Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena astas berkat
dan rahmat-Nya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini saya mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih bagi
seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang memiliki keterbatasan dalam
berbagai hal, oleh karena itu tidak ada hal yang dapat terselesaikan dengan sempurna.
Begitu pula dengan karya tulis ini, tidak semua hal dapat saya deskripsikan dengan
sempurna. Saya melakukannya dengan semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
saya miliki. Maka dari itu saya bersedia menerima kritik dan saran dari para pembaca
sebagai batu loncatab yang dapat memperbaiki karya tulis ini di masa yang mendatang.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini saya mengharapkan banyak manfaat yang
dapat diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengurangi
bahkan menghilangkan kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dalam
proses pembelajaran di lingkungan sekolah.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
b. Unsocialized delinquent
Unsocialized delinquent merupakan suatu sikap kenakalan dari seorang
remaja ataupun siswa yang suka melawan kekuasaan seseorang, rasa
permusuhan dan pendendam. Hukuman dan pujian tidak berguna bagi mereka
yang tidak pernah merasa berrsalah dan tidak pula menyesali perbuatan yang
dilakukannya. Sering melempar kesalahan dan tenggung jawab kepada orang
lain untuk mendapatkan keseganan dan ketakutan dari orang lain dan juga sering
kali melakukan tindakan-tindakan yang penuh kehebatan dan kebatan diluar
dugaan.
3.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap persoalan yang
diajukan dalam penelitian. Hipotesis tidak hanya disusun berdasarkan
pengamatan awal terhadap objek penelitian, melainkan juga didasarkan pada
hasil kajian terhadap literatur yang relevan dengan bidang penelitian.
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi
keberhasilannya melalui penelitian ilmiah atau berdasarkan data yang di peroleh
melalui sampel penelitian (Ridwan, 2005:37). Hipotesis dibangun dari kerangka
pemikiran dan rumusan permasalahan penelitian.
Berdasarkan paradigma penelitian di atas, maka hipotesis yang dapat
diajukan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pola asuh orangtua terhadap
kenakalan remaja atau siswa.
2. Terdapat hubungan posistif dan signifikan antara pergaulan para siswa
dengan teman sebaya terhadap kenakalan remaja.
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru di sekolah
terhadap kenakalan remaja.
4. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pola asuh orangtua,
pergaulan dengan teman sebaya dan bimbingan guru di sekolah terhadap
kenakalan remaja.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini ada dua yaitu observasi dan wawancara.
4.1.1 Hasil Observasi
Berdasarkan observasi yang saya lakukan di SMAN 4 P.Siantar
Tingakat kenakalan siswa SMAN 4 P.Siantar masih dalam tingkat yang
sedang. Kenakalan paling banyak rata-rata dilakukan oleh siswa kelas 11
dan 12 . banyak siswa laki-laki kelas 11 dan 12 yang mempergunakan
kamar mandi untuk tempat merokok. Para siswa sering permisi ke toilet
pada saat jam pelajaran untuk pergi merokok ke kamar mandi bahkan
para siswa laki-laki banyak yang menonton video porno di kamar mandi.
Para siswa juga sering tidak mengikuti apel atau upacara pada pagi hari
dan bersembunyi di kamar mandi atau di kantin.
Siswa SMAN 4 Pematangsiantar masih banyak yang sering bolos
bersama pada jam pelajaran dan pergi ke kantin. Tidak hanya itu, masih
ada juga siswa yang membolos tidak masuk ke sekolah tanpa keterangan
yang mengakibatkan mereka ketinggalan materi pembelajaran. Pada
proses pembelajaran di kelas banyak siswa yang tidak memperhatikan
guru pada saat menerangkan karena sibuk dengan handphone masing-
masing, memang kenakalan ini sudah tidak jarang lagi kita temukan di
berbagai sekolah walaupun telah dibuat peraturan oleh pihak sekolah,
bahwa setiap siswa tidak diperbolehkan membawa handphone ke
sekolah. Kenakalan lainnya yang terjadi di SMAN 4 P.Siantar ini adalah
berkelahi bahkan tawuran dengan seklah lain. Terkadang perkelahian
hanya disebabkan oleh hal sepele, tetapi masalah itu dapat menjadi besar.
Hal ini disebabkan karena banyak para siswa yang berkelompok atau
bergenk dan ada saja siswa yang mendukung perkelahian tersebut bahkan
membuat suasana semakin panas. Padahal hal ini sangat menggangu
ketentraman lingkungan sekolah. Kenakalan lain yang sangat banyak
dijumpai adalah melanggar peraturan sekolah, seperti terlambat datang ke
sekolah, tidak memakai atribut yang lengkap, dan membawa handphone
atau barang berharga lainnya ke sekolah.
4.2 Pembahasan
Kenakalan siswa atau remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang
dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja yang berusia 15-18
tahun. Perilaku tersebut akan sangat merugikan dirinya sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Para siswa di SMAN 4 Pematangsiantar sangat perlu diperhatikan
perkembangannya dan memberikan bimbingan khusus baik dari orangtua
ataupun guru di sekolah. Kenakalan remaja di SMAN 4 P.Siantar ini jika
dibiarkan mereka dapat melakukan hal-hal lain yang dapat membahayakan masa
depan mereka. Para siswa banyak yang bolos dari sekolah dan tidak pulang ke
rumah, mereka menghabiskan waktu di warnet bermain game online, berkumpul
di beberapa tempat untuk merokok, vape, dan kebut-kebutan di jalan raya yang
tentunya melanggar peraturan lalu lintas. Banyak juga para siswa yang pulang
malam ke rumah karena berpacaran sehingga mereka melupakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru.
4.2.1 Penyebab Kenakalan Siswa SMAN 4 Pematangsiantar
Penyebab kenakalan remaja menurut penelitian saya terdiri dari
Dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sndiri sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar atau dari lingkungan
sekitar siswa tersebut.
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi:
a. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima akan terseret pada perilaku
nakal. Bagitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
dengan pengetahuannya. Kontrol diri yang lemah ini sangat
berpengaruh pada perkembangan para siswa, karena di usia
ini banyak diantara mereka yang memiliki masalah dalam
keluarga dan memiliki pergaulan yang tidak mendukung
mental mereka.
b. Kurangnya penyaluran emosi
Setiap manusia memang tidak dapat hidup sendiri tanpa ada
orang lain. Biasanya para siswa atau remaja tidak menemukan
tempat curhat yang tepat bagi dirinya sehingga seringkali
memendam masalah sendiri, baik itu masalah yang ringan
sampai yang berat. Mereka tidak pernak berkonsultasi kepada
orang yang mengerti. Mereka menutup dirinya dari oranglain
ditambah lagi tidak memiliki orang terdekat sehingga tidak
ada orang yang memperhatikan dirinya.
c. Pribadi yang mudah terpengaruh
Kelemahan terhadap pengendalian diri memang sangat mudah
membuat para siswa atau remaja terpengaruh dan terprovokasi
dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga jika lingkungannya
tidak baik mereka akan mengikuti lingkungan yang tidak baik
tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jadi para siswa atau
remaja di usia ini harus pandai dalam memilih pergaulan yang
tepat dan dapat mendukung prestasi belajarnya.
d. Kurangnya pembetukan hati nurani
Sangat banyak para siswa yang kurang dalam hal pendidikan
religi. Mereka kurang membentuk hati nurani mereka
sehingga mereka sering berbuat kenakalan dan sering
melanggar peraturan yang ditetapkan baik itu di sekolah atau
di lingkungan masyarakat. Kurangnya pendidikan religi pada
pribadi para siswa menyebabkan tidak ada yang membentengi
diri mereka terhadap hal-hal yang tidak baik.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi:
a. Pengaruh keluarga
Keluarga yang dipenuhi dengan konflik dan pengawasan yang
tidak memadai sering disebut sebagai penyebab kenakalan
remaja. Banyak remaja yang tidak betah di rumah akibat
banyaknya masalah di keluarga tersebut, contohnya orangtua
bertengkar, adanya kekerasan orangtua kepada anaknya,
orangtua yang pilih kasih kepada anak-anaknya, bertengkar
dengan adik atau kakak. Hal tersebut menyebabkan para
remaja bosan dan akhirnya melampiaskan ke hal-hal yang
tidak baik. Pola asuh yang terlalu permisif juga dapat
mengakibatkan kenakalan pada para siswa atau remaja. Anak-
anak yang diberi banyak keistimewaan dan kebebasan yang
merupakan bagian orang dewasa pada usia dini, seperti bebas
keluar rumah layaknya orang dewasa memungkinkan anak
hilang kontrol dengan dunia luar.
b. Pengaruh lingkungan masyarakat
Lingkungan sekitar tempat tinggal yang buruk juga dapat
mempengaruhi karakter seorang remaja. Pada usia remaja,
banyak para siswa yang sangat mudah terpengaruh dengan
lingkungan sekitar mereka. Jika pergaulan di lingkungan
tersebut tidak baik banyak diantara mereka yang terikut.
Contohnya diajak merokok, mencuri, dan hal-hal tidak baik
lainnya.
c. Pengaruh lingkungan sekolah
Teman di sekolah sangat berpengaruh bagi setiap siswa,
banyak teman yang mengajak kita bolos sekolah, merokok di
sekolah, mencuri, dan menyontek saat ujian. Para siswa juga
sangat mudah terpengaruh dengan teman-teman nya yang
lain. Para siswa juga sangat sering bertengkar satu sama lain,
hal ini meyebabkan keributan dan bahkan sampai tawuran
antar sekolah.
4.2.2 Solusi Untuk Mengatasi Kenakalan Siswa SMAN 4 Pematangsiantar
Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi pada siswa
SMAN 4 Pematangsiantar sebagaimana telah disebutkan diatas, maka
tentunya ada beberapa solusi yang tepat untuk pembinaan para siswa
SMAN 4 Pematangsiantar.
1. Tindakan preventif
Usaha pembinaan untuk para siswa SMAN 4 Pematangsiantar
dapat dilakukan melalui beberapa hal, seperti menguatkan mental para
siswa supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya,
memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan
merangsang hubungan social yang baik, mengadakan kelompok diskusi
dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan dan
pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif,
memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
Keluarga juga mempunyai andil dalam membentuk pribadi para siswa.
Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan
keluarga. Mulailah perbaikan dari sikap yang paling sederhana, seperti
selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca doa setiap
melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik
kepada anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh
keluarga. Memang tidak mudah melakukan dan membentuk keluarga
yang baik, tetapi semua itu bisa dilakukan dengan pembinaan yang
perlahan dan sabar.
Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan
mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimbangan diri yang
serasi antara aspek rasio dan aspek emosi akan dicapai. Pikiran yang
sehat akan mengarahkan para siswa kepada perbuatan yang pantas, sopan
dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan
atau persoalan masing-masing.
Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan
oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja.
Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing
sekolah bersama dengan para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus
diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian
khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkah laku remaja di
sekolah.
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki
pengaruh kuat terhadap perkembangan remaja. Ada banyak hal yang bisa
dilakukan pihak sekolah untuk memulai perbaikan para siswa, di
antaranya melakukan program “monitoring” pembinaan remaja melalui
kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler yang ada di
sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif bagi remaja.
2. Tindakan represif
Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara
yang berlaku dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam
hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan
tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan
konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang
sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam
pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam
beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang
berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan
wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas
menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-
kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan
represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan
maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan
khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang
bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung
dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih
menaruh perhatian terhadap persoalan para remaja, terutama kenakalan siswa,
terkhusus siswa SMAN 4 Pematangsiantar. Hendaknya kita dapat mencegah dan
mengendalikan perilaku para siswa sehingga tidak menimbulkan masalah sosial
yang berpengaruh bagi pelaku dan orang-orang disekitarnya. yang terjadi akibat
kenakalan-kenakalan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Suryaman, Maman. 2018. Bahasa Indonesia: Karya Tulis Ilmiah-edisi revisi.Jakarta:PT
Gramedia.
Nurabaya, St. (Ed). 2011. Bahasa Indonesia :Panduan Menulis Karya Ilmiah.
Yogyakarta: Kanwa Publisher.
http://pendidikansrg.blogspot.com/2018/09/makalah-tentang-kenakalan-remaja-
karya.html?m=1
http://ipnu-ippnuxcool.blogspot.com/2016/03/karya-tulis-kenakalan-remaja.html?m=1
http://googel22.blogspot.com/2012/10/kenakalan-remaja.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Microsoft%20Word%20-
%20KENAKALAN%20REMAJA_PENYEBAB%20DAN%20SOLUSI_.pdf