menjadi dasar
bagi pelaksanaan pelayanan gizi yang bermutu dalam ranga mengatasi masalah gizi
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja di puskesmas
B. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya pelayanan gizi di dalam gedung yang berkualitas di Puskesmas dan
jejaringnya
2. Terlaksananya pelayanan gizi di luar gedung yang berkualitas di puskesmas dan
jejaringnya
3. Terlaksananya pencatatan , pelaporan , monitoring , dan evaluasi yang baik di
Puskesmas dan jejaringnya
Jenis Pelayanan Gizi

Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar
gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi
perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan
gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk
promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayanan
yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses
penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan
untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi
Seimbang (PGS).

Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi
terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling
bagi jemaah haji.

Kegiatan Spesifik dalam puskesmas adalah tindakan atau kegiatan yang dalam
perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK).Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
imunisasi,PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu,
suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb.Kegiatan
spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek
(Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam
Rangka 1000 HPK).

Kegiatan Sensitif dalam puskesmas adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun
apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya
sensitif terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.

Mutu Pelayanan Gizi dalam puskesmas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas
dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien

 Peran dan fungsi Ketenagaan


Tenaga gizi puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi, seperti
Pelatihan, Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), pelatihan Konselor ASI, Pelatihan
Pemantauan Pertumbuhan, dll. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi
tanggung jawab puskesmas dilakukan oleh TPG dengan latar belakang pendidikan gizi.
Distribusi Ketenagaan

No Nama Jabatan Kualifikasi Formal dan Informal Waktu


Kerja

1 Petugas Gizi Minimal Lulus DIII Gizi 6 hari


Puskesmas kerja
- Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi
Buruk

- Pelatihan Konselor ASI

- Pelatihan Pemantauan dan


Pertumbuhan

Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu


Pelaksanaan

1 Asuhan Gizi Nutrisionis Paisen/Klien Puskesmas Apabila ada


pasien beresiko
masalah gizi,
No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu
Pelaksanaan

dirujuk untuk
mendapatkan
asuhan gizi

2 Edukasi Gizi Dokter, Kelompok Posyandu Setiap bulan


Petugas Masyarakat Kelas Ibu
Gizi, 1 tahun sekali,
Promkes, 4 kali
Bidan pertemuan
Sekolah
1 tahun sekali

3 Konseling ASI Petugas Ibu Hamil, Puskemas Setiap ada klien


Eksklusif Gizi, Bidan atau ibu hamil dan
yang sudah keluarga, Posyandu ibu menyusui
mengikuti kelompok kelas Ibu yang
pelatihan masyarakat bermasalah
konselor ibu yang dalam
ASI mempunyai menyusui.
anak usia 0-
24 bulan Terintegrasi
dengan
program dalam
kelas balita dan
kelas ibu

4 Pengelolaan Petugas Kader Posyandu Setiap bulan


pemantauan gizi, bidan posyandu
pertumbuhan di desa
posyandu

5 Pengelolaan Petugas Bayi dan Posyandu Bulan Februari


Pemberian gizi, bidan balita dan Agustus
Vitamin A desa
Ibu nifas Setiap bulan
Puskesmas

6 Pengelolaan Petugas Ibu hamil dan Puskesmas Setiap bulan


Pemberian Tablet gizi, bidan, ibu nifas,
Tambah Darah pengelola ratri Posyandu
(TTD) untuk ibu obat Praktek
hamil, ibu nifas
dan ratri Bidan
No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu
Pelaksanaan

Sekolah

7 Edukasi dalam Petugas Remaja putri, Sekolah Setahun sekali


rangka gizi, tenaga WUS
pencegahan kesehatan
enemia pada lainnya
remaja putri dan
WUS

8 Pengelolaan Petugas Balita gizi Masyarakat/ Pemberian


pemberian MP- gizi, bidan, buruk, balita klien PMT selama 90
ASI dan PMT- kader gizi kurang, hari makan
Pemulihan ibu hamil anak dan 90
KEK hari makan
bumil
pemantauan
dilaksanakan
selama
pemberian dan
sesudah
pemberian

9 Surveilens gizi Petugas Bayi, balita, Masyarakat Setahun sekali


gizi, bidan, remaja, anak
- Operasi timbang kader sekolah,
- Pemantauan WUS, ibu 2 kali setahun
konsumsi garam hamil, ibu (Februari dan
beriodium di menyusui, Agustus)
rumah tangga lansia

10 Skrening GAKY Petugas Ibu hamil, Masyarakat/ Dilakukan


gizi bayi, balita, klien skrening
WUS GAKY pada
bayi, balita, ibu
hamil dan WUS
yang suspeck
GAKY

11 Kerjasama lintas Petugas Lintas sektor, Puskesmas 3 bulan sekali


sektor dan lintas gizi lintas untuk lintas
program program sektor, sebulan
sekali untuk
No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu
Pelaksanaan

lintas program
di Minlok
Puskesmas

12 Penyelenggaraan Petugas Pasien rawat Puskesmas Setia


makanan rawat gizi, Tata inap
inap boga,
Petugas
dapur

 Standar fasilitas di Puskesmas


Ruang Konsultasi Gizi
1. Letak
Letak ruang konsultasi gizi meruapkan ruang konseling bersama di ruang promosi
kesehatan, berada pada bagian depan puskesmas, area publik, bersamaan dengan
berdekatan dengan klinik-klinik lainnya yang mempunyai akses langsung dengan
lingkungan luar puskesmas.
2. Persyaratan Ruang
1) Luas : luas ruangan konsultasi gizi adalah 3 m x 3 m
2) Atap : atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana, tidak bocor, tahan lama dan
tidak menjadi tempat perindukan vektor.
3) Langit-langit: langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan,
ketinggian langi-langit dari lantai minimal 2,8 m.
4) Dinding: material dinding harus keras, tidak berpori/tidak berserat, tidak
menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan agar
mudah dibersihkan.
5) Lantai :material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang, mudah dibersihkan.
6) Pintu dan jendela: lebar bukaan pintu minimal 190 cm, bukaan jendela diupayakan
dapat dibuka secara maksimal.
3. Persyaratan prasarana
1) Sanitas : Pada ruangankonsultasi gizi sebaiknya disediakan wastafel dengan debit air
mengalir yang cukup. Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup.
2) Ventilasi : Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga.
Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas lantai ruangan. Arah bukaan
ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan sampah, toilet dan
sumber penularan penyakit lainnya.
3) Pencahayaan : Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami. Intensitas
cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
4) Listrik : Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan perlengkapan.
4. Persyaratan peralatan perlengkapan

Peralatan perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara lain:

-Meja
-Kursi
-Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet penyakit,
dll)
-Standar makanan diet, standar pemantauan pertumbuhan baita dan anak, tabel
-IMT, dll.
-Food model
-Daftar penukar bahan makanan
-Alat ukur antropometri (timbangan berat badan, mocrotois, pita lila, dll)
Ruang Produksi Makanan
1. Letak
 strategi dan mudah dicapai dari ruang perawatan.
 Mudah dicapai oleh kendaraan yang membawa bahan makanan.
 Tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah (TPS), toilet, dan sumber
penularan lainnya.
2. Persyaratan Ruang
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang produksi makanan adalah sebagai
berikut:
 Tata ruang produksi makanan puskesmas rawat inap harus memperhatikan alur (flow)
kegiatan mulai dari penerimaan, penyimpanan, persiapan dan pengolahan bahan
makanan, penyajian makanan, sapmai dengan pencucian alat dan penyimpanan
perlengkapan.
 Luas ruang produksi makanan harus sesuai dengan kebutuhan dan diperhitungkan
kemungkinan perluasannya di masa mendatang. Ruang produksi makanan di puskesmas
rawat inap minimal mempunyai luas ruangan 3m x 3m yang dapat memfasilitasi beberapa
area, yang terdiri dari:
 Area penerimaan bahan makanan: Pada area ini dilaksanakan kegiatan pencatatan dan
pengujian kualitas dan kuantitas bahan makanan.Area ini dilengkapi dengan meja untuk
pencatatan bahan makanan masuk, alat uji kuantitas.
 Area penyimpanan bahan makanan: Area penyimpanan bahan makanan dibedakan
menjadi 2, yaitu: Tempat penyimpanan bahan makanan segar/ basah (lemari pendingin
dengan suhu antara -5 s/d 100 C, Tempat penyimpanan bahan makanan kering
(lemari/rak tertutup)
 Area persiapan dan pengolahan bahan mamakan : Kegiatan yang dilakukan mulai dari
membersihkan dan memotong bahan makanan, mempersiapkan bumbu, sampai dengan
pengolahan/memasak bahan makanan. Pada area ini perlu disediakan meja kerja yang
dilengkapi bak cuci, meja kerja harus cukup untuk menyiapkan bahan makanan dan
meletakkan kompor, penanak nasi, blender, oven, dldl Meja kerja memiliki ketinggian 60
s.d. 80 cm di atas permukaan lantai, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak
mudah berkarat, tidak mudah berjamur (contoh: meja stainless steel, meja cor yang
dilapis keramik, dll)
 Area penyajian makanan
 Area pencucian dan penyimpanan aala : Pada area ini harus dilengkapi bak cuci dan
lemari/rak

