FASILITATOR :
OLEH :
KELOMPOK 2 KELAS 3 B
ANGGOTA KELOMPOK
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmad- Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kerja Dalam Keperawatan. Tanpa ridho- Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas
ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui penyakit
akibat kerja dan menambah ilmu pengetahuan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja Dalam
Keperawatan dan teman – teman yang telah membantu penyusunan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupum makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang dapat membangun dari para
pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk
jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut
mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih
sangat rendah. Indonesia akan sulit mengahdapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal
kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu
disamping perhatian perusahaan, pemerintahan juga perlu memfasilitasi dengan peraturan
atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian dikalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamat) menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi. Bahaya-bahaya
potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (Virus, bakteri,jamur, dan
lain-lain); faktor kimia (antiseptic, gas anastesi,dan lain-lain); faktor ergonomic (cara
kerja yang salah, dan lain-lain); faktor fisik (suhu,cahaya,bising,listrik,getaran,radiasi,
dan lain-lain); faktor fisiko sosial (kerja bergilir, hubungan sesame pekerja/atasan, dan
lain-lain) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Di Amerika serikat
5000 petugas kesehatan terinfeksi hepatitis B,47 positif HIV dan setiap tahun 600.000-
1.000.000 luka tertusuk jarum dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan).
Lembaga survei di Amerika (1998) mencatat frekuensi angka kecelakaan akibat kerja
dirumah skait lebih tinggi 41% disbanding pekerja lain dnegan angka kecelakaan akibat
kerja terbesar adalah Needle Stick Injuries (NSI). (Depkes RI, 2010)
Motivasi kerja merupakan motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu
dan melibatkan seluruh kemampuan untuk mencapainya. Tanpa adanya motivasi dalam
bekerja, tenaga kerja akan merasa apatis, merasakan keengganan, acuh tak acuh dalam
1
pekerjaan maupun hasil kerjanya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
kecelakaan adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu :
1.3 Tujuan
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca agar lebih mengerti tentang penyakit
yang di akibatkan akibat kerja.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengrtian Penyakit Akibat Kerja
b. Suara/kebisingan (noise)
3
d. Getaran (vibration)
e. Radiasi
Penyakit Akibat Kerja merupakan manifestasi dari kesehatan kerja, atau kondisi
kesehatan dari tenaga kerja atau pekerja. Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya
penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun
psikis dalam hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik
seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima
diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaanya dengan baik. Kondisi atau
tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus
pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh
4
kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun
mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, debu, zat-zat kimia dan lain-lain)
dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
Gangguan kesehatan pada pekerjaan dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh
bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor
pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.
Penyebab Penyakit Akibat Kerja dibagi atas beberapa golongan, antara lain :
2.2.1 Golongan Fisik
a. Kebisingan
5
Noise- Induced Permanent Treshold Shift) adalah kehilangan pendengaran
irreversible disebabkan paparan jangka panjang terhadap bising.
Berikut waktu kerja maksimum dan nilai ambang batas kebisingan di tempat
kerja berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
koperasi No. SE-01/MEN/1978 :
1
f. 100 dB : jam per hari
4
b. Getaran (Vibrasi)
Ciri utama getaran adalah frekuensi (Hz) dan intensitas (diukur sebagai
amplitudo, kecepatan, dan percepatan). Getaran dapat dihantarkan keseluruh
tubuh atau hanya ke lengan yang memegang perkakas atau alat yang sedang
bergetar. Besar energi yang diabsorbsi adalah fungsi dari frekuensi, intensitas
dan lamanya getaran. Penghantaran dan penghilang getaran pada manusia
tergantung pada intensitas, postur tubuh, arah kerja geteran, tegangan otot,
sifat fisik tubuh, dan ciri-ciri antropomrtri.
c. Radiasi Ionisasi
6
Radiasi ionisasi meruapkan bentuk-bentuk radiasi pada interaksi
dengan materi, membangkitkan partikel-partikel bermuatan listrik (ion) yang
berlawanan. Radiasi ionisasi buatan dipakai dalam industri, pertanian,
kedokteran, dan riset ilmiah. Sumbernya dari alat-alat listrik berenergi tinggi
(mesin sinar X atau akselerator partikel) atau radionuklid. Para penambang
uranium dan pekerja pabrik dan pengolahannya, pekerja reactor nuklir dan
proyek energi atom, operator radiografi industry, petugas kesehatan radiologis,
pekerja produksi radionuklid, para ilmuwan yang menggunakan bahan
radioaktif untuk riset adalah yang beresiko terbesar terpapar radiasi ionisasi.
