Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Proses dan Model Advokasi" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Komunikasi dan Advokasi Kebijakan. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang proses dan model advokasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Surya


Dharma, S. Sos, M.AP. selaku dosen Mata Kuliah Komunikasi dan
Advokasi Kebijakan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh


sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Amuntai, 29 September 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Advokasi.....................................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi Advokasi........................................................................6
C. Prinsip Advokasi...........................................................................................6
D. Indikator Advokasi........................................................................................9
E. Proses Advokasi............................................................................................9
F. Model Advokasi..........................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Advokasi pada hakekatnya suatu pembelaan terhadap hak dan
kepentingan publik bukan kepentingan pribadi sebab yang
diperjuangkan dalam advokasi tersebut adalah hak dan kepentingan
masyarakat. Advokasi merupakan tindakan mempengaruhi atau
mendukung sesuatu atau seseorang yang berkaitan dengan kebijakan
publik seperti regulasi dan kebijakan pemerintah. Untuk mencapai
yang diinginkan maka berbagai bentuk kegiatan advokasi ini dilakukan
sebagai upaya memperkuat posisi tawar seperti penyadaran pemangku
kebijakan akan terjadinya diskriminasi hak-hak sipil, serta pemberian
bantuan hukum atau melakukan lobby terhadap pemangku kebijakan.

Advokasi kebijakan publik termasuk pula menyuarakan


kepentingan dan mencari dukungan terhadap posisi tertentu berkenaan
dengan kebijakan publik tertentu. Posisi ini dapat berupa persetujuan,
penghapusan, penolakan ataupun perubahan kebijakan yang ada.
Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan
kepada orang lain atau menyampaikan suatu isu penting. Agar dapat
diperhatikan masyarakat serta mengarahkan perhatian para pembuat
kebijakan untuk mencari penyelesaiannya. Dan membangun dukungan
terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan
bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut.

Advokasi merupakan upaya untuk mengingatkan dan mendesak


negara dan pemerintah untuk selalu konsisten dan bertanggungjawab
melindungi dan mensejahterakan seluruh warganya. Ini berarti sebuah
tanggung jawab para pelaksana advokasi untuk ikut berperanserta
dalam menjalankan fungsi pemerintahan dan negara. Untuk mencapai
tujuan yang diinginkan berbagai bentuk kegiatan advokasi dilakukan
sebagai upaya memperkuat posisi tawar (bargaining position) asosiasi
atau organisasi
pengusaha. Bentuk-bentuk kegiatan advokasi antara lain pendidikan
dan penyadaran serta pengorganisasian kelompok-kelompok usaha,
pemberian bantuan hukum yang mengedepankan pembelaan hak-hak
dan kepentingan organisasi pengusaha, serta kegiatan me-lobby ke
pusat-pusat pengambilan keputusan. Advokasi kebijakan publik
termasuk pula menyuarakan kepentingan dan mencari dukungan
terhadap posisi tertentu berkenaan dengan kebijakan publik tertentu.
Posisi ini dapat berupa persetujuan, penghapusan, penolakan ataupun
perubahan kebijakan yang ada. Oleh karenanya, advokasi kebijakan
publik dapat berupa tindakan penentangan terhadap posisi pemerintah
dalam isu-isu tertentu, khususnya dalam kebijakan publik yang
menyangkut kegiatan usaha, sektor swasta perlu membuat suaranya
didengar sehingga dapat memperbaiki kebijakan publik yang perlu
dirubah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2. Apa tujuan dan manfaat advokasi?
3. Apa saja proses advokasi?
4. Apa saja model advokasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan advokasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat advokasi.
3. Untuk mengetahui proses advokasi.
4. Untuk mengetahui model advokasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Advokasi
Advokasi (advocacy) adalah suatu bentuk tindakan yang
mengarah pada pembelaan, memberi dukungan, atau rekomendasi
berupa dukungan aktif. Advokasi juga dapat diartikan sebagai suatu
bentuk upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik dengan
melakukan berbagai macam pola komunikasi yang persuasif. Kata
advokasi sering dikaitkan dengan lembaga bantuan hukum yang
didalamnya melibatkan advokat, yaitu ahli hukum yang berwenang
untuk melakukan advokasi atau biasa disebut dengan pengacara.
Advokasi merupakan aksi yang strategis dan terpadu yang dilakukan
perorangan atau kelompok untuk memasukkan suatu masalah ke dalam
agenda kebijakan. Pada akhirnya advokasi bertujuan untuk
mengupayakan solusi bagi suatu masalah melalui penegakan dan
penerapan kebijakan publik untuk mengatasi masalah tersebut.

Secara sempit, definisi advokasi adalah kegiatan pembelaan


hukum atau litigasi yang dilakukan oleh pengacara dan merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan praktek beracara di pengadilan.
Advokasi ialah kegiatan individu atau kelompok dengan tujuan
mempengaruhi keputusan dalam lembaga sosial, politik dan ekonomi.

Advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk


mempengaruhi pengambilan keputusan baik di tingkat lokal, nasional
maupun di tingkat internasional. Sasaran advokasi hanya ditujukan
pada kebijakan publik dengan asumsi bahwa perubahan yang terjadi
pada suatu kebijakan tertentu akan berdampak positif atau setidaknya
menjadi awal perubahan yang lebih besar.

Advokasi dan lobbying merupakan hal yang saling berkaitan


sebab tanpa adanya lobbying maka advokasi tak akan berjalan sesuai
rencana. Lobbying sendiri adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
mempengaruhi pihak tertentu dengan tujuan mendapatkan hasil yang
diinginkan.

Pengertian advokasi yang lainnya yaitu:

 Pengertian advokasi dalam organisasi adalah membangun


organisasi demokratis yang kuat untuk membuat penguasa
bertanggung jawab terhadap hal yang berkaitan dengan
peningkatan keterampilan dan pengertian rakyat mengenai
bagaimana kinerja dari kekuasaan tersebut.
 Pengertian advokasi sosial adalah suatu usaha yang
sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan perubahan, dengan mendukung dan membela
kaum lemah atau mereka yang menjadi korban dari suatu
kebijakan dan ketidakadilan.

Pengertian Advokasi Menurut Para Ahli:

1. Zastrow (1982)
Advokasi adalah aktivitas memberikan pertolongan
terhadap klien untuk mencapai layanan (service) yang mereka telah
ditolak sebelumnya dan memberikan ekspansi terdapap layanan
tersebut agar banyak orang yang terwadahi.

2. John Hopkins (1990)


Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan
melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif dengan
menggunakan informasi yang akurat dan tepat.

3. Kaminski dan Walmsley (1995)


Advokasi adalah suatu pekerjaan yang memberikan
petunjuk atas keunggulan pekerjaan sosial dibandingkan profesi
yang lain.
4. Sheila Espine Vilaluz

Advokasi adalah aksi strategis dan terpadu yang dilakukan


oleh indivudu maupun kelompok untuk memberi masukan isu
ataupun masalh kedalam rancangan dan rencana kebijakan. Serta
advokasi dapat berarti membangun suatu basis pendukung terhadap
kebijakan publik yang diambil guna menyelesaikan persoalan yang
ada.

5. Scheneider
Advokasi tidak lengkap tanpa tercapainya kriteria kejelasan
(clarify), measurable (dapat diukur), dapat dibatasi (limited),
tindakan terarah (action-oriented), fokus terhadap aktivitas.

6. Webster Encyclopedia

Advokasi adalah Act of pleading for supporting or


recomending active espousal atau tindakan pembelaan, dukungan
atau rekomendasi.

7. Mansour Faqih, Alm., dkk

Advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir untuk


mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam
kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental).

8. Rita R.Sharma

Advokasi adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk


mengubah kebijakan, kedudukan atau program dari segala tipe
institusi. Advokasi ialah mengajukan, mempertahankan atau
merekomendasikan suatu gagasan di hadapan orang lain. Advokasi
yaitu berbicara, menarik perhatian masyarakat tentang suatu
masalah, dan mengarahkan pengambil keputusan mencari solusi.
Advokasi adalah memasukkan suatu problem ke dalam agenda,
mencarikan solusi mengenai problem tersebut dan membangun
dukungan untuk bertindak menangani problem dan solusinya.
Advokasi mungkin bertujuan untuk mengubah suatu organisasi
secara internal atau mengubah seluruh sistem. Advokasi dapat
melibatkan aktifitas jangka pendek yang spesifik untuk mencapai
pandangan tentang perubahan jangka panjang. Advokasi terdiri
atas berbagai macam strategi yang diarahkan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan pada tingkat organisasi, lokal, provinsi,
nasional dan internasional. Advokasi adalah proses keikutsertaan
masyarakat di dalam proses pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka.

B. Tujuan dan Fungsi Advokasi


Secara umum, tujuan advokasi adalah untuk menyelesaikan
sengketa antar orang maupun antar kelompok sehingga kegiatan
advokasi sangat berkaitan dengan hukum. Advokasi berfungsi sebagai
alat ampuh mencari keadilan. Advokasi dapat muncul di berbagai
tingkatan mulai dari lokal, nasional hingga internasional dengan
beragam isu yang berkaitan dengan advokasi juga bertujuan penting
untuk memperjuangkan solusi dari masalah yang sedang terjadi.

Kesadaran masyarakat mengenai advokasi dan serangkaian


hukum didalamnya dapat membantu mengatasi masalah serius yang
ada di lingkungan masyarakat. Peranan advokasi dalam pemberdayaan
masyarakat sebagai analisis kebijakan yaitu melakukan reformasi
sosial diwujudkan dengan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
masyarakat, mengevaluasi respon pemerintah terhadap permasalahan
yang ada, mengajukan opsi/pilihan dan memantau penerapan kebijakan
sehingganya tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu menjadikan
masyarakat lebih berdaya, mempunyai kekuasaan, pengetahuan, juga
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya lebih baik lagi.
C. Prinsip Advokasi
Beberapa prinsip dalam melakukan advokasi sosial, menurut
Suharto (2006), meliputi:

1. Realistis Advokasi yang berhasil bersandar pada isu dan agenda


yang spesifik, jelas dan terukur. Karena kita tidak mungkin
melakukan segala hal, kita harus menyeleksi pilihan-pilihan dan
membuat keputusan prioritas. Pilihlah isu dan agenda yang realistis
dan karenanya dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu. Jangan
buang tenaga dan waktu kita dengan pilihan yang tidak mungkin
dicapai. Gagas kemenangan-kemenangan kecil namun konsisten.
Sekecil apapun, keberhasilan senantiasa memberi motivasi.

2. Sistematis Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, artinya


jika kita gagal merencanakan, maka itu berarti kita sedang
merencanakan kegagalan. Proses advokasi dapat dimulai dengan
memilih dan mendefinisikan isu strategis, membangun opini dan
mendukungnya dengan fakta, memahami sitem kebijakan publik,
membangun koalisi, merancang sasaran dan taktik, mempengaruhi
pembuat kebijakan, dan memantau serta menilai gerakan atau
program yang dilakukan.

3. Taktis Pekerja sosial harus membangun koalisi atau aliansi dan


sekutu dengan pihak lain. Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan
kepentingan dan saling percaya. Sekutu terdiri dari sekutu dekat
dan sekutu jauh. Sekutu dekat biasanya dinamakan lingkar ini,
yaitu kumpulan orang atau organisasi yang menjadi penggagas,
pemrakarsa, penggerak dan pengendali utama seluruh kegiatan
advokasi. Sekutu jauh dalah pihak-pihak lain yang mendukung kita
namun tidak terlihat dalam gerakan advokasi secara langsung.

4. Strategis Advokasi melibatkan kekuasaan dalam prosesnya. Sangat


penting untuk mempelajari diri kita, lembaga dan anggotanya
untuk mengetahui jenis kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan pada
intinya menyangkut kemampuan untuk mempengaruhi dan
membuat orang berperilaku seperti yang kita harapkan. Kita tidak
mungkin memiliki semua kekuasaan seperti yang diinginkan, akan
tetapi tidak perlu meremehkan kekuasaan yang kita miliki. Sadari
bahwa advokasi dapat membuat perbedaan. Kita dapat melakukan
perubahan-perubahan dalam hukum, kebijakan dan program yang
bermanfaat bagi masyarakat. Melakukan perubahan tidaklah
mudah, tetapi bukanlah hal yang mustahil yang terpenting adalah
kita bisa memetakan dan mengidentifikasi kekuatan kita dan
kekuatan lawan atau pihak oposisi secara strategis.

5. Berani Advokasi menyentuh perubahan dan rekayasa sosial secara


bertahap. Jangan tergesa-gesa dan tidak perlu menakut-nakuti
pihak lawan, tetapi tidak perlu juga menjadi penakut. Jadikan isu
dan strategi yang telah dilakukan sebagai motor gerakan dan
tetaplah berpijak pada agenda bersama.

