Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PENGARUH PERGAULAN BEBAS


BAGI DEGREDASI MORAL PADA MAHASISWA
THE EFFECT OF FREE ASSOCIATION FOR MORAL DEGREDATION IN
STUDENTS

Meliana W. Marwan1, Damsi R. Madul2, Maurice I. Mude3,


Selestianus Duwiharman4, Yosefa H. D. H. Taram5, Leonitus G.
Karman6, Feliks V. Lengor7
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG, JALAN JENDRAL AHMAD
YANI NOMOR 10 RUTENG, KECAMATAN LANGKE REMBONG 86516, INDONESIA
marwanwulan101@gmail.com

ABSTRAK
Remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar dan kuat akan sesuatu hal baru. Dimana
pada masa remaja ini, mereka cenderung untuk melakukan hal-hal baru guna mencari jati diri
mereka yang sesungguhnya. Tanpa pengawasan dari orang tua dan lingkungan sekitar dapat
membuat remaja terjerumus dalam hal-hal yang negative sehingga terjadilah degradasi
moral. Salah satu hal negatif tersebut adalah pergaulan bebas dimana remaja bebas
melakukan apa saja tanpa memperhitungkan akibat apa saja yang timbul dari perbuatan yang
dilakukannya. Pergaulan bebas yang banyak terjadi di kalangan remaja khususnya
mahasiswa adalah minum minuman keras, sex bebas, bahkan sampai ketingkat yang lebih
tinggi yaitu mengkonsumsi Narkotika dan Obat-obatan Terlarang. Pengertian pergaulan
berarti kehidupan berteman atau bermasyarakat. Dan sedangkan bebas adalah lepas dan tidak
terhalang, sehingga dapat berbicara, bergerak, dan berbuat sesuatu dengan leluasa, tanpa
terikat oleh aturan. Jadi dapat di simpulkan bahwa arti pergaulan bebas adalah sebuah
perilaku pertemanan yang tidak terikat oleh aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di
masyarakat, dalam hal ini adalah adat ketimuran yang menjunjung tinggi norma kesusilaan.
Adanya pergaulan bebas ini dapat membuat degradasi moral mahasiswa semakin marak dan
akhirnya dapat merusak masa depan.
Kata kunci: pergaulan bebas, degradasi moral, mahasiswa

ABSTRACT
Teenagers have a great and strong curiosity about new things. Where during this teenage
period, they tend to do new things in order to find their true identity. Without supervision from
parents and the surrounding environment, teenagers can fall into negative things, resulting in
moral degradation. One of these negative things is promiscuity where teenagers are free to do
whatever they want without considering the consequences of their actions. Promiscuity that
often occurs among teenagers, especially students, is drinking alcohol, free sex, even to a
higher level, namely consuming narcotics and illegal drugs. The definition of association
means life in friends or society. And while freedom means being free and unhindered, so that
you can speak, move and do things freely, without being bound by rules. So it can be
concluded that the meaning of promiscuity is friendship behavior that is not bound by the rules
and social norms that apply in society, in this case eastern customs that uphold moral norms.
This promiscuity can make the moral degradation of students even more widespread and can
ultimately damage the future.
Key words: promiscuity, moral degradation, students
A. PENDAHULUAN
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana
pada masa remaja ini seorang anak harus berjuang keras untuk apa yang dicita-citakan
dimasa dewasa nanti. Dalam proses tersebut tak jarang seorang remaja menemui
banyak permasalahan-permasalahan yang dapat menjadikan seorang remaja
berperilaku positif atau dapat juga seorang remaja menjadi berperilaku negative. “
Istilah “nakal” sering kali melekat pada Remaja karena sikap keingintahuan yang besar
tanpa memperhitungkan akibat apa yang akan timbul di masa yang akan datang nanti.

Remaja merupakan salah satu golongan masyarakat yang termasuk dalam kategori
generasi muda, dikaitkan dengan pembangunan suatu negara, sumber daya manusia
yang potensial adalah generasi mudanya. Kenakalan remaja memang paling sering
dilakukan oleh kalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan pada saat menjadi mahasiswa
adalah proses peralihan dari yang semula tinggal dengan orang tuanya lalu sekarang
mulai tinggal sendiri atau merantau. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa merasa
bahwa mereka terbebas dari orang tua. Jadi seakan-akan kata nakal melekat pada diri
mahasiswa. Sebenarnya nakal pada saat usia remaja merupakan hal yang wajar, dan
hampir setiap orang pasti pernah mengalami usia dimana kenakalan remaja merupakan
hal yang biasa. Tidak ada tolak ukur yang pasti untuk menentukan kenakalan remaja
yang masih dibatas kewajaran dan sudah melewati batas kewajaran. Namun di
Indonesia merokok, minum minuman beralkohol, sex bebas, dan ganja merupakan hal
yang tidak baik dan dianggap kenakalan remaja. Mungkin untuk rokok masih umum
dilakukan oleh para remaja atau mahasiswa namun tetap saja prnilaian masyarakat
terhadap perokok yang masih remaja dianggap tidak baik atau “nakal” untuk minum-
minuman beralkohol mungkin masih ada toleransi sehingga dianggap wajar dan
minuman beralkohol juga dijual legal, tapi tetap saja pada orang yang minum minuman
beralkohol maka masyarakat akan menganggap negatif pelaku tersebut.

Pandangan tentang pergaulan bebas dan dampaknya terhadap moral bervariasi antara
individu dan budaya. Beberapa orang berpendapat bahwa pergaulan bebas berpotensi
merusak moral karena melibatkan perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan norma-
norma sosial atau agama tertentu. Namun, pandangan ini juga dapat diperdebatkan, dan
beberapa orang mungkin melihat pergaulan bebas sebagai ekspresi kebebasan pribadi.
Dalam kehidupan manusia nilai moral memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Di
mana hal tersebut menjadi tonggak utama dalam kemajuan suatu bangsa. Taat serta
patuh terhadap peraturanperaturan yang ada di masyarakat merupakan kewajiban yang
harus kita jalani. Jika seorang manusia memiliki moral tentu ia bisa mengendalikan
tingkah laku di dalam dirinya sehingga dapat menghindari perilaku-perilaku yang
bertentangan dengan pandangan masyarakat. Menurut Sarwono (2010) ketiadaannya
moral pada seorang manusia menjadi sebuah faktor penyebab peningkatan kenakalan
remaja.

Jadi pada intinya tidak ada indikator atau tolak ukur yang pasti dalam menentukan
atau membedakan kenakalan remaja yang masih wajar atau diluar batas kewajaran.
Maka dari itu lebih baik untuk dijauhi. Disinilah lingkungan sekitar atau keluarga
sangat menentukan kelakuan pada remaja atau mehasiswa. Peran aktif orang tua serta
lingkungan sangat mempengaruhi terkait sikap dan perilaku remaja. Apabila orang tua
gagal dalam mendidik anaknya serta lingkungan yang buruk dan kurang baik dapat
mengakibatkan seorang remaja cenderung untuk melakukan kenakalan remaja.
Kenakalan remaja merupakan salah satu permasalahan dalam dunia Pendidikan, baik
itu ditingkat SD, SMP, SMA, bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Kenakalan remaja
tersebut rentan terjadi pada masa usia sekolah karena pengaruh dari lingkungan sekitar
yang kurang mendukung serta perngaruh teman sebaya yang kurang baik. Terutama
pada tingkat Perguruan Tinggi dimana para remaja ini harus mengejar cita-cita untuk
mengeyam Pendidikan yang lebih baik, bahkan sampai harus merantau ke luar kota
bahkan tidak jarang harus meantau meninggalkan keluarga sampai keluar pulau.
Kondisi seperti ini mengakibatkan para remaja jauh dari pengawasan orang tua dan
keluar
B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi
literatur, dimana penulis menelaah beberapa sumber pustaka sebagai referensi dalam
penulisan ini. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data. Hasil penerapan penelitian survei ini untuk
mendapatkan kebenaran tentang suatu masalah pergaulan bebas mahasiswa serta akan
memaparkan data dari objek penelitian, dan menginterpretasikan dan menganalisisnya
secara sistematis. Metode penelitian yang dilakukan dalam program ini dengan
mengumpulkan data melalui beberapa jurnal yang terkait dengan judul jurnal serta mencari
beberapa kasus yang pernah ada melalui media sosial sebagai bukti bahwa pergaulan bebas
dapat berpengaruh bagi degredasi moral mahasiswa.

Data sekunder data yang diperoleh melalui studi literatur berupa: Buku untuk
mencari teori yang relevan dengan penulisan ini dan jurnal karya ilmiah digunakan untuk
mempelajari karya ilmiah yang berkaitan dengan Pengaruh Pergaulan Bebas Bagi
Degredasi Moral pada Mahasiswa. Adapun data sekunder lainnya untuk mendukung
penelitian ini yakni internet berupa jurnal online dan berita yang berkaitan dengan
Pengaruh Pergaulan Bebas Bagi Degredasi Moral pada Mahasiswa. Metode yang dipakai
untuk pengumpulan data adalah survei skunder. Survei yang dilakukan untuk memperoleh
data yang dikutip dari sumber lain. Untuk memperoleh data itu dilakukan teknik
pengambilan data observasi tidak langsung. Studi pustaka dilakukan dengan melihat buku
untuk mencari teori yang relevan dengan penulisan ini dan jurnal karya ilmiah yakni
mempelajari karya ilmiah yang berkaitan dengan perubahan kawasan. Adapun data
sekunder lainya untuk mendukung penelitian ini yakni majalah dan internet berupa jurnal
online dan berita yang berkaitan dengan Pengaruh Pergaulan Bebas Bagi Degredasi Moral
bagi Mahasiswa.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian Pergaulan Bebas
Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia. Pergaulan bebas sering kali dikaitkan
dengan kalangan remaja saat ini dengan berkembangnya kemajuan zaman. Tapi perlu
diketahui bahwa tidak selamanya perkembangan membawa dampak yang positif bagi
kemajuan. Namun ada dampak negative yang muncul dan lahir akibat berkembangan itu,
salah satunya adalah budaya bergaulan bebas. Istilah pergaulan bebas sudah bukan hal
yang tabu lagi dalam kehidupan masyarakat, tanpa melihat jenjang usia kata bergaulan
bebas sudah sangat popular, akan tetapi pergaulan bebas pada saat ini di identikan dengan
remaja menuju dewasa. Pergaulan bebas artinya tindakan diluar koridor norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pergaulan artinya proses bergaul,
sedangkan bebas yaitu lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya
sehingga boleh bergerak, berbicara, berbuat dengan leluasa), tidak terikat atau terbatas oleh
aturan-aturan. Pergaulan bebas dalam pemahaman di masyarakat identik dengan
kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja dan dapat merusak nilai dalam
masyarakat, menurut Kartono, ilmuwan sosiologi menjelaskan bahwa “pergaulan bebas
merupakan gejala patologis social pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian social, akibatnya mengembangkan perilaku yang menyimpang.” Sedangkan
menurut Santrock sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah “pergaulan bebas merupakan
kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara social hingga
terjadi tindakan kriminal.” Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pergaulan bebas merupakan suatu interaksi antara individu dengan individu atau kelompok
masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat
sehingga dengan itu dapat merusak citra pribadi ataupun lingkungan dimana peristiwa
tersebut terjadi, pergaulan bebas pun sering identik dengan remaja yang menuju dewasa.
Pergaulan bebas merupakan salah satu masalah dalam masyarakat yang banyak
terjadi di Indonesia karena pergaulan bebas identik dengan remaja. Banyak hal yang
menjadi akibat dari pergaulan bebas remaja saat ini antara lain:
a. Narkoba atau singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan bahan adkitif lainnya
b. Minum-minuman yang mengandung alkohol merupakan kecenderungan sebagian
orang mencari kesenangan melalui berbagai cara, diantaranya mabuk-mabukkan.
c. Perjudian sebagai perilaku yang telah menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat
modern. Berbagai jenis perjudian telah menjamur di masyarakat. Kehadirannya telah
menjadi alternatif sebagai golongan karena kebutuhan terhadap dunia. Sebagian orang
mengira perjudian menjadi jalan yang mengutungkan dan membahagiakan.
d. Seks bebas, banyak mahasiswa sekarang yang sering melakukan seks bebas. Akibat
seks bebas yang paling fatal bagi semua orang akan terjangkit penyakit menular
seksual yang merupakan penyakit mematikan seperti HIV/AIDS.

2. Pengertian Degredasi Moral


Menjelang akhir abad ke-17 dan selama abad ke 18, beberapa moralis Inggris
berpendapat bahwa pengertian tentang sesuatu yang moral baik dan moral buruk
dikerjakan oleh kemampuan yang berbeda dari intelek dan akal budi. Bartens menyatakan
bahwa kata moral berasal dari bahasa latin mos yang berarti kebiasaan berbuaat baik,
sebagai lawan dari kebiasaan berbuat buruk. Jati sebenarnya sama dengan arti etik (susila).
Oleh karena itu moral adalah kebiasaan berbuat baik (akhlak baik) disebuat perbuatan
moral (susila). Moral berasal dari kata Latin “mos” yang berarti kebiasaan, kata mos jika
akan dijadikan kata keterangan atau kata nama sifat lalu mendapat perubahan pada
belakangnya sehingga misalnya kebiasaan jadi moris, kepada kebiasaan moral dan lain-
lain, dan moral adalah kata nama sifat dari kebiasaan itu, yang semula berbunyi moralis.
Istilah moral berasal dari kata Latin: Morale, yang berarti custom, kebiasaan, adat istiadat.
Tahu adat disebut bermoral dan sebaliknya disebut immoral.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia diketahui, bahwa mengenai
masalah moral, manusia itu berkembang dari paramoral dan bermoral, artinya dari belum
mengetahui moral menjadi memahami atau bermoral. Pada usia remaja dapat pula
dikatakan usia pramoral. Rasa moral yang sifatnya intinctive ini, lambat laun diperjelas
oleh pengalaman-pengalaman dari kanak-kanak menjadi pemuda, adalah masa seorang
anak mempelajari dan membiasakan diri bertingkah dan berlaku sopan. Usia seperti itulah,
biasanya remaja peka terhadap rangsanganrangsangan atau apa saja yang terjadi
disekitarnya, tercakup didalamnya pelajaran-pelajaran atau ajaran-ajaran yang diterima
atau disaksikannya dari orang dewasa. Yang dimaksud degradasi moral sendiri adalah
berarti kemunduran, kemerosotan, atau penurunan sedangkan moral adalah akhlak atau
budi pekerti. Maka degradasi moral merupakan suatu fenomena adanya kemerosotan atas
budi pekerti seseorang maupun sekelompok orang.
Zakiyah Darajat berpandangan bahwa dalam merespons degradasi moral remaja dan
pelajar sebagai produk dari pendidikan. Pentingnya sebuah institusi pendidikan yang secara
serius dan terorganisir membina akhlak dan moral anak didiknya. Pembinaan moral
meliputi dua hal penting yakni tidak moral (moral behavior) dan pengertian tentang moral
(moral concept). Tindak moral adalah pembinaan akhlak sejak dini, untuk mengarah pada
moral yang baik. Sebab moral tumbuh bersama dengan pengalaman langsung dari
lingkungan dimana anak-anak hidup, berkembang menjadi kebiasaan, baik dimengerti
ataupun tidak. Prilaku adalah hasil dari pembinaan yang terjadi secara langsung maupun
tidak langsung, formil ataupun tidak formil. Pembinaan moral fokus kepada teladan
pendidik atau orang tua. Sedangkan moral concept adalah pengajaran mengenai konsep-
konsep akhlak yang baik dalam bergaul dalam masyarakat.
Ruang lingkup moralitas merupakan masalah yang paling sulit dalam etika, moralitas
dipertentangkan dengan keakuan (egoisme). Ada pertentangan antara hukum moral yang
berlaku dengan keinginan sipelaku. Padahal moralitas itu sendiri tanpa “pamrih”,
sedangkan keakuan senantiasa tertuju pada kepentingannya sendiri. moralitas mengandung
rasa hormat pada aturan-aturan dan kepentingan-kepentingan orang lain, sedangkan
keegoisan berkaitan dengan hukum dan kepentingan sendiri. Robert C. Solomon
menyebutkan bahwa moral mengandung nilai universal dan berlaku bagi siapa saja, tetapi
keegoisan jelas-jelas hanya menyangkut satu orang, yaitu kepentingan pribadi
“penghambaan’ terhadap diri sendiri sering kali terjadi pada manusi yang tidak mengerti
hukum moral.

3. Bentuk-Bentuk Degradasi Moral


Beberapa bentuk-bentuk degradasi moral seperti, kejujuran, kebenaran, keadilan dan
keberanian telah tertutup oleh penyelewengan-penyelewengan baik yang terlihat ringan
maupun berat, banyak terjadi adu domba, hasad dan fitnah, menjilat, menipu, berdusta,
mengambil hak orang sesuka hati, disamping perbuatan-perbuatan maksiat lainnya. Yang
dihinggapi oleh kemerotan moral itu, tidak saja orang yang telah dewaasa, akan tetapi
tealah menjalar sampai kepada tunas-tunas muda yang kita harapkan untuk melanjutkan
perjuangan membela nama baik bangsa dan Negara kita. Gejala-gejala yang menunjukan
kemerosotan moral pada anak-anak muda dari beberapa segi yaitu:
a. Kenakalan ringan, misalnya keras kepala, tidak mau patuh kepada orang tua dan guru,
lari (bolos) dari sekolah, tidak mau belajar, sering berkelahi, suka mengeluarkan kata-
kata yang kurang sopan, cara berpakaian dan lagak-lagu yang tidak perduli dan
sebagainya.
b. Kenakalan yang mengganggu ketentraman dan keamanan orang lain. Misalnya
mencuri, memfitnah, merampok, menodong, menganiaya, merusak milik orang lain,
membunuh, ngebut dan lain sebagainya.
c. Kenakalan seksual, kenakalan-kenakalan atau kerusakan-kerusakan moral anak-anak
yang menggelisahkan orang tuanya sendiri dan juga ada yang menggelisahkan dirinya
sendiri. Tidak sedikit orang tua yang mengeluh kebingungan menghadapi anak-anak
yang tidak biasa dikendalikan baik oleh orang tua itu sendiri, maupun oleh gurunya.
Gangguan seksual pada remaja yaitu terhadap lawan jenis (batero sexsual) dan
terhadap sesame jenis (homo-sexsual).

4. Pengaruh Pergaulan Bebas bagi Degredasi Moral Mahasiswa


Dilansir dari https://www.kompasiana.com, dapat kita lihat hampir 75 % mahasiswa
baik diperguruan tinggi negeri maupun swasta, menggunakan busana yang tidak patut
untuk dipakai dalam menuntut ilmu. Para pengajar juga seakan-akan melihatnya sebagai
hal yang baik, pada hal secara yuridis sangat bertentangan dengan aturan akademik. Cara
berkomunikasi dengan pengajar yang notabene adalah gurunya menggunakan bahasa gaul
yang mengkin membuat dosen tersebut merasa tidak nyaman.. Pergaulan bebas dapat
memiliki pengaruh yang beragam terhadap degradasi moral mahasiswa. Beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan termasuk nilai-nilai, norma sosial, dan pendidikan yang
diterima sebelumnya. Pergaulan bebas dapat mengakibatkan:
a. Penurunan Nilai Moral: Jika mahasiswa terlibat dalam perilaku yang bertentangan
dengan nilai-nilai etika dan moral yang diterima secara umum, maka pergaulan bebas
dapat mempengaruhi degradasi moral seorang mahasiswa baik itu dalam kampus
ataupun di luar kampus.
b. Pembelajaran Positif: Pergaulan bebas juga dapat memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk memahami keragaman pandangan dan budaya, yang dapat
memperkaya pemahaman mereka tentang nilai-nilai sosial. Mahasiswa mampu belajar
melalui segala Tindakan mereka di luar lingkungan kampus.
c. Kemandirian: Mahasiswa yang terlibat dalam pergaulan bebas mungkin juga
memperoleh lebih banyak kebebasan dalam pengambilan keputusan, yang dapat
mengembangkan kemandirian mereka.
Penyebab-penyebab degradasi atas moral mahasiswa tersebut dapat dilihat dari berbagai sisi
seperti berikut.
1. Keluarga, sekolah (perguruan tinggi), dan lingkungan
Keluarga adalah sebuah unit sosial terkecil, walau dikatakan sebagai unit sosialterkecil,
namun unit ini memegang peran yang sangat vital dalam pembentukan karakter seorang
mahasiswa. Sekolah/perguruan tinggi merupakan kawahcandra dimuka bagi setiap
mahasiswa yang nantinya akan membuat mahasiswa mampu mengkontribusikan diri ke
dalam kehidupan sosial diluar kampus yang lebihkompleks dibanding kehidupan
perkuliahan itu sendiri. Lingkungan merupakan faktor lain yang senantiasa mengiringi
kehidupan setiap manusia, di mana lingkungan dapat menciptakan manusia bermanfaat
atau justru manusia sia-sia. Pembentukan karakter yang baik/buruk dalam keluarga,
sekolah maupun lingkungan akan berimplikasi pada kehidupan moral seseorang. Maka
sudah seharusnya setiap pranata sosial tersebut mampu mengembangkan konsep-konsep
positif dalam ideologi mahasiswa yang nantinya akan diaktualisasikannya.
2. Gaya hidup
Gaya hidup sebagian besar mahasiswa yang kian hari kian jauh dari nilai-nilai agama dan
sosial, kini menjerumuskan diri mereka ke dalam lubang sekulerisme, hedonisme,
pragmatisme dan konsumerisme yang kemudian melahirkan sikap-sikap dan konsep-
konsep hidup yang tak agamis dan sosialis lagi. Dimana implikasi ini menjadi salah satu
tonggak makin maraknya kebobrokan moral mahasiswa.
3. Keteladanan
Berakar pula dari dua poin di atas, dewasa ini pertumbuhan sosok-sosok yang mampu
diteladani di negeri ini pun makin mandul. Contohnya saja yang sering kita saksikan di
layar kaca, yakni para dewan yang katanya mewakili aspirasi rakyat. Tidak sedikit dari
mereka yang mengkhianati komitmen mereka sendiri sebagai pelayan rakyat hanya
karena kepentingan pribadi mereka semata.
4. Penyalahgunaan substansi teknologi dan asupan negatif oleh media
Perkembangan teknologi dan media yang makin pesat ternyata tidak hanya membawa
dampak positif bagi para konsumennya, melainkan juga perkembangan-perkembangan
tersebut dapat membawa dampak negatif. Sudah bukan menjadi hal yang asing lagi diteli
ngakita ketika mendengar anak-anak di bawah umur 10 tahun telah mampu mengakses
produk audio visual yang seharusnya menjadi konsumsi orang dewasa, dan
tak jarang anak-anak tersebut mengalami kecanduan dengan hal-hal demikian. Begitupula
dengan media, terlebih lagi media televisi yang notabanenya menjadi konsumsi sehari-
hari ternyata tidak sedikit dari drama-drama mereka yang hanya menyuguhkan hiburan
semata, sehingga melalaikan asupan-asupan yang bermuatan moral bagi penonton.
5. Pergerakan mahasiswa
Menurut Syahrin (2005) masalah-masalah bagi mahasiswa yang menyebabkan degradasi
moral dari sisi pergerakan mahasiswa, yakni Pertama, terjadinya hegemonisasi politik.
Kedua, terjadinya kebebasan dan demokrasi aktivitas politikyang menyebabkan
pergerakan mahasiswa semakin prgamatis. Ketiga, politisasi gerakan mahasiswa oleh
berbagai lembaga dan institusi, yang menyebabkan primordialisme radikal dan fokus
gerakan hanya pada masalah elementer dan temporal. Keempat, visi yang jelas mengenai
visi perjuangan mahasiswa hanya dimiliki oleh segelintir orang, penyebabnya mahasiswa
hanya fokus pada pergerakan tanpa diiringi penambahan ilmu pengetahuan. Kelima,
rendahnya pengenalan sebagian mahasiswa terhadap arah poltik global, sehingga
sebagian gerakan mereka terjebak dalam kepentingan poltik global.

5. Dampak Degradasi Moral Mahasiswa


Degradasi moral yang semakin hari semakin menjangkiti mahasiswa-mahasiswa di
Indonesia pada akhirnya akan menuai krisis-krisis pada tataran multi dimensi. Krisis-krisis
multi dimensi yang akan mendera Indonesia ini di antaranya berupa krisis politik, krisis
ideologi, krisis ekonomi, krisis sosial dan budaya, krisis pertahanan dan keamanan, serta
krisis hukum.

6. Solusi dalam Mengatasi Degradasi Moral Mahasiswa


Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka dalam hal ini penulis
ingin menawarkan beberapa solusi demi “Mengentaskan Degradasi Moral Mahasiswa
Indonesia”. Solusi-solusi tersebut adalah sebagai berikut. Maksimalkan dan optimalkan
peran keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia
di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi
dengan kelompoknya. Di dalam keluarga, manusia pertama-tama belajar memperhatikan
keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, hingga penanaman etika dan
moral. Dengan kata lain pengalaman interaksi sosial di dalam keluarga, turut menentukan
pula cara-cara tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
a) Maksimalkan dan optimalkan peran perguruan tinggi
Sebagaimana kita ketahui bahwa perguruan tinggi adalah tempat bagi paramahasiswa
untuk meningkatkan taraf intelegensinya. Namun demikan, seharusnyadalam hal ini
sebuah perguruan tinggi tidak hanya berperan sebagi peningkat tarafintelegensi
mahasiswa semata, melainkan sebagai tempat pengoptimalan danpemaksimalan sikap-
sikap dan kebiasaan yang wajar yang telah di bentuk ketikaberada di taman kanak-
kanak hingga sekolah menengah.
b) Maksimalkan dan optimalkan peran lingkungan
Pihak civitas akademika seharusnya bersinergi dalam upaya membentuk
lingkunganperguruan tinggi yang positif bagi seluruh civitas akademika perguruan
tinggi itusendiri. Maksimalkan dan optimalkan peran mediaMedia massa dalam hal ini
seharusnya memberi asupan-asupan positif bagimahasiswa, khususnya media yang
menjadi konsumsi sehari-hari seperti televisi, surat kabar, dan semacamnya. Dan bagi
mahasiswa itu sendiri seharusnya mampucerdas dalam bermedia.
c) Pemanfaatan substansi teknologi secara tepat
Teknologi seharusnya diciptakan demi kemaslahatan umat dan bukan sebaliknya.
Maka pemanfaatan substansi teknolgi pada cara yang tepat adalah penting
demitegaknya nilai-nilai positif terutama nilai-nilai agama dan moral
dalamberkehidupan.
d) Revitalisasi gerakan mahasiswa (Syahrin: 2005)
Memeperjuangkan terlaksananya dehegemonisasi politik ke arah peningkatan ilmudan
teknologi, supermasi hukum, dan pemberdayaan masyarakat. Menciptakan aliansi
strategis mahasiswa dan akademisi dalam menciptakanIndonesia yang lebih baik dan
maju di masa depan.
Mensosialisasikan pendidikan politik yang beretika melalui pendidikan
formal, pelatihan, dialog, dan informasi.
e) Mewaspadai dan mengantisipasi fenomena delegitimasi gerakan mahasiswamelalui:
konseptuliasasi gerakan, keniscayaan etika gerakan, memupuk kepekaanterhadap nilai-
nilai kebenaran yang lebih hakiki.

Penting untuk diingat bahwa dampak pergaulan bebas dapat bervariasi dari individu ke
individu. Sebagian besar tergantung pada pilihan individu, pendidikan sebelumnya, dan
norma sosial yang mempengaruhi perilaku mereka. Serta, peran institusi pendidikan dan
keluarga dalam memberikan panduan moral juga sangat penting. Sebagai mahasiswa kita
harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, jangan sampai kita sebgai
mahasiswa malah kehilangan moral kita karena adanya pergaulan bebas yang terus marak
dikalangan mahasiswa. Sebaiknya memilih teman dalam sebuah pergaulan itu sangat
penting agar kita tidak mudah terjerumus kearah atau ke dalam hal negative.
D. PENUTUP/KESIMPULAN
Remaja merupakan salah satu golongan masyarakat yang termasuk dalam kategori
generasi muda, dikaitkan dengan pembangunan suatu negara, sumber daya manusia yang
potensial adalah generasi mudanya. Kenakalan remaja memang paling sering dilakukan
oleh kalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan pada saat menjadi mahasiswa adalah proses
peralihan dari yang semula tinggal dengan orang tuanya lalu sekarang mulai tinggal sendiri
atau merantau. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa merasa bahwa mereka terbebas
dari orang tua. Jadi seakan-akan kata nakal melekat pada diri mahasiswa. Pergaulan bebas
artinya tindakan diluar koridor norma-norma yang berlaku di masyarakat. pergaulan bebas
merupakan suatu interaksi antara individu dengan individu atau kelompok masyarakat
yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat sehingga
dengan itu dapat merusak citra pribadi ataupun lingkungan dimana peristiwa tersebut
terjadi, pergaulan bebas pun sering identik dengan remaja yang menuju dewasa.
Degradasi moral merupakan suatu fenomena adanya kemerosotan atas budi pekerti
seseorang maupun sekelompok orang. Beberapa bentuk-bentuk degradasi moral seperti,
kejujuran, kebenaran, keadilan dan keberanian telah tertutup oleh penyelewengan-
penyelewengan baik yang terlihat ringan maupun berat, banyak terjadi adu domba, hasad
dan fitnah, menjilat, menipu, berdusta, mengambil hak orang sesuka hati, disamping
perbuatan-perbuatan maksiat lainnya. Dampak dari degradasi moral adalah krisis-krisis
multi dimensi yang akan mendera Indonesia ini di antaranya berupa krisis politik, krisis
ideologi, krisis ekonomi, krisis sosial dan budaya, krisis pertahanan dan keamanan, serta
krisis hukum.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Eleonora Vilgia Putri Beyan, M. Ars, yang
telah membantu kami dalam proses pembuatan jurnal ini, karena dengan bantuan dan
arahannya kami bisa menyelesaikan jurnal yang berjudul PENGARUH PERGAULAN
BEBAS BAGI DEGREDASI MORAL PADA MAHASISWA tepat pada waktunya. Kami
memohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam penulisan jurnal ini dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna untuk menyempurnakan jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, S. A., Gustaf, M. A. M., Pambudi, E. D., Fatkhurrozi, M., & Anwar, S. (2019).
Pergaulan Bebas di Kalangan Mahasiswa dalam Tinjauan Kriminologi dan Hukum. In Seminar
Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang (pp. 163-186).

Nurlatu, J., Tafonao, M., Mosin, T., & Setiawan, D. E. (2021). Upaya Pembinaan Warga Gereja
Dalam Mengatasi Degradasi Moral Pada Kaum Muda. CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan
Praktika, 2(2), 269-282.

Amalia, D. F., Aulia, N. Q., & Maulia, S. T. (2023). KONSEPSI DAN IMPLEMENTASI NILAI
MORAL TERHADAP PERGAULAN REMAJA. ADIBA: JOURNAL OF EDUCATION, 3(3),
359-365.

Khoirina, R., & Akhmad, F. (2022, July). Pendidikan karakter sebagai upaya mengatasi degradasi
moral remaja di era globalisasi. In Prosiding Seminar Nasional Hasil Pelaksanaan Program
Pengenalan Lapangan Persekolahan (Vol. 2, No. 1, pp. 250-255).

Andriyani, Esi.2013. Pengentasan Degradasi Moral Mahasiswa.(online).terbaca dalam:


https://www.academia.edu/5293897/Pengentasan_Degradasi_Moral_Mahasiswa/diakses/25-
10-2023;12.00.

Anda mungkin juga menyukai