Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Hukum Zakat dan Wakaf di Indonesia


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum
Zakat dan Wakaf

Dosen Pengampu: Agus Sholahuddin. S, M.H.I

DISUSUN OLEH :
Laila Nur Azizah (201955020300096)
Sriyatun (201955020300100)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan nikmat dan


karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuatan makalah
tentang “Hukum Zakat dan Wakaf Diindonesia” ini. Sholawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada junjungan umat manusia, Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,
keluarga dan para sahabatnya.
Untuk melengkapi makalah ini beberapa pihak sudah banyak membantu
penulis secara moral maupun materil. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa
bantuan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, maka dari
itu kami menanti kritik dan saran yang bersifat memperbaiki kekurangannya itu.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat
mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Bojonegoro, 13 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Definisi dan Landasan Hukum (Fikih) Zakat............................................5

B. Perkembangan Zakat, Infak, Sedekah.......................................................7

C. Hikmah, Tujuan, dan Urgensi Zakat.........................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A. Kesimpulan..................................................................................................11

B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, zakat merupakan salah satu rukum
islam yang ketiga setelah sholat, dan zakat juga selalu disebutkan sejajar
dengan sholat. Hal inii menunjukkan bahwa betapa pentingnya zakat sebagai
salah satu rukun islam.
Zakat merupakan ibadah muamalah ijma’iyah yang memiliki posisi
strategis dan mementukan kesejahteraan bagi umat. Zakat tidak hanya
berfungsi sebagai suatu ibadah yang bersifat vertikal kepada Allah, namun
juga berfungsi sebagai wujud ibadah yang bersifat horizontal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi dan Landasan Hukum (Fikih) Zakat?
2. Bagaimana Perkembangan Zakat, Infak, dan Sedekah?
3. Bagaimana Hikmah, Tujuan, dan Urgensi Zakat?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dan Lndasan Hukum (Fikih) Zakat.
2. Untuk mengetahui Perkembangan Zakat, Infak, dan Sedekah.
3. Untuk mengetahui Hikmah, Tujuan, dan Urgensi Zakat.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Landasan Hukum (Fikih) Zakat
1. Definisi Zakat
Zakat menurut etimologi (bahasa) adalah suci, tumbuh,
berkembang, dan berkah. Sedangkan menurut terminologi (istilah) zakat
adalah kadar harta tertentu yang dikeluarkan kemudian diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu. 1 Pengertian zakat
menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat, “zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim
atau badan usaha untuk diberikan kepada yang yang berhak menerimanya
sesuai dengan syariat islam”.
Adapun definisi zakat menurut para ulama imam madzhab, yaitu
pertama, madzhab hanafi, mendefinisikan zakat adalah menjadikan
sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik oerang
yang khusu, yang ditentukan oleh syariat karena Allah. Kedua, madzhab
maliki, mendefinisikan zakat adalah mengeluarkan bagian yang khusus
dari harta khusus pula yang telah mencapai nishob 9batas kuantitas yang
mewajibkan zakat) kepada orang orang yang berhak menerimanya.
Dengan catatan kepemilikan itu penuh dan menapai haul (setahun), bukan
barang tambang dan bukan pertanian. Ketiga, madzhab syafi’i,
mendefinisikan zakat adalah sebuah ungkapan untuk mengeluarkan harta
atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Keempat, madzhab hanbali,
mendefinisikan zakata adalah hak wajib (dikeluarkan dari harta yang
khusus untuk kelompok yang khusus pula).yang dimaksdudkan dengan
kelompok khusus adalah delapan kelompok yang di isyaratkan oleh Allah.
Dengan demikian dapat diartikan zakat adalah pembersih harta
1
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT. Grafindo, 2006), hal. 10

5
yang didasarkan pada keimanan kepada Allah, bahwa dalam setiap harta
yang diperoleh terdapat hak orang lain.
2. Dasar Hukum (Fikih) Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun islam, dan menjadi salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat islam. Adapun dasar hukum yang kuat
berdasarkan Al-qur’an dan As-sunnah adalah sebagai berikut:
1. Dalil Al-qur’an
Dalil Al-qur’an yang pertama ada didalam Qs. At-Taubah ayat 60,
yang artinya “sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang orang
fakir, orang miskin, amil zakat, orang yang dilunakkan hatinya
(muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang yang berutang (ghorim), untuk jalan Allah, dan
untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari
Allah. Allah maha mengetahui, mha bijaksana.
Banyak sekali perintah Allah untuk membayarkan zakat dan
hampir keseluruhan perintah menunaikan zakat disandingkan dengan
perintah mendirikan sholat, seperti dalam QA. Al-baqarah ayat 43,
yang artinya “dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan
ruku’lah kamu beserta orang orang yang ruku’”
2. As-Sunnah
Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis dari Ibnu Umar, bahwa
Rasulullah menyebutkan bahwa “islam dibangun di atas lima taing
pokok, yaitu kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi
Muhammad Rasulallah, mendirikan sholat, Mnunaikan zakat,
berpuasa pada bulan ramadhan, dan naik haji bagi yang mampu.
(HR. Bukhari & Muslim)”. Oleh karena itu, hukum dari pada zakat
adalah wajib bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat tertentu
ntuk menunaikan zakat.2

2
Dr. Ahmad Sudirman, Zakat (ketentuan dan pengelolaannya), (Bogor, CV Anugerah
Berkah, 2017), hal. 14

6
B. Perkembangan Zakat, Infak, dan Sedekah
Di era kontemporer ini, negara menjamin kemerdekaan tiap tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing masing dan untuk beribadah
menurut agamnya dan kepercayaannya. Penunaian zakat merupakan
kewajiban bagi umat islam yang mampu dan sesuai dengan syariat islam.
Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan
keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan.
Sebagaimana yang tercantum dalam undang undang nomor 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, yang dimaksud dengan pengelolaan
zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengkoordinasian dala
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Pemerintah
membentuk suatu badanorganisir untuk mengelola zakat, yaitu Badan Amil
Zakat Nasional yang kerap disebut dengan istilah BAZNAS, merupakan
lembaga yang mengelola zakat secara nasional yang berkedudukan di ibu
kota negara, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupatrn. Untuk membantu
BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat
(LAZ), adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas
membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dan
Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga pengelolaan zakat
yang sepenuhnya dibentyk oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah,
pendidikan, sosial atau kemasyarakatan umat islam, dikukuhkan, dibina, dan
dilindungi oleh pemerintah. Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai sebuah
lembaga keuangan islam yang mempunyai fungsi dan peran dalam mengelola
zakat, infak, dan sedekah atau wakaf. Allah SWT telah memerintahkan
kepada organisasi Amil untuk mengumpulkan zakat dari para muzakki dan
membagikan harta zakat tersebut kepada delapan golongan yang dinyatakan
berhak untuk mendapatkan zakat.

7
Berdasarkan keputusan Menteri Agama Ri Nomor 581 tahun 1999,
dikemukakan bahwa sebagai lembaga zakat harus memiliki persyaratan
teknis, antara lain adalah:
1. Berbadan hukum
2. Memilki data muzakki dan mustahik
3. Memilikii program kerja yang jelas
4. Memiliki pembukuan yang jelas
5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit
Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan
trnasparansi dari setiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian,
diharapkan masyarakat akan semakin berminat manyalurkan zakatnya
melalui lembaga pengelola.3
C. Hikmah, Tujuan, dan Urgesi Zakat
1. Hikmah Zakat
Banyak hikmah dan mafaat yang besar dalam ibadah zakat, baik yang
berkaitan dengan orang yang berzakat (muzakki), penerima zakat (mustahik),
harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.
Pertama, terwujudnya jalinan kasih sikap menolong terhadap kaum
lemah ekonomi dan upaya penguatan ibadah dengan cara memenuhi
kebutuhan materi yang dengannya tubuh menjadi mmapu melakukan perintah
Allah
Kedua, zakat dapat membersihkan jiwa muzakki daari kotoran yang
menempel bersama harta. Karena harta atau rizki yang didapatkan dengan
cara halal, didalamnya masih bercampur hak orang lain.
Ketiga, sesungguhnya Allah SWT telah memberikan nikmat kekayaan
kepada orang kaya dan mengkaruniakan berbagai kelebihan materi yang dapat
memenuhi segala hajat mereka, sehingga orang orang kaya itu menikmatinya.
Oleh kareba itu karunia tersebut patut disyukuri baik dari sudut pandang akal

3
Ahmad Satori Ismail, Fikih Zakat Kontekstual Indonesai, (Jakarta: Badan Amil Zakat
Nasional, 2018), hal. 267-269

8
maupun syariat, dan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia itu, maka
diwajibkan atas mereka untuk menunaikan zakat.
Keempat, zakat berfungsi sebagai penahan dan pengahncur sifat kikir.
2. Tujuan Zakat
zakat adalah bentuk ibadah yang berkenaan dengan harta. Zakat yang
bermakna barokah, tumbuh, dan berkembang baik, memiliki arti penting
dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kehidupan
masyarakat. Dibawah ini ada dua tujuan zakat menurut para ahli, antara lain:
a. Abdel Razek Novel, zakat bertujuan menyempurnakan kesehatan
jiwa seseorang karena dengan berzakat harta yang dizakati menjadi
bersih dan sebagai akibatnya (muzakki) tidak terbelenggu oleh
kecintaan atas harta benda itu.
b. Wahab Al-Zuhaili, berzakat berarti mengikatkan kebersamaan dan
menghapus kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat.4
3. Urgensi Zakat
Menunaikan zakat adalah kewajiban bagi umat islam yang mampu.
Selain bagian dari rukun islam, zakat juga merupakan amal sosial
(kemasyarakatan) dan kemanusiaan dalam wujud mengkhususkan sejumlah
harta atau nilai milik perorangan atau badan hukum untuk diberikan kepada
yang berhak dengan syarat syarat tertentu guna menyucikan dan
menumbuhkan harta serta jiwa pribadi para wajib zakat, mengurangi
penderitaan masyarakat, memelihara keamanan dan meningkatkan
pembangunan. Dibawah ini ada beberapa urgensi zakat dalam ajaran islam,
antara lain:
a. Zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan dalam
membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan
b. Zakat merupakan sumber kas perbendaharaan negara sekaligus
merupakan sokoguru dari kehidupan ekonomi yang telah

4
Ibid, hal 35-36

9
dicanangkan dalam Al-qur’an
c. Zakat akan mencegan terjadinya akumulasi dan sentralisasi
kepemilikan harta pada segelintir orang dan pada saat yang
bersamaan akan menorong manusia untuk melakukan
pengembangan harta (investasi) dan menghalalkan siatribuai
d. Zakat meurpakn ibadah maliyah ijtima’iyah yang memiliki posisi
strategis penting dan menentukan
Demikian pentingnya ibadah ini, islam telah menempatkan sebagai
oilar ketiga setelah sholat. Dan dalam Al-qur’an, Allah telah menyebutkan
perihal zakat selalu berdampinggan dengan kewajiban sholat. Hal ini
menunjukkan bahwa urgen dan memiliki hubungan erat dalam menumbuh
kembangkan kualitas hidup umat. Sholat merupakan ibadah jasmaniyah yang
paling utama, sedangakn zakat adalah ibadha maliyah yang paling mulia.
Keharmonisan keduanya mutlak diwujudkan sehingga dapat membangun
tatanan sosisal pada keseimbangan nilai nilai religi dan ekonomi.5

BAB III
5
Fathan Budiman, Urgensi Zakat dalam Ajran Islam, Diakses dari
https://baznasslatiga.or.id/urgensi-zakat-dalam-ajaran-islam/#:~:text=Zakat%20akan%20mencegah
%20terjadinya%20akumulasi,(investasi)%20dan%20menggalakkan%20distribusi. Pukul 19.20

10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat menurut etimologi (bahasa) adalah suci, tumbuh, berkembang,
dan berkah. Sedangkan menurut terminologi (istilah) zakat adalah kadar harta
tertentu yang dikeluarkan kemudian diberikan kepada yang berhak
menerimanya dengan syarat tertentu.
Banyak hikmah dan mafaat yang besar dalam ibadah zakat. Pertama,
terwujudnya jalinan kasih sikap menolong terhadap kaum lemah ekonomi
dan upaya penguatan ibadah. Kedua, zakat dapat membersihkan jiwa
muzakki daari kotoran yang menempel bersama harta. Ketiga, sesungguhnya
Allah SWT telah memberikan nikmat kekayaan kepada orang kaya dan
mengkaruniakan berbagai kelebihan materi yang dapat memenuhi segala hajat
mereka, sehingga orang orang kaya itu menikmatinya.
Tujuan Zakat. ada dua tujuan zakat menurut para ahli, antara lain:
 Abdel Razek Novel, zakat bertujuan menyempurnakan kesehatan jiwa
seseorang karena dengan berzakat harta yang dizakati menjadi bersih dan
sebagai akibatnya (muzakki) tidak terbelenggu oleh kecintaan atas harta
benda itu.
 Wahab Al-Zuhaili, berzakat berarti mengikatkan kebersamaan dan
menghapus kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat.
urgensi zakat dalam ajaran islam, antara lain: Zakat yang dikelola
dengan baik, dimungkinkan dalam membangun pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataan pendapatan, Zakat merupakan sumber kas
perbendaharaan negara sekaligus merupakan sokoguru dari kehidupan
ekonomi yang telah dicanangkan dalam Al-qur’an, Zakat akan mencegan
terjadinya akumulasi dan sentralisasi kepemilikan harta pada segelintir orang
dan pada saat yang bersamaan akan menorong manusia untuk melakukan
pengembangan harta (investasi) dan menghalalkan siatribuai

B. Saran

11
Pada pembuatan makalah ini penulis menyadari banwa banyak sekali
kesalahan dan kekurangan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawbkan dari banyaknya sumber, penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. oleh sebab itu penulis harapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas, demi makalah yang lebih baik dimasa mendatang. Semoga makalah
yang kami buat dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

12
Kartika Sari. Elsi. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: PT. Grafindo. 2006.

Dr. Sudirman. Ahmad. Zakat (ketentuan dan pengelolaannya). Bogor: CV Anugerah


Berkah. 2017.

Ismail. Satori Ahmad. Fikih Zakat Kontekstual Indonesai. Jakarta: Badan Amil Zakat
Nasional. 2018.

Budiman. Farhan. Urgensi Zakat dalam Ajran Islam, Diakses dari


https://baznasslatiga.or.id/urgensi-zakat-dalam-ajaran-islam/#:~:text=Zakat
%20akan%20mencegah%20terjadinya%20akumulasi,(investasi)%20dan
%20menggalakkan%20distribusi. Pukul 19.20

13

Anda mungkin juga menyukai