Prinsip-prinsip lainnya yang perlu diperhatikan dalam


melakukan advokasi sosial, diantaranya:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar, adanya suatu jaminan bahwa setiap


pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial harus terpenuhi kebutuhan
dasarnya di manapun permasalahan tersebut terjadi.

2. Keberlangsungan hidup, adanya suatu jaminan bahwa setiap


pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial akan terjamin
keberlangsungan hidupnya.

3. Non-diskriminatif, adanya jaminan bahwa pelayanan yang


diberikan tidak membeda-bedakan latar belakang pemerlu
pelayanan kesejahteraan sosial baik : suku, agama, etnis, ras, dan
lain-lain.

4. Kejujuran, ada perhatian yang jujur untuk membela dan


memperjuangkan hak dan kepentingan para pemerlu pelayanan
kesejahteraan sosial.
5. Gigih/Aponturir , yaitu suatu sikap membela secara sungguh-
sungguh, tanpa pamrih, bagi pemerlu pelayanan kesejahteraan
sosial.

6. Ketuntasan, maksudnya bahwa setiap kasus yang ditangani mulai


sejak awal harus selesai.

7. Independensi, bahwa setiap tugas advokasi sosial yang dijalankan


harus bebas dari segala kepentingan.

8. Akuntabel, artinya bahwa setiap tindakan advokasi sosial yang


dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan. Cepat dan tepat,
artinya bahwa advokasi yang diberikan harus tepat sasaran, tepat
waktu, tepat kebutuhan dan tempat.

9. Kerjasama, bahwa setiap advokasi yang dilakukan harus


diwujudkan melalui kerjasama dengan pihak terkait.

D. Indikator Advokasi
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan advokasi sosial,
terdapat beberapa indikator, yaitu:

1. Hak dan kebutuhan dasar pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial


dapat dilakukan secara cepat, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat
kebutuhan.

2. Terselesaikannya kasus dan masalah yang dihadapi oleh pemerlu


pelayanan kesejahteraan sosial melalui rujukan, aksesibilitas dan
fasilitasi serta upaya yang dilakukan oleh petugas advokasi.

3. Tersedianya kebijakan dan managemen penanganan masalah yang


memihak pada pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial.

4. Terpenuhinya kebutuhan dasar pemerlu pelayanan kesejahteraan


sosial untuk hidup secara layak sebagai bentuk pelayanan
perlindungan sosial
E. Proses Advokasi
Advokasi harus direncanakan dengan matang dan sistematis
agar tujuan advokasi bisa menarik perhatian masyarakat maupun media
masa yang diharapkan menjadi suatu dukungan. Berikut ini langkah-
langkah dasar melakukan advokasi, diantaranya yaitu:

1. Menentukan Isu Strategi Suatu Masalah


Suatu advokasi harus memiliki fokus masalah yang jelas.
Misalnya masalah kesejahteraan petani dimana serikat tani di
sebuah desa menuntut pemerintah untuk menurunkan harga pupuk,
karena harga pupuk yang tinggi membuat para petani hanya
mampu membeli sedikit pupuk dan berakibat tanaman tak tumbuh
subur.

2. Menentukan Target dan Mengumpulkan Data


Data menjadi hal penting karena sebagai bukti nyata. Data
yang dikumpulkan harus menunjunjukan perbandingan angka
tahun ke tahun. Misalnya, serikat tani menunjukan data harga
pupuk dalam lima tahun terakhir yang terus mengalami kenaikan
harga. Selain itu, tunjukan pula data penggunaan pupuk petani
selama 5 tahun terakhir.

3. Membentuk Aliansi dengan Organisasi Berkepentingan Sama

Dengan pembentukan sekutu atau aliansi yang merupakan


elemen advokasi akan menambah sumber daya massa, dengan
jumlah massa yang besar akan membuat media tertarik meliput.
Selain itu, dengan banyaknya jumlah massa setidaknya akan
membuat lawan menjadi gentar.

4. Melemparkan Isu dan Kampanye Massa


Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melempar
isu ke masyarakat diantaranya membuat press confrence di media
massa dan menyebarkan selembaran berisi tuntutan advokasi.

5. Melakukan Lobi dan Pendekatan dengan Pengambilan Keputusan

Melobi dan membangun komunikasi yang bersifat politis


dengan para pengambil keputusan di pemerintahan atau perusahaan
diharapkan mengubah kebijakan yang akhirnya tujuan advokasi
bisa tercapai.

6. Melakukan Komunikasi yang Baik dengan Media Massa

Media massa menjadi kunci utama advokasi untuk


memberikan informasi secara mendetail pada masyarakat sehingga
perlu untuk menjaga komunikasi yang baik dengan media massa.

7. Demonstrasi
Ini menjadi langkah terakhir advokasi jika tidak bisa
mengubah kebijakan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya dengan
besarnya kekuatan massa maka media tidak akan segan meliput
aksi dan secara tidak langsung akan membuat pengambil keputusan
menjadi sedikit gentar.

8. Melakukan Evaluasi

Berhasil atau tidaknya advokasi merubah suatu kebijakan


tetap perlu melakukan evaluasi. Apabila gagal, maka evaluasi yang
dilakukan adalah untuk menentukan langkah lain yang akan
dilakukan untuk merubah kebijakan. Apabila berhasil, evaluasi
dilakukan untuk menjaga suhu kemenangan.

Singkatnya, langkah-langkah advokasi kebijakan publik secara


umum, yaitu:

 Agenda setting.
 Perumusan kebijakan.
 Implementasi kebijakan.
 Monitoring dan evaluasi kebijakan.

Kerja advokasi merupakan proses yang dinamis sebab


melibatkan seperangkat pelaku, gagasan, dan agenda yang selalu
berubah. Untuk melakukan kerja advokasi, Sharma (2004: 18-20)
menawarkan lima langkah penting yang harus diperhatikan, yaitu
mencari akar permasalahan, merumuskan dan memilih jalan keluar,
membangun kesadaran, tindakan kebijakan, dan penilaian. Lima
langkah itu tidak bersifat linier sehingga bisa saja beberapa tahapan
berjalan bersamaan.

 Tahap pertama, mencari akar permasalahan. Pada tahap ini kita


harus menetapkan agenda advokasi. Penetapan agenda harus
mempertimbangkan skala prioritas, tidak seluruh masalah harus
selesai secara bersamaan. Kita perlu memilah secara cermat
masalah-masalah yang ada supaya dapat menemukan akar
persoalannya. Setelah itu tetapkan lembaga dan kebijakan yang
perlu diubah dengan menyusun alasan-alasan yang jelas.
 Setelah melakukan langkah pertama, maka tahap kedua, yaitu
merumuskan dan memilih jalan keluar, segera menyusul. Seperti
pekerjaan di dunia kesehatan, keputusan jenis pengobatan sangat
tergantung ketelitian sang dokter dalam mendiagnosis penyakit.
Pelaku advokasi harus mampu menawarkan jalan keluar yang tepat
supaya permasalahan serupa tidak terulang kembali.
 Pada tahap ketiga, kita akan membangun kesadaran atau kemauan
politik pihak-pihak yang terlibat dalam masalah. Hal itu dapat
diraih lewat pembentukan koalisi, menemui dan meyakinkan para
pengambil keputusan, dan membangun penalaran seluruh
pemangku kepentingan akan pentingnya perubahan kebijakan.
Pada tahap ini praktik kampanye dilakukan, pekerja advokasi harus
mampu mengemas pesan secara efektif dan mudah dipahami.
 Tahap keempat, tindakan kebijakan. Pemahaman akan proses
pengambilan keputusan dan strategi advkasi akan meningkatkan
kemungkinan terciptanya celah peluang untuk bertindak. Tentu
keputusan untuk bertindak dilakukan setelah akar permasalahan
diketahui, tawaran jalan keluar diterima, dan ada kemauan politik
pada pihak yang terkait untuk melakukan perubahan.
 Tahap kelima, penilaian. Penilaian perlu dilakukan untuk
mengetahui efektivitas kegiatan advokasi. Penilaian bisa berupa
tindakan refleksi atas kerja-kerja yang telah dilakukan. Bila perlu
buatlah sasaran dan strategi baru agar perubahan lebih mudah
dilakukan.

F. Model Advokasi
Dalam teori yang dibangun oleh John Hopkins University
dikemukakan model advokasi dengan lebih dikenal dengan sebutan
model A. Dikenal dengan model A karena huruf tersebut adalah
singkatan dari Advocacy.

