Anda di halaman 1dari 10

" ISU KONTEMPORER KENAKALAN REMAJA"

Masa peralihan dari anak-anak menginjak dewasa yakni disebut dengan Remaja. Tingkah
laku yang sangat labil dan kurang jelas jika tak punya arah tujuan, inginnya mengeksplor diri,
mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Seorang remaja yang sudah tidak lagi dikatakan
anak-anak tetapi belum bisa dikatakan dewasa,kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan
kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orang tuanya.
Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan meneyangkan teman sebayanya, karena
mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas atau jati diri. Kesalahan-
kesalahan yang bisa berujung fatal ini dapat menimbulkan kekesalan lingkungan sekitar nah,
inilah yang dinamakan dengan kenakalan remaja.

Remaja merupakan salah satu aset yang berharga untuk masa depan bangsa apalagi pada
zaman sekarang, sudah akhir zaman yang menjadi tolak ukur perubahan pada usia remaja sampai
dewasa. Kita adalah agen of change, remaja yang seharusnya menyemarakan agenda sekolah,
mengikuti organisasi, penyelenggara kegiatan positif tetapi, kita melihat arus kemrosotan moral
yang semakin melanda di kalangan Sebagian pemuda kita, yang lebih dikenal dengan kenakalan
remaja. Di dalam televisi, surat kabar atau sosial media sekarang begitu maraknya kenakalan
remaja salah satunya tawuran antar sekolah, penyebaran narkotika, minum minuman keras, dan
lain sebagainya. Hal ini merupakan  masalah besar yang dihadapi masyarakat khususnya saya
sebagai mahasiswa, yang kini semakin marak, oleh karena itu, seyogyanya kenakalan remaja ini
mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih
baik, titik bertanya untuk terciptanya suatu system dalam menangulangi kenakalan di kalangan
remaja.

Lima tahun terakhir ini beberapa media masa yang sering kita jumpai memberikan
informasi tentang perbuatan kriminalitas yang terjadi di Indonesia, kasus-kasus seperti tawuran,
minum-minuman keras, bahkan sampai isu sekarang pelajar melakukan seks bebas, negeri kita
ini sedang mengalamai kerusakan moral keseluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak
sampai dewasa bahkan sampai lansia. Kenakalan remaja  meliputi semua perilaku yang
menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja, dengan perilaku
kenakalan remaja akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Salah satu dampak dan resiko yang
akan dialaminya adalah masa depankurang baik misalnya: ketika mendaftar disuatu perusahaan
ada pengalaman buruk dimasa mudanya dan hal-hal yang senada.

Dahulu sampai sekarang remaja sudah dicap melakukan perbuatan yang cenderung dengan
kriminalitas. Ciri khas perilaku remaja bagaimanaa cenderung dengan kriminalitas. Seharusnya
yang demikian harus dihilangkan agar para remaja bisa menghilangkan mindset tersebut,
sehinnga para remaja ada motivasi untuk melakukan hal-hal positif.

Bentuk-bentuk kenakalan remaja inilah yang bisa terjerumus dengan tindak pidana
diantaranya ialah:

1. Beredarnya gambar ataupun video pornografi.


2. Bolos sekolah
3. Merokok dan minum-minuman keras
4. Tawuran bebas
5. Mencuri
6. Menganiaya[1]

Menurut Dr. kartini kartono ada beberapa point beliau berpendapat factor penyebab adanya
kenakalan remaja adalah:

1. Kurangnya mendapat perhatian dari kedua orangtuanya, terkadang malah lebih mementingkan
pekerjaan dari pada cinta kasih terhadap anak.
2. Apa yang mereka inginkan tidak ada wadah atau tempat untuk menampung kebutuhannya
baik fisik maupun psikisnya.
3. Anak tidak dibiasakan dengan control diri dan kedisiplinan yang baik.[2]

 Maka dari itu, pentingnya peran orang tua terhadap anak memberikan perhatian, kasih
sayang apalagi sebagai ibu adalah madrasah pertama bagi buah hatinya, dan juga berpengaruh
dalam kejiwaan seorang remaja dalam membentuk sikap kepribadian serta sikap kesehariannya.
Ketika peran orang tua sudah maksimal maka iringilah dengan pemahaman agama yang baik
belajar mengenai islam lebih lanjut khususnya dalam ilmu parenting, cara mendidik anak,
perilaku positif terhadap anak dan kekasih, dll. Setelah belajar agama maka point selanjutnya
adalah awasi anak dengan pergaulannya karena salah satu masalah kenakalan remaja lingkungan
masyarakat yang kurang baik muncul sekarang pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan
teman sebayanya sehingga tidak bisa mencerna mana yang baik dan mana yang buruk dan
akhirnya terjerumus .

