Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER

KOMUNIKASI & ADVOKASI KEBIJAKAN

NAMA : SILNA KAUSAR

NPM : 21801091057

KELAS : 7/B

1. a. Jelaskan konsep komunikasi!


Pengertian Komunikasi (Communication ) yang berarti berbagi, atau
menyampaikan/menginformasikan, dan dalam arti keseluruhan komunikasi berbagi atau
menyampaikan pesan yang berisikan infromasi yang dibutuhkan pada penerima pesa.
Sehingga, komunikasi ini harus bergantung pada kemampuan kita untuk memahami
pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan.
Tujuan Komunikasi ialah manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
dan memerlukan orang lain, sehingga komunikasi menjadi alat atau media yang paling
penting digunakan untuk menyampaikan atau menerima pesan atau informasi yang
dibutuhkan.
Beberapa tujuan umum komunikasi :
- Memberikan informasi yang dapat dipahami.
- memahami informasi yang diberikan oleh orang lain.
- informasi yang disampaikan diterima.
- menggerakan orang lain melakukan suatu untuk sebuah tujuan.
Prinsip Komunikasi :
Komunikasi memiliki tujuan yang jelas dan dapat dipahami, mengandung isi ( pesan dan
tujuan ), memiliki reaksi non verbal, berpengaruh dengan ruang dan waktu, tempat
terjadinya dan waktu ketika terjadinya.
Komunikasi bersifat sistematik, melibatkan sistem internal maupun eksternal.
b. Mengapa komunikasi organisasi penting untuk dipelajari?
Komunikasi Organisasi menjadi satu elemen penting dalam organisasi. Komunikasi
organisasi ; penerima ataupun pemberi pesan dalam organisasi yang kompleks. Dan
organisasi menjadi sistem dan ruang sistem pemrosesan informasi. Seluruh anggota
mempunyai hak untuk memperoleh informasi.

c. Jelaskan bentuk komunikasi verbal dan non verbal!


Komunikasi Verbal
Suatu bentuk komunikasi yang disampaikan secara tertulis ataupun lisan. Menempati
porsi besar, karena realitanya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah untuk
disampaikan dari pada non verbal. Sehingga, lebih mudah memahami pesan yang
disampaikan.
Komunikasi verbal yang efektif membutuhkan kemampuan mendengar yang baik dan
dapat melihat dan membaca reaksi non verbal termasuk bahasa tubuh dari pemberi
pesan.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal terkadang kurang efektif karena tidak menggunakan non verbal
dengan baik dalam waktu bersamaan. Bentuk komunikasi non verbal diantaranya
menggunakan bahasa isyarat, ekspreasi wajah, sendi, simbol-simbol, warna, mimik
wajah maupun intonasi suara.
Contoh komunikasi non verbal :
- Sentuhan ; bersalaman, menggenggam tangan, sentuhan di punggung.
- Gerakan tubuh ; kontak mata, eksepresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh.
- Intonasi ; unsur non verbal dalam suatu ucapan, tekanan suara, berbicara, dengan nada
bicara.

d. Sebutkan dan Jelaskan Jenis-jenis Komunikasi!


Jenis – Jenis Komunikasi
1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dapat dilakukan dengan lisan maupun tulisan, sangat efektif
selagi penerima pesan ataupun pemberi pesan mempunya kemamupuan untuk
mendengarkan dan membaca pesan yang disampaikan tersebut.
2) Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal cendrung menggunakan bahasa isyarat, ekspreasi wajah,
sendi, simbol-simbol, warna, mimik wajah maupun intonasi suara.
3) Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok dilakukan ketika sekumpulan orang saling menyampaikan
pesan atau informasi yang dibutuhkan , saling mengenal, memandang dan
berintraksi dengan mempunyai tujuan yang sama.
4) Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi yang dilakukan seorang diri dengan
sejumlah orang (sekumpulan) yang tidak bisa dikenali satu persatu. Contoh
komunikasi publik ialah ceramah, pidato, kuliah dan lain-lain.
5) Komunikasi Organisasi
Terjadi di suatu organisasi, bersifat formal atau in formal dan berlangsung dalam
jaringan yang meluas. Komunikasi organisasi melibatkan komunikasi diadik,
komunikasi pribadi, komunikasi publik tergantung kebutuhan.
6) Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media cetak, maupun
elektronik yang disebar ke publik dan pesan yang disampaikan bersifat umum,
serentak, dan secepat yang dibutuhkan.

2. a. Jelaskan konsep advokasi kebijakan!


Advokasi kebijakan merupakan tindakan mempengaruhi/mendukung sesuatu atau
seseorang yang berkaitan dengan kebijakan publik sebagai regulasi pemerintah.
Advokasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mendesakkan terjadinya perubahan
sosial (social movement) secara bertahap maju melalui serangkaian perubahan kebijakan
publik. Secara umum, proses advokasi yang dilakukan berada di keseluruhan proses
kebijakan, yaitu: agenda setting, perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, dan
monitoring dan evaluasi kebijakan.
b. Mengapa dan kapan advokasi kebijakan dilakukan? Berikan contoh!
Kegiatan advokasi dilakukan saat ada desakan tentang perubahan sosial (social
movement) secara bertahap maju melalui serangkaian perubahan kebijakan public. proses
advokasi yang dilakukan berada di keseluruhan proses kebijakan, yaitu: agenda setting,
perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, dan monitoring dan evaluasi kebijakan

Contohnya adalah advokasi kebijakan mengenai pemberdayaan fakir miskin yang


mengharuskan kebijakan publik mengenai fakir miskin diubah menjadi lebih
memperhatikan fakir dan miskin. Adapun pihak yang menjadi sasaran advokasi sosial,
yaitu pemerintah, Lembaga kesejahteraan sosial, lembaga keuangan (permodalan) dan
berbagai struktur yang ada di masyarakat. Pihak-pihak tersebut berkaitan dengan
perlindungan, aksesibilitas atas informasi, sumber daya dan pelayanan yang diperlukan
masyarakat.

3. a. Jelaskan Tujuan Advokasi Kebijakan! Berikan Contoh!


Tujuan Advokais Kebijakan mendapatkan dukungan dari pengambil
kebijakan/keputusan, lintas sektor, tokoh masyarakat, dan masyarakat dalam pelaksanaan
program. Melakukan Perbaikan Substansi Kebijakan, Melakukan Perbaikan Proses
Penyusunan dan Keputusan Kebijakan, Perbaikan Pelaksanaan dan Pertanggung-jawaban
Kebijakan, Mendorong Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat atas Kebijakan,
Mendorong Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintahan.
Contoh, sekelompok komunitas menolak Raperda yang telah dirancang kepada anggota
dewan dan pejabat pemerintahan. Lapisan kedua, mengembangkan kemampuan individu
para warga, ormas, dan LSM. Dengan penolakan dan penentangan adanya Raperda,
anggota komunitas belajar bagaimana mengkomunikasikan pesan mereka pada
segmentasi yang lebih luas untuk memperkuat basis dukungan kelembagaan mereka.
Lapisan ketiga, menata kembali masyarakat.

b. Jelaskan Proses Advokasi Kebijakan! Berikan Contoh!


 Analis kebijakan setelah melakukan kajian kebijakan atas suatu masalah
publik perlu merancang sebuah agenda advokasi agar hasil rekomendasi
kebijakan yang diajukan dapat diterima oleh aktor utama pengambil
keputusan yang dalam hal ini adalah pemerintah.
 Analis Kebijakan dalam hal ini harus memahami 3 sistem politik dan proses
politik di lingkungan kerjanya atau di dalam ruang lingkup kerjanya.
 Banyaknya stakeholder yang terkait dalam setiap masalah publik dengan
kepentingannya masing-masing memerlukan suatu upaya khusus untuk
mensinkronkan berbagai kepentingan yang ada.
 Outcome advokasi kebijakan adalah terjadinya perbaikan atau perubahan dari
suatu masalah publik yang diatur oleh pemerintah.

Contohnya adalah Tim advokasi Kemenkes RI pada tanggal 2 Maret 2016


melaksanakan kunjungan pertemuan di puskesmas Ciomas Kab.Bogor guna
mengangkat isu “Meningkatkan Peran Desa Siaga Aktif dalam Meningkatkan
Kesehatan Ibu dan Anak.” Tim Advokasi ini terbagi dalam 2 sasaran, yaitu
sasaran SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan Non SKPD, dimana dalam
tim terdapat unsur program Surveylens, Promkes, KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan. Tujuan. Pertemuan Advokasi ini adalah mengembangan komunikasi
persuasive guna mencari solusi dan komitmen bersama dalam permasalahan
pengembangan Desa Siaga Aktif guna meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak.
Manfaat Pertemuan advokasi kesehatan ini juga bisa dijadikan stimulus atau
merangsang para pengambil kebijakan adalah mendukung prioritas masalah yang
ada di wilayah kerjanya, demi Indonesia Sehat.

c. Jelaskan Langkah-langkah Advokasi Kebijakan!


Langkah – langkah Advokasi Kebijakan
1) Menentukan Isu
- Sumber Isu
Isu ; suatu realita yang menjadi sebuah permasalahan yang ada di dalam
lingkungan kita. Kesadaran permasalahan ini ada karena pengamatan,
pemahaman, dan interpretasi kita terhadap realitas sosial.
- Alasan Pemilihan Isu ; dari hasil pengamatan, pemahaman dan interprestasi
kita terhadap realitas sosial, maka perlu memilih isu yang mana dulu digarap
dan penting dengan pertimbangan, sesuai dengan visi dan misi, penting dan
mendesak, menjadi kebutuhan sebagian besar masyarakat, dilakukan cek
ulang terhadap masyarakat, berdampak positif pada pengadaan kebijakan
publik.
- Mengetahui Posisi Isu secara Hukum
Sesuai advokasi yang dilakukan mengumpulkan informasi dan berkaitan
dengan undang-undang yang mengatur isu tersebut.
2) Menentukan Target Yang Ingin Dicapai
Target yang dimaksud sesuai dengan sebagian tujuan dan ada 5 prinsip dalam
penetapan target : Specific, Measurable, Achieveable, Realistic dan Time-bound
(SMART).
3) Mengumpulkan Informasi dan Melakukan Penelitian
Advokasi yang baik haras ditunjang oleh data yang credible (dapat dipercaya)
dan valid (sah, benar). Data atau informasi ini dapat diperoleh dengan melakukan
suatu penelitian yang ditujukan untuk memilih isu dan menemukan alternatif
pemecahan masalahnya. Akses (ketercapaian) terhadap sumber informasi sangat
penting dengan mengetahui jalur-jalur informasi di seputar isu yang diangkat dan
contact person (orang-orang yang bisa dikontak) yang dapat membantu
memperoleh isu tersebut.
4) Menentukan Konstituen
Konstituen adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan kelompok, yang
kita wakili dan orang-orang dari mana kita mendapat dukungan politik. Cara
yang dapat dipraktikkan adalah dengan mengidentifikasi siapa yang
berkepentingan dan yang diuntungkan dari isu yang diangkat.
5) Melakukan Analisis Potensi dan Ancaman
Dalam upaya mendesakkan maupun mengubah suatu kebijakan, maka tentu akan
banyak tantangan yang akan menghadang. Sehingga, menganalisis potensi
terlebih mengetahui kekuatan dan kelemahan meliputi 2 hal :
Analisis Sumber Daya
- Sumber Daya Manusia
- Sumber Daya Anggaran

Analisis Ancaman Resiko

Isu kebijakan yang diperlukan tapi menjadi suatu yang merugikan , sehingga
advokasi memiliki konsekuensi resiko. Sehingga harus menyiapkan diri untuk
menghadapi resiko tersebut.

6) Bergabung atau Membangun Koalisi


Banyaknya orang dan kelompok kepentingan yang akan lebih didengar
dibandingkan satu orang dan satu lembaga saja. Oleh karena itu perlu mencari
dukungan. Ada 2 keuntungan yang bida diperoleh dari koalisi :
a. Meningkatkan sumber, pengalama, kekuatan dan kredibilitas.
b. meningkatkan kemungkinan perubahan kebijakan yang dituruti.
7) Mengindetifikasi Peluang dan Hambatan
Perlu dilakukan analisi peluang dengan tujuan mengidentifkasi keungglan yang
dimiliki.
8) Menentukan Strategi Advokasi
Berdasarkan keaktifan dari siapa yang tengah melakukan advokasi, maka strategi
advokasi dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu: strategi advokasi yang
proaktif dan strategi advokasi yang reaktif.
- Advokasi yang Proaktif.
a. Lobby
b. Hearing
c. Kampanye
- Advokasi yang Reaktif
a. Boikot
b. Demonstrasi / Unjuk Rasa
9) Melaksanakan Agenda Advokasi dan Refleksi
Dua prinsip yang harus diingat dan menjalankan agenda advokasi dan kecepatan
menangkap peluang.
10) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi yang berkelanjutan untuk mengentahui kelemahan dan
kelebihan dan menjadikan pedoman untuk menentukan langkah selanjutnya.

d. Jelaskan Strategi Advokasi Kebijakan! Berikan Contoh!


Berdasarkan keaktifan dari siapa yang tengah melakukan advokasi, maka strategi
advokasi dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu: strategi advokasi yang proaktif
dan strategi advokasi yang reaktif.
1) Advokasi yang Proaktif.
Suatu strategi dimana kita secara proaktif bertindak untuk mempengaruhi suatu
kebijakan publik sebelum kebijakan ini sampai ditetapkan atau disahkan secara hukum.
Tennasuk dalam strategi ini adalah bagaimana kita juga mendesakkan suatu kebijakan
yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Dalam strategi ini, kita haras secara aktif
mencari dan mendapatkan informasi terhadap isu-isu kebijakan baru yang akan
dikeluarkan oleh para penentu kebijakan. Ada 3 cara/teknik utama yang tergolong dalam
kelompok ini, yaitu : lobby, hearing, dan kampanye.
- Lobby

Lobby merupakan sebuah kegiatan advokasi yang mempengaruhi para pengambil


keputusan agar mau memberi dukungannya terhadap susut pandang kita.

- Hearing

Hearing kepada publik (public hearing) dng tujuan mensosialisasikan gagasan dan
mencari masukan dan menyerap aspirasi masyarakat sekitar isu tsb. Dapat dilakukan
dengan diskusi, debat terbuka atau seminar.

- Kampanye

Kegiatan utk sosialisasikan ide, wacana, pandangan thd suatu kebijakan dg tujuan
mendapat dukungan publik. “Proses terorganisir utk membentuk pendapat publik”.

2) Advokasi yang Reaktif.


Adalah strategi advokasi dimana kita berusaha untuk mengubah kebijakan setelah
kebijakan itu diundangkan atau ditetapkan secara hukum, atau setelahmasyarakat
menanggung akibat dari kebijakan tersebut. Oleh karena asifatnya reaktif, maka strategi
ini terkdang bersifat konfrontatif/perlawanan. Cara/teknik advokasi yang masuk dalam
kelompok ini adalah : legal standing, class action, boikot, demonstrasi.
- Boikot.
Boikot adalah melakukan pembangkangan atau penolakan untuk melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah. Boikot merapakan pembalasan /hukuman terhadap
kebijakan/sikap yang tidak kita setujui. Himbauan untuk boikot biasanya diawali oleh
sebuah deklarasi yang diikuti
serangkaian kampanye.
- Demonstrasi/Unjuk Rasa.
Sebelum demo yang pada umumnya melibatkan banyak orang dilakukan, maka
sebelumnya harus dilakukan terlebih dulu analisa secara seksama : apa tujuan demo,
siapa yang terlibat dalam demo, berapa jumlah orang yang diharapkan ikut demo, apakah
ada kemampuan untuk mengendalikan massa agar tidak anarkhis, apa dampak yang akan
ditimbulkan dari demo tersebut.

4. Buatlah sebuah ilustrasi dari suatu keadaan yang mengharuskan untuk dilakukan
advokasi kebijakan kemudiam coba breakdown langkah dan strategi advokasinya!

ILUSTRASI ADVOKASI PERATURAN BPJS KESEHATAN NO.2 TAHUN 2015


TENTANG NORMA PENETAPAN BESARAN KAPITASI

Sumber Isu : Pertemuan lanjutan antara Pengurus Besar IDI (PB IDI) dengan BPJS
Kesehatan (BPJSK) menindaklanjuti surat PB IDI tentang keberatan pemberlakuan
Peraturan BPJS Kesehatan No.2 tahun 2015 tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi
dan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan Pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Respon agak cepat dari BPJS Kesehatan ini dinilai sebagai
itikad baik untuk menerima masukan dan perbaikan terhadap pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta kinerja BPJS Kesehatan itu sendiri.
Alasan Pemiliahan Isu : Peraturan terbaru ini dirasakan terlalu cepat diimplementasikan
sehingga banyak pihak belum tersosialisasi dengan baik mengenai aturan baru tersebut.
Sebelumnya masih terdapat permasalahan di lapangan terkait regulasi di luar Per-BPJSK
No.2 tahun 2015 yang belum tuntas implementasinya di beberapa daerah. Di antaranya
yang masih belum berjalan dengan baik antara lain: Peraturan Presiden No. 32 tahun
2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN Pada FKTP Milik
Pemerintah. Permasalahan utamanya adalah terkait aturan di beberapa pemerintah daerah
tentang pengelolaan dana oleh fasilitas milik pemerintah yang belum BLUD. Banyaknya
laporan yang menyatakan sulitnya pencairan dana operasional sebesar 40% dari total
penerimaan dana kapitasi, bahkan dilaporkan mengenai berkurang atau tidak ada lagi
dukungan dana operasional dari pemerintah daerah kepada FKTP milik pemerintah di
luar dana BPJS. Dari beberapa permasalahan utama dan banyak dialami oleh dokter di
berbagai daerah tersebut, diharapkan solusi serta kebijakan lebih lanjut untuk meredam
gejolak di tingkat pelayanan. Namun belum tuntas permasalahan tersebut, BPJSK
menerbitkan aturan baru yang masih awam serta minim sosialisasi, sehingga
menimbulkan banyak sekali perspektif serta resisten dari dokter serta tenaga kesehatan
lain. Keresahan yang timbul akibat terbitnya peraturan yang disusun oleh BPJK,
Kementerian, dan Asosiasi Faskes, tanpa melibatkan organisasi profesi menyebabkan PB
IDI harus terlibat demi kemaslahatan bersama.

Target Yang Ingin Dicapai :

BPJSK menyampaikan permohonan maaf atas tidak dilibatkannya PB IDI dalam


pembahasan rancangan peraturan ini. Namun hal ini didasarkan pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.455 tahun 2013 tentang Asosiasi Faskes, dimana IDI tidak termasuk
dalam asosiasi faskes, meskipun dalam Surat Edaran Menkes
No.HK/Menkes/624/XII/2013 disebutkan bahwa dalam melakukan negosiasi antara
BPJSK dengan asosiasi faskes di tingkat provinsi harus melibatkan organisasi profesi.

Dirut BPJSK, Dr.Fachmi Idris, menyampaikan tentang adanya rekomendasi dari Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) tentang harus adanya indikator monev untuk penilaian
kinerja dan penyesuaian norma kapitasi, karena KPK menemukan adanya inefektifitas
pembiayaan FKTP Puskesmas yang tinggi namun kinerja belum optimal. KPK
memberikan kesimpulan adanya indikasi pembiaran terhadap kondisi pelayanan yang
tidak berubah walaupun pembayaran meningkat sampai dengan 300%. Namun
keterlibatan KPK masih dalam konteks pencegahan, bukan dalam konteks penindakan.
Hal sama juga diperlihatkan pada hasil data supervisi Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN).
Hal lain yang penting diperlihatkan, ternyata telah banyak dilakukan pendantangan
Addendum Kesepakatan Bersama antara BPJSK dengan Dinas Kesehatan atau
ADINKES (ada daerah kesepakatan juga melibatkan ASKLIN dan PKFI) tentang Revisi
Norma Kapitasi di FKTP tahun 2015 di beberapa propinsi, antara lain:

Menjadi catatan penting dalam Per-BPJSK ini adalah adanya waktu penerapan yang
bertahap, yaitu :

1. Untuk Puskesmas di ibukota propinsi

2. Untuk Puskesmas secara nasional

3. Seluruh RS Kelas D Pratama, Klinik Pratama, Praktik Dokter, atau faskes yang setara
secara nasional .

Asosiasi Faskes Tidak Mewakili Dokter

Disinggungnya KMK No.455 tahun 2013 tentang Asosiasi Faskes mengangkat kembali
permasalahan yang timbul saat KMK ini terbit. Saat itu, PB IDI langsung menyurati
Menteri Kesehatan dan mendatangi Biro Hukor Kemenkes untuk membahas hal tersebut.
Argumentasi yang disampaikan antara lain: Atas argumentasi tersebut, PB IDI mendesak
agar KMK tersebut direvisi dengan melibatkan organisasi profesi yang langsung
mandatory terhadap anggotanya masing-masing. Khusus untuk dokter, ijin praktik dokter
diterbitkan berdasarkan Rekomendasi Ijin Praktik yang diterbitkan oleh IDI Cabang.
Desakan ini diakomodir hanya dengan Surat Edaran Menkes
No.HK/Menkes/624/XII/2013 tentang Asosiasi Faskes. Oleh karenanya IDI bersama
organisasi profesi lain yang tergabung di dalam Sekretariat Bersama 5 OP (SEKBER 5
OP) tetap mendesak agar KMK No.455 tahun 2013 segera direvisi.

Usulan Konkrit
Tujuan bersama untuk memperbaiki sistem pelayanan dan penyelenggaran jaminan
kesehatan harus terus dijaga dan dijalankan. Keterbukaan semua pihak terutama
pemangku kebijakan dalam merumuskan kebijakan yang tidak merugikan banyak pihak
perlu diapresiasi. Pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan perlu terus disupport
sebagai leading sector dalam jalannya sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
Peraturan/kebijakan dibuat untuk memberikan maslahat, sehingga tidak perlu “alergi”
terhadap perubahan.

Anda mungkin juga menyukai