Disusun oleh :
P21341118027
D3-5B
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jakarta
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, puji syukur atas
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga
makalah mata kuliah Surveilans Gizi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan makalah yang berjudul “Pelayanan Gizi Puskesmas” bertujuan untuk memenuhi
tugas kuliah mata kuliah Surveilans Gizi. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
Pelayanan Gizi di Puskesmas seperti tujuan diselenggarakannya pelayanan gizi , landasan hokum
, beserta tata laksana pelayanan gizi di dalam dan luar gedung Puskesmas
Dengan demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Penulis memahami
jika makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat dibutuhkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat
pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan untuk daerah yang
jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat Inap. Menurut data dari
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.321 unit, diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat
Inap, dan selebihnya yaitu 6.296 unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan
jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di
luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung.
Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan
masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi
yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu
sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
Berdasarkan hal tersebut , maka perlu untuk menggali infromasi secara menyeluruh
dengan tujuan untuk mengetahui bentuk pelayanan gizi pada puskesmas.
BAB II PEMBAHASAN
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar
gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi
perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan
gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk
promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayanan
yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses
penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan
untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi
Seimbang (PGS).
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi
terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling
bagi jemaah haji.
Kegiatan Spesifik dalam puskesmas adalah tindakan atau kegiatan yang dalam
perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK).Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
imunisasi,PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu,
suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb.Kegiatan
spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek
(Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam
Rangka 1000 HPK).
Kegiatan Sensitif dalam puskesmas adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun
apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya
sensitif terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
Mutu Pelayanan Gizi dalam puskesmas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas
dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien
Jadwal Kegiatan
dirujuk untuk
mendapatkan
asuhan gizi
Sekolah
lintas program
di Minlok
Puskesmas
Peralatan perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara lain:
-Meja
-Kursi
-Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet penyakit,
dll)
-Standar makanan diet, standar pemantauan pertumbuhan baita dan anak, tabel
-IMT, dll.
-Food model
-Daftar penukar bahan makanan
-Alat ukur antropometri (timbangan berat badan, mocrotois, pita lila, dll)
Ruang Produksi Makanan
1. Letak
strategi dan mudah dicapai dari ruang perawatan.
Mudah dicapai oleh kendaraan yang membawa bahan makanan.
Tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah (TPS), toilet, dan sumber
penularan lainnya.
2. Persyaratan Ruang
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang produksi makanan adalah sebagai
berikut:
Tata ruang produksi makanan puskesmas rawat inap harus memperhatikan alur (flow)
kegiatan mulai dari penerimaan, penyimpanan, persiapan dan pengolahan bahan
makanan, penyajian makanan, sapmai dengan pencucian alat dan penyimpanan
perlengkapan.
Luas ruang produksi makanan harus sesuai dengan kebutuhan dan diperhitungkan
kemungkinan perluasannya di masa mendatang. Ruang produksi makanan di puskesmas
rawat inap minimal mempunyai luas ruangan 3m x 3m yang dapat memfasilitasi beberapa
area, yang terdiri dari:
Area penerimaan bahan makanan: Pada area ini dilaksanakan kegiatan pencatatan dan
pengujian kualitas dan kuantitas bahan makanan.Area ini dilengkapi dengan meja untuk
pencatatan bahan makanan masuk, alat uji kuantitas.
Area penyimpanan bahan makanan: Area penyimpanan bahan makanan dibedakan
menjadi 2, yaitu: Tempat penyimpanan bahan makanan segar/ basah (lemari pendingin
dengan suhu antara -5 s/d 100 C, Tempat penyimpanan bahan makanan kering
(lemari/rak tertutup)
Area persiapan dan pengolahan bahan mamakan : Kegiatan yang dilakukan mulai dari
membersihkan dan memotong bahan makanan, mempersiapkan bumbu, sampai dengan
pengolahan/memasak bahan makanan. Pada area ini perlu disediakan meja kerja yang
dilengkapi bak cuci, meja kerja harus cukup untuk menyiapkan bahan makanan dan
meletakkan kompor, penanak nasi, blender, oven, dldl Meja kerja memiliki ketinggian 60
s.d. 80 cm di atas permukaan lantai, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak
mudah berkarat, tidak mudah berjamur (contoh: meja stainless steel, meja cor yang
dilapis keramik, dll)
Area penyajian makanan
Area pencucian dan penyimpanan aala : Pada area ini harus dilengkapi bak cuci dan
lemari/rak
Landasan Hukum
1. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 128/MenKes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas mengenai “ Upaya Perbaikan Gizi merupakan upaya wajib di
puskesmas”
2. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
3. Percepatan Perbaikan Gizi yaitu “ Kegiatan Spesifik dan Sensitif di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dasar”
- Penentuan diagnosis gizi : Diagnosisi gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat
sementara sesuai dengan kondisi dengan respon pasien. Tujuan diagnosis adalah
mengidentifikasi adanya masalah gizi , faktor penyebab , tanda dan gejala yang ditimbulkan.
- Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan, perubahan diet dan
kkonseling.
- Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi : Hal – hal yang dimonitoring dalam asuhan gizi
rawat inap antara lain :
Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.
Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan
Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi
serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga promosi
kesehatan, antara lain:
Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan pendidikan gizi di
Posyandu dan masyarakat luas.
Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi pendidikan,
pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.
- Konseling Asi Eksklusif dan PPMBA.
- Konseling Gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM)
Tujuan yaitu mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM berbasis masyarakat sesuai
dengan sumber daya dan kebiasaan masyarakat agar
Sasaran yaitu masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia >15 tahun.
Lokasi yaitu Posbindu PTM di integrasikan ke kegiatan masyarakat yang
sudah aktif berjalan baik antara lain institusi pndidikan, di tempat kerja maupun di
lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa, yang dilakukan minimum 1 (satu) kali
dalam sebulan.
Peran tenaga gizi puskesmas pada Posbindu PTM adalah sebagai konselor gizi terkait
faktor risiko PTM yang ditemukan saat pemeriksaan kesehatan oleh tenaga medis.
masyarakat dapat mawas diri (awareness) terhadap faktor risiko PTM.
- Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.Sasaran kegiatan ini adalah kader PPosyandu. Lokasi
pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin
A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga
kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik
Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas
Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
Bayi 6-11 bulan : diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan dua kali setahun yaitu pada
bulan Februari dan Agustus
Balita 12-59bulan : diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah, diberikan dua kali setahun
yaitu pada bulan Februari dan Agustus
Bayi dan Balita Sakit : Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita
campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur
Ibu nifas (0-42 hari) : Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera
setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya
- Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah ( TTD ) untuk ibu Hamil dan Ibu Nifas
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok
masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain:
- Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS.
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi besi
pada kelompok sasaran
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain:
Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara
mandiri.
Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka tenaga gizi puskesmas
merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian
TTD kepada kelompok sasaran.
Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas.
Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS
Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu
Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
- Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT Pemulihan
1. MPMP-AS
MP-ASI Bufferstock : MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh
kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama
di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan
secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat.
Sasaran MP-ASI Buffer Stok: balita 6-24 bulan yang terkena bencana.
2. MP-ASI Lokal
MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP- ASI lokal dapat
dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI
lokal: balita gizi kurang 6-24 bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah :
Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil KEK (Kurang
Energi Kronik).
PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan
kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.
PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan
kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.
Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah 90 hari makan
anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil
KEK antara lain:
Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran selama satu
tahun.
Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah kerja
Puskesmas.
Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK wilayah kerja
Puskesmas.
- Surveilens Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan
secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas
Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi
dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka
pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam
melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi, Kementerian Kesehatan RI,
2014.
- Kerjasama lintas sektor dan lintas program
Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh Pertanian Lapangan, juru
penerang kecamatan, TP PKK, Dinas Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan
koordinator, tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan
lain-lain.
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas program adalah:
3.1 Kesimpulan
Pelayanan Gizi di puskesmas ada dua yaitu yang di dalam dan luar gedung puskesmas.
Pelayanan di dalam gedung terdiri dari rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan gizi rawat jalan
dan rawat inap di Puskesmas terdiri dari serangkaian kegiatan, meliputi : Pengkajian gizi ,
Penentuan diagnosa gizi , Intervensi gizi dan Monitoring dan evaluasi gizi.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui lebih banyak mengenai
Pelayanan Gizi di Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA