Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaian


Pedoman Penyelenggaraan Program Gizi Puskesmas Boyolali I. Pedoman ini kami
susun sebagai salah satu upaya memberikan acuan dan kemudahan dalam
pelaksanaan pelayanan Program Gizi di Puskesmas Boyolali I

Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi didalam


gedung dan diluar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat
individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan pelayanan gizi diluar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok
dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif.
Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terimakasih atas
bimbingan, bantuan, kerjasama dan partisipasinya kepada semua pihak yang terlibat
dalam proses penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Program Gizi di Puskesmas
Boyolali I

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi
pada balita di Indonesia yaitu 19,6 % gizi kurang diantaranya 5,7 % gizi buruk;
gizi lebih 11,9 %, Stanting ( Pendek ) 37,2 %. Data masalah Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survey nasional tahun 2003
sebesar 11,1 % dan menurut hasil Riskesdes 2013, Anemia pada ibu hamil
sebesar 37,1 %
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan
kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi
di Puskesmas baik puskesmas rawat inap maupun puskesmas non rawat inap.
Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan yang Berbasis
Masyarakat
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
tingkat pertama. Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan
gizi didalam gedung dan diluar gedung. Pelayanan gizi didalam gedung
umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Sedangkan pelayanan gizi diluar gedung umumnya pelayanan
gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif.
Dalam pelaksanaanya pelayanan gizi di Puskesmas Boyolali I berperan
strategis mendukung peningkatan pencapaian target lintas program dan
diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja puskesmas. Kegiatan
pelayanan gizi dilakukan sesuai visi puskesmas yaitu menjadi Puskesmas
andalan yang mampu mewujutkan masyarakat diwilayah Puskesmas Boyolali I
hidup sehat secara mandiri serta misi yaitu memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu, sarana dan prasarana yang lengkap, meningkatnya peran serta
masyarakat dan masyarakat berpeilaku hidup bersih dan sehat. Juga dilakukan

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 2


dengan membudayakan CAKAP yaitu Cepat dalam merespon masalah gizi
yang muncul, Akurat: dalam menangani masalah gizi, Kualitas: dalam
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan, Aman: dalam memberikan pelayanan tidak menimbulkan risiko
terhadap sasaran dan petugas gizi, Profesional: petugas yang memberikan
pelayanan sesuai dengan kompetensi. Pelayanan gizi yang bermutu dapat
diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang
bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam pedoman Gizi Seimbang (PGS).

B. Tujuan
1.Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya.
2.Tujuan Khusus:
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya;
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakanpelayanan gizi yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringnya
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/
klien di Puskesmas dan jejaringnya;
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di puskesmas
dan jejaringnya

C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga gizi Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait
3. Pengambil kebijakan tingkat Kabupaten

D. Ruang Lingkup
1. Kebijakan Pelayanan gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di dalam gedung
3. Pelayanan gizi di luar gedung
4. Pencatatan dan pelaporan

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 3


5. Monitoring dan Evaluasi

E. Batasan Operasional
1. Di dalam Gedung
- konseling gizi terkait penyakit dan faktor resikonya,
- konseling ASI eklusif,
- konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA),
- Konseling faktor resiko penyakit tidak menular (PTM).
2. Di luar Gedung
- Edukasi Gizi/Penyuluhan dan Pembinaan,
- Konseling ASI Ekslusif dan PMBA,
- Konseling Gizi di Posbindu pada penyakit tidak menular (Posbindu PTM)
- Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu,
- Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A,
- Pengelolaan Tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan Nifas,
- Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putri dan WUS,
- Pengelolaan MP-ASI dan PMT Pemulihan,
- Survailans Gizi,
- Pembinaan Gizi di Institusi,
- Kerja sama Lintas Sektor dan lintas Program
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar
Penyelenggaraan pelayanan gizi di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1.Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
2. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang kesehatan
3. Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Asi Eklusif
4. Peraturan presiden nomer 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
percepatan Perbaikan Gizi
5. Peraturan menteri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2013 tentang angka
kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 26 tahun 2013 tentang Praktik
Tenaga Gizi

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 4


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tanaga Gizi


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga Gizi yang ada di Puskesmas
Puskesmas Boyolali I:
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Pelayanan kesehatan Gizi Diampu oleh 1 (satu)
- Dalam gedung Pendidikan minimal orang dengan latar
- Luar Gedung DIII Gizi belakang pendidikan
S1 Gizi

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab Pelayanan Kesehatan Gizi dibagi menjadi dalam gedung
puskesmas dan pelayanan kesehatan Gizi Luar gedung. Adapun petugasnya
adalah sebagai berikut :
Kegiatan Petugas Unit terkait
Pelayanan kesehatan Gizi Kepala Puskesmas
- Dalam gedung Afiana Nurul UKP
- Luar Gedung Mahardhika, S.Gz UKM

B. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan program gizi dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tiga bulanan/lintas
sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan program gizi dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di
breakdown dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program gizi di
koordinasikan oleh Kepala Puskesmas Boyolali I.

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 5


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas

Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi Puskesmas Boyolali I


memiliki penunjang yang harus dipenuhi

Kegiatan pelayanan kesehatan Gizi Sarana Prasana


- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku Register, Buku Pencatatan Kegiatan
- Tmbangan Dewasa, dan Bayi
Dalam Gedung - Studiometer/ Pengukur tinggi badan
- Leaflet
- Alat peraga/ Food Model
- Buku panduan : penuntun diet, pedoman
pelayanan anak gizi buruk, tata laksana
balita gizi buruk
- Leaflet, Lembar balik, Materi Materi
Penyuluhan : Ininsiasi Menyusui Dini,
Strategi peningkatan Penimbangan Balita
Di posyandu, Angka Kecukupan Gizi
- Tabel Antropometri
Luar Gedung - Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
Timbangan bayi
- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan
- meja, Kursi, ATK, F 2 Gizi, F3 Gizi, dan
Blanko-blanko laporan lain
- Vit. A, Fe
- Pita Lila

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 6


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

A. Lingkup Kegiatan
1.Kegiatan pelayanan gizi dilakukan di dalam gedung, antara lain :
- Konseling Gizi dan ASI Ekslusif di ruang konsultasi gizi

2. Kegiatan pelayanan gizi luar gedung, antara lain :


- Posyandu,
- Posbindu,
- Polindes

1. Kegiatan di Dalam Gedung


a. Persiapan Ruangan
b. Pelayanan dengan alur
 Pasien datang sendiri atau dirujuk dari strukturral Puskesmas ( Pustu,
Posbindu atau sarana kesehatan lain).
 Pasien mendaftar diloket pendaftaran Puskesmas
 Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah
kesehatannya Di poli umum/BP, Poli KIA, poli Gigi oleh petugas medis
atau para medis
 Pasien rawat jalan yang berisiko/ tidak risiko mengalami masalah gizi
akan mendapatkan konseling gizi atas permintaan pasien atau dari
tenaga Medis yang sudah disertai dengan pemeriksaan penunjang
(laborat)
c. Melakukan tindakan yang diperlukan sesuai permasalahan yang dihadapi
pasien:
 Konsultasi Gizi
 Melaksanakan program kesehatan gizi masyarakat dengan sasaran ibu
hamil, ibu nifas, bayi dan balita
 Bayi baru lahir mendapatkan IMD (Inisiasi Menyusui Dini ) dan dengan
promosi, motivasi ASI Ekslusif
 Pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 7


 Pengukuran Lingkar Lengan atas (LILA) ibu hamil
 Pemberian kapsul VIT A untuk bayi dan balita usia 6-59 bulan pada
bulan Februari dan Agustus, dan Bufas
 Perawatan Gizi buruk yang ditemukan.

2. Kegiatan di luar gedung


a. Persiapan
Penjadwalan Kegiatan
Penjadwalan kegiatan penyuluhan, pembinaan kader kesehatan
b. Pelaksanaan :
 Pelayanan Gizi Balita, Bumil, Bufas, PUS ( Sasaran Posyandu )
berupa:
- Penimbangan/ Pemantauan tumbuh kembang bayi anak balita dan
penyuluhan
- Sesuai masalah yang dihadapi
- Promosi dan motivasi ASI Eklusif
- Pemantauan pemberian Kapsul Vitamin A
- Pengukuran Tinggi badan / panjang badan bayi
- Penyuluhan, Pemantauan Status Gizi dan konsultasi gizi
- Penyuluhan kelompok di posyandu
- Penyuluhan PMBA
- Penyuluhan tentang pola makan yang benar pada anak balita
terutama yang bermasalah ( Gizi kurang atau gizi lebih )
- Pemberian PMT Pemulihan Bagi prioritas Gizi buruk/kurang dari
keluarga Miskin (Gakin)
- Pemantaun pemberian Tablet tambah darah (TTD) pada Bumil dan
Bufas
- Pemberian PMT pemulihan Bumil KEK dari Keluarga Miskin (Gakin)
- Pelacakan kasus gizi buruk

B. Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan upaya
kesehatan lingkungan. Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 8


Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para pejabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang
akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan
kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat
pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat
instruksi, dana atau fasilitas lain..
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat)
yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar para tokoh
masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Strategi
ini dapat dikatanan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh masyarakat,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan
utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan
pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan
meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat,
terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.

C. Langkah Kegiatan
a. Perencanaan ( P1)

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 9


1) Petugas merencanakan kegiatan gizi pada RKA, JKN (yang bersumber
dari dana JKN) dan atau melalui RKA, BOK yang bersumber dari dana
bantuan operasional kesehatan

b. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)


Pada kegiatan P2 petugas melakukan:
- Membuat jadwal kegiatan
- Mengkoordinasikan dengan bendahara BOK
- Mengkoordinasikan dengan linats program tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
- Melaksanakan kegiatan
c. Pengawasan, Pengendalian Penilaian ( P3 )
- Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
- Petugas menganalisa hasil kegiatan
- Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 10


BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana
antara lain :
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan Kegiatan
- Leaflet
- buku panduan
- komputer
2. Kegiatan di luar Gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang
meliputi :
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi


berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas.
Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh
koordinator program gizi berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 11


dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan
kegiatan (POA – Plan Of Action).

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan risiko atau


dampak, baik risiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun
risiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada
sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu
kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya.
Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Risiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
atau dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 12


Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.
Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi
resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan
sedang berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan
sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau
ketidaksesuaian pelaksanaan dengan perencanaan. sehingga dengan segera
dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan
Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah
tercapai.

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 13


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan,
bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait
pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 14


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang


untuk mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat
berhubungan dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu
merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan
sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan
indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 15


BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan program gizi ini dibuat untuk memberikan petunjuk


dalam pelaksanaan kegiatan program gizi di Puskesmas Boyolali I, penyusunan
pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih
memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara
nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan
kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugasdalam melaksanakan
pelayanan program gizi di puskesmas agartidak terjadi penyimpangan atau
pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

Nutrisionis

Afiana Nurul Mahardhika

Pedoman Gizi Puskesmas Boyolali I Page 16

Anda mungkin juga menyukai