 Landasan Hukum
1. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 128/MenKes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas mengenai “ Upaya Perbaikan Gizi merupakan upaya wajib di
puskesmas”
2. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
3. Percepatan Perbaikan Gizi yaitu “ Kegiatan Spesifik dan Sensitif di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dasar”

2.2 Tatalaksana Pelayan Gizi di Puskesmas


 Lingkup Kegiatan
A. Pelayanan Gizi di dalam gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan
kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam
puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu
pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap.
Pelayanan Gizi Rawat Jalan
B. Pelayanan Gizi Rawat Jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
- Pengkajian Gizi
Mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi dan
interprestasi data secara sistemmatis meliputi Data:
i. Antropometri
ii. Pemeriksaan Fisik/klinis
iii. Riwayat Gizi
iv. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
- Penentuan diagnosa gizi
Tujuan diagnosa gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor
penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan
- Intervensi gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Intervensi gizi
dalam rangka pelayanan gizi meliputi :
i. Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.
ii. Edukasi Gizi/Penyuluhan
iii. Konseling Gizi
- Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan
pelaksanaan intervensi gizi pada klien / pasien dengan cara:
 Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien / klien terhadap intervensi gizi.
 Menentukan apakah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana diet yang telah
ditetapkan.
 Mengidentifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif.
 Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai.
 Menetapkan kesimpulan yang berbasis ffakta.
- Evaluasi hasil :
Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet atau standar rujukan
untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya.
Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara
menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit, data hasil pemeriksaan laboratorium dan
status gizi.
Hal-hal yang dimonitor dan di evaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain :
i. Perkembangan data antropometri

ii. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi

iii. Perkembangan data fisik / klinis

iv. Perkembangan data asuhan makan

v. Perkembangan diagnosa gizi

vi. Perubahan perilaku dan sikap.

C. Pelayanan Gizi Rawat Inap


Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan pemberian
makan pasien, pamantauan asupan makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet
apabila diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi:
- Pengkajian gizi : Kategori data pengajian gizi meliputi : data antropometri , data
pemeriksaan fisik / klinis , data riwayat gizi ,data hasil pemeriksaan llaboratorium.

- Penentuan diagnosis gizi : Diagnosisi gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat
sementara sesuai dengan kondisi dengan respon pasien. Tujuan diagnosis adalah
mengidentifikasi adanya masalah gizi , faktor penyebab , tanda dan gejala yang ditimbulkan.

- Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan, perubahan diet dan
kkonseling.

- Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi : Hal – hal yang dimonitoring dalam asuhan gizi
rawat inap antara lain :

1. Perkembangan data anantropometri.


2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gigiz.
3. Perkembangan data peeriksaan fisik / klklini
4. Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan
5. Perkembangan diagnosis gizi
6. Perubahan perilaku dan sikap
7. Perubahan diet
Gambaran Alur Pelayanan Gizi di dalam Gedung

Alur Pelayanan Gizi di dalam gedung


Pasien/Klien datang sendiri atau dirujuk dari struktural Puskesmas
(Pustu,Polindes, Poskesling) atau UKBM (Posyandu, Posbindu PTM,
Poksila, dll) atau sarana kesehatan lain.
Pasien/Klien mendaftar ke loket pendaftaran di Puskesmas.
Pasien/Klien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah
kesehatannya di Poli Umum/Balai Pengobatan Puskesmas (BP) atau Poli
KIA atau Poli gigi oleh petugas medis atau paramedis.
Di Poli Umum/Balai Pengobatan atau Poli KIA pasien sekaligus
mendapatkan Skrining Gizi oleh tenaga kesehatan serta ditentukan
apakah pasien perlu dirawat inap atau cukup rawat jalan. Pasien/Klien
akan dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan lain-lain
sesuai kemampuan Puskesmas. Pasien/Klien mendapatkan obat sesuai
masalah kesehatannya dari apotek atau bagian farmasi di Puskesmas.
Pasien/Klien rawat jalan yang berisiko atau tidak berisiko mengalami
masalah gizi bisa mendapatkan konseling gizi atas permintaan pasien.
Pasien/Klien rawat inap yang berisiko atau tidak berisiko mengalami
masalah gizi mendapat pelayanan gizi sesuai kebutuhan berupa
pelayanan makanan pasien rawat inap.
Pasien/Klien yang mendapatkan pelayanan gizi oleh Tim Asuhan Gizi
Puskesmas. Jika diperlukan akan dilakukan Skrining Gizi Ulang oleh
tenaga gizi.
Pasien rawat jalan maupun rawat inap yang berisiko atau tidak berisiko
mengalami masalah gizi mendapat pelayanan gizi yang sesuai Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) mulai dari pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.
Hasil monitoring dan evaluasi ditindaklanjuti oleh Tim Asuhan Gizi
Puskesmas. Tindak lanjut dapat berupa rujukan ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang lebih tinggi apabila masalah gizi dengan penyakit
penyertadan atau komplikasi yang dialami pasien/klien tidak
memungkinkan ditangani di Puskesmas atau dapat berupa pengkajian
ulang baik masalah medis dan masalah gizinya.

D. Pelayanan Gizi di luar ggedung


Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya di
luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan
pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya
adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar
gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain
:
- Edukasi Gizi / Pendidikan Gizi

Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.
Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan
Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi
serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga promosi
kesehatan, antara lain:
 Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
 Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
 Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan pendidikan gizi di
Posyandu dan masyarakat luas.
 Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi pendidikan,
pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
 Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.
- Konseling Asi Eksklusif dan PPMBA.

a. Tujuan konseling ASI Ekslusif dan PMBA adalah:


- Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga sehingga bayi baru lahir
segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Pmeneruskan ASI Ekslusif sampai
bayi berusia 6 bulan.
- Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai ddiperkenalkan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI).
- Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24 bbulan.
b. Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yyan mempuyai anak
usia 0-24 bbulan.
c. Lokasi konseling antara lain Posyandu, Kelompok Pendukung Ibu (KPIbu),terintegrasi
dengan program lain dalam kegiatan kelas balita, kelas Ibu,
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam konseling ini disesuaikan dengan situasi dan
kondisi antara lain:
- Merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA di wilayah kerja
Puskesmas
- Menyiapkan materi dan media konseling yang akan digunakan.
- Melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader yang
ditunjuk untuk melaksanakan tugas konseling ASI dan PMBA.
- Memberikan konseling kepada sasaran sesuai permasalahan individualnya.
Materi konseling PMBA antara lain:
 Makanan sehat selama hamil
 Inisiasi menyusu dini (IMD)
 ASI Ekslusif
 Makanan MP-ASI kepada bayi mulai usia 6 bulan dan terus memberikan ASI sampai
anak berusia 24 bulan atau lebih.
 Makanan sehat Ibu menyusui
 Membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah kerja Puskesmas.

- Konseling Gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM)

Tujuan yaitu mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM berbasis masyarakat sesuai
dengan sumber daya dan kebiasaan masyarakat agar
Sasaran yaitu masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia >15 tahun.
Lokasi yaitu Posbindu PTM di integrasikan ke kegiatan masyarakat yang
sudah aktif berjalan baik antara lain institusi pndidikan, di tempat kerja maupun di
lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa, yang dilakukan minimum 1 (satu) kali
dalam sebulan.
Peran tenaga gizi puskesmas pada Posbindu PTM adalah sebagai konselor gizi terkait
faktor risiko PTM yang ditemukan saat pemeriksaan kesehatan oleh tenaga medis.
masyarakat dapat mawas diri (awareness) terhadap faktor risiko PTM.
- Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.Sasaran kegiatan ini adalah kader PPosyandu. Lokasi
pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu

Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:

 Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas


 Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan pemantauan
pertumbuhan di Posyandu.
 Melakukan penimbangan
 Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
 Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas
 Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan

- Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin
A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga
kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik
Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas
Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu

Ketentuan dalam pemberian vitamin A:

 Bayi 6-11 bulan : diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan dua kali setahun yaitu pada
bulan Februari dan Agustus
 Balita 12-59bulan : diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah, diberikan dua kali setahun
yaitu pada bulan Februari dan Agustus
 Bayi dan Balita Sakit : Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita
campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur
 Ibu nifas (0-42 hari) : Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera
setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya

- Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah ( TTD ) untuk ibu Hamil dan Ibu Nifas

Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok
masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.

Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas


Lokasi di tempat praktek bidan, Posyandu.

Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain:

 Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun.


 Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas
 Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.

- Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS.

Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi besi
pada kelompok sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS

Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain:

 Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara
mandiri.
 Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka tenaga gizi puskesmas
merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian
TTD kepada kelompok sasaran.
 Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas.
 Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
 Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS
Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu
Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
- Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT Pemulihan

1. MPMP-AS
MP-ASI Bufferstock : MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh
kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama
di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan
secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat.
Sasaran MP-ASI Buffer Stok: balita 6-24 bulan yang terkena bencana.
2. MP-ASI Lokal

MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP- ASI lokal dapat
dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI
lokal: balita gizi kurang 6-24 bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah :

 Merencanakan menu MP-ASI lokal


 Mengadakan bahan MP-ASI lokal
 Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
 Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
3.PMT Pemulihan

Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil KEK (Kurang
Energi Kronik).
PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan
kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.
PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan
kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.
Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah 90 hari makan
anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil
KEK antara lain:
 Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran selama satu
tahun.
 Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah kerja
Puskesmas.
 Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK wilayah kerja
Puskesmas.

- Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) : Pemulihan gizi berbasis masyarakat


merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi
dengan dibantu oleh tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya. Pendirian PGBM
tergantung kepada besaran masalah gizi di daerah. Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk
buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan 2011.

- Surveilens Gizi

Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan
secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas
Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi
dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka
pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam
melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi, Kementerian Kesehatan RI,
2014.
- Kerjasama lintas sektor dan lintas program

Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat puskesmas melalui


kerjasama lintas sektor dan lintas program

Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh Pertanian Lapangan, juru
penerang kecamatan, TP PKK, Dinas Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan
koordinator, tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan
lain-lain.

Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas program adalah:

 Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama


 Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
 Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
 Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-indikator keberhasilan kerjasama
 Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
 Membuat laporan hasil kerjasama

Alur pelayanan gizi di luar gedung

Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif (promotif, preventif,


kuratif, dan rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan lintas
program dan lintas sektor terkait. Alur pelayanan gizi luar gedung disesuaikan dengan jenis
kegiatan, sasaran dan keadaan wilayah setempat.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelayanan Gizi di puskesmas ada dua yaitu yang di dalam dan luar gedung puskesmas.
Pelayanan di dalam gedung terdiri dari rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan gizi rawat jalan
dan rawat inap di Puskesmas terdiri dari serangkaian kegiatan, meliputi : Pengkajian gizi ,
Penentuan diagnosa gizi , Intervensi gizi dan Monitoring dan evaluasi gizi.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui lebih banyak mengenai
Pelayanan Gizi di Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman pelayann gizi Puskesmas , kemenkes 2014


https://www.scribd.com/presentation/362003551/Materi-Pelayanan-Gizi-Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai