Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN ADVOKASI DAN RUANG LINGKUPNYA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Advokasi, Konsultasi, dan
Arbitrase
Dosen Pengampu: Ali Hamdan, M.Ag

DISUSUN OLEH :
Muhammad Abul Khoir (201955020300097)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan nikmat dan


karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuatan makalah
tentang “Pengertian Advokasi dan Ruang Lingkupnya” ini. Sholawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada junjungan umat manusia, Nabi Muhammad
‫ﷺ‬, keluarga dan para sahabatnya.
Untuk melengkapi makalah ini beberapa pihak sudah banyak membantu
penulis secara moril maupun materil. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa
bantuan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, maka dari
itu kami menanti kritik dan saran yang bersifat memperbaiki kekurangannya itu.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat
mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Bojonegoro, 18 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................4

C. Tujuan...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Pengertian Advokasi.....................................................................................5

B. Ruang Lingkup Advokasi............................................................................8

PENUTUP.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mungkin ditelinga masyarakat sudah tidak asing dengan kata advokasi
(advocation), tetapi ada pula yang masih belum faham dengan pengertian
sebenarnya dari advokasi itu sendiri. Jika diartikan secara kebahasaan
advokasi bermakna membela. Di era digital ini istilah advokasi telah dikenal
luas di masyarakat, tersebar dalam berbagai media massa, apalagi di kalangan
kaum pergerakan pasti sudah sangat akrab. Misalnya sering kita jumpai,
advokasi kebijakan publik, advokasi buruh, dan berbagai advokasi lainnya.
Advokasi, dalam konteks perubahan sosial, memang dipandang sebagai salah
satu bentuk atau metode perjuangan yang bisa ditempuh. Advokasi merupakan
salah satu varian dari upaya untuk mendorong adanya perubahan sosial
menuju masyarakat adil yang tentunya bisa lebih baik lagi.
Advokasi identik dilakukan oleh LSM (Lembaga Sosial Masyarakat),
Ormas, bahkan oleh organisasi kemahasiswaan. Yang mana secara umum
sering dibedakan menjadi dua jenis yakni advokasi secara litigasi dan non
litigasi. Dalam makalah ini akan dibahas sedikit banyak terkait dengan istilah
istilah yang sudah disebutkan diatas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud advokasi?
2. Apa saja ruang lingkup advokasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian advokasi
2. Untuk mengetahui ruang lingkup advokasi

3.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Advokasi
Advokasi secara kebahasaan bermakna membela. Sekarang istilah ini
telah dikenal luas di masyarakat, tersebar dalam berbagai media massa. Orang
yang beprofesi untuk melaksanakan advokasi disebut dengan advokat, baik di
dalam (litigasi) maupun di luar pengadilan (non litigasi).
Dalam bahasa Belanda advocaat atau advocateur berarti pengacara
atau pembela. Karenanya tidak heran jika advokasi sering diartikan sebagai
‘sebagai pembelaan kasus atau berbicara di pengadilan. Dalam bahasa Inggris
advokat bermakna to advocate tidak hanya to defend (membela), melainkan
pula to promoteto create (menciptakan) dan to change (melakukan
perubahan).1
Menurut Mansour Faqih dkk, advokasi adalah usaha sistematis dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan
dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental).2
Julie Stirling mendefinisikan advokasi sebagai serangkaian tindakan
yang berproses atau kampanye yang terencana/terarah untuk mempengaruhi
orang lain yang hasil akhirnya adalah untuk merubah kebijakan publik.3
Sedangkan menurut Sheila Espine, advokasi diartikan sebagai aksi
strategis dan terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk
memasukkan suatu masalah (isu) kedalam agenda kebijakan, mendorong para
pembuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan membangun
basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Kelompok ini yang kemudian mengkonsepsikan advokasi
sebagai upaya untuk memperbaiki, membela (confirmation), dan mengubah
(policy reform) kebijakan sesuai dengan kepentingan prinsip-prinsip keadilan.4

1
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, (Bandung : Refika Aditama,
2007), h. 7.
2
Teuku Zulyadi, Advokasi Sosial, Jurnal Al Bayan, Vol. 21, No. 30, (2014), h. 64
3
Ibid, h. 65
4
Ibid, h. 65

5
Advokasi merupakan suatu bentuk tindakan yang mengarah pada
pembelaan, dukungan, atau suatu bentuk opsi opsi maupun rekomendasi,
yakni dukungan aktif. Dalam dunia hukum, istilah advokasi hukum
merupakan bagian dari rangkaian hukum. Bagi orang-orang yang memiliki
keahlian dibidang advokasi disebut sebagai seorang advokat. Advokat adalah
orang yang berprofesi memberi jasa hukum yaitu memberikan konsultasi
hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi,
membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan klien, baik
di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. Advokat
memang diberi wewenang secara khusus untuk memberikan advokasi sesuai
dengan kode etik yang telah ditentukan karena ia memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003.
Advokasi terbagi dua; Pertama, advokasi litigasi yaitu segala bentuk
advokasi dalam acara persidangan di pengadilan. Kedua, advokasi non litigasi
yaitu segala bentuk advokasi di luar acara persidangan di pengadilan.
Advokasi litigasi adalah salah satu bentuk advokasi hukum yang dilakukan
melalui proses pengadilan, bahkan sebelum kasus atau satu perkara
disidangkan ke pengadilan. Di dalam melaksanakan advokasi hukum dalam
bentuk litigasi ini jelas dibutuhkan keahlian dan keterampilan serta
pengetahuan tentang prosedur hukum beracara di pengadilan, mulai dari pra
sidang, proses, sidang, sampai dengan pasca sidang, bahkan upaya hukum.
Lazimnya proses advokasi hukum yang demikian ini dilakukan oleh kelompok
profesional yang memiliki izin, yang biasanya dikenal dengan sebutan advokat
atau penasehat hukum.5
Di samping melalui litigasi, juga dikenal alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut non litigasi. Alternatif
penyelesaian sengketa non litigasi adalah suatu cara penyelesaian sengketa di
luar pengadilan atau dengan cara mengesampingkan penyelesaian secara
litigasi di Pengadilan. Dewasa ini cara penyelesaian sengketa melalui

5
Jefri Tarantang, M.H., Advokat Mulia, (Yogyakarta : K. Media, 2018), h. 24

6
peradilan mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari praktisi maupun
teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang
terlampau padat (overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time), biaya
mahal (very expensif) dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap
kepentingan umum, atau dianggap terlalu formalistis (formalistic) dan
terlampau teknis (technically).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa advokasi
merupakan suatu usaha secara sistematik dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendorong adanya perubahan yang berkeadilan, dengan
cara memberikan dukungan, pembelaan, dan pendampingan terhadap kaum
lemah atau terhadap mereka yang menjadi korban sebuah kebijakan dan
ketidakadilan.
Dalam dunia islam pun tidak asing dengan advokasi, misalnya dalam
kisah yang terkenal adalah pembelian budak yang dilakukan Abu Bakkar As-
Shiddieq terhadap Bilal bin Robbah. Bilal saat itu masih merupakan hamba
bangsawan kuffar quraisy yang menyiksanya karena beliau menyatakan
beriman. Posisi Bilal sebagai budak, dalam system sosial saat itu, tidak
memungkinkan orang lain untuk campur tangan. Kekuasaan atasnya berada di
tangan tuannya. Maka, untuk membebaskan Bilal dari penyiksaan Bilal dibeli
dan selanjutnya dimerdekakan.6
Apa yang dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar, jika dibahasakan
dalam bahasa gerakan sosial, adalah merupakan suatu advokasi. Advokasi
dalam Islam tidak lain dari penerapan kepedulian yang menjadi keharusan
untuk bergerak, baik melalui gerakan sosial, dorongan atau tuntutan, atau
setidaknya hati, ketika menyaksikan ketidakadilan yang ada di dunia.
Ada beberapa teknik atau strategi dalam melakukan advokasi yaitu:
1. Memilih tujuan advokasi, hal ini dilkakukan agar usaha advokasi itu
berhasil, tujuan umumnya harus dipersempit sampai pada tujuan advokasi.
2. Menggunakan data dan penelitian untuk advokasi, hal ini sangat penting
untuk membuat keputusan yang tepat ketika memilih masalah yang akan
ditangani dan juga mengidentifikasi solusi bagi masalah tersebut.
6
M. Tamyiz Mukharrom, Teologi Advokasi, Jurnal Al Mawaridisi edisi XII (2004)
h. 114

7
3. Mengidentifikasi sasaran advokasi, jika kedua hal diatas telah ditentukan
maka usaha advokasi itu harus diarahkan kepada orang-orang yang
memiliki kewenangan untuk mengambil kepuusan dan idealnya, kepada
orang-orang yang mempengaruhi pengambilan keputusan itu.
4. Membentuk koalisi, karena seringkali kekuatan advokasi terdapat pada
beberapa orang yang mendukung tujuan umum. Khususnya dimana
demokrasi dan advokasi merupakan fenomena yang baru, yang melibatkan
sejumlah besar orang yang mewakili kepentingan yang berbeda-beda itu
dapat memberikan jaminan keamanan bagi advokasi maupun untuk
membentuk dukungan politik.
5. Mengumpulkan dana untuk kegiatan advokasi, untuk melakukan advokasi
secara keberlanjutan dalam waktu yang panjang berarti menyediakan
waktu dan energi dalam mengumpulkan dana atau sumber daya yang lain
sebagai dukungan.
6. Mengevaluasi usaha advokasi, evaluasi ini sangat penting, karena semua
kegiatan tentunya ada beberapa kendala ataupun kurang tepat yang tak
terduga di sebelumnya.

B. Ruang Lingkup Advokasi


Advokasi yang diberikan oleh pemberi advokasi ada kalanya berupa
jasa hukum yakni pelayanan hukum yang bertujuan untuk memperoleh jasa
berupa fee/honorarium dan bantuan hukum secara cuma-cuma yakni
pelayanan hukum yang bersifat tanpa mengharapkan imbalan atau gratis bagi
orang atau kelompok orang miskin, karena biayanya dibebankan pada APBN.
Bantuan hukum dalam pengertian demikian diungkapkan oleh Prof.
Earl Johnson akan mencakup kegiatan-kegiatan, antara lain sebagai berikut.
1. Social rescue, dalam arti bantuan hukum yang mencakup partisipasi dalam
usaha-usaha pelayanan sosial yang terkoordinir guna menyelamatkan unit-
unti keluarga yang berpendapatan rendah dari kemiskinan;
2. Pengembangan ekonomi, yakni usaha-usaha guna menciptakan sarana-
sarana yang dapat menambah penghasilan masyarakat berpendapatan
rendah;

8
3. Pengorganisasian komunitas, yakni usaha-usaha dan pengarahan untuk
mengorganisir masyarakat miskin menjadi kelompok-kelompok yang
mampu bicara dalam bidang politik dan ekonomi;
4. Pembaharuan hukum, pengujian perundang-undangan, dan cara-cara serta
usaha-usaha lain untuk melakukan berbagai pembaharuan ataupun
perubahan.
Sedangkan Schuyt, dkk membedakan 5 (lima) jenis bantuan hukum,
antara lain:
1. Bantuan hukum preventif: pemberian keterangan dan penyuluhan hukum
kepada masyarakat sehingga mereka mengerti hak dan kewajiban mereka
sebagai warga negara;
2. Bantuan hukum diagnostik: pemberian nasihat-nasihat hukum atau dikenal
dengan konsultasi hukum.
3. Bantuan hukum pengendalian konflik: mengatasi secara aktif masalah-
masalah hukum konkrit yang terjadi di masyarakat;
4. Bantuan hukum pembentukan hukum: untuk memancing yurisprudensi
yang lebih tegas, tepat, jelas, dan benar;
5. Bantuan hukum pembaruan hukum: untuk mengadakan pembaruan
hukum, baik melalui hakim maupun pembentuk undang-undang (dalam
arti materiil).

