Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK 11

ADVOKASI DAN NEGOSIASI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN


Dosen Pengampu : Efendi Sianturi, SKM, M. Kes

DISUSUN OLEH :

Ika Sartika Pane

Novita Sari Br.Pelawi

Rahel Gaylita Aritonang

Rianti Aulia

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI

D - IV KEBIDANAN ALIH JENJANG

POLTEKKES KEMENKES MEDAN

T.A 2020/2021
Kata pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat nya.sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ advokasi dan negosiasi dalam praktek
kebidanan”. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,0 3 maret 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI III

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 latar belakang 1

1.2 rumusan masalah 2

1.3 tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 definisi advokasi dan negosiasi 3

2.2 unsur-unsur pokok advokasi dan negosiasi 8

2.3 tehnik lobi dan negosiasi 9

2.4 advokasi dalam praktek kebidanan 14

BAB III PENUTUP 16

3.1 kesimpulan 16

DAFTAR PUSTAKA 17

III
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebidanan adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik individu,


keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (kia),
keluarga berencana (kb), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara paripurna.
Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung
terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat
maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat.
Manusia diciptakan dengan berbagai bangsa, adat, dan jenis serta berbagai macam
karakter dengan kecerdasan dan ketajaman pikiran yang berbeda. Sebagian manusia sangat
cerdas, berdisiplin, jujur, sabar, dan bertanggung jawab, namun sebagian lagi ada yang kurang
cerdas, emosional atau cepat marah, suka berbohong, dan tidak bertanggung jawab. Kondisi
kodrat yang seperti itu merupakan salah satu sumber penyebab mengapa tidak semua persoalan
mendapat tanggapan yang sama dan penyelesaiannya pun juga berbeda. Dalam lingkungan
kehidupan organisasi kemasyarakatan, baik sosial, ekonomi maupun politik, upaya untuk
mencapai sasaran dengan menggunakan kekerasan atau berdasarkan kekuatan otot belaka sudah
bukan zamannya lagi.
Dalam isu-isu kesehatan masyarakat, seringkali kita harus melakukan advokasi sebagai
bagian penting dalam strategi program. Peta pikiran berikut ini berbicara tentang advokasi.
Intinya, advokasi merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil kebijakan. Ia dapat menjadi
bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk mencapai hasil yang kita inginkan kita
memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan mendasar kepada penyebab majemuk. 
Tentunya dalam menjalankan sebuah bisnis tidak terlepas yang namanya lobi dan
negosiasi di dalam prakteknya. Tentunya tidak selamanya lobi dan negosiasi ini berkaitan
dengan hal-hal yang berbau negative seperti ketika terjadi masalah atau pertengkaran tetapi di
dalam menjalin suatu hubungan kerjasama atau ketika membangun suatu hubungan yang saling
menguntungkan dari kedua belah pihak yang bekerja sama.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan advokasi dan negosiasi?


2. Apa saja unsur-unsur pokok advokasi dan negosiasi?
3. Apa yang dimasuksud dengan tehnik lobi dan negosiasi?
4. Bagaimana advokasi dalam praktek kebidanan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan advokasi dan negosiasi?


2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur pokok advokasi dan negosiasi?
3. Untuk mengetahui apa yang dimasuksud dengan tehnik lobi dan negosiasi?
4. Untuk mengetahui bagaimana advokasi dalam praktek kebidanan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi Dan Negosiasi

A. Advokasi

1. Pengertian Advokasi

Pengertian advokasi istilah advokasi mulai digunakan oleh world health


organization (who) pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global promosi
kesehatan. Who merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif menggunakan 3 strategi pokok yakni advokasi, dukungan sosial, dan
pemberdayaan masyarakat. Advokasi menurut lebih malang adalah usaha sistematis
secara bertahap (inkremental) dan terorganisir yang dilakukan oleh kelompok atau
organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi
pembuat kebijakan publik untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok
tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif. 
Advokasi menurut mansour faqih adalah media atau cara yang digunakan dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis
dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam
kebijakan publik secara bertahap maju (satrio aris munandar 2007: 2). Menurut sheila
espine-villaluz, advokasi diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan
perorangan basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan
masalah tersebut. (valeri miller dan jane covey , 2005 : 8) dan kelompok untuk
memasukkan suatu masalah (isu) kedalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat
kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan membangun. Advokasi juga dapat
diartikan sebagai upaya pendekatan (approches) terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin
suatu organisas atau institusi kerja baik dilingkungan pemerintah maupun swasta serta
organisasi kemasyarakatan.
Dari segi komunikasi advokasi adalah salah satu komunikasi personal,
interpersonal, maupun massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy

4
makers) atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan
sosial. Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada
orang lain atau menyampaikan suatu isu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat
serta mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaiannya
serta membangun dukungan terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan
mengusulkan bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu
dan social, untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan social,
dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan. 
2. Tujuan advokasi 
Adapun tujuan advokasi adalah sebagai berikut: 
1. Adanya pemahaman atau kesadarah terhadap masalah kesehatan 
2. Adanya ketertarikan dalam menyelesaikan masalah kesehatan 
3. Adanya kemauan atau kepedulian menyelesaikan masalah kesehatan dengan memberikan
alternatif solusi 
4. Adanya tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah kesehatan 
5. Adanya tindak lanjut kegiatan 
6. Adanya komitmen dan dukungan dari kebijakan pemerintah, sumberdaya, dan keikutsertakan
berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dalam menyelesaikan masalah kesehatan. 
Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan kebutuhan
kelompok masyarakat yang oleh karena keterbatasannya untuk memperoleh akses di
bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya, mengalami hambatan secara
struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang bepihak kepada mereka. Pada
intinya tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong kebijakan publik seperti
dukungan tentang kesehatan. 

5
3. Sasaran dan pelaku advokasi kesehatan 
 Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan dukungan
terhadap upaya kesehatan, khususnya : para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di
pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para mitra di kalangan pengusaha/ swasta,
badan penyandang dana, kalangan media massa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan
kelompok-kelompok potensial lainnya di masyarakat. 
 Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang atau yang
upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya : industri rokok). 
 Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. 
 Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai kemampuan
advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya (credible), dan
sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya di depan kelompok
sasaran. 
 Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi,
organisasi profesi, organisasi berbasis masyarakat/agama, lsm, tokoh berpengaruh, dll. 
4. Prinsip-prinsip advokasi 
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan
persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan tekanan (pressure)
kepada para pemimpin institusi. Advokasi tidak hanya dilakukan individu, tetapi juga
oleh kelompok atau organisasi, maupun masyarakat..advokasi terdiri atas sejumlah
tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat pada suatu isu dan
mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi juga berisi
aktivitas-aktivitas legal dan politisi yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktek
penerapan hukum. 

6
B. Negosiasi
1. Pengertian negosiasi
Negosiasi (negotiation) dalam arti harfiah adalah negosiasi atau perundingan.
Negosiasi adalah komunikasi timbal balik yang dirancang untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam kamus besar bahasa indonesia, negosiasi memiliki dua arti, yaitu:
1. Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna
mencapai kesepakatan antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak
(kelompok atau organisasi) yang lain.
2. penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang
bersangkutan. Secara ringkas dapat dirumuskan, bahwa negosiasi adalah suatu proses
perundingan antara para pihak yang berselisih atau berbeda pendapat tentang sesuatu
permasalahan. 
Dalam komunikasi bisnis, negosiasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih
yang mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan, bertemu dan berbicara untuk
mencapai suatu kesepakatan. Perbedaan kepentingan memberikan alasan terjadinya suatu
titik temu dan dasar motivasi untuk mencapai kesepakatan baru. 
Negosiasi menurut suyud margono adalah: “proses konsensus yang digunakan para
pihak untuk memperoleh kesepakatan di antara mereka.” Negosiasi menurut h. Priyatna
abdurrasyid adalah: “suatu cara di mana individu berkomunikasi satu sama lain mengatur
hubungan mereka dalam bisnis dan kehidupan sehari-harinya” atau “proses yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita ketika ada pihak lain yang menguasai apa
yang kita inginkan”.
Berdasarkan pengertian sebelumnya, negosiasi dipahami sebagai sebuah proses
dimana para pihak ingin menyelesaikan permasalahan, melakukan suatu persetujuan
untuk melakukan suatu perbuatan, melakukan penawaran untuk mendapatkan suatu
keuntungan tertentu, dan atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk keuntungan
bersama (win-win solution). Negosiasi biasa dikenal sebagai salah satu bentuk alternative
dispute resolution. 
Dengan demikian, secara sederhana disimpulkan negosiasi adalah suatu cara bagi
dua atau lebih pihak yang berbeda kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian,
maksud, atau tujuan dalam mencari kesepahaman dengan cara mempertemukan

7
penawaran dan permintaan dari masing-masing pihak sehingga tercapai suatu
kesepakatan yang dapat diterima masing-masing pihak.
Esensi lobi dan negosiasi walaupun bentuknya berbeda, namun esensi lobi dan
negosiasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai sesuatu target (objective)
tertentu. Lobi-lobi atau negosiasi harus diperankan oleh pelobi yang mahir dan
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang tinggi (komunikabilitas).
Hanya saja, negosiasi merupakan suatu proses resmi atau formal. Sedangkan lobi
merupakan bagian dari negosiasi atau dapat pula dikatakan sebagai awal dari suatu proses
negosiasi.
2. Tujuan Bernegosiasi 
Tujuan negosiasi yaitu menemukan kesepakatan kedua belah pihak secara adil dan
dapat memenuhi harapan atau keinginan kedua belah pihak. Dengan kata lain, hasil dari
sebuah negosiasi adalah adanya suatu kesepakatan yang memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak. Artinya, tidak ada satupun pihak yang merasa dikalahkan atau
dirugikan akibat adanya kesepakatan dalam bernegosiasi. Selain alasan tersebut diatas,
tujuan dari negosiasi adalah untuk mendapatkan keuntungan atau menghindarkan
kerugian atau memecahkan problem yang lain.
Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan
kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai
kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah
pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan. Karena itu, penting sekali dalam
awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa
yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan
untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita.
Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya conciliation, mediation dan arbitration
melalui pihak ketiga.
3. Manfaat Negosiasi
Manfaat yang diperoleh dari suatu proses negosiasi dalah hal ini yakni :
1. Terciptanya jalinan kerja sama antar institusi atau badan usaha atau pun perorangan
untuk melakukan suatu kegiatan atau usaha bersama atas dasar saling pengertian.

8
Dengan adanya jalinan kerjasama inilah maka tercipta proses-proses transaksi bisnis
dan kerja sama yang efektif. 
2. bagi suatu perusahaan, proses negosiasi akan memberikan manfaat bagi jalinan
hubungan bisnis yang lebih luas dan pengembangan pasar. 
2.2 Unsur-Unsur Pokok Advokasi Dan Negosiasi
A. Unsur-Unsur Pokok Advokasi
Penetapan tujuan advokasi, sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat
kompleks,banyak faktor dan saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil
tujuan,advokasi perlu dibuat lebih spesifik. 
1. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi, adanya data dan riset untuk pendukung
sangaat penting agar keputusan dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. 
2. Identifikasi khalayak sasaran advokasi, bila isu dan tujuan telah disusun,upaya advokasi
telah disususn,upaya advokasi harus ditunjukan bagi kelompok yang dapat membuat
keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam pembuatan
keputusan,misalnya staf,penasihat,orang tua yang berpengaruh,media masa dan
masyarakat. 
3. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi, khalayak sasaran berbeda bereaksi
tidak sama atas pesan yang berbeda. Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia
mengetahui bahwa banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah
tertentu. 
4. Membangun koalisi, sering kali kekuatan sebuah advokasi dipengaruhi oleh jumlah orang
atau organisasi yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting dimana situasi
dinegara tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi merupakan
suatu hal yang relatif baru. 
5. Membuat persentasi yang persuasif, kesempatan untuk mempengaruhu khalayak sasaran
kunci sering sekali terbatas waktunya. 
6. Penggalangan dana untuk advokasi, semua kegiatan termasuk upaya advokasi
memerlukan dana. 
7. Evaluasi upaya advokasi, untuk menjadi atvokator yang tangguh diperlukan unpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan. 

9
B. Unsur-Unsur Pokok Negosiasi

Dibawah ini merupakan unsur-unsur dalam negosiasi diantaranya sebagai berikut.


1. Partisipan, biasanya pihak yang menyampaikan pengajuan serta pihak yang menawar.
Pada beberapa negosiasi dalama memecahkan pertikaian (masalah) atau konflik ada
partisipan ketiga yang berperan ialah sebagai penengah, perantara atau juga pemandu.
2. Adanya perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak.
3. Ada pengajuan serta juga penawaran.
4. Ada kesepakatan yakni sebagai hasil negosiasi.
5. Pada saat tidak terjadi kesepakatan maka hal itu berarti tidak terjadi negosiasi.

2.3 Tehnik Lobi Dan Negosiasi


A. Tehnik Lobi
Pendekatan dalam melobi dengan pendekatan itu akan dapat ditunjukkan
konsentrasinya sehingga menjadi karakteristik yang konsisten. Macam-macam
pendekatan didalam tehknik lobi (panuju,2010 ; 32) yaitu:
1. Pendekatan brainstorming
Pendekatan ini menitik beratkan pada asumsi bahwa citra diri tentang diri sendiri dan
orang lain diperoleh melalui proses komunikasi yang intensif. Apa yang dibutuhkan, apa
yang dikehendaki, apa yang disukai, dan sebagainya muncul akibat interaksi
komunikasi. Demikian juga dengan kebutuhan, muncul setelah terjadi pertukaran buah
pikiran. Kesadaran adalah hasil dari kesimpulan yang substantif atas informasi yang
menerpa terus menerus. Pendekatan ini biasanya digunakan ketika seseorang pelobi
belum membawa maksud dan tujuan kecuali menjajaki segala kemungkinan. Lobi jenis
ini bersifat eksploratif, sedang pada tahap mencari peluang.
2. Pendekatan pengondisian
Berangkat dari asumsi teoritik conditioning, bahwa selera, sikap, pikiran, preferensi, dan
sebagainya dapat dibentuk melalui kebiasaan. Pendekatan ini menitikberatkan pada
upaya melobi untuk membangun kebiasaan baru. Misalnya, yang semula belum ada
kemudian diadakan sebagai wahana komunikasi. Pertemuan antara kedua pihak
dilakukan untuk melancarkan komunikasi persuasif yang bertujuan mempengaruhi pihak

10
lain secara perlahan, dilakukan tahap demi tahap sampai pihak lain tidak menyadari
dirinya telah berubah. Pendekatan ini membutuhkan kesabaran dan kontinuitas.
3. Pendetakan networking
Berangkat dari asumsi bahwa seseorang bertindak seringkali dipengaruhi oleh
lingkungannya. Karena itu memahami siapa orang dekat disamping siapa menjadi
penting. Lobi dalam konteks ini tujuannya mencari relasi sebanyak-banyaknya terlebih
dahulu, dan bukan berorientasi pada hasilnya. Bila networking sudah terjalin dengan
baik, satu sama lain sudah terikat oleh nilai-nilai tertentu, barulah lobi dengan tujuan
tertentu dilaksanakan.
4. Pendekatan transaksional
Berdasar pada pandangan bahwa apapun yang dikorbankan harus ada hasilnya, apapun
yang dikeluarkan harus kembali, apapun yang dikerjakan ada ganjarannya. Maka apapun
konsekuensi yang mengikuti kegiatan lobi diperhitungkan sebagai investasi. Asusmsi
pada pendekatan ini adalah bahwa transaksi merupakan sebuah mekanisme jika memberi
maka harus menerima.
5. Pendekatan institution building
Pendekatan melembagakan tujuan gagasan merupakan alternatif yang dapat digunakan
disaat sebagian besar orang resistensi terhadap suatu gagasan perubahan. Ketika
sekelompok orang bersikap menerima suatu keputusan, maka sebagian besar lainnya
akan ikut menerima keputusan tersebut.
6. Pendekatan cognitive problem
Pendekatan ini sebelum sampai pada tujuannya harus melalui beberapa proses, dimulai
dengan membangun pemahaman terhadap suatu masalah pada pihak yang dituju, dan
mempengaruhi pihak tersebut untuk mengambil keputusan. Pendekatan ini
menitikberatkan pada terbentuknya keyakinan, semakin mampu meyakinkan, semakin
menemukan sasaran. 
7. pendekatan five breaking
Pendekatan ini banyak digunakan oleh praktisi humas untuk mengalihkan perhatian pada
isu yang merugikan dengan menciptakan isu lain. Agar pendekatan ini efektif dan tidak
memicu terbentuknya isu lain dengan kecenderungan kearah yang lebih negatif, maka
harus dilakukan dengan cara yang lebih halus, dan bukan bergerak berlawanan arah

11
dengan isu utama yang timbul. Namun apabila demikian, maka akan timbul reaksi
penolakan dan perlawanan yang lebih besar.
8. Pendekatan manipulasi power
Dalam propaganda dikenal adanya istilah “transfer device”, yaitu cara mempengaruhi
orang dengan menghadirkan simbol kekuatan tertentu. Melakukan pendekatan ini harus
dipastikan adanya pembuktian untuk menghindari kesan negatif dan hilangnya
kepercayaan.
9. pendekatan cost and benefit
Pendekatan ini dilakukan ketika orang lain menganggap harga yang ditawarkan terlalu
tinggi, sementara pihak pelobi tidak mungkin menurunkan angka yang telah ditetapkan.
Dibandingkan menunjukkan sikap pertahanan, akan lebih efektif apabila meyakinkan
pihak lain dengan menyatakan bahwa angka tersebut adalah sesuai dengan pertimbangan
memiliki banyak kelebihan.
10. Pendekatan futuristik atau antisipatif
Pendekatan ini dilakukan manakala mengetahui bahwa klien belum memiliki kebutuhan
saat ini, maka harus diberi gambaran beberapa tahun ke depan yang harus diantisipasi. 

12
B. Strategi Dan Tekhnik Negosiasi
Dalam melakukan negosiasi, kita perlu memilih strategi yang tepat, sehingga
mendapatkan hasil yang kita inginkan. Strategi negosiasi ini harus ditentukan sebelum
proses negosiasi dilakukan. Ada beberapa macam strategi negosiasi yang dapat kita pilih,
sebagai berkut :
1. Win – win
Strategi ini dipilih bila pihak – pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian
masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini
juga dikenal dengan integrative negotiation.
2. Win -  lose
Strategi ini dipilih karena pihak – pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah yang diambil. Dengan strategi ini pihak-
pihak yang berselisih saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil yang mereka
inginkan.
3. Lose – lose
Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang
tepat dalam bernegosiasi. Akibatnya pihak-pihak yang berselisih, pada akhirnya tidak
mendapatkan sama sekali hasil yang diharapkan.
4. Lose – win
Srategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat
dengan kekalahan mereka.
Dalam uraian tahapan negosiasi diatas telah disebutkan, apabila tahap awal telah
dilalui maka tahap selanjutnya adalah tahap dimana negosiasi memang diperlukan 
memasuki tahap  berlangsungnya negosiasi. Maka ketrampilan dan strategi dibutuhkan
pada  tahapan ini, untuk  melakukan negosiasi selain ketrampilan individu ada beberapa
hal yang harus diketahui atau disiapkan sebagai strategi oleh pelaku atau negosiator,
yaitu:
a. Pelaku atau negosiator harus tahu persis target yang ingin dicapai.
Seorang negosiator tidak selalu merupakan orang pertama atau pimpinan, atau  pengambil
keputusan di lingkungannya, oleh karena itu dia harus mengetahui dengan tepat apa yang
diinginkan oleh pimpinannya atau lembaga yang diwakilinya. Adalah hal yang sangat

13
mengganggu atau tidak baik apabila dalam suatu negosiasi  ada peserta atau utusan/wakil
pihak yang berundingharus sering meninggalkan tempat atau  bolak-balik harus 
berkonsultasi kepada pimpinannya atau lembaga yang diwakilinya karena
ketidaktahuannya  mengenai apa yang diinginkan pimpinan atau lembaga tersebut.
b. Pelaku harus memiliki wewenang untuk melakukan negosiasi.
Seseorang negosiator harus mempunyai wewenang untuk menerima atau menolak
keinginan lawan rundingnya dan membuat kesepakatan dalam perundingan tersebut.tidak
boleh terjadi suatu pandangan atau keinginan serta kesepakatan yang telah diterima oleh
para perunding kemudian ditolak oleh pimpinan dari lembaga yang diwakilinya. Apabila
terjadi hal begitu maka bukan saja akan merusak kredibilitas para wakil atau perunding itu
sendiri tetapi juga nama baik lembaga yang bersangkutan.
c. Perlu mendalami masalah yang dirundingkan secara baik.
Setiap perunding harus menguasai atau memahami dengan baik permasalahan yang
dirundingkan. Pemahaman atas semua aspek dari objek perundingan akan sangat
membantu menumbuhkan pengertian atau kesediaan tawar-menawar dengan pihak lain
karena dalam perundingan tidak ada pihak yang mau menang sendiri.
d. Perlu mengenali lawan rundingnya dengan baik.
Seorang perunding juga perlu mengenali lawan rundingnya dengan baik agar dia bisa
menemukan cara untuk menarik perhatian, memahami argumentasi yang diajukan dan
kemudian menyetujuinya. Pengenalan lawan runding tersebut tidak hanya mengenai
kepribadiannya tetapi juga mengenai pengetahuan dan pandangannya terhadap masalah
yang sedang dirundingkan baik mengenai kekuatan maupu kelemahannya. Meskipun
suatu perundingan tidak sama dengan peperangan, tetapi mungkin bisa dinalogkan dengan
semacam  axioma yang menyatakan bahwa ‘mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan
adalah separuh kemenangan. Hal ini terasa sekali manfaatnya apabila perundingan yang
dilakukan melibatkan lebih dari 2 pihak, karena penguasaan atas masalah dan pemahaman
atas kekuatan dan kelemahan lawan bisa dipergunakan untuk memperoleh dukungan dari
pihak ketiga atau yang lain sehingga secara bersama-sama kemudian mendorong atau
menekan lawan runding untuk menerima keinginannya.
e. Perlu memahami mana hal-hal yang prinsip atau  bukan prinsip.
Seorang perunding diberi wewenang untuk menerima atau memberikan persetujuan

14
usulan atau keinginan lawan runding. Agar apa yang dilakukan tidak bertentangan atau
menyimpang dari kemauan pimpinannya atau lembaga yang diwakilinya, maka perunding
harus mengetahui hal-hal yang prinsip bagi pihaknya dan hal-hal mana yang bukanprinsip.
Hal-hal yang prinsip tentu saja tidak boleh diabaikan apalagi dikorbankan dalam
perundingan. Dalam perundingan yang biasanya juga dilakukan tawar-menawar untuk
memberi dan menerima, maka yang boleh dipertaruhkan adalah hal-hal yang tidak prinsip.
Pelanggaran atas hal-hal yang prinsip bisa mengakibatkan dibatalkannya kesepakatan
yang telah dicapai atau kalau dalam perjanjian-perjanjian internasional maka ratifikasi atas
hasil persetujuan tersebut tidak dapat diberikan sehingga perlu ditinjau kembali. 

2.4 Advokasi Dalam Praktek Kebidanan


Advokasi terhadap kebidanan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-
orang di bidang kebidanan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan
terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan,
bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para
pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat
dilakukan dengan memengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-
peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan
lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat.
Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi
kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan
yang menguntungkan kesehatan (kebidanan). 
Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang
merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju.
Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public
dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias tersampaikan
dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan
dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin) 
Ada beberapa peran bidan sebagai advokator yaitu : 

15
1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang
diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh
pelayanan kebidanan) 
2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman. Contoh: jika ada ibu bersalin yang lahir
di dukun dan menggunakan peralatan yang tidak steril, maka bidan melakukan advokasi
kepada pemerintah setempat agar pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun
menggunakan peralatan yang steril salah satu caranya adalah melakukan pembinaan
terhadap dukun bayi dan pemerintah memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di
lapangan menggunakan alat-alat yang tidak steril. 
3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Bidan sebagai advocator
mempunyai tugas antara lain: 
 Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan
kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan
mereka sendiri. 
 Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi
kesehatyan dan membertikan dukungan sosial. 
 Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. 
 Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau
mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui
kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk peraturan, undang-undang,
instruksi yang menguntungkan kesehatan public dengan sasaran yaitu pejabat
legislatif dan eksekutif. Para pemimpin pengusaha, organisasi politik dan
organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, keccamatan desa
kelurahan. 

16
16

BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Advokasi merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil kebijakan. Ia dapat menjadi


bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk mencapai hasil yang kita inginkan kita
memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan menyasar kepada penyebab majemuk. Tujuan
umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat   suatu perubahan dalam kebijakan,
program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin.
Lobi adalah suatu upaya pendekatan yang dilakukan untuk mempengaruhi dengan tujuan
kepentingan tertentu. Lobi adalah pendekatan awal yang menjurus ke suatu tujuan yang
menguntungkan, baik satu ataupun kedua belah pihak. Kegiatan lobi tidak hanya diperlukan oleh
individu untuk memperoleh apa yang menguntungkan dari pihak lain, tetapi juga diperlukan bagi
kepentingan suatu organisasi. Dalam kondisi ini lobi adalah proses penyampaian argumentasi–
argumentasi yang bersifat mendukung posisi organisasi kepada pejabat. Dalam sebuah bisnis,
lobi merupakan permulaan dari sebuah negosiasi. Tetapi dalam proses negosiasi, lobi sering
digunakan untuk mengatasi tahap-tahap negosiasi yang mengalami jalan buntu dan tidak
menemukan kata sepakat. Jika negosiasi sampai pada tahap ini, saat jeda bisa dimanfaatkan
negosiator untuk melakukan pendekatan-pendekatan ulang, agar menemukan titik temu ke arah
sepakat.
Negosiasi itu sendiri bisa terjadi apabila aktivitas lobbying mendapat respon dari pihak
lain. Jika pihak lain tidak menaggapi pendekatan yang dilakukan diantaranya melalui lobi-lobi,
maka negosiasi boleh jadi tidak akan terjadi. Sebaliknya, negosiasi bisa terjadi karena adanya
konflik, dan lobbying ada didalamnya untuk mengurangi konflik tersebut.
Daftar pustaka
Fadhila, 2009. Kebidanan komunitas, http://bidandhila.blogspot.com/2009/05kebidanan-
Komunitas.html diakses oleh masriani sihombing,tgl 30 desember 2013, jam16.50 wib.
Fatma, 2009. Prioritas tema untuk advokasi, http://www.rafpakistan.org. Diakses oleh
masriani sihombing,tgl 29 desember 2013, jam17.08 wib. 
Fatmanadia. 2012. Kepemimpinan dan advokasi dalam pelayanan kebidanan,
Http://fatmanadia.wordpress.com. Diakses oleh martine onasis matondang, tgl 06 januari
2014, jam 14.00 wib. 
Gustin. 2012. Advokasi dalam promosi kesehatan,
Http://gustin74.blogspot.com/2012/10/advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html. Diakses
oleh mauliyani, tgl 27 desember 2013, jam 17.05 wib. 
Partao, zainal abidin m.m. tekhnik lobi dan diplomasi untuk insan public relations.
2006.  Jakarta : indeks gramedia
Panuju, redi. Jago lobi dan negosiasi. 2010. Jakarta : interprebook
Purwanto, djoko. Komunikasi bisnis. 2003. Jakarta : erlangga
Rasyid,anwar. Dasar-dasar public relations. 2011.pekanbaru: pusat pengembangan
Universitas riau

17

Anda mungkin juga menyukai