Anda di halaman 1dari 3

E.

MEKANISME DAN METODE ADVOKASI

Dari berbagai pengalaman nasional maupun global, dapat diidentifikasi berbagai


mekanisme dan metode yang digunakan oleh advocator masalah kesehatan masyarakat (Wise,
2001). Pemanfaatan media massa hampir selalu ada untuk mengangkat isu public agar menjadi
perhatian politisi. Media massa ini mencakup semua yaitu koran, media televise bahkan akhir
– akhir ini internet sangat banyak dimanfaatkan di tingkat global. Di samping itu, ada rapat
umum, pertemuan kelompok professional, newsletter, even tertentu. Pada intinya para
advocator kesehatan masyarakat menggunakan metode apapun yang dapat menginformasikan,
meembujuk, memotivasi masyarakat, pengelola dalam proses pembuatan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka.

Dengan demikian, advokasi menjadi suatu pengetahuan maupun keterampilan yang


akan sangat membantu bagi mereka yang berkecimpung dalam bidang masyarakat. Karena
masalah kesehatan perlu juga memperoleh perhatian dari para pembuat keputusan terkait diluar
bidang kesehatan, maka advokasi masalah kesehatan sendiri bagi khalayak diluar kesehatan
juga menjadi salah satu tugas yang harus dilakukan dalam bidang Promosi Kesehatan.

Sebagai ilustrasi dan bahan diskusi dilampirkan studi kasus yang dapat digunakan
untuk memacu pemahaman dan pentingnya advokasi dalam Promosi Kesehatan (lampiran 1
Studi Kasus Advokasi). Program dan politisi agar mereka melimdungi dan mendukung upaya
Promosi Kesehatan,

Teknik persuasif yang sering digunakan dlam advokasi (UNFPA & BKKBN, 2002) adalah
sebagai berikut :

a. Lobi, yaitu merupakan proses untuk mencapai tujuan kebijakan public melalui penerapan
tekanan politik terpilih. Kelompok advocator dapat melakukan kegiatab lobi yang terkait
dengan undang – undang dan isu tertentu.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi anggota DPR/DPRD kunci yang ingin
dilobi, dapat berupa individu misalnya anggota komisi kesra atau komisi yang terkait
dengan isu terpilih. Hal ini dapat dilakukan dengan mengirim surat dengan pesan tertentu,
lalu ditindaklanjuti dengan menelpon dan mendapatkan perhatian dari yang bersangkutan.
Kapan debat atau pertemuan akan dilakukan dana pa yang diharapkan dari yang
bersangkutan, perlu dijelaskan.
b. Petisi, yaitu cara formal dan tertulis untuk menyampaikan gagasan advocator di mana
dicoba memberikan tekanan kolektif terhadap para pembuat keputusan. Biasanya dalam
petisi sudah jelas tertulis, yaitu pernyataan pendek dan jelas tentang apa isunya dan
tindakan apa yang diharapkan untuk itu. Kemudian ada tempat bagi individu atau
organisasi yang mendukung petisi tersebut dengan menulis nama, tanda tangan dan alamat
bila perlu. Semakin banyak pendukung, semakin meningkat perhatian pemberi petisi.
Keuntungan petisi adalah dapat memberi gambaran kolektif suatu perspektif kolektif dan
tidak hanya dari kelompok atau mitra tertentu saja. Namun petisi ini memerlukan waktu
banyak untuk mengumpulkan tanda tangan orang dan organisasi pendukung.
c. Debat, hal ini terjadi bila ada dua atau lebih individu yang berbeda pendapat tentang suatu
masalah tertentu. Diperlukan satu orang moderator yang mengatur diskusi dan waktu yang
tersedia untuk debat. Kepada setiap pembicara diberikan waktu tertentu untuk
mengemukakan pendapat atau posisinya. Moderator atau audiens dapat mengajukan
pertanyaan atau mendebat isu atau pandangan yang diberikan. Debat memberikan
kesempatan bagi advocator untuk menelaah isu dari berbagi persektif dan pandangan suatu
model pengembangan negosisasi. Model ini melihat negosiasi sebagai suatu proses dalam
konteks membangun hubungan dimana advocator mendorong pihak – pihak untuk
mengungkapkan secara terbuka kebutuhan dan keinginannya dan memumgkinkan untuk
dikembangkan kemauan baik dan timbal balik dari waktu ke waktu. Fokusnya adalah pada
masing – masing pihak untuk belajar satu sama lain guna menghin dari kesalahpahaman,
salah komunikasi, atau salah konsepsi. Diharapkan dengan cara ini, sikap saling menuduh
dapat dihindari atau dihilangkan dan dapat tercipta lingkungan yang interaktif, kreatif, dan
berorientasi pada tugas.

F. INDIKATOR ADVOKASI

Bila sasaran advokasi adalah anggota legislative atau pembuat kebijakan kesehatan, maka
indicator yang paling mudah dinilai dari hasil akir advokasi adalah : adanya peraturan, ketentuan
atau kebijakan yang mendukung isu yang di advokasi; adanya perencanaan program kea rah isu
yang di advokasi serta dukungan pendanaanya atau persetujuan alokasi anggaran yang diberikan
oleh legislatif, misalnya DPRD setempat. Sebagai contoh, karena advokasi yang dilakukan
terhadap anggota DPRD DKI Jaya, maka pada tahun 2003 pemda DKI dengan persetujuan DPRD
memperoleh anggaran 1,3 miliar yang terkait dengan Kesehatan Reproduksi. Namun, dana
tersebut tidak langsung dialokasikan ke Dinkes DKI tetapi kepada pihak – pihak lain yang terkait
(Suryadi, 2003).

G. KESIMPULAN

Oleh karena konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat juga dipengaruhi
oleh kebijakan maupun perubahan organisasi, dan politik, bahkan factor ekonomi, maka
lingkungan yang mengandung perubahan perilaku menjadi penting. Oleh karena itu, advokasi
sebagai salah satu strategi Promosi Kesehatan untuk mebgandung perunahan perilaku individu
maupun masyarakat menjadi penting. Advokasi pada hakekatnya adalah bekerja dengan orang dan
organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai