Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena astas berkat
dan rahmat-Nya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini saya mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih bagi
seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang memiliki keterbatasan dalam
berbagai hal, oleh karena itu tidak ada hal yang dapat terselesaikan dengan sempurna.
Begitu pula dengan karya tulis ini, tidak semua hal dapat saya deskripsikan dengan
sempurna. Saya melakukannya dengan semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
saya miliki. Maka dari itu saya bersedia menerima kritik dan saran dari para pembaca
sebagai batu loncatab yang dapat memperbaiki karya tulis ini di masa yang mendatang.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini saya mengharapkan banyak manfaat yang
dapat diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengurangi
bahkan menghilangkan kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dalam
proses pembelajaran di lingkungan sekolah.

Pematangsiantar, 20 Maret 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Usia remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa
dewasa. pada usia remaja mereka masih mencari pola hidup yang paling sesuai
baginya atau sering disebut dengan metode coba-coba. Di usia ini juga, para
remaja masih sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya baik itu
yang berdampak positif maupun negatif. Salah satu contohnya para remaja di
lingkungan sekolah masih sering melakukan kenakalan-kenakalan yang
dipengaruhi oleh teman di sekitarnya. Kenakalan siswa ini merupakan suatu
tindakan pelanggaran terhadap aturan tata tertib, nilai dan norma yang berlaku di
lingkungan sekolah yang dilakukan oleh siswa dan dapat menggangu
ketentraman sekolah, lingkungan sekitar sekolah serta dapat membahayakan diri
siswa itu sendiri.
Tindak kenakalan siswa yang terjadi di SMA Negeri 4 Pematangsiantar
masih banyak yang sering dijumpai, yaitu sebagai berikut:
a. bolos pada saat jam pelajaran
b. Merokok di kamar mandi
c. menonton video porno
d. Berkelahi dan tawuran antar sekolah
e. bermain handphone pada saat jam pelajaran
f. mencuri
g. terlambat datang ke sekolah dan tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan siswa SMAN 4 Pematangsiantar tersebut
tentunya memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekolah dan sekitarnya
bahkan dapat berdampak buruk bagi siswa itu sendiri, seperti akan berdampak
pada prestasi belajar siwa tersebut. Nama sekolah juga tentunya akan kehilangan
nama baik karena kenakalan-kenakalan yang kerap terjadi di lingkungan
sekolah.
Berdasarkan uraian diatas, dimana masih banyak terjadi kenakalan-
kenakalan remaja yanng sangat menggangu lingkungan sekitar dan dapat
merusak nama baik sekolah, Jadi saya sebagai peneliti sangat tertarik untuk
mengetahui dan membahas secara mendalam mengenai apa saja faktor-faktor
penyebab kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 4 Pematangsiantar.

1.2 Perumusan Masalah


Perilaku remaja SMA saat ini sudah sangat mengkhawatirkan, perilaku
Atau kenakalan-kenakalan yang mereka lakukan merupakan masalah yang
cukup kompleks dan rumit. Sehingga saya membuat perumusan masalah yang
akan dijadikan fokus penelitian sebagai berikut:
a. Apakah faktor penyebab kenakalan siswa SMAN 4 Pematangsiantar?
b. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh siswa
SMAN 4 Pematangsiantar?
c. Bagaimanakah peran guru dalam mengatasi kenakalan siswa SMAN 4
Pematangsiantar?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk memperjelas arah penelitian ini, maka dirumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kenakalan siswa SMAN 4
Pematangsiantar.
b. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh
siswa SMAN 4 Pematangsiantar.
c. Untuk mengetahui peran guru dalam mengatasi kenakalan siswa SMAN 4
Pematangsiantar.

1.4 Manfaat Penelitan


Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi kepada para pembaca mengenai analisis tentang
kenakalan siswa SMAN 4 Pematangsiantar.
b. Memberikan motivasi bagi para siswa agar tidak melakukan kenakalan-
kenakalan dan melanggar peraturan sekolah.
c. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis dalam melakukan
penelitian tentang kenakalan sisawa atau remaja di lingkungan sekolah.
d. Memberi pengetahuan khusu mengenai kenakalan-kenakalan remaja atau
siswa terutama di SMAN 4 Pematangsiantar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Masa SMA dan masa remaja merupakan suatu masa transisi dari masa anak-
anak ke masa dewasa. siswa SMA yang sedang tumbuh dan berkembang terus
melakukan interaksi sosial baik antara sesama remaja maupun terhadap lingkungan lain.
Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap perilaku-perilaku menuju
kedewasaan untuk menemukan karakter dan jati dirinya. Akan tetapi setiap remaja
seringkali terjerumus dalam pola hidup dan perilaku yang salah karena oengaruh negatif
lingkungannya (lingkungan sekolah dan tempat tinggal).
Menurut kamu besar bahasa indonesia, kenakalan dengan kata dasar nakal
adalah suka berbuat tidak baik, suka menggangu, dan suka tidak menurut. Sedangkan
kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat menggangu
ketenangan oran lain, tingkah laku yang melanggar norma kehidupan masyarakat.
Menurut Kartono (2003), seorang ilmuwansosiologi menjelaskan bahwa
kenakalan siswa SMA atau remaja merupakan gejala patologid sosial para remaja yang
disebabkan oleh suatu bentuk pengabdian sosial, akibatnya mereka mengembangkan
perilaku menyimpang.
Musen (1994), mendefinisikan kenakalan remaja atau siswa SMA sebagai
perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak
remaja yang berusia 16-18 tahun. Jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka
akan mendapat sanksi hukum.
Menurut ahli psikologi Drs. Bimo Walgito, merumuskan arti selengkapnya dari
kenakalan remaja yakni tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang
dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan melawan
hukum jika dilakukan oleh anak, khusunya anak remaja.
Menurut Dr. Fuad Hasan, merumuskan definisi kenakalan remaja sebagai
perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan oleh
orang dewasa dikkualifikasikan sebagai tindakan kejahatan.
Menurut Drs. H.M Arifin, M.Ed, mendefinisikan bahwa kenakalan remaja
(juvenile derlinquency) adalah tingkah laku atau perbuatan yang berlawanan dengan
hukum yang dilakukan oleh anak-anak antara umur 10 -18 tahun. Perbuatan yang
dilakukan oleh anak-anak dibawah usia 10-18 tahun, dengan sendirinya tidak
dikategorikan dalam apa yang disebut kenakalan (delinquency).
Menurut M.Golddan J. Petronio mendefinisikan kenakalan remaja adalah
tindakan seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar norma, aturan atau
hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat
diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
Sedangkan menurut Paul Moedikdo, SH mengatakan bahwa definisi kenakalan
remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam
masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak menuju masa
dewasa.
Dari definisi yang dipaparkan oleh para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan kenakalan remaja adalah perbuatan atau tingkah laku melawan
norma-norma yang ada di lingkungan kehidupan remaja atau anak yang berusia 10
sampai 18 tahun dan jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas huku ia bisa
dikenai hukuman.
Remaja sangat erat kaitannya dengan kegiatan di sekolah, karena secara tidak
langsung umumnya remaja berkembang menjadi pribadi baik atau buruk tergantung
pergaulan nya selama di sekolah, terutama dilakukan oleh siswa SMA. Adapun
kenakalan-kenakalan yang sering dilakukan siswa SMA di sekolah dan lingkungan
sekitar sekolah pada umumnya adalah mencoba hal-hal baru yang dilihat dari
sekitarnya, seperti: merokok, bolos sekolah, tawauran antar sekolah, menonton video
yang tidak layak ditonton dan tidak mengikuti aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolah tersebut.
Kenakalan remaja sebagai suatu keadaan yang kurang menyenangkan dalam
kehidupan sosial disebabkan menyentuh beberapa hal. Ada masalah kenakalan remaja
yang menyentuh masalah material atau kebendaan dan adapula kenakalan remaja yang
menyentuh dalam hal psikologi, seperti: tercemarnya nama baik seseorang , harga diri,
martabat seseorang dan adapula kenakalan dalam kehidupan sosial, melanggar
norma-norma sosial dan adat yang berlaku, ini menurut Drs. Hasan Bisri dalam
bukunya Remaja Berkualitas.
Kenakalan (delinquent) seorang remaja ataupun siswa dapat dibagi menjadi
beberapa jenis. Menurut Wright yang dikutip oleh Drs. Hasan Bisri dalam bukunya
Remaja Berkualitas, membagi jenis-jenis kenakalan remaja ataupun siswa dalam
beberapa keadaan:
a. Neurotic delinquency
Neurotic delinquency merupakan kenakalan remaja ataupun siswa sifat
-nya pemalu, terlalu perasa, suka menyendiri, gelisah dan mengalami perasaan
rendah diri. Mereka mempunyai dorongan yang kuat untuk berbuat suatu
kenakalan, seperti: mencuri sendirian dan melakukan tindakan agresif secara
tiba-tiba tanpa alasan karena dikuasai oleh khayalan dan fantasinya sendiri.

