Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PEMILIK KOST DALAM MENCEGAH PERGAULAN

BEBAS DI KALANGAN MAHASISWA


(Studi Kasus di Kecamatan Sukun, Malang)

Disusun oleh:

1. Muhammad Zainuddin (NIM 16210003)


2. Bayu Krisna Efendi (NIM 16210005)
3. Fendi Arianto (NIM 16210012)
4. M. Faizurrizki Al-Farisi Ad (NIM 16210013)
5. Kholil Mahmudi (NIM 16210130)

JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
Pengaruh Pemilik Kost dalam Mencegah Pergaulan Bebas Di Kalangan
Mahasiswa
(Studi Kasus di Kecamatan Sukun, Malang)

Muhammad Zainuddin (NIM 16210003), Bayu Krisna Efendi (NIM


16210005), Fendi Arianto (NIM 16210012), M. Faizurrizki Al-Farisi Ad
(NIM 16210013), dan Kholil Mahmudi (NIM 16210130)

Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyah


Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstrak

Banyaknya kalangan mahasiswa yang dicurigai melakukan perbuatan


asusila di lingkungan kost, tentu hal ini yang menjadi keresahan warga karena
lingkungannya terganggu oleh aktivitas-aktivitas yang tidak bermoral oleh orang
asing dari lingkungan tersebut. Sebuah pergaulan harus memperhatikan norma
kesusilaan dan keagaamaan agar pergaulan tersebut tidak terjerumus ke hal-hal
negative. Dalam hal ini Pemilik Kost memiliki andil yang cukup besar dalam
melakukan pengawasan terhadap pergaulan mahasiswa yang bertempat tinggal
dikost-kostannya tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini
berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyan berikut: 1) Bagaimana pengaruh pemilik
kost dalam mencegah pergaulan bebas di kalangan mahasiswa?; dan 2) Bagaimana upaya
pemilik kost dalam mencegah pergaulan bebas di kalangan mahasiswa?.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dengan
pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ini di Kecamatan Sukun, Malang dengan
sumber data berupa sumber data primer. Adapun metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan wawancara dengan teknik analisis data berupa: editing,
klasifikasi, verifikasi, analisis, dan kesimpulan. Berdasarkan dari hasil penelitian,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Pemilik kost mempunyai pengaruh yang
sangat penting dalam mencegah pergaulan bebas dikalangan mahasiswa, karena
bagaimanapun juga pemilik kost secara otomatis menjadi orang tua kedua bagi anak-anak
kostnya. Oleh sebab itu sang pemiik kost perlu memperhatikan agar anak kostnya tidak
terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya pergaulan bebas tersebut.
Kedua, Upaya Pemilik kost dalam mencegah anak kostnya (mahasiswa) agar tidak
terjerumus pada pergaulan bebas bermacam-macam. Ada yang harus taat pada kebijakan
kost tersebut, ada yang dengan nasihat, dan ada pula yang menggunakan pendekatan pada

1
2

anak kostnya. Baik pendekatan tersebut dilakukan dengan mengguakan model


memberikan semacam makan dan dinikmati bersama pemilik kostnya atau dengan cara
lain.

Kata Kunci: Pemilik Kost; Mahasiswa; Pergaulan Bebas.

A. Pendahuluan

Pandangan masyarakat terhadap anak kost di Kota Malang baru-baru ini

menjadi bernuansa negatif di kalangan masyarakat. Pasalnya banyak kalangan

mahasiswa yang dicurigai melakukan perbuatan asusila di lingkungan kost, tentu

hal ini yang menjadi keresahan warga karena lingkungannya terganggu oleh

aktivitas-aktivitas yang tidak bermoral oleh orang asing dari lingkungan tersebut.

Kecurigaan warga juga tidak serta merta curiga tanpa adanya sebuah bukti, sebab

dari warga sendiri tak jarang melakukan aksi grebek dalam rangka menertibkan

pasangan muda-mudi agar tidak melakukan perbuatan yang tidak bermoral. Pada

tahun 2018 lalu ketika warga menyelenggarakan aksi grebek pada kost-kost daerah

Sukun, Malang, terdapat tiga kost yang diketahui ada muda-mudi tinggal dalam

satu kamar tanpa ada hubungan suami-istri, tentu hal ini memicu rasa kekhawatiran

bagi warga sebab generasi pemuda yang diharap-harapkan menjadi pemimpin

kelak, justru tidak memiliki moral yang baik.

Secara psikologis maupun sosiologis, remaja pada rentang usia 19-21 tahun

umumnya memang rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses

pencarian jati diri yang belum kunjung berakhir, mereka mudah sekali terombang

ambing dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Mereka juga mudah

terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat sekitarnya. Gaya hidup hura-hura, seks
3

bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda para

remaja1. Dalam Psikologi Islam karya Jalaluddin juga disebutkan bahwa di usia

perkembangan remaja memang dorongan seksual tampak begitu dominan, atau

setidak-tidaknya secara psikologis memiliki dampak terhadap nilai-nilai

keagamaan2. Maksudnya, dorongan seks tak jarang turut mempengaruhi munculnya

sikap dan perilaku menyimpang, hingga para remaja tidak merasa salah atau

berdosa melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma agama. Beberapa hasil

penelitian yang mengungkapkan sikap permisif, di kalangan mahasiswa dan

mahasiswi perguruan tinggi di beberapa kota besar di Indonesia, seperti hidup

seatap tanpa nikah, menjadi bagian dari gejala perilaku menyimpang yang terkait

dari penyaluran kebutuhan biologis kaum muda.

Beretika dalam pergaulan tidak terlepas dari nilai-nilai kesusilaan. Nilai

kesusilaan harus diperhatikan dan diterapkan dalam sebuah pergaulan agar etika

dalam bermasyarakat tetap terjaga. Ketika nilai-nilai kesusilaan sudah tidak

diperhatikan lagi dalam sebuah pergaulan, maka hal tersebut akan menmbulkan

keresahan dan penyimpangan. Penyimpangan kesusilaan ialah semua kesalahan

yang menyangkut watak budi pekerti pribadi seseorang yang bernilai buruk dan

perbuatannya mengganggu keseimbangan masyarakat. Misalnya melakukan

perbuatan maksiat, berzina, berjudi, minum-minuman keras, dan sebagainya.

Kesemuanya merupakan perbuatan asusila. Walaupun dalam hukum adat tidak

dibedakan antara yang bersifat kejahatan dan pelanggaran, maka dapatlah dikatakan

1
(Baharuddin & Mulyono, 2008:128)
2
Psikologi Islam karya Jalaluddin (2012:90)
4

bahwa kesalahan kesopanan itu termasuk pelanggaran sedangkan kesalahan

kesusilaan termasuk kejahatan.3 Sedangkan Roeslan Saleh menyatakan bahwa

“pengertian kesusilaan hendaknya tidak dibatasi pada pengertian kesusilaan dalam

bidang seksual, tetapi juga meliputi hal-hal yang termasuk dalam penguasaan

norma-norma keputusan bertingkahlaku dalam pergaulan dalam masyarakat.4 Dari

pendapat dua ahli tersebut dapat diketahui bahwa kesusilaan dalam pergaulan

bermasyarakat sangat berpengaruh dan merupakan unsur yang harus ada sehingga

sebuah pergaulan dapat memiliki watak dan etika.

Bentuk-bentuk penyimpangan kesusilaan salah satunya adalah pergaulan

bebas. Terlebih lagi ketika yang terjerat penyimpangan tersebut adalah kalangan

mahasiswa tentunya akan sangat berpengaruh dalam masyarakat. Hal tersebut

dikarenakan dalam pandangan masyarakat mahasiswa dianggap sebagai pemuda-

pemudi yang mempunyai tingkatan intelektual dan moral yang tinggi. Sehingga

ketika mereka melakukan sebuah penyimpangan, akan timbul pertanyaan besar

mengapa mereka sampai bisa berbuat demikian. Terjadinya pergaulan bebas

menjadi tanda akan merosotnya moral mereka. Perlunya karakter yang kuat dalam

membendung perkembangan zaman yang semakin bebas. Memang benar bahwa

setiap orang berhak melakukan sesuatu yang dikehendakinya. Bahkan dalam

undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 26 sd.

28 diatur dengan jelas hak-hak setiap orang sebagai perwujudan dari hak asasi

manusia, Namun kebebasan tersebut bukan berarti tanpa batas. Khususnya dalam

3
Hadikusma Himan, Hukum Pidana Adat, (Bandung: Alumni, 1989), 80.
4
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
t.th), 67.
5

sebuah pergaulan itu sendiri selain harus mempertimbangkan norma kesusilaan,

peragaulan itu harus sesuai dengan norma keagamaan. Jika norma kesusilaan

menumbuhkan sebuah pergaulan yang beretika, maka norma keagamaan akan

memperkuat keimanaan dan keyakinan seseorang dalam menghindangi adanya

kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam sebuah pergaulan.

Peranan Agama dalam memberikan pencegahan terhadap pergaulan bebas

sebenarnya memiliki efek luar biasa jika individu dapar menyerap secara baik nilai-

nilai yang terkandung di dalam agama. Sebagaimana dalam Agama Islam, larangan

keras bagi perilaku-perilaku pergaulan bebas yang dituangkan dalam Qs.Al Isra: 32

yang berbunyi:

ً ِّ ‫اح شَ ة ً َو سَ ا ءَ س َ ب‬
‫يل‬ ِّ ‫َو ََل ت َق ْ َر ب ُوا‬
ِّ َ ‫الز ن َا ۖ إ ِّ ن َّ ه ُ كَ ا َن ف‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Pada ayat tersebut tidak hanya terkandung makna larangan berbuat zina

namun juga anjuran agar menjauhi segala sesuatu perbuatan yang memiliki

kemungkinan untuk menuju ke arah zina. Jika ditelaah kembali pada masa

Rasulullah serta pemerintahan Khulafaur Rasyidin, betapa beratnya hukum islam

dalam memperlakukan para pelaku zina, bagi para mereka yang sudah atau pernah

bersuami dan beristri maka ketika mereka melakukan perzinaan hukumannya

adalah di rajam hingga mati, sedangkan bagi mereka yang belum bersuami dan

beristri hukumannya di dera sebanyak delapan puluh kali. Hal ini tidak semata-mata

hanya ingin membuat efek jera bagi para pelaku zina saja, namun juga untuk
6

menjaga nasab, harkat, dan kemuliaan manusia yang tidak sama halnya dengan

hewan.

Pada umumnya anjuran ataupun larangan dalam agama bisa diterima

dengan baik, dalam artian hal tersebut benar-benar ditaati maka perlu diperhatikan

dalam penyampaiaannya, harus ada penitik beratan rasa pengertian dan tidak selalu

condong menyalahkan terhada segala sesuatu yang telah diperbuat oleh orang yang

disampaikan. Jalaluddin menjelaskan bahwa manusia adalah homo religius

(makhluk beragama). Bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya 5.

Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-

norma agama yang harus dituruti dan dilakonkan. Kehidupan kos-kosan jika

dimanfaatkan sebaiknya-baiknya dan diiringi dengan menjadi pribadi yang muslim,

justru akan menghasilkan kehidupan yang baik, yaitu dapat menciptakan diri yang

mandiri, berpikir dewasa, mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mampu

merancang kehidupan di masa datang, sehingga kehidupannya tertata dengan baik

dan mendapat rahmat serta ridho Allah. Subjek yang memiliki daya kuat dapat

menyampaikan hal tersebut kepada muda-mudi hingga dapat berpengaruh pada

kepribadiannya yaitu adalah pemilik kost, sebab pemilik kost memiliki posisi yang

dihormati dan disegani oleh kalangan muda-mudi yang kost di rumahnya, ajakan-

ajakan pada arah kebaikan menjadi pertimbangan muda-mudi untuk melakukannya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini berusaha untuk

menjawab pertanyaan-pertanyan berikut: 1) Bagaimana pengaruh pemilik kost

dalam mencegah pergaulan bebas di kalangan mahasiswa?; dan 2) Bagaimana

5
Jalaluddin (2012: 257)
7

upaya pemilik kost dalam mencegah pergaulan bebas di kalangan mahasiswa?.

Adapun tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh pemilik kost dalam

mencegah pergaulan bebas di kalangan mahasiswa dan untuk menjelaskan

bagaimana upaya pemilik kost dalam mencegah pergaulan bebas di kalangan

mahasiswa.

B. Kajian Teori

1. Pergaulan Bebas

Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia. Tapi perlu diketahui

bahwa tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan. Namun ada

Nampak negative yang lahir akibat perkembangan itu, salah satunya adalah budaya

pergaulan bebas. Istilah pergaulan bebas bukan hal yang tabu lagi dalam kehidupan

masyarakat, tanpa melihat jenjang usia kata pergaulan bebas sudah sangat popular,

artinya bahwa ketika masyarakat mendengar kata pergaulan bebas maka arah

pemikirannya adalah tindakan yang terjadi diluar koridor hukum yang

bertentangan, terutama bagi aturan Agama. Dari segi bahasa pergaulan artinya

proses bergaul, sedangkan bebas yaitu lepas sama sekali( tidak terhalang,

terganggu, dan sebagainya sehingga boleh bergerak, berbicara, berbuat, dsb,

Dengan leluasa), tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan.6

Merujuk dari pengertian diatas maka dapat diuraikan bahwa pergaulan

bebas adalah tindakan atau sikap yang dilakukan oleh individu atau kelompok

6
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Depdiknas, 2008), 307.
8

dengan tidak terkontrol dan tidak dibatasi oleh aturan-aturan hukum yang berlaku

dalam masyarakat. Pergaulan bebas dalam pemahaman keseharian identik dengan

perilaku yang dapat merusak tatanan nilai dalam masyarakat, menurut Kartono,

ilmuwan sosiologi menjelaskan bahwa pergaulan bebas merupakan gejala patologis

social pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian social, akibatnya

mengembangkan perilaku yang menyimpang.7 Sedangkan menurut Santrock

sebagaimana dikutip oleh Hamzah” pergaulan bebas merupakan kumpulan dari

berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara social hingga terjadi

tindakan kriminal”8. Sedangkan dalam pandangan Islam pergaulan bebas adalah

tindakan yang dapat merusak akhlak pada diri seseorang”.Dari definisi diatas maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pergaulan bebas merupakan suatu interaksi

individu atau kelompok masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat sehingga dengan itu dapat merusak citra pribadi ataupun

lingkungan dimana peristiwa tersebut terjadi.9

Dari beberapa pendapat tersebut diperoleh gambaran bahwa pergaulan

bebas remaja adalah perwujudan sikap dan perbuatan remaja dengan tidak

memperhatikan norma dan aturan yang berlaku, atau dengan kata lain cenderung

berbuat melanggar norma dan aturan.

Remaja yang dimaksud yaitu” masa peralihan yang ditempuh oleh

seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa”. Atau dapat dikatakan bahwa masa

7
Kartini Kartono, Ilmu Sosiologi, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), 34.
8
Hamzah, Kultur Masyarakat Indonesia, ( Surabaya : Pelita 1992), 92.
9
Demran” Peranan Dakwah Islam Dalam Mencegah Pergaulan Bebas Remaja Di Desa Motaha
Kec. Angata Kab. Konsel”(Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian IAIN Kendari 2015, Kendari
2015”.
9

remaja adalah masa perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa

dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak

berakhir, ditandai pertumbuhan fisik secara cepat. Bila ditinjau dari sudut

perkembangan fisik, remaja dikenal sebagai tahap perkembangan fisik dimana alat

kelamin manusia mengalami kematangannya10.

Masa remaja dapat dilihat dari perubahan fisik. Bagi laki-laki alat

kelaminnya telah menghasilkan sel-sel mani sedangkan bagi perempuan kelenjar

estrogen telah menghasilkan sel telur atau ovum. Selain perubahan fisik yang

dialami remaja juga terdapat perubahan psikis Umar hasim berpendapat bahwa:

a) Perasaan seksual semakin merangsang, bergairah dan romantis, ingin dicintai

dan mencintai lawan jenisnya.

b) Mulai mementingkan dirinya sendiri dan mengagumi dirinya sendiri.

c) Terkadang cinta-cintanya menggelora penuh rona dan bayangan yang indah

serta ilusi khayal.

d) Ia berpikir kritis, tetapi mudah tersinggung bila sedikit saja mendapat celaan.

e) Masa remaja ini ada yang mengatakan sebagai masa yang negative, masa

penemuan diri.

f) Masa ini biasa dikatakan masa transisi

Gunarsa mengemukakan bahwa ciri-ciri remaja adalah sebagai berikut:

a) Kecenderungan dalam pergaulan dan kelakuan dalam gerakan sebagai akibat

dari perkembangan fisik yang menyebabkan timbulnya perasaan rendah diri.

10
Sunarto dan Ny.B. Agung Hartono,Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001),
53.
10

b) Ketidakseimbangan secara keseluruhan terutama kadar emosi yang labil.

c) Perubahan pandangan dan petunjuk hidup yang diperoleh pada masa

sebelumnya.

d) Menimbulkan perasaan kosong dalam dirinya.

e) Bersikap menentang orang tua maupun orang dewasa lainnya.

f) Pertentangan dalam diri remaja sendiri menjadi sebab pertentangan dengan

orang tua dan anggota keluarga lainnya11

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa masa remaja disebut

pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan

esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah terutama

fungsi seksual. Perubahan-perubahan fungsi fisik dan psikis ini disebut

perkembangan.

2. Bentuk-bentuk Pergaulan Bebas

Kemerosotan taraf berpikir umat dan keberpalingan mereka dari

pemahaman yang benar, sesungguhnya akibat dari dahsyatnya serangan

kebudayaan dari barat kepada kebanyakan orang termaksud remaja. Orang orang

barat telah menguasai cara berpikir dan selera mereka. Mereka telah diperdaya

dengan rayuan dan bisikan dari barat bahwa merekalah pusat peradaban dunia

sehinggah model pakaian, music, makanan, minuman dan termaksud pergaulan

kebaratan tempat berkiblat generasi muda ini. Ada dua bentuk proses pembaratan

11
Yulia Singgih D, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,( Jakarta : Gunung Mulia), 6.
11

yang dilakukan saat ini yakni pembaratan dibidang pemikiran dan pembaratan

dibidang budaya.12

Dalam konteks pemikiran banyak remaja saat ini yang telah membuat

mereka melepaskan pemikiran-pemikiran Islam akhirnya berdampak pada konteks

perbuatan yang menjurus pada perbuatan yang jauh dari aturan Islam, sebab

perilaku manusia tergantung dari pemikiran atau pemahamannya.13

Dalam konteks budaya, remaja saat ini menjadi korban disinilah penulis

akan menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan bentuk-bentuk pergaulan bebas

remaja sebagai bagian dari pembaratan dibidang budaya diantaranya :

a) Penggunaan Obat- obatan Terlarang

Narkoba ( Singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan bahan adkitif

lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik

dengan diminum, dihirup, atau disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana

hati, atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan

ketergantungan fisik dan psikologis. Narkoba hukumnya haram dalam ajaran

islam. Haramnya narkoba ditetapkan berdasarkan dalil yang tegas(qat’i) yang

mengharamkan segala yang memabukkan maupun yang membahayakan bagi

kehidupan. Narkoba akan dapat merusak kehidupan penggunanya baik secara

fisik ataupun psikis sehingga pengguna narkoba menjadi tidak normal dalam

menjalani kehidupan.

12
An-nabhani,system pergaulan dalam islam, cet. III, (Bogor: Pustaka Tariqul Izzah, 2001), 7.
13
Taqiyudin an-Nabhani, System Peraturan dalam Islam, Cet.1, (Bogor: Pustaka Tariqul Izzah,
2000), 1.
12

Penyalahgunaan narkoba merupakan pola penggunaan yang bersifat

patologis, yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan menimbulkan

gangguan fungsi moral dan fungsi social. Narkoba sangat membahayakan

hidup manusia karena akan berpengaruh pada kondisi fisik dan emosional

penderita.

Efek penggunaan narkoba sangat mengerikan sekaligus

mengkhawatirkan anak bangsa. Apabila sampai kecanduan narkoba, maka

akan terjadi bencana punahnya suatu generasi bangsa. Setiap muslim harus

dapat mengendalikan dirinya agar tidak mengonsumsi narkoba karena

perbuatan ini sangat merugikan baik fisik ataupun psikisnya. Disamping itu

secara formal, hukum agama ataupun hukum Negara melarang penggunaan

narkoba.14

b) Seks Bebas

Seks bebas adalah perbuatan keji yang dilarang agama Islam. Perbuatan

seks bebas akan menjauhkan pelakunya dari jalan yang benar karena perbuatan

ini berakibat merendahkan martabat pelaku dihadapan manusia dan dihadapan

Allah. Allah melarang umat Islam mendekati perbuatan zina, mengingat

perbuatan ini akan dapat menimbulkan mudharat yang besar dalam kehidupan

pribadi maupun sosial.

Seks bebas hukumnya haram dan merupakan salah satu bentuk dosa

besar. Allah menyebutkan bahwa zina merupakan perbuatan keji sekaligus

14
Roli Abdul Rahman, Menjaga Akidah dan Akhlak, (Surakarta: PT Tiga Serangkai, 2009), 65.
13

merupakan jalan yang buruk. Firman Allah dalam Al-Quran Surah al-isra/17 :

32

ً ِّ‫اس ب‬
‫يلا‬ ِّ َ‫وَلا ا تَ ْق رب وااالزِّ ََن ا ۖا إِّنَّه ا َك ا َن ا ف‬
َ َ‫او َس اء‬
َ ً‫ش ة‬
َ ‫اح‬ ُ َُ َ
Larangan mendekati zina ini termasuk didalamnya melarang mendekati

Sesuatu yang dapat merangsang nafsu sehingga terjerumus melakukannya,

juga termasuk melarang untuk melakukan sesuatu yang berpotensi

menjerumuskan nafsu seperti menonton aurat dan mengkhayalkannya 15

Allah telah menjelaskan bahwasanya seks bebas adalah suatu jalanyang

buruk artinya seks bebas memiliki dampak negative yang sangat

membahayakan. Akibat seks bebas yang paling fatal bagi semua orang akan

terjangkit penyakit acquired immune deficiency syndrome(AIDS) yang

merupakan penyakit mematikan.

Seks bebas merupakan sumber kejahatan dan menjadi penyebab pokok

kerusakan moral manusia dari segala zaman. Hal ini sangat memprihatinkan

apalagi pelakunya adalah remaja. Setiap manusia harus memelihara dan

menjaga harkat dan martabat diri sehingga akan melahirkan generasi

berkualitas.