Dalam prakteknya, upaya advokasi kemudian bisa dilakukan melalui


dua upaya hukum yakni upaya hukum non litigasi dan upayah hukum litigasi.
Upaya hukum non litigasi dapat ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut:7
1. Musyawarah. Upaya ini bisa ditempuh dengan cara mengundang pihak
yang sedang bersengketa untuk menyelesaikan perkara yang terjadi.
Pembahasan untuk mencari titik temu tersebut biasanya dapat berlangsung
lebih dari satu kali dan hal itu sah-sah saja. Namun tak ada salahnya bila
musyawarah tak lebih dari dua kali untuk mencegah berlarut-larutnya
penyelesaian perkara, bila ternyata tidak mendapatkan titik temu barulah
ditempuh jalur hukum ke pengadilan.
7
Sartono dan Bhekti Suryani, Prinsip-prinsip Dasar Profesi Advokat, (Jakarta:
Dunia Cerdas, 2013), 129.

9
2. Melayangkan surat teguran (somasi). Somasi biasanya dilayangkan apabila
hasil musyawarah yang sebelumnya telah disepakati dilanggar atau tak
dilakukan oleh salah satu pihak. Maka dapat disampaikan surat teguran.
Isinya dapat berupa perintah agar menaati seluruh hasil kesepakatan
tertulis yang telah dibuat saat musyawarah. Bila tidak dilaksanakan dapat
disampaikan ancaman membawa persoalan tersebut ke jalur hukum.
Somasi dapat dilayangkan lebih dari sekali.

Sedangkan untuk yang upaya advokasi litigasi seperti apa yang telah
dijelaskan diatas adalah menjalankan advokasi di jalur pengadilan yakni murni
dilaksakan sesuai prosedur beracara di pengadilan.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Advokasi merupakan suatu usaha secara sistematik dan terorganisir
untuk mempengaruhi dan mendorong adanya perubahan yang berkeadilan,
dengan cara memberikan dukungan, pembelaan, dan pendampingan terhadap
kaum lemah atau terhadap mereka yang menjadi korban sebuah kebijakan dan
ketidakadilan. Advokasi juga tidak asing di dunia islam hal ini dapat dilihat
dalam peristiwa pembebasan Bilal oleh Abu Bakar yang tertindas majikannya.
Ada beberapa teknik atau strategi dalam melakukan advokasi yakni
menentukan tujuan advokasi, melakukan penelitian data, sampai mengevaluasi
kinerja advokasi tersebut.
Ruang lingkup advokasi diantaranya meliputi pemberian jasa hukum
atau bantuan hukum. Dalam jenisnya advokasi bisa ditempuh melalui jalur
litigasi yakni dengan beracara di dalam pengadilan, maupun jalur non litigasi
yakni melakukan pendampingan di luar pengadilan salah satunya dengan cara
musyawarah dengan berbagai pihak.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggung jawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta saran yang
membangun mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mukharrom, M. Tamyiz. "Teologi Advokasi." Jurnal Al Mawaridisi Edisi XII,


2004: 114.

Sartono, and Bhekti Suryani. Prinsip-prinsip Dasar Profesi Advokat. Jakarta:


Dunia Cerdas, 2013.

Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung : Refika Aditama,


2007.

Tarantang, Jefri. Advokat Mulia. Yogyakarta : K. Media, 2018.

Zulyadi, Teuku. "Advokasi Sosial." Jurnal Al Bayan, Vol. 21, No. 30, 2014: 64.

12

Anda mungkin juga menyukai