b. Unsocialized delinquent
Unsocialized delinquent merupakan suatu sikap kenakalan dari seorang
remaja ataupun siswa yang suka melawan kekuasaan seseorang, rasa
permusuhan dan pendendam. Hukuman dan pujian tidak berguna bagi mereka
yang tidak pernah merasa berrsalah dan tidak pula menyesali perbuatan yang
dilakukannya. Sering melempar kesalahan dan tenggung jawab kepada orang
lain untuk mendapatkan keseganan dan ketakutan dari orang lain dan juga sering
kali melakukan tindakan-tindakan yang penuh kehebatan dan kebatan diluar
dugaan.

c. Pseudo social delinquent


Pseudo social delinquent merupakan kenakalan remaja atau dari pemuda
yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap kelompok atau geng sehingga
tampaknya patuh, setia dan kesetiakawanan yang baik. Jika melakukan tindakan
kenakalan bukan atas dasar kesadaran diri seendiri yang baik tetapi karena
didasari suatu anggapan bahwa dia harus melakukan suatu kewajiban kelompok
yang telah digariskan. Kelompok memberikan rasa aman kepada dirinya oleh
karena itu ia selalu siap sedia memenuhi kewajiban yang diletakkan aaaaaaatau
ditugaskan oleh kelompoknya, meskipun kelompoknya itu tidak dapat diterima
dengan baikm oleh masyarakat karena tindakan dan kegiatannya sering
meresahkan rakyat.
BAB III
METODE PENELITIAN
Karya tulis ilmiah memang tidak bisa terlepas dari penggunaan metode
penelitian. Metode penelitian atau metode ilmiah merupakan sebuah prosedur atau
langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Metode penelitian
memiliki fungsi yang sangatg penting dan menjadi pedoman untuk mengerjakan suatu
penelitian, agar dapat menghasilkan karya tulis yang maksimal.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian deskriptif
secara kualitatif yang lebih menekankan pada aspek pemehaman secara
mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk
penelitian generalisasi. Bogdan dan taylor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut
keduanya, penggambaran deskriptif dengan metode kualitatif diarahkan pada
latar belakang dan individu tersebut secara utuh.
Alasan dari pengambilan metode kualitatif ini adalah karena penelitian
ini dapat merangkum data atau fakta-fakta mengenai perilaku seorang siswa
SMAN 4 Pematangsiantar yang melakukan kenakalan dan yang melanggar
aturan tata tertib sekolah. Alasan berikutnya, karena metode kualitatif dapat
memberikan rincian yang kompleks tentang fennomena yang sulit diungkapkan
secara kuantitatif.
Secara umum penellitian ini termasuk juga dalam penelitian lapangan,
yaitu penelitian langsung ke lapangan untuk mengetahui secara langsung
perilaku siswa SMAN 4 Pematangsiantar yang sering melakukan kenakalan-
kenakalan remaja di lingkungan sekolah tersebut.

3.2 Instrumen penelitian


Pada penelitian kualitatif ini instrumen penelitiannya adalah peneliti itu
Sendiri. Peneliti pada penelitian kualitatif disebut human instrument. Human
instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, dan membuat
kesimpulan atas hasil penelitian.
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,
namun selanjutnya setelah fokus penelitian jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang dihaarpkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui
observasi dan wawancara.

3.3 Sumber data


Data dapat diartikan sebagai fakta atau keterangan-keterangan yang akan
Diolah dalam penelitian. Menurut sumber informasi yang didapat, data
penelitian dapat digolongkan sebagai data primer dan data sekunder.
a. Data primer, dalam penelitian ini berupa data pokok yang dijadikan sebagai
obbjek kajian, yaitu berupa data dari lapangan, hasil wawancara dengan
siswa SMAN 4 P.siantar yang melakukan kenakalan di lingkungan sekolah,
observasi terhadap para siswa dan lingkungan sekitarnya.
b. Data sekunder, dalam penelitian ini berupa data-data pendukung lainnya,
baik berupa buku, majalah, koran ataupun internet.

3.4 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data merupakan cara memperoleh data dalam
Melakukan kegiatan penelitian. Menurut Herdiansyah penelitian kualitatif
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang sudah umum
digunakan. Beberapa teknik tersebut, anataralain:
a. Observasi, adalah suatu proses meliha, mengamati dan mencermati serta
merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Objek
dari pengamatan ini adalah siswa SMAN 4 P.siantar yang melakukan
kenakalan, mulai dari latar belakang siswa, faktor penyebab siswa
melakukan kenakalan dan dampak dari kenakalan yang dilakukan siswa
tersebut.
b. Wawancara, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua orang pihak yaitu pewawancara (orang yang
mengajukan pertanyaan) dan narasumber (orang yang memberikan
jawaban dari pertanyaan tersebut). Dalam penelitian ini peneliti
melakukan wawancara kepada para siswa SMAN 4 P.siantar yang
melakukan tindak kenakalan di lingkungan sekolah ataupun di
lingkungan sekitarnya. Saat melakukan wawancara peneliti dapat
melakukan dengan dua cara, yaitu: yang pertama peneliti dapat
melakukan wawancara secara informal atau spontan, yang kedua peneliti
dapat melakukan wawancara sesuai dengan bahan pertanyaan yang sudah
disiapkan lebih dulu.

3.5 Teknik analisis data penelitian


Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu data yang berupa suatu
Kalimat atau pernyataan untuk mengetahui makna serta untuk memahami
keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan
setelah selesai di lapangan.

3.6 Ruang lingkup penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ruang lingkup objek, ruang lingkup objek penelitian ini adalah pengaruh
pergaulan teman sebaya terhadap kenakalan remaja.
b. Ruang lingkup subjek, ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa yang
melakukan kenakalan remaja di SMA Negeri 4 Pematangsiantar.

3.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap persoalan yang
diajukan dalam penelitian. Hipotesis tidak hanya disusun berdasarkan
pengamatan awal terhadap objek penelitian, melainkan juga didasarkan pada
hasil kajian terhadap literatur yang relevan dengan bidang penelitian.
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi
keberhasilannya melalui penelitian ilmiah atau berdasarkan data yang di peroleh
melalui sampel penelitian (Ridwan, 2005:37). Hipotesis dibangun dari kerangka
pemikiran dan rumusan permasalahan penelitian.
Berdasarkan paradigma penelitian di atas, maka hipotesis yang dapat
diajukan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pola asuh orangtua terhadap
kenakalan remaja atau siswa.
2. Terdapat hubungan posistif dan signifikan antara pergaulan para siswa
dengan teman sebaya terhadap kenakalan remaja.
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru di sekolah
terhadap kenakalan remaja.
4. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pola asuh orangtua,
pergaulan dengan teman sebaya dan bimbingan guru di sekolah terhadap
kenakalan remaja.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini ada dua yaitu observasi dan wawancara.
4.1.1 Hasil Observasi
Berdasarkan observasi yang saya lakukan di SMAN 4 P.Siantar
Tingakat kenakalan siswa SMAN 4 P.Siantar masih dalam tingkat yang
sedang. Kenakalan paling banyak rata-rata dilakukan oleh siswa kelas 11
dan 12 . banyak siswa laki-laki kelas 11 dan 12 yang mempergunakan
kamar mandi untuk tempat merokok. Para siswa sering permisi ke toilet
pada saat jam pelajaran untuk pergi merokok ke kamar mandi bahkan
para siswa laki-laki banyak yang menonton video porno di kamar mandi.
Para siswa juga sering tidak mengikuti apel atau upacara pada pagi hari
dan bersembunyi di kamar mandi atau di kantin.
Siswa SMAN 4 Pematangsiantar masih banyak yang sering bolos
bersama pada jam pelajaran dan pergi ke kantin. Tidak hanya itu, masih
ada juga siswa yang membolos tidak masuk ke sekolah tanpa keterangan
yang mengakibatkan mereka ketinggalan materi pembelajaran. Pada
proses pembelajaran di kelas banyak siswa yang tidak memperhatikan
guru pada saat menerangkan karena sibuk dengan handphone masing-
masing, memang kenakalan ini sudah tidak jarang lagi kita temukan di
berbagai sekolah walaupun telah dibuat peraturan oleh pihak sekolah,
bahwa setiap siswa tidak diperbolehkan membawa handphone ke
sekolah. Kenakalan lainnya yang terjadi di SMAN 4 P.Siantar ini adalah
berkelahi bahkan tawuran dengan seklah lain. Terkadang perkelahian
hanya disebabkan oleh hal sepele, tetapi masalah itu dapat menjadi besar.
Hal ini disebabkan karena banyak para siswa yang berkelompok atau
bergenk dan ada saja siswa yang mendukung perkelahian tersebut bahkan
membuat suasana semakin panas. Padahal hal ini sangat menggangu
ketentraman lingkungan sekolah. Kenakalan lain yang sangat banyak
dijumpai adalah melanggar peraturan sekolah, seperti terlambat datang ke
sekolah, tidak memakai atribut yang lengkap, dan membawa handphone
atau barang berharga lainnya ke sekolah.

4.1.2 Hasil Wawancara


Berdasarkan wawancara yang saya lakukan kepada salah satu
siswa SMAN 4 Pematangsiantar yang berinisial “C”, saya mendapatkan
informasi bahwa kenakalan di sekolah tersebut lebh banyak dilakukan
oleh siswa laki-laki kelas 11 dan 12 karena mereka menganggap senior
bebas melakukan apapun dan mereka juga masih berada di masa
pencarian jati diri yang memerlukan banyak bimbingan dalam bentuk
fisik ataupun materi.
Lingkungan pergaulan yang tidak baik juga mempengaruhi
karakter mereka sehingga banyak yang masuk dan ikut ke dalam
pergaulan yang tidak baik tersebut. Banyak juga para siswa yang
dipengaruhi oleh siswa nakal dari sekolah lain untuk melakukan
kenakalan, contohnya: memberikan rokok yang membuat para siswa
kecanduan sehingga para siswa lainnya ikut-ikutan, mengajak untuk
bolos sekolah, mengajak untuk tawuran antar sekolah atau antar genk.
Hal yang mendorong mereka berbuatkenakalan adalah karena
mereka berusaha mencari jati diri, namun mereka berada pada pergaulan
yang salah sehingga apapun yang dilakukan pada sekelompok pergaulan
akan langsung diikuti, meski yang negatif sekalipun. Mereka merasa jika
ia mengikuti kelompok pergaulan tersebut ia akan merasa senang dan
mendapat kepuasan batin tersendiri, sebaliknya jika ia berada di luar
kelompok pergaulan tersebut ia akan merasa tersiksa dan menganggap itu
bukan dunianya yang sebenarnya
Diakui bahwa mereka sering melanggar peraturan sekolah dan
tidak pernah memperhatikan guru di sekola ataupun mengerjakan tugas
yang diberikan karena mereka sudah masuk ke dalam pergaulan atau
lingkungan yang tidak baik. Pelanggarn yang paling sering mereka
lakukan contohnya adalah: tidak pernah memakai dasi, tidak memakai
kaos kaki, tidak memakai sepatu yang sesuai dengan peraturan sekolah,
dan memiliki penampilan rambut yang tidak layak untuk para pelajar.
Mereka juga mengaku pada saat ujian mereka tidak pernah
belajar dan membuat itilan atau membawa hp pada saat proses ujian. Para
siswa yang sering melakukan kenakalan remaja ini juga mengaku bahwa
mereka sering terlambat bayar uang dana pendidikan karena mereka
menghabiskan uang yang telah diberikan orangtua nya untuk membeli
rokok dan hal-hal lainnya.
Meski mereka sudah sering mendapat peringatan baik dari guru
dan dipanggil ke ruang BK untuk mendapat surat panggilan orangtua,
mereka tetap tidak menggubris dan berubah ke arah yang lebih baik lagi
karena mereka berada di lingkungan yang menganggap bahwa yang ia
perbat adalah suatu perbuatan yang biasa, bahkan jika ia tidak
melakukannya ia akan dianggap kuper dan culun.

4.2 Pembahasan
Kenakalan siswa atau remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang
dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja yang berusia 15-18
tahun. Perilaku tersebut akan sangat merugikan dirinya sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Para siswa di SMAN 4 Pematangsiantar sangat perlu diperhatikan
perkembangannya dan memberikan bimbingan khusus baik dari orangtua
ataupun guru di sekolah. Kenakalan remaja di SMAN 4 P.Siantar ini jika
dibiarkan mereka dapat melakukan hal-hal lain yang dapat membahayakan masa
depan mereka. Para siswa banyak yang bolos dari sekolah dan tidak pulang ke
rumah, mereka menghabiskan waktu di warnet bermain game online, berkumpul
di beberapa tempat untuk merokok, vape, dan kebut-kebutan di jalan raya yang
tentunya melanggar peraturan lalu lintas. Banyak juga para siswa yang pulang
malam ke rumah karena berpacaran sehingga mereka melupakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru.
4.2.1 Penyebab Kenakalan Siswa SMAN 4 Pematangsiantar
Penyebab kenakalan remaja menurut penelitian saya terdiri dari
Dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sndiri sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar atau dari lingkungan
sekitar siswa tersebut.
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi:
a. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima akan terseret pada perilaku
nakal. Bagitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
dengan pengetahuannya. Kontrol diri yang lemah ini sangat
berpengaruh pada perkembangan para siswa, karena di usia
ini banyak diantara mereka yang memiliki masalah dalam
keluarga dan memiliki pergaulan yang tidak mendukung
mental mereka.
b. Kurangnya penyaluran emosi
Setiap manusia memang tidak dapat hidup sendiri tanpa ada
orang lain. Biasanya para siswa atau remaja tidak menemukan
tempat curhat yang tepat bagi dirinya sehingga seringkali
memendam masalah sendiri, baik itu masalah yang ringan
sampai yang berat. Mereka tidak pernak berkonsultasi kepada
orang yang mengerti. Mereka menutup dirinya dari oranglain
ditambah lagi tidak memiliki orang terdekat sehingga tidak
ada orang yang memperhatikan dirinya.
c. Pribadi yang mudah terpengaruh
Kelemahan terhadap pengendalian diri memang sangat mudah
membuat para siswa atau remaja terpengaruh dan terprovokasi
dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga jika lingkungannya
tidak baik mereka akan mengikuti lingkungan yang tidak baik
tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jadi para siswa atau
remaja di usia ini harus pandai dalam memilih pergaulan yang
tepat dan dapat mendukung prestasi belajarnya.
d. Kurangnya pembetukan hati nurani
Sangat banyak para siswa yang kurang dalam hal pendidikan
religi. Mereka kurang membentuk hati nurani mereka
sehingga mereka sering berbuat kenakalan dan sering
melanggar peraturan yang ditetapkan baik itu di sekolah atau
di lingkungan masyarakat. Kurangnya pendidikan religi pada
pribadi para siswa menyebabkan tidak ada yang membentengi
diri mereka terhadap hal-hal yang tidak baik.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi:
a. Pengaruh keluarga
Keluarga yang dipenuhi dengan konflik dan pengawasan yang
tidak memadai sering disebut sebagai penyebab kenakalan
remaja. Banyak remaja yang tidak betah di rumah akibat
banyaknya masalah di keluarga tersebut, contohnya orangtua
bertengkar, adanya kekerasan orangtua kepada anaknya,
orangtua yang pilih kasih kepada anak-anaknya, bertengkar
dengan adik atau kakak. Hal tersebut menyebabkan para
remaja bosan dan akhirnya melampiaskan ke hal-hal yang
tidak baik. Pola asuh yang terlalu permisif juga dapat
mengakibatkan kenakalan pada para siswa atau remaja. Anak-
anak yang diberi banyak keistimewaan dan kebebasan yang
merupakan bagian orang dewasa pada usia dini, seperti bebas
keluar rumah layaknya orang dewasa memungkinkan anak
hilang kontrol dengan dunia luar.
b. Pengaruh lingkungan masyarakat
Lingkungan sekitar tempat tinggal yang buruk juga dapat
mempengaruhi karakter seorang remaja. Pada usia remaja,
banyak para siswa yang sangat mudah terpengaruh dengan
lingkungan sekitar mereka. Jika pergaulan di lingkungan
tersebut tidak baik banyak diantara mereka yang terikut.
Contohnya diajak merokok, mencuri, dan hal-hal tidak baik
lainnya.
c. Pengaruh lingkungan sekolah
Teman di sekolah sangat berpengaruh bagi setiap siswa,
banyak teman yang mengajak kita bolos sekolah, merokok di
sekolah, mencuri, dan menyontek saat ujian. Para siswa juga
sangat mudah terpengaruh dengan teman-teman nya yang
lain. Para siswa juga sangat sering bertengkar satu sama lain,
hal ini meyebabkan keributan dan bahkan sampai tawuran
antar sekolah.
4.2.2 Solusi Untuk Mengatasi Kenakalan Siswa SMAN 4 Pematangsiantar
Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi pada siswa
SMAN 4 Pematangsiantar sebagaimana telah disebutkan diatas, maka
tentunya ada beberapa solusi yang tepat untuk pembinaan para siswa
SMAN 4 Pematangsiantar.
1. Tindakan preventif
Usaha pembinaan untuk para siswa SMAN 4 Pematangsiantar
dapat dilakukan melalui beberapa hal, seperti menguatkan mental para
siswa supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya,
memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan
merangsang hubungan social yang baik, mengadakan kelompok diskusi
dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan dan
pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif,
memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
Keluarga juga mempunyai andil dalam membentuk pribadi para siswa.
Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan
keluarga. Mulailah perbaikan dari sikap yang paling sederhana, seperti
selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca doa setiap
melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik
kepada anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh
keluarga. Memang tidak mudah melakukan dan membentuk keluarga
yang baik, tetapi semua itu bisa dilakukan dengan pembinaan yang
perlahan dan sabar.
Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan
mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimbangan diri yang
serasi antara aspek rasio dan aspek emosi akan dicapai. Pikiran yang
sehat akan mengarahkan para siswa kepada perbuatan yang pantas, sopan
dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan
atau persoalan masing-masing.
Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan
oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja.
Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing
sekolah bersama dengan para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus
diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian
khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkah laku remaja di
sekolah.
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki
pengaruh kuat terhadap perkembangan remaja. Ada banyak hal yang bisa
dilakukan pihak sekolah untuk memulai perbaikan para siswa, di
antaranya melakukan program “monitoring” pembinaan remaja melalui
kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler yang ada di
sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif bagi remaja.

2. Tindakan represif
Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara
yang berlaku dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam
hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan
tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan
konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang
sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam
pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam
beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang
berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan
wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas
menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-
kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan
represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan
maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan
khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang
bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung
dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.

3. Tindakan kuratif dan rehabilitasi


kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri
bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa
mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah
melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
Adanya motivasi dari pihak keluarga, guru, teman sebaya untuk
melakukan point pertama.
Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif,
seperti berolahraga, melukis, mengikuti event perlombaan, dan
penyaluran hobi.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta
orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja
harus bergaul.
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh
jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan
harapan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tingakat kenakalan siswa SMAN 4 P.Siantar masih dalam tingkat yang
sedang. Kenakalan paling banyak rata-rata dilakukan oleh siswa kelas 11 dan 12,
banyak siswa laki-laki kelas 11 dan 12 yang mempergunakan kamar mandi
untuk tempat merokok. Para siswa sering permisi ke toilet pada saat jam
pelajaran untuk pergi merokok ke kamar mandi bahkan para siswa laki-laki
banyak yang menonton video porno di kamar mandi. Para siswa juga sering
tidak mengikuti apel atau upacara pada pagi hari dan bersembunyi di kamar
mandi atau di kantin.
Faktor penyebab kenakalan siswa SMAN 4 Pematangsiantar dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berupa kurangnya penyaluran emosi, kurangmya pembentukan nurani dan
kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya perhatian
dari orang tua; minimnya pemahaman tentang keagamaan; pengaruh dari
lingkungan sekitar dan pengaruh pergaulan dengan teman sebaya; dan tempat
pendidikan.
Usaha pembinaan untuk para siswa SMAN 4 Pematangsiantar juga
dapat dilakukan melalui beberapa hal, seperti menguatkan mental para siswa
supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya, memperkuat
motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan
social yang baik, mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan
kesempatan mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dan
memberikan pengarahan yang positif, memberikan wejangan secara umum
dengan harapan dapat bermanfaat. Keluarga juga mempunyai andil dalam
membentuk pribadi para siswa. Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai
dari diri sendiri dan keluarga. Mulailah perbaikan dari sikap yang paling
sederhana, seperti selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca doa
setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada
anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga. Memang
tidak mudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu
bisa dilakukan dengan pembinaan yang perlahan dan sabar.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih
menaruh perhatian terhadap persoalan para remaja, terutama kenakalan siswa,
terkhusus siswa SMAN 4 Pematangsiantar. Hendaknya kita dapat mencegah dan
mengendalikan perilaku para siswa sehingga tidak menimbulkan masalah sosial
yang berpengaruh bagi pelaku dan orang-orang disekitarnya. yang terjadi akibat
kenakalan-kenakalan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Suryaman, Maman. 2018. Bahasa Indonesia: Karya Tulis Ilmiah-edisi revisi.Jakarta:PT
Gramedia.

Nurabaya, St. (Ed). 2011. Bahasa Indonesia :Panduan Menulis Karya Ilmiah.
Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Wiyatmi.2009.Pengantar Kajian Sastra.Yogyakarta:Pustaka Book Publisher.

http://pendidikansrg.blogspot.com/2018/09/makalah-tentang-kenakalan-remaja-
karya.html?m=1

http://ipnu-ippnuxcool.blogspot.com/2016/03/karya-tulis-kenakalan-remaja.html?m=1

http://googel22.blogspot.com/2012/10/kenakalan-remaja.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Microsoft%20Word%20-
%20KENAKALAN%20REMAJA_PENYEBAB%20DAN%20SOLUSI_.pdf

Anda mungkin juga menyukai