Suatu bangsa akan berkembang jika pemudanya berkembang dan

berjuang demi bangsa dan negaranya, tapi apa yang terjadi pada Negara kita

ini, remajanya mulai mengalami degredasi moral yang sangat tinggi.

15
Mulyadi, Aqidah Akhlak, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2005), 88.
14

c) Minuman Beralkohol

Pada kehidupan modern, ada kecenderungan sebagian orang mencari

kesenangan melalui beraneka ragam cara, diantaranya mabuk-mabukkan.

Orang yang suka mabuk tidak tahu urusan hukum ataupun akibat yang

ditimbulkan dari perbuatannya.

Mabuk-mabukkan merupakan kebiasaan buruk yang dapat merusak

masa depan umat manusia dan menjadi pintu gerbang munculnya berbagai

perilaku keji dan mungkar yang dilakukan manusia. Agama Islam

mengharamkan minuman keras sebagaimana tercantum dalam Al-Quran,

Surah Al-Maidah/5 : 90-91 :

‫اجتَنِّبُ ا‬ ِّ ِّ ‫ارج‬ِّ ِّ ‫اآمنُوااإََِّّّنَ ْا‬ ِّ َّ


‫وهُا‬ ْ َ‫اع َم ِّل االشَّْيطَان اف‬
َ ‫س ام ْن‬
ٌ ْ ‫اب َاو ْاْل َْزَل ُم‬
ُ ‫ص‬َ ْ‫ااالَ ْم ُر َاوالْ َمْيس ُر َاو ْاْلَن‬ َ ‫ين‬ َ ‫ََي اأَيُّ َهااالذ‬
‫لَ َعلَّ ُك ْماتُ ْفلِّ ُحو َان‬
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingatAllah dan
sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). ( Q.S
al-Maidah/5 : 90-91).

3. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas tidak terjadi dengan sendirinya atau terjadi hanya dengan

satu sebab melainkan banyak sebab. beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya

pergaulan bebas antara lain :


15

a) Lemahnya Iman

Iman merupakan fondasi bagi kehidupan seseorang. Agama apapun

mengajarkan kebaikan kepada penganutnya. Tidak ada agama yang

menginginkan penganutnya terlibat kedunia pergaulan bebas. Lemahnya iman

seseorang menyebabkan ia dengan sangat mudah terpengaruh oleh sesuatu

yang bersifat negative.

Misalnya terbujuk mengonsumsi narkoba, melakukan kekerasan,

mabuk-mabukan dan lain-lain. Jika seseorang senantiasa meningkatkan

imannya maka ia tidak akan mudah terjerumus ke hal-hal yang negative.

Peningkatan keimanan dapat dilakukan dengan cara mempelajari

pendidikan agama Islam. Pendidikan Agama Islam tidak hanya bertujuan

menstransfer pengetahuan dan keahlian, tetapi juga menekankan kepada aspek

pembentukan kesadaran dan kepribadian, serta perubahan perilaku sesuai

dengan nilai-nilai keagamaan.

Selain itu pendidikan Islam mempunyai tujuan yang sangat mulia,

sehingga apabila mempelajari pendidikan Islam maka keimanan akan

meningkat, seperti yang dikemukakan Azra bahwa pendidikan Islam

merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam secara keseluruhan.

Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia

dalam Islam ; yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang

selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat menciptakan kehidupan yang

berbahagia di dunia dan di akhirat.16

16
Azyumardi Azra, 6.
16

b) Faktor Keluarga

Keluarga sangat berperan besar dalam kehidupan anaknya, terutama

orang tua, apabila orang tua mendidik anaknya dengan benar maka anaknya

akan tumbuh sesuai dengan didikan orang tuanya. Begitu pula jika anaknya

terjerumus ke dunia pergaulan bebas maka ada yang perlu diperbaiki dalam

pendidikan yang diterapkan orang tua terhadap anaknya. Ada beberapa faktor

yang berpengaruh dalam pergaulan bebas anak. Pertama, kurang pedulinya

orang tua terhadap anak. Orang tua membiarkan anaknya tanpa pernah

mengawasi atau memperhatikan sama sekali pergaulan anaknya. Hal ini akan

membuat anak berpikir bahwa mereka bebas melakukan apapun. Kedua, terjadi

kesenjanagan antara orang tua dan anak. Kesenjangan tersebut adalah ketidak

mengertian orang tua terhadap perkembangan social yang terjadi terhadap

pergaulan anaknya.

Anak merasa orang tua mereka tidak mengerti pergaulan mereka,

sehingga anak tidak takut atau khawatir jika mereka melakukan sesuatu yang

tidak diketahui orang tuanya misalnya anak mengakses situs porno dan sama

sekali tidak khawatir karena orang tuanya tidak sama sekali mengerti internet.

Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga

berpengaruh besar, anak yang nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang

menganut pola menolak karena mereka selalu curiga terhadap orang lain dan

menentang kekuasaan.17

17
Suyanto Bagong dan J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana
Media Group, 2004), 94.
17

Keluarga khususnya orang tua seharusnya sadar akan kodratnya, yang

hakekatnya adalah memenuhi kebutuhan dasar anak dalam kehidupannya.

Sebagaimana Drost menguraikan lima aspek yang dibutuhkan anak yakni

kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan perlindungan dan rasa aman,

kebutuhan akan bimbingan, kebutuhan untuk diakui, dan kebutuhan akan

disiplin.18 Keluarga harus tetap senantiasa mendidik anaknya dalam situasi

apapun, karena orang tua merupakan factor yang paling utama dalam upaya

membentuk anak menjadi manusia yang beriman. Olehnya itu pendidikan

keluarga dalam konteks ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan kehidupan

anak.

c) Faktor Lingkungan Masyarakat

Keberadaan masyarakat sangat berpengaruh bagi individu-individu

yang hidup didalamnya. Kita tahu bahwa setiap individu tidak mungkin hidup

tanpa bergaul masyarakat. Selain itu juga banyak hal yang dapat kita peroleh

dari kehidupan bermasyarakat. Bersosialisasi adalah inti utama kehidupan

masyarakat bagi individu-individu yang ingin berkembang Masyarakat adalah

lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan

pilihan.

Pada lingkungan inilah remaja dihadapkan dengan berbagai bentuk

kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-beda, apalagi

pada zaman sekarang, zaman perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

berkembang dengan sangat pesat, sehingga membawa perubahan-perubahan

18
Drostn J.I.G, Sekolah : Mengajar atau Mendidik, (Yogyakarta, Kanisius, 1998), 69-70.
18

yang sangat berarti tetapi juga timbul masalah yang mengejutkan. Maka hal

itulah yang menyebabkan melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam

masyarakat akibat perbuatan social. Remaja dengan tanpa sengaja terpengaruh

dengan adanya kejadian di masyarakat yang acuh terhadap lingkungan yang

ada di sekitarnya.19

Pada usia remaja pengaruh lingkungan masyarakat terkadang lebih

besar dari pengaruh keluarga, karena remaja sedang mengembangkan

kepribadiannya yang sangat memerlukan pengakuan lingkungan, teman-teman

dan masyarakat pada umumnya.

Sekalipun Islam menekankan tanggung jawab perseorangan dan pribadi

bagi manusia, Islam tidak mengabaikan tanggung jawab social dan menjadikan

masyarakat solidaritas, berpadu dan kerjasama social menjadikan membina dan

mempertahankan kebaikan. Semua anggota masyarakat memikul tanggung

jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, dan memerintahkan yang

ma’ruf melarang yang mungkar. Islam tidak membebaskan manusia dari

tanggung jawab tentang apa yang berlaku disekelilingnya. Olehnya,

Masyarakat harus dengan suka rela membantu lingkungannya agar menjadi

lingkungan yang aman dengan berbagai cara seperti ikut berpartisispasi dalam

pelaksanaan kegiatan keagamaan, dan senantiasa mencontohkan perbuatan

yang baik pada lingkungannya.

19
Riko, “Penanggulangan Kenakalan Siswa”(Laporan Hasil Penelitian IAIN Kendari) Kendari,
2015
19

4. Upaya Mencegah Pergaulan Bebas

Masalah kejahatan bukanlah hal yang baru, meskipun tempat dan

waktunya berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama,

kejahatan di ibu kota dan kota-kota besar lainnya semakin meningkat bahkan

dibeberapa daerah dan sampai kekota-kota kecil. Upaya penanggulangan kejahatan

telah dilakukan oleh semua pihak ,baik pemerintah maupun masyarakat pada

umumnya. Berbagai program serta kegiatan yang telah dilakukan sambil terus

mencari cara yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi masalah tersebut.

Melihat rentannya terjadinya pergaulan bebas diera sekarang maka Dahlan

menjelaskan bahwa untuk mengatasi pergaulan bebas maka dibutuhkan strategi

untuk mengatasinya “Menanamkan nilai-nilai agama, moral, etika, dan

memberikan penyuluhan yang terfokus pada remaja”20. Untuk lebih jelasnya maka

penulis menguraikan pendapat diatas sebagai berikut :

a) Menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika

Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam diri antara lain pendidikan agama,

moral, dan etika dalam keluarga, kerjasama guru, orang tua dan masyarakat

dalam menanamkan nilai-nilai tersebut sangat diperlukan agar mudah diserap

oleh remaja. Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya kemampuan

intelektual, tetapi juga mengembangkan kemauan emosional agar dapat

mengembangkan rasa percaya diri, mengembangkan keterampilan mengambil

20
A. Wahab Suneth dan Syarifuddin Djohan, Problematika Dakwah dalam Era Indonesia Baru,
(Jakarta : Bina Rena Pariwa, 2000), 72.
20

keputusan yang baik dan tepat, mengembangkan rasa harga diri, dan

mengembangkan keterampilan berkomunikasi.21

b) Penyuluhan pada remaja

Dalam penyuluhan pada remaja perlu dibahas mengenai batas-batas

penyimpangan yang masih dianggap dalam batas-batas normal. Semua itu

dikemukakan dengan latar belakang norma-norma yang berlaku, termasuk

agama dan pandangan masyarakat. Kalau gerakan sederhana ini dimulai dari

keluarga, maka persoalan pergaulan bebas dapat diminimalisir sekecil

mungkin, karena keluarga adalah dasar pertama untuk menanamkan nilai-nilai

kehidupan.

Begitu juga dijelaskan oleh Aswendi bahwa upaya mencegah terjadinya

pergaulan bebas dapat berupa :

a) Menghapuskan lambang dan mesej yang merangsang nafsu seks dalam

masyarakat

b) Mengurangkan paparan imej keganasan ditengah masyarakat

c) Mengenakan hukuman yang lebih berat dan proses penghakiman yang lebih

cepat

d) Meningkatkan dan menyebarluaskan pendidikan dan pelatihan khas tentang

keselamatan pribadi

e) Menggerakan usaha kerjasama tetangga dalam mencegah pergaulan bebas, dan

meniadakan lokasi-lokasi berisiko tinggi seperti sarang-sarang penagih,

21
Http//Biologi, Guru Psikologi Pendidikan.com ( Diakases pada 14 Maret 20119)
21

menggalakkan perkahwinan dan kehidupan keluarga yang sehat dengan

membentuk budaya yang baik

f) Mewujudkan suasana kehidupan yang selamat, serta mempopulerkan imej

Ketuhanan, kemanusiaaan, moral dan nilai-nilai positif yang lain.22

C. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif, yakni penelitian yang

dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.23

Menurut Bodgandan Taylor dalam Lexy J. Meleong bahwa penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat di amati.

Berdasarkan asumsi tersebut maka penelitian ini berupaya mengumpulkan data-

data atau informasi objektif dilapangan penelitian(fieldresearch) menyangkut

pergaulan bebas remaja di kecamatan Sukun kota Malang

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif yang

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Tujuan dari

22
Rahman Aswendi, Faktor Seks Bebas dan Cara Mengatasinya ( Jakarta: Dinamika, 2011), 27.
23
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XIII, (Bandung : PT Remaja Rosdakary,
2012), 3.
22

penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih dari subjek

penelitian.

Pendekatan kualitatif mengantarkan peneliti mendapatkan data yang

akurat dan otentik dengan cara peneliti bertemu dan berhadapan langsung dengan

objek penelitian/informan untuk wawancara dan berdialog dengan subjek

penelitian, selanjutnya peneliti mendeskripsikan subjek penelitian secara

sistematis, mencatat semua hal yang berkaitan dengan subjek yang diteliti, dan

mengorganisasikan data-data yang diperoleh sesuai fokus pembahasan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukun, Kota Malang terdiri dari

rincian alamatnya adalah sebagai berikut :

a) Jalan Pisang Candi no. 54, Kelurahan Pisang Candi, Kecamatan Sukun, Kota

malang.

b) Jalan bandulan no. 74, Kelurahan Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

c) Jalan Mergan Lori no 12, kelurahan Mergan, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data dapat

diperoleh. Berkenaan dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini,

penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah

sendiri oleh peneliti secara langsung dari sumbernya. Adapun data primer penelitian
23

ini adalah berupa hasil mewawancarai langsung dengan salah satu pemilik Kos di

daerah sekitar kecamatan Sukun.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan metode

mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah

memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data Suatu cara yang dapat

di gunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan dibandingkan dengan standart

ukuran yang telah ditentukan. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas dengan penelitian ini dibutuhkan beberapa teknik

pengumpulan data diantaranya adalah seperti berikut :

a) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang menuntut adanya

pengamatan dari peneliti baik secara langsung atau tidak langsung terhadap

objek peneliti yang sedang diteliti. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara

yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu: Observasi

non sistematis, adalah observasi yang di lakukan pengamat dengan tidak

menggunakan instrumen pengamatan. Observasi sistematis, adalah observasi

yang di lakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai

instrumen pengamatan. (Pedoman berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang

mungkin timbul atau yang akan diamati) Dari dua jenis observasi, penulis

menggunakan jenis observasi yang pertama yaitu observasi non sistematis,


24

Peneliti bertemu langsung dengan pemilik salah satu kos dan mewawancarai

terkait upaya pencegahan pergaulan bebas di kos tersebut.

b) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu . percakapan itu

di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Teknik ini di gunakan untuk memperoleh data dari informan-

informan yang mempunyai relevansi dalam masalah yang di bahas dengan

penelitian ini. Dengan demikian jawaban yang di peroleh bisa mengikuti

semua vaariable dengan keterangan yang lengkap dan mendalam, maksud

mengadakan wawancara, antara lain mengkonstruksi mengenai orang,

kejadian, organisasi, dan memperluas informasi yang diperoleh. dalam hal ini

yang bertindak sebagai pewawancara adalah peneliti, sedangkan yang

bertindak sebagai informan pada penelitian ini adalah pemilik kos.

6. Analisis Data

Analisis atau pengolahan data adalah teknik dimana data yang diperoleh

kemudian diolah untuk lebih bisa menjelaskan bagaimana atas pengertian yang

didapat bisa dicerna menjadi pengertian yang utuh, sehingga dapat diuraikan

sebagai berikut:24

24
Saifullah, Metodologi Penelitian, Buku Panduan Fakultas Syariah, (Malang:
UIN MALIKI, 2006), 18.
25

a) Editing Data.

Pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh, terutama dari

kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansi data satu

dengan data yang lain. data dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara

langsung dengan pemilik salah satu kos

b) Klasifikasi Data.

Pengelompokan semua data baik yang berasal dari hasil wawancara

dengan pemilik kos, maupun data lainnya. seluruh data yang diperoleh tersebut

kemudian dibaca dan ditelaah secara mendalam, selanjutnya digolongkan

sesuai kebutuhan.

c) Verifikasi Data.

Pengoreksian data-data dan informasi yang diperoleh dari lapangan

agar dapat menjamin validitas data tersebut, setelah mendapatkan hasil

wawancara dari pemilik kos tersebut kemudian dilakukan pengecekan terhadap

hasil wawancara dengan cara menyerahkan kembali kepada informan.

d) Analisis data.

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan dipahami, dalam penelitian ini analisis data yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menggambarkan

keadaan atau suatu fenomena dengan kata atau kalimat kemudian dipisahkan

menurut kategorinya untuk memperoleh kesimpulan

e) Konklusi.
26

Konklusi merupakan bagian akhir dari pengolahan data, yaitu

menyimpulkan hasil data-data yang diperoleh

D. Hasil Penelitian

Dalam paparan data penulis akan memaparkan hasil wawancara yang telah

dilakukan mencakup tentang hal-hal berikut:

1. Pengaruh Pemilik Kost dalam Mencegah Pergulan Bebas

Para pemilik kos di Sukun, Kota Malang setuju dalam hal pemilik kost

memiliki pengaruh dalam mencegah pergaulan bebas. Dalam penelitian ini penulis

mewawancarai sebanyak tiga pemilik kos yaitu Pak Yitno selaku pemilik kos jalan

Pisang Candi, Sukun, Pak Bambang selaku pemilik kos jalan Bandulan, Sukun,

dan Bu Leli selaku pemilik kos Mergan, Sukun.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis, diperoleh beberapa

pendapat mengenai pengaruh pemilik kost dalam mencegah pergulan bebas di

kalangan mahasiswa. Pada dasarnya kasus ini sudah menjadi keresahan di kalangan

warga setempat. Oleh karena itu penulis melakukan wawancara terhadap.para

pemilik kos di Sukun, Kota Malang. Sebagai pemilik kost selaku penanggung jawab

apapun yang terjadi pada kostnya maka para pemilik kost harus memiliki peran

penting dalam melakukan pencegahan pergaulan bebas di kalangan mahasiswa.

Seperti yang disampaikan oleh Yitno25:

“saya rasa sangat berpengaruh dek, karena bagaimana pun pemilik kost lah
yang membuat aturan kost, dan agar aturan ditaati oleh mereka kita harus
jalin hubungan yang baik”.

25
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
27

Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Bambang26:

“sebenarnya pemilik kost juga harus perhatian mas, tapi juga kembali pada
mahasiswa sendiri, kadang kita sudah memberi nasehat tapi kita kan gak
seterusnya bisa mengawasi”.
Sejalan pula dengan pendapat Leli27, beliau mengatakan sebagai berikut:

“sangat berpengaruh mas, jadi pemilik kost tidak bisa serta merta
membiarkan anak kost hanya berlandas kepercayaan, seumuran
mahasiswa paling rentan sama pergaulan bebas, jadi pemilik kost juga
harus tegas dalam memberi aturan”.

Jadi pada kesimpulannya para pemilik kost di daerah Sukun, Kota Malang

berpendapat bahwa pemilik kost memiliki daya pengaruh dan peran penting dalam

melakukan pencegahan pergaulan bebas di kalangan mahasiswa. Meskipun yang

menjadi titik perhatian bagi pemilik kost dalam melakukan pencegahan beraneka

ragam, seperti halnya yang dilakukan oleh Pak Yitno yang fokus terhadap

keharusan mahasiswa menaai aturan kost yang sudah dibuat, Pak Bambang yang

memberikan nasehat, dan Bu Leli yang mencoba mendekati mahasiswa secara

intens untuk mempermudah memberikan arahan pada mahasiswa agar terjauh dari

pergaulan bebas.

Mengenai respon mahasiswa terhadap kebijakan yang dibuat pemilik kost

untuk terjauh dari perilaku pergaulan bebas, pemilik kost berpendapat sebagai

berikut:

Menurut Yitno28:

“Disini baik-baik saja dek, cuman mungkin pernah ada satu yang berontak
pengen ngajak teman lawan jenisnya masuk ke dalam kost dengan alasan

26
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
27
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
28
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
28

kerja kelompok, tapi setelah saya bicara baik-baik, ya syukur dia bisa
mengerti”.

Berbeda dengan Bambang29, berpendapat sebagai berikut:

“selama kita mencukupi hak-hak mereka ya baik-baik saja hubungan kita,


namun mereka juga harus patuh terhadap aturan yang sudah mereka
sepakati diawal mas, hal itu saya antisipasi dengan selalu menanyakan
kabar dan mendekati mahasiswa agar saya bisa lebih pantau”

Hal ini sejalan dengan pendapat Leli30, sebagai berikut:

“Alhamdulillah selama ini ya mereka patuh pada aturan mas, sebelumnya


memang saya usahakan sebisa mungkin bisa dekat dengan mereka.
Biasalah mahasiswa curhat-curhat gitu, dan saya coba tampung semua
keluh kesah mereka dari situ mereka tidak pernah melakukan berontak
terhadap aturan yang dibuat”.

Disini pemilik kost memiliki caranya masing-masing agar mahasiswa

dapat merespon positif terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemilik kost. Dengan

cara yang varian semua memiliki tujuan yang sama yaitu agar mahasiswa mampu

merespon dengan baik terhadap kebijakan-kebijakan pemilik kost agar, hal tersebut

akan mempermudah pemilik kost dalam melakukan pencegahan pergaulan bebas di

kalangan mahasiswa.

2. Upaya Pemilik Kost dalam Mencegah Pergaulan Bebas pada Mahasiswa

Upaya yang dilakukan pemilik kost dalam mencegah pergaulan bebas pada

mahasiswa memiliki cara yang berbeda-beda. Hal ini memang karena latar

belakang pemilik kost yang juga berbeda-beda, namun semuanya bertujuan sama

yakni agar tidak terjadi perilaku pergaulan bebas di kalangan mahasiswa pada

29
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
30
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
29

lingkungan kost. Mengenai hal ini para pemilik kost memiliki masing-masing

pendapat. Menurut Yitno31 sebagai berikut:

“Ya pas ada momen gitu saya kasih nasehat ke anak-anak dek, seperti pas
makan bareng gitu, mereka saya suruh ingat-ingat jasa orang tua dirumah,
biar mereka tidakterjerumus pada hal pergaulan bebas yang marak saat ini,
selebihnya diluar kost saya percaya pada mereka”

Sebagaimana yang kita ketahui dari hasil wawancara pada Pak Yitno,

beliau selaku pemilik kost mencoba menarik perhatian mahasiswa dengan cara

membaur sebisa mungkin, serta tak luput diberikannya nasehat-nasehat agar

mahasiswa terjauh dari perilaku pergaulan bebas. Hal ini berbeda dengan pendapat

Bambang32 yang lebih menekankan pada ketaatan terhadap aturan, beliau

berpendapat sebagai berikut:

“Saya titik beratkan agar semua taat aturan mas, kalau gak boleh bawa
lawan jenis ya apapun alasannya gak boleh, kalau melanggar ada
konsekuensi tersendiri sesuai kesepakatan diawal dulu”

Pendapat Leli33 terkait hal ini sejalan dengan Yitno, beliau berpendapat

sebagai berikut:

“Pertama ya saya sebagai pemilik kost terlebih dahulu harus mengenal


akrab sama mahasiswa yang kost disini, setelah itu mungkin baru bisa saya
berikan nasihat-nasihat mas tentang bahayanya pergaulan bebas”

Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa hampir semua

pemilik kost mencoba untuk mempererat hubungan terlebih dahulu sebelum hendak

melakukan pencegahan pergaulan bebas kepada mahasiswa. Tentu hal ini patut

menjadi titik berat yang perlu diperhatikan oleh pemilik kost, sebab hubungan

31
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
32
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
33
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
30

antara pemilik kost dan mahasiswa menjadi faktor penentu suksesnya pencegahan

pergaulan bebas di kalangan mahasiswa yang dilakukan oleh pemilik kost. Agar

pemilik kost mendapatkan hubungan yang baik kepada mahasiswa, masing-masing

memiliki cara yang berbeda. Menurut Yitno34:

“Kalau saya setiap ada rezeki sebulan sekali, saya ajak mahasiswa yang
ngekost untuk makan bareng dilantai satu bareng keluarga, sebab mereka
yang kost disini juga saya anggap sebagai anak sendiri”

Cara yang dilaukan oleh Yitno adalah mencoba untuk menjadi keluarga

bagi mahasiswa, pada umumnya masukan dari sosok keluarga menjadi

pertimbangan sangat penting bagi setiap orang, hal ini yang diharapkan oleh Yitno

agar dengan hubungan yang seperti itu, Nasehat darinya dapat diterima dengan baik

di kalangan mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Leli35, beliau berpendapat:

“kalau itu saya sempatkan untuk tanya-tanya pada mereka mas termasuk
menampung curhatan mereka, kadang juga tak suruh makan,
Alhamdulillah lama-lama kita akrab”

Begitu juga sejalan dengan pendapat Bambang36 yang menyatakan bahwa:

“ya sering-sering komunikasi mas, kadang ada mahasiswa yang tertutup


saya coba terbuka, siapa tau bisa membantu memenuhi kebutuhannya
disini”

Dapat disimpulkan bahwa dalam membentuk hubungan yang harmonis

antara pemilik kost dan mahasiswa, para pemilik kost mencoba mendekati secara

intens pada mahasiswa, adakalanya menganggap mahasiswa sebagai keluarga

sendiri agar bisa mendapatkan hubunganyang dekat secara emosional.

34
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
35
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
36
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
31

Dari semua upaya baik yang dilakukan oleh pemilik kost dalam mencegah

terjadinya pergaulan bebas pada kalangan mahasiswa, adakalanya situasi yang

sudah diluar kendali seperti halnya sudah terlanjur terjadi pergaulan bebas pada

kalangan mahasiswa di lingkungan kost. Hal ini berbeda-beda cara pemilik kost

dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Menurut Yitno37 karena di kostnya

belum pernah terjadi kejadian tersebut, beliau berpendapat:

“karena disini belum pernah ada ya dek, mungkin jika ada saya coba
hubungi orangtuanya untuk diberitahu serta saya usulkan untuk
dinikahkan saja”

Hal ini juga sama dengan yang dialami oleh Leli, beliau juga berpendapat

sebagai berikut38:

“selama ini di kost saya belum ada mas, mungkin jika ada ya mungkin
akan ada teguran hingga pengeluaran dari kost”

Berbeda pada Bambang yang mana kostnya pernah mengalami kejadian

tersebut, beliau berpendapat bahwa39:

“Dulu pernah ada mas, dari perbuatannya itu harus menerima konsekuensi
bagi yang melanggar disini kalau sudah pelanggaran berat maka harus
keluar dari kost, dan hubungan laki-laki perempuan yang bukan suami istri
sudah tidak bisa ditolerir”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa jarang sekali

terjadinya pergaulan bebas di lingkungan kost, hal antara lain disebabkan karena

kewaspadaan dan upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemilik kost sehingga

tercipta lingkungan yang terkendali. Sedangkan bagian kost yang pernah terjadi

praktek pergaulan bebas, pemilik kost juga masih berkomitmen terhadap aturan

37
Yitno, Wawancara, (25 April 2019)
38
Leli, Wawancara, (26 April 2019)
39
Bambang, Wawancara, (25 April 2019)
32

yang sudah disepakati bersama, yakni berani secara tegas untuk mengeluarkan

pelaku pergaulan bebas di lingkungan kost.

E. Analisis dan Pembahasan

1. Pengaruh Pemilik Kost dalam Mencegah Pergulan Bebas

Tempat kos merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting terutama

bagi para mahasiswa yang tentu saja jarak rumah dengan kampus tidak mungkin

ditempuh dengan cara laju. Selain itu tempat kos dapat menjadi tempat istirahat

apabila terdapat jeda dalam kuliah. Alasan yang lain adalah tempat kos dapat

dijadikan tempat untuk berkumpul bersama teman-teman dalam mengerjakan

tugas-tugas kuliah selain di kampus.

Akan tetapi pada praktiknya tempat kos tak jarang disalahgunakan bagi para

penghuninya. Tempat kos yang seharusnya dapat menjadi tempat sebagai

penunjang hal-hal positif seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi malah sering

disalahgunakan adanya. Hal-hal negatif sering dilakukan oleh mahasiswa dengan

fasilitas tersebut. Hal ini tentu akan berdampak yang tidak baik apabila dibiarkan

begitu saja.

Dengan hidup di kos dan jauh dari orangtua seharusnya dapat melatih

mahasiswa hidup lebih mandiri dan dapat memenejemen waktu hidupnya secara

teratur karena mereka telah diberi kebebasan. Selain itu mereka juga sudah

diberikan kepercayaan oleh orangtua mereka, namun tak jarang kepercayaan ini

sering disalahgunakan. Mahasiswa yang dianggap telah dewasa tetapi mereka

sering bertindak yang justru tidak mencerminkan tindakan-tindakan atau perbuatan


33

yang tidak mencerminkan bahwa mereka telah dewasa dan menjadi seorang

mahasiswa.

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas tentu tak lepas dari faktor-faktor

pendukung maraknya perbuatan tersebut. Kesempatan-kesempatan yang ada tentu

menjadi penentu juga. Salah faktor yang mendukung penyalahgunaan tampat kos

mahasiswa misalnya saja: kurangnya pengawasan dari pemilik kos pada tempat kos

tersebut. Faktor ini tentulah sangat berpengaruh juga, apabila pemilik kos tidak

pernah menegur dan memeperdulikan para penghuni kos maka penghuni kos akan

bertindak semaunya sendiri. Mereka akan sangat merasa bebas dan sangat leluasa

dalam bertindak.

Menurut data yang kami dapat dari hasil wawancara kepada para pemilik

kost. Mereka mengatakan bahwa pemilik kost mempunyai pengaruh yang sangat

penting dalam mencegah pergaulan bebas dikalangan mahasiswa, karena

bagaimanapun juga pemilik kost secara otomoatis menjadi orang tua kedua bagi

anak-anak kostnya. Oleh sebab itu sang pemiik kost perlu memperhatikan agar anak

kostnya tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya

pergaulan bebas tersebut. Apalagi kostan yang dimiliki berada di lingkungan

terbuka di masyarakat maka fardu ‘ain bagi pemilik kostnya untuk mengawasi,

menjaga, dan menasehati anak kostnya agar tidak terjerumus pada hal-hal tersebut.

Setiap pemilik kost mempunyai cara lain untuk mencegah anak-anak kostnya agar

tidak terjerumus terhadap pergaulan bebas, ada yang menggunakan kebijakan

dalam kost tersebut dan ada pula yang menggunakan pendekatan terhadap anak-

anak-anak kostnya.
34

Mengenai respon mahasiswa terhadap mahasiswa kebijakan yang telah di

tetapkan oleh pemilik menurut data yang kami dapat kebanyakan meraka patu

terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemilik kost. Namun tidak semua

patuh, tapi ketidak patuhan itu masih bisa di slesaikan baik-baik oleh pemilik kost.

2. Upaya Pemilik Kost dalam Mencegah Pergaulan Bebas pada Mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian, upaya pemilik kost dalam mencegah

pergaulan bebas di kalangan mahasiswa dapat meliputi:

a. Aturan yang dibuat oleh pemilik kost


Salah satu Faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas yaitu kurang

tegasnya peraturan yang ada dalam kos tersebut. Faktor ini juga tak kalah

pentingnya, dapat kita bayangkan apabila di dalam hidup ini tidak ada aturan

yang berlaku. Dapat disimpulkan bahwa betapa carut marutnya hidup ini tanpa

peraturan, hidup dengan adanya peraturan saja masih sering terjadi

pelanggaran dimana-mana apalagi jika tanpa aturan yang diterapkan. Jadi

peraturan yang tegas di dalam suatu kos kosan itu penting adanya. Karena

dengan adanya peraturan yang tegas dari pemilik kos setidaknya dapat

menciptakan budaya tertib oleh penghuni kosnya. Apabila penghuni kos

melakukan pelanggaran tata tertib dan pelanggaran aturan tentang tata tertib itu

diatur secara tegas maka bagi pelanggar dapat dikenai efek jera dan mereka

akan berusaha tidak mengulanginya kembali sehingga tidak terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan yakni pergaulan bebas tersebut.


35

Fenomena rumah kos cukup beragam baik dari aspek kepentingan

bisnis para pengelola kos dengan segala implikasinya maupun dari dimensi

pembinaan moralitas para mahasiswa sendiri. Gejala ini menjadi diskripsi

secara umum mengenai kehidupan para mahasiswa di kost. Adanya rumah kost

campur, pria dan wanita, maka mereka lebih bebas mengekpresikan nafsu

mudanya bersama teman cewek satu kost. Untuk mengatasi hal tersebut maka

perlu ditetapkan suatu regulasi atau komitmen pemilik rumah kos agar dapat

menata penghuni rumah kos untuk tidak mencampur antara laki dan perempuan

untuk menghindari terjadinya perilaku menyimpang khususnya pergaulan seks

bebas.

b. Komunikasi atau keakraban antara pemilik kost dengan anak kostnya


Komunikasi yang baik adalah salah satu jembatan yang baik untuk

dapat memusyawarahkan apa-apa yang harus dilakukan. Bila pemilik kos dapat

berkomunikasi dengan baik, maka akan terciptanya keharmonisan antara

pemilik kost dan anak kost. Dari sana akan terciptanya kontrol pergaulan bebas.

Dalam hal ini Pemilik memiliki cara yang berbeda-beda dalam melakukan

pendekatan dengan anak kostnya agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas.

Pendekatan tersebut dapat dengan menggunakan model memberikan semacam

makan dan dinikmati bersama pemilik kostnya atau dengan cara lain.

Namun ketika ada dari anak kostnya sudah terjerumus dalam pergaulan

bebas. Pemilik kost juga bebeda-beda dalam menghadapi permasalah seperti itu.

Ketika sang pemilik kost berpacu pada aturan maka ketika hal itu dilanggar harus

menanggung konsekuensi atau hukumannya. Namun ketika sang pemilik tersebut

berpacu pada pendekatan terhadap anak kostnya maka nasehat lah alternatif untuk
36

menyelesaikan hal tersebut dan ada pula yang langsung menghubungi atau lapor

terhadap orang tuanya karena telah terjerumus terhadap pergaulan bebas. Seperti

itulah upaya yang telah dilakukan oleh sang pemilik kost agar anak kostnya tidak

terjerumus pada pergaulan bebas.

F. Kesimpulan

Berdasarkan dari analisis data yang telah dipaparkan, didapatkan

kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Pemilik kost mempunyai pengaruh yang

sangat penting dalam mencegah pergaulan bebas dikalangan mahasiswa, karena

bagaimanapun juga pemilik kost secara otomoatis menjadi orang tua kedua bagi

anak-anak kostnya. Oleh sebab itu sang pemiik kost perlu memperhatikan agar anak

kostnya tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya

pergaulan bebas tersebut. Kedua, Upaya Pemilik kost dalam mencegah anak

kostnya (mahasiswa) agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas bermacam-

macam. Ada yang harus taat pada kebijakan kost tersebut, ada yang dengan nasihat,

dan ada pula yang menggunakan pendekatan pada anak kostnya. Baik pendekatan

tersebut dilakukan dengan mengguakan model memberikan semacam makan dan

dinikmati bersama pemilik kostnya atau dengan cara lain.


Daftar Pustaka

Buku

Al-Qur‘an al-Karim

Himan, Hadikusma. Hukum Pidana Adat, Bandung: Alumni, 1989.

Saleh, Roeslan. Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana, Jakarta:


Ghalia Indonesia, t.th.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas, 2008.

Kartono, Kartini. Ilmu Sosiologi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.

Hamzah, Kultur Masyarakat Indonesia, Surabaya: Pelita 1992.

Sunarto dan Ny.B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2001.

Singgih D, Yulia. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Jakarta: Gunung


Mulia.

An-Nabhani, Taqiyudin, System Peraturan dalam Islam, Cet.1, Bogor: Pustaka


Tariqul Izzah, 2000.

Rahman, Roli Abdul. Menjaga Akidah dan Akhlak, Surakarta: PT Tiga Serangkai,
2009.

Mulyadi, Aqidah Akhlak, Semarang: PT Karya Toha Putra, 2005.

Bagong, Suyanto dan J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
Jakarta: Kencana Media Group, 2004..

Suneth, A. Wahab dan Syarifuddin Djohan, Problematika Dakwah dalam Era


Indonesia Baru, Jakarta : Bina Rena Pariwa, 2000..

Aswendi, Rahman. Faktor Seks Bebas dan Cara Mengatasinya, Jakarta: Dinamika,
2011.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XIII, Bandung : PT Remaja


Rosdakary, 2012.

37
38

Saifullah, Metodologi Penelitian, Buku Panduan Fakultas Syariah,


Malang: UIN Maliki, 2006.

Karya Ilmiah

Demran” Peranan Dakwah Islam Dalam Mencegah Pergaulan Bebas Remaja Di


Desa Motaha Kec. Angata Kab. Konsel”(Laporan Hasil Penelitian Pusat
Penelitian IAIN Kendari 2015, Kendari 2015”.

J.I.G, Drostn, Sekolah: Mengajar atau Mendidik, Yogyakarta, Kanisius, 1998.


Riko, “Penanggulangan Kenakalan Siswa”(Laporan Hasil Penelitian
IAIN Kendari) Kendari, 2015

Wawancara

Yitno, Wawancara, (Sukun, 25 April 2019)

Bambang, Wawancara, (Sukun, 25 April 2019)

Leli, Wawancara, (Sukun, 26 April 2019)

Website

Http//Biologi, Guru Psikologi Pendidikan.com ( Diakases pada 14 Maret 20119)

Anda mungkin juga menyukai