Kegiatan advokasi terdiri dari enam model, yaitu: analisis,


strategi, mobilisasi, aksi, evaluasi, dan kesinambungan.
Kesinambungan ini ditulis hanya untuk memperlihatkan bahwa proses
1 sampai 5 dari analisis sampai dengan evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan sebagai sebuah siklus. Berikut secara ringkas
pelaksanaan masing-masing model (Pratomo, 2015: 43-46).

1. Analisis

Dalam analisis ini memerlukan ketersediaan informasi yang


cukup dan akurat serta adanya pemahaman yang mendalam
tentang permasalahan atau isu yang akan diangkat dalam advokasi.
Selain itu juga harus dipahami tentang masyarakat
yang akan atau terkena dampak dari kebijakan yang sudah ada
keberadaannya, implementasi serta ketimpangan yang dirasakan.
Setelah hal tersebut dapat dijawab, dilanjutkan dengan
identifikasi dari berbagai organisasi yang terlibat serta jalur-jalur
pembuatan keputusan terutama di organisasi pembuat kebijakan.

2. Strategi
Dari kegiatan ini perlu dibentuknya kelompok kerja
advokasi untuk mengembangkan strategi dan rencana kegiatan
advokasi. Kelompok kerja perlu mengidentifikasi kelompok
sasaran (target khalayak) utama atau primer yaitu pihak atau
organisasi yang
diharapkan akan menghasilkan perubahan kebijakan. Selain itu
juga perlu diidentifikasi kelompok atau target sasaran sekunder
yaitu individu, pihak atau organisasi yang skiranya akan
berpengaruh terhadap kelompok primer dalam membuat
keputusan.
3. Mobilisasi
Pembentukan jaringan kerja dan koalisi dilakukan dengan
menghimpun semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap
isu advokasi yang diangkat. Memastikan bahwa kegiatan harus
sesuai dengan tujuan, kelompok, sasaran, dan mendelegasikan
tanggungjawab kepada anggota koalisi untuk memonitor setiap
peristiwa yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan.
4. Aksi
Dalam melaksanakan aksi ini, penyatuan dan kekompakan
dalam pelaksanaan kegiatan aksi dari semua mitra koalisi sangat
diperlukan. Jika memang diperlukan pesan dapat diulang dengan
alat bantu yang kredibel seperti halnya berbagai media untuk
mempertahankan isu agar tetap bergema. Jika dalam pelaksanaan
aksi dihadapkan pada kelompok oposisi harus tetap fleksibel,
sebaiknya menyusun jadwal dan tetap berpegang pada jadwal
tersebut. Kontroversi yang terjadi perlu dihadapi dengan sabar
dan tidak perlu ditakuti. Jika telah diperoleh komitmen dari
pembuat kebijakan perlu dipertahankan. Pada saat yang sama perlu
dicatat baik kegagalan maupun kesuksesan sebagai bahan
pembelajaran. Opini publik yang berkembang perlu dimonitor dan
perubahan yang positif perlu dipublikasikan. Sedapat mungkin
berikan penghargaan terhadap pembuat kebijakan dan para mitra
koalisi bila advokasi telah berhasil.
5. Evaluasi
Monitor secara rutin perlu dilakukan secara objektif
terhadap apa yang telah dilakukan dan apa yang masih akan
dikerjakan.
Melakukan pendokumentasian atas perubahan yang terjadi,
melakukan penilaian terhadap pencapaian indikator awal dan
indikator akhir. Perubahan yang tidak direncanakan tetapi terjadi
juga perlu didokumentasikan agar kita dapat mengevaluasi atas
apa yang telah dikerjakan sebelumnya.
6. Kesinambungan
Kegiatan advokasi ini adalah kegiatan yang continue, tidak
berhenti sesaat, dalam bagian ini kita wajib untuk melakukan
pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan jika terjadi
perubahan yang diinginkan terjadi. Melakukan peninjauan ulang
terkait dengan strategi dan kegiatan yang ada jika perubahan
kebijakan yang diinginkan tidak terjadi. Kesinambungan disini
memperjelas tujuan jangka panjang mempertahankan fungsi
koalisi dan menyesuaikan data argumentasi seiring dengan
perubahan yang terjadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Advokasi (advocacy) adalah suatu bentuk tindakan yang
mengarah pada pembelaan, memberi dukungan, atau rekomendasi
berupa dukungan aktif. Advokasi juga dapat diartikan sebagai suatu
bentuk upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik dengan
melakukan berbagai macam pola komunikasi yang persuasif.

Tujuan advokasi adalah untuk menyelesaikan sengketa antar


orang maupun antar kelompok sehingga kegiatan advokasi sangat
berkaitan dengan hukum. Advokasi berfungsi sebagai alat ampuh
mencari keadilan.

Prinsip dalam melakukan advokasi sosial, menurut Suharto


(2006), meliputi:

1. Realistis Advokasi yang berhasil bersandar pada isu dan agenda


yang spesifik, jelas dan terukur.

2. Sistematis Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, artinya


jika kita gagal merencanakan, maka itu berarti kita sedang
merencanakan kegagalan.

3. Taktis Pekerja sosial harus membangun koalisi atau aliansi dan


sekutu dengan pihak lain.

4. Strategis Advokasi melibatkan kekuasaan dalam prosesnya. Sangat


penting untuk mempelajari diri kita, lembaga dan anggotanya
untuk mengetahui jenis kekuasaan yang dimiliki.

5. Berani Advokasi menyentuh perubahan dan rekayasa sosial secara


bertahap.

Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan advokasi,


terdapat beberapa indikator, yaitu:
1. Hak dan kebutuhan dasar pemerlu pelayanan kesejahteraan
sosial dapat dilakukan secara cepat, tepat waktu, tepat sasaran
dan tepat kebutuhan.

2. Terselesaikannya kasus dan masalah yang dihadapi oleh


pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial melalui rujukan,
aksesibilitas dan fasilitasi serta upaya yang dilakukan oleh
petugas advokasi.

3. Tersedianya kebijakan dan managemen penanganan masalah


yang memihak pada pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial.

4. Terpenuhinya kebutuhan dasar pemerlu pelayanan


kesejahteraan sosial untuk hidup secara layak sebagai bentuk
pelayanan perlindungan sosial

Adapun Proses Advokasi yaitu, menentukan isu strategi suatu


masalah, menentukan target dan mengumpulkan data, membentuk
aliansi dengan organisasi berkepentingan sama, melemparkan isu dan
kampanye massa, melakukan lobi dan pendekatan dengan pengambilan
keputusan, melakukan komunikasi yang baik dengan media massa,
demonstrasi, melakukan evaluasi. Advokasi terdiri dari enam model
(Pratomo, 2015: 43-46), yaitu: analisis, strategi, mobilisasi, aksi,
evaluasi, dan kesinambungan.

B. Saran
Advokasi selamanya menyangkut perubahan yang mengubah
beberapa kebijakan, regulasi, dan cara badan-badan perwakilan
melakukan kebijakan. Dalam melakukan perubahan kebijakan pun
tidak semudah yang kita bayangkan, ada beberapa lapisan yang harus
kita lewati untuk melakukan perubahan tersebut.

Kita harus mengubah pola pikir dan memberdayakan


masyarakat untuk berinisiatif melakukan perjuangan hak-haknya
secara mandiri. Advokasi dikatakan berhasil apabila kita mampu
membuat komunitas kita lebih berdaya dan mampu meneriakkan
aspirasinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.lppslh.or.id/news/pentingnya-pelatihan-advokasi-kebijakan-publik-
bagi-komunitas-termarginalkan/

https://bimantorokushari.wordpress.com/2014/08/01/8-langkah-dasar-advokasi/

https://buruhmigran.or.id/2010/09/20/lima-langkah-melakukan-advokasi/

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/course/view.php?id=3551

https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--advokasi-pelayanan-publik

https://www.pelajaran.co.id/advokasi/

Mahardhani, Januar Ardhana. 2018. Advokasi Kebijakan Publik. Ponorogo: Calina


Media

Panggabean, 2012. Manajemen Advokasi. Bandung: P.T. Alumni

Tim Penyusun, 2012. Pedoman Advokasi Kebijkan. Jakarta: Kamar Dagang dan
Industri Indonesia

https://www.canva.com/design/DAFPexyrw7s/CnDb6t6ZVs2FMuENYqKtDg/
view?
utm_content=DAFPexyrw7s&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&u
tm_source=publishsharelink

Anda mungkin juga menyukai