Nah, point selamjutnya menentukan tempat Pendidikan atau belajar anak, terkadang jarang
sekali orang tua yang memperhatikan pola Pendidikan atau pengajaran anaknya asalkan dia
sekolah pasti sudah baik akhlaknya dan juga pengetahuannya ada juga orang tua yang
memandang yang penting jarak kesekolah yang dijangka tidak jauh sehingga anak bisa mandiri
untuk berangkat dan pulang. Tetapi dibalik itu semua Pendidikan nomor dua setelah pemahaman
orang tua tentang agama.

Akibat- akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja adalah:

1. Diri sendiri, akibat dari kenakalan remaja akan berdampak bagi diri sendiri secara fisik dan
mental.
2. Lingkungan masyarakat sekitarnya, karena jika remaja berbuat kesalahan maka dampaknya
kepada diri sendiri dan keluarga, yang kemudian remaja tersebut di-judge sebagai pelaku
keonaran, mempunyai perilaku buruk dimata masyarakat.
3. Keluarga, peran anak salah satunya menjadi penerus keluarga yang nantinya akan menjadi
tulang punggung atau tulang rusuk keluarga ketika orang tuanya sudak tidak mampu lagi
untuk bekerja. Apabila remaja melakukan kenakalan remaja maka hubungan keharmonisan
keluarga akan terhalang, putusnya komunikasi satu sama lain, hal ini tidak baik dikhawatirkan
melakukan yang tidak diinginkan.

Maka dapat kita lakukan untuk menghindari bentuk dan akibat dari kenakalan remaja perlu
adanya inside keluasan atau pemahaman ilmu pengetahuan dan keagamaan, carilah guru terbaik
yang menurut anda pas untuk diikuti, juga peran orangtua, masyarakat dan keluarga sangatlah
penting bagi kita apa-apa yang sudah saya jelaskan diatas, pola pikir remaja memanglah luas
makanya, keluasan itu kita jadikan tombak untuk berbuat kebaikan kepada sesama.

                              
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rienera cipta 2012).

Kartono kartini, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Isu Kontemporer Kenakalan
Remaja", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/tsabitaahdillah7051/61cd343106310e2153781e43/isu-
kontemporer-kenakalan-remaja?page=all#sectionall

Kreator: Tsabita Ahdillah

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com


PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MENANGGULANGI
KENAKALAN SISWA

A. Kenakalan Siswa
1. Pengertian
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kenakalan dengan kata dasar nakal adalah
suka berbuat tidak baik. Suka mengganggu, dan suka tidak menurut. Sedangkan kenakalan
adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang
lain, tingkahlaku yang melanggar norma kehidupan masyarakat.
Istilah kenakalan siswa merupakan kata lain dari kenakalan anak yang terjemahan
dari “ juvenile delinquency”, Kata juvenile berasal dari bahasa Latin “juvenilis” yang
artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda. sifat-sifat khas pada
periode remaja. Sedangkan kata delinquent juga berasal dari bahasa Latin “delinquere”
yang artinya terabaikan, mengabaikan: yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat,
kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi.
Pengertian juvenile delinquent secara terminology, banyak para tokoh- tokoh yang
mendefinisikannva. Menurut Drs. B. Simanjutak S.H. pengertian juvenile delinquency
ialah suatu perbuatan yang disebut delinquent apabila perbuatan tersebut bertentangan
dengan norma-norma vang ada dalam masyarakat dimana ia hidup.
Menurut Dr. Fuad Hasan, merumuskan defenisi “juvenile delinquency” sebagai
berikut perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh siswa yang bilamana dilakukan oleh
orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindakan kejahatan.
2. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa
Kenakalan Siwa sebagai suatu keadaan yang kurang menyenangkan dalam
kehidupan sosial disebabkan menyentuh beberapa hal. