Oleh
Anas Mahfud (200201210007)
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah swt, karena berkat Taufiq, Rahmat serta
hidayahnyalah saat ini kita bisa merasakan manisnya Iman dan Islam.
sang revolusionel figur dan panutan kita baginda Nabi Muhammad Saw. Beliau
yang telah membawa kita didalam agama Islam Alatharikati Ahlusunnah wal
Ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Hj. Erfaniah Zuhriah, S.Ag, M.H. selaku
dosen pembimbing, harapan beliau dengan ihklas memberikan segala ilmu dan
pengalamannya untuk kita semua. dan Alhamdulillah tugas makalah yang beliu
berikan dapat diselesaiakan namun masih jauh dari kata sampurnah, sehingga
harapannya adalah kritik dan saran yang insyaallah akan menjadi ilmu bagi
seluruhnya.
Demikian dengan adanya sepatah kata ini semoga kita selalu dalam ridho
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang tidak memihak dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk
dengan hakim atau Arbiter, mediator tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan
sengketa antara para pihak. Namun, dalam hal ini para pihak menguasakan kepada
mereka.
Penyelesaian sengketa melalui cara mediasi telah lama dikenal dalam praktik
hukum Islam. Mediasi merupakan istilah baru yang di dalam hukum Islam disebut
dengan tahkim. Tahkim berasal dari bahasa Arab yang berarti menyerahkan putusan
pada seseorang dan menerima putusan itu. Selain itu tahkim juga digunakan sebagai
istilah bagi orang atau kelompok yang ditunjuk untuk mendamaikan sengketa yang
terjadi diantara dua pihak. Dalam istilah lain dapat dinyatakan bahwa tahkim
dimaksudkan sebagai upaya untuk menyelesaikan sengketa di mana para pihak yang
terlibat dalam sengketa diberi kebebasan untuk memilih seorang hakam (mediator)
sebagai penengah atau orang yang dianggap netral yang mampu mendamaikan ke dua
1
TM.Hasbi, 1964, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Yogyakarta: PT Al-Maarif
1
Di dalam peristilahan hukum di Indonesia, tahkim didefinisikan sebagai
mediasi. Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa secara damai yang tepat,
efektif, dan dapat membuka akses yang lebih luas kepada para pihak untuk
Pengadilan menjadi bagian hukum acara perdata yang dapat memperkuat dan
2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dirasa belum optimal dalam memenuhi
berikut:
1. Kemampuan mediator dari hakim. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 5 ayat (2)
namun dalam hal di wilayah Pengadilan tidak ada hakim, advokat, dan profesi
2
2. Praktik mediasi oleh mediator dari hakim cenderung memposisikan dirinya
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
Siti Musawwamah, “Mediasi Integratif di Pengadilan Agama Pamekasan,” Jurnal Nuansa, Vol. 11,
No.2, (Juli-Desember, 2014)
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Regulasi
atau pemerintahan. Namun, Apa itu arti regulasi? Mari kita bahas pengertian
bidang, sehingga interpretasi dari istilah regulasi itu sendiri menjadi cukup luas.
batasan-batasan tertentu.
lembaga masyarakat, baik itu untuk keperluan umum atau untuk kepentingan
4
menggambarkan suatu bentuk peraturan yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat.
masyarakat atau suatu lembaga saling sepakat untuk terikat dan mengikuti semua
aturan-aturan yang telah dibuat untuk mencapai tujuan bersama. Maka dari itu,
regulasi sangat bersifat mengikat dan jika ada yang melanggarnya akan
a. Pengertian mediasi
3
https://kotakpintar.com/pengertian-regulasi-adalah/
4
John Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cet. ke xxv (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2003), 377. Pengertian yang sama dikemukakan juga oleh Prof. Dr. Abdul Manan, Penerapan
Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Kencana, 2005), 175. Lihat juga
Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi,
Arbitrase), (Jakarta: PT. Gramedai Pustaka Utama, 2001)
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2000)
5
Pasal 1851 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) adalah suatu
menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau
perundingan.
penyelesaian.
perundingan berlangsung.
akan dapat diakhiri. Adapun dasar hukum yang menegaskan tentang perdamaian
6
Subekti & Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Jakarta : Pradnya Paramita, 1985)
7
Suyut Margono, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, (Bogor: PT.Graha
Indonesia, 2000)
6
dapat dilihat dalam Al-Quran surat Al Hujuraat ayat 10 yang berbunyi:
َّٰللا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْون ْ َ اِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ ا ِْخ َوة ٌ فَا
َ ص ِل ُح ْوا َبيْنَ اَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا ه
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
c. HIR Pasal 130 dan Rbg Pasal 154 telah mengatur lembaga perdamaian.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2003)
7
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157 tambahan
Pengadilan.
sengketa secara damai telah lama dan biasa dipakai oleh masyarakat Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari hukum adat yang menempatkan kepala adat sebagai
penengah dan memberi putusan adat bagi sengketa diantara warganya. Terlebih
pada tahun 1945, tata cara ini secara resmi menjadi salah satu falsafah negara
dari bangsa Indonesia yang tercermin dalam asas musyawarah untuk mufakat.
8
“kalau terjadi sengketa atau perselisihan akan diselesaikan dengan cara
Pengadilan Negeri”.9
yang menjadi latar belakang adanya proses mediasi ialah sebagai berikut:
9
Mahkamah Agung RI, Mediasi dan Perdamaian, mimeo, (tt: tp, 2004), 15
9
pertama dan tingkat banding) masih harus menunggu pada tingkat
Kembali.
mereka.10
“Menang jadi arang kalah jadi abu” begitu kira-kira slogan yang
hal itu akan mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar, baik
10
Mahkamah Agung RI, Mediasi dan Perdamaian, MARI 2004, 156
10
yang bersengketa kearah penyelesaian masalah, putusan pengadilan
kalah (losser), selanjutnya dalam posisi ada pihak yang menang dan
Selain itu, putusan hakim terpaku dengan aturan formil yang jika
secara formil maupun materil maka dia bebas dari jeratan hukum.
berikut:
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 4
Perma Nomor 1 Tahun 2008 maka setiap sengketa perdata yang diajukan
11
M. Yahya Harahap “Tinjauan Sistem Peradilan”, dalam Mediasi dan Perdamaian (Jakarta:
Mahkamah Agung RI, 2004), 157
11
ke pengadilan tingkat pertama wajib terlebih dahulu diupayakan
atau Pasal 154 RBg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum.
2. Biaya Proses
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
pihak untuk dibahas dan disepakati dan jika dianggap perlu mediator
12
pihak tanpa dihadiri oleh pihak yang lainnya), (Pasal 15). Jika diperlukan
dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan secara
gabungan butir b dan d, atau gabungan butir e dan d (Pasal 8 ayat 1).
dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator (Pasal 17 ayat (1))
13
berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap
Hubungan Industrial;
perkara (intervensi);
pengesahan perkawinan;
14
e. Sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan
1. Tahap pramediasi
sejumlah langkah dan persiapan sebelum mediasi dimulai. Pada tahap ini,
tujuan, para pihak, serta waktu dan tempat pertemuan, dan menciptakan
bersengketa bertemu dan berunding dalam suatu forum. Dalam tahap ini,
15
mencapai alternatif-alternatif penyelesaian, menemukan butir
Tahuun 2016
sehingga PERMA No. 2 Tahun 2003 perlu direvisi dengan maksud untuk
Pengadilan”.
Dalam PERMA No. 1 Tahun 2008, sifat wajib mediasi dalam proses
16
berperkara di Pengadilan lebih ditekankan lagi. Ini dapat dilihat dengan
130 HIR/154 Rbg yang menyatakan putusan batal demi hukum (Pasal 2 ayat
(3) PERMA No. 1 Tahun 2008). Sementara Pasal 2 ayat (4) PERMA No. 2
perkara tersebut.
Agung (MA) menunjuk empat Pengadilan Negeri sebagai pilot court, yaitu
menerbitkan buku Komentar PERMA No. I Tahun 2008 dan buku Tanya
Jawab PERMA No. 1 Tahun 2008 serta video tutorial pelaksanaan mediasi di
Agung. Setelah enam tahun berlakunya PERMA No. 1 Tahun 2008, akhirnya
2016.
17
BAB 1II
PENUTUP
A. Kesimpulan
mengatakan ada beberapa hal penting yang menjadi pembeda antara PERMA
No.1 Tahun 2016 dengan PERMA No.1 Tahun 2008 tentang Mediasi.
Pertama, terkait batas waktu mediasi yang lebih singkat dari 40 hari
secara langsung pertemuan Mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa
hukum, kecuali ada alasan sah seperti kondisi kesehatan yang tidak
kedudukan di luar negeri; atau menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau
Ketiga, hal yang paling baru adalah adanya aturan tentang Iktikad Baik
dalam proses mediasi dan akibat hukum para pihak yang tidak beriktikad baik
dalam proses mediasi. Pasal 7 menyatakan: (1) Para Pihak dan/atau kuasa
hukumnya wajib menempuh Mediasi dengan iktikad baik. 2) Salah satu pihak
18
atau Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya dapat dinyatakan tidak beriktikad baik
oleh Mediator dalam hal yang bersangkutan: a. tidak hadir setelah dipanggil
secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam pertemuan Mediasi tanpa alasan
sah.
19
DAFTAR PUSTAKA
20