1. Radiasi laser
2. Radiasi inframerah
3. Radiasi Ultraviolet
d. Suhu Ekstream
7
Suhu ekstrem dibagi: bagian yaitu suhu rendah dan suhu tinggi dengan
suhu tubuh manusia sebagai patokan. Pekerjaan yang berhubungan dengan
suhu ekstrem adalah seperti pekerjaan penyelaman, penambangan,
kehutanan, dan lain-lain.
Beberapa jenis zat-zat kimia yang sering dijumpai ditempat kerja dan yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja adalah:
Air raksa adalah satu logam cair keperakan dengan titik leleh 39 o c. logam ini
menguap pada suhu ruangan. Air raksa membentuk berbagai persenyawaan baik organic
(oksida,perida dan nitrat) maupun organic ( alkyl dan aril). Toksisitas senyawa air raksa
dengan kelarutan yang rendah dalam air biasanya rendah.
b. Karbon disulfida
Karbon disulfida murni adalah suatu cairan berwarna dan sangat refraktif dengan bau
aromatic manis. CS2 kualitas komersial dan kualitas reagen merupakan cairan kekuningan
dengan bau busuk. Cairan ini mudah menguap dan terbakarar, dan uapnya mudah meledak.
Pekerjaan dengan resiko paparan terhadap karbon disulfida seperti pekerjaan pada
industi bubur selulosa (vicose), yang melepaskan uap karbon disulfida dengan Hydrogen
sulfide ( H 2 S).
Alkohol adalah hidrokarbon dengan satu atom Hidrogen diganti oleh satu gugus
hidroksil [OH], dan glikol adalah hidro karbol dengan dua gugus hidroksil. Alkohol rantai
pendek dan sedang berupa cairan, dan beberapa diantaranya, ( metal alkohol dan etil alkohol )
8
sangat mudah menguap. Glikol berupa cairan kental tidak mudah menguap dan berbau manis.
Pekerjaan yang terpapar terhadap alkohol dan glikol adalah pekerja pada proses produksi
yang mempergunakan bahan-bahan ini seperti pekerja pada proses pembuatan zat pewarna,
pencelup, tukang cetak, dan lain-lain.
Agen penyebab pada golongan biologis adalah virus, klamidia dan riketsia, bakteria,
jamur, protozoa dan cacing. Penyakit infeksi dan parasite terkait kerja kebanyakan ditemukan
pada pertanian, rumah sakit, laboratorium, klinik, ruang otopsi, kehutanan, dan lain-lain.
Penyakit pada infeksi dan parasit terkait kerja banyak ditemukan pada :
a. Pekerjaan pertanian
Ada agen yang menembus kulit utuh (antraks, tulameria), ada juga menembus kulit
rusak (rabies, tetanus). Beberapa pathogen protozoa masuk ke tubuh melalui gigitan
serangga, inhalasi percikan, spora atau debu tercemar, makanan dan air terkontaminasi.
Pekerjaan Penyakit
Pertanian, pertenakan, kehutanan, Di daerah tropis dan sedang: antraks,
penjeratan hewan dan perburuan virus oleh arthropoda (mis:pes), infeksi
jamur, demam Q, rabies, histoplasmosis
Hanya di daerah tropis: virus oleh
arthropoda (mis: demam kuning,
demam berdarah), cacing tambang
malaria.
Pekerjaan bangunan, pembukaan lahan, Kokidiomikosis, cacing tambang,
menggali selokan, membersihkan parit histoplasmosis, leptospirosis, tetanus,
dan penambangan seposis luka.
Penanganan dan pengepakan sapi dan Tuberkolosis povin, demam Q,
ikan tularemia
9
Penamganan ayam dan burung Infeksi jamur, ornitosis, virus Newcastle
Pekerjaan dengan rambut, kulit, dan wol Antraks, demam Q
Dokter hewan Tuberculosis, demam Q, rabies, om
tiosis, infeksi jamur, tularemia.
Dokter, Perawat, petugas laboratorium Hepatitis virus, tuberculosis dan infeksi
menular lainya.
Pekerjaan dengan kondisi hangat dan Infeksi jamur kulit
lembab (dapur, ruang senam, kolam
renang)
Tabel 1. Ringkasan Pekerjaan dan Penyakit Infeksi dan Parasit
Tempat kerja yang kurang ergonomis tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi
manusia (postur kerja salah). Tempat kerja yang kurang ergonomis dan postur kerja yang
salah memiliki dampak yang sama yaitu berakibat cacat pada tubuh.
Penyakit akibat kerja pada golongan fisikososial diakibatkan beban kerja yang terlalu
berat dan melebihi kapasitas kerja manusia.
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain: Pencemaran udara oleh partikel
dapat disebabkan karena peristiwa alamiah maupun ulah manusia,yaitu lewat kegiatan
industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya,
tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Partikel-partikel
udara sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang tercemar oleh
partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau
pneumoconiosis.
10
memiliki banyak kegiatan industridan teknologi, yaitu silikosis, asbestosis, bisinosisi,
antrakosis, dan beriliosis
a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang
terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap.Debu silikabebas ini banyak
terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton,bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir,menggerinda) dll. Selain dari itu, debu silika juga banyakterdapatdi tempat
penampang besi, timah putih dan tambang batu bara. Pemakaian batu bara sebagai bahan
bakar juga banyak menghasilkam debu silikabebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silikaakan
keluar dan terdispersi ke udara bersama-sama dengan partikel yang lainya, seperti debu
alumunia, oksida besi dan karbon dalam bentuk debu. Tempat kerja yang potensial untuk
tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasankeselamatan dan kesehatan kerja
dan lingkungan yamg ketat sebab penyakit silikosis belum ada obatnya yang tepat.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau
serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat,
namun yang paling utama adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada
pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik
beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-
paru akan mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-batuk yang disertai dahak.
Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak besar/melebar. Apabila dilakukan
pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes dalam dahak tersebut.
Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan
kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan mengakibatkan
asbestosis ini.
c. Penyakit Bisnosis
11
nafas, terasa berat pada dada, terutama peda hari senin (yaitu hari awal kerja
pada setiap minggu). Pada bisnosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit
tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga
disertai dengan emphysema.
d. Penyakit Antrakosis
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam
murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit
saliran pernafasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan
nasoparingtis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit
demam, batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-
pekerja industriyang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada
pabrik fluoresen, pabrik pembuatantabung radio, dan juga pada pekerja pengolahan
bahan penunjang industri nuklir.
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut
misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut
atau karena virus kronis, misal: asbestosis. Seperti gejalaChronic Obstructive
Pulmonary Disease(COPD)atauedema paru akut. Penyakit inidisebabkan oleh bahan
kimia seperti nitrogen oksida.
g. Penyakit Kulit
12
merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat
pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat
peka,atau karena faktor lain.
h. Kerusakan Pendengaran
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat
pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang
tidak wajar.
j. Kanker
k. Coronary Artery
Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan
kimia lain di tempat kerja.
l. Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau
sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang
ada.
m. Masalah Neuropsikiatrik
13
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan. Neuropati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol,atau
tidak diketahui penyebabnya.Depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau
masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari
stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven)
dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah,
merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Selain itu,
Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
14
pernafasan, saluran pencerrnaan kulit dan mukosa. Masuknya dapat secara
akut dan sevara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi,korosif,
asphyxia, keracunan sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin. Terjadi pada
petugas/ pekerja yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-
obatan seperti antibiotika. Demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak
negatif terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan
toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
15
2.4.3 Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh:
kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi,
dan kecelakaan. Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses,dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
kebolehan, dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan
kerja yang sehat, aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-
tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara
populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man
and to fit the Man to the Job Sebagian besar pekerja di perkantoran atau
Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya
tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan
dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang
efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan
psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang
kerja (low back pain).
16
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan
atau sesama teman kerja.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk
ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan
teliti, yang mencakup:
17
5. Jumlah pajanannya
8. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih
lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab
18
penyakit? Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan
untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
2. Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
1. Perilaku kesehatan
19
4. Olahraga
5. Gizi
c. Pencegahan Tersier
4. Surveilans
20
Disamping itu perubahan awal seringkali bisa pulih dengan
penanganan yang tepat. Karena itulah deteksi dini penyakit akibat kerja
sangat penting. Sekurang kurangnya ada tiga hal menurut WHO yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam deteksi dini yaitu:
21
jelas. Pemeriksaan ini juga harus difokuskan pada organ dan sistem
tubuh yang memungkinkan terpengaruh bahan-bahan berbahaya di
tempat kerja, sebagai contoh,audiometri adalah uji yang sangat penting
bagi tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising.
Sedang pemerikaan radiologis dada (foto thorax) penting untuk
mendeteksi tenaga kerja yang berisiko menderita pneumokonosis,
karena lingkungan kerja tercemar debu.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. Universitas
Sumatra Utara. Sumatra.
Harington. 2005. Buku saku Kesehatan Kerja. Jakarta:ECG
Ridley,Jhon. 2008. Kesehatan Keselamatan Kerja Edisi ke 3. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Suwardi, dkk. 2018. Pedoman Praktis K3LH. Yogyakarta: PENERBIT GAVA
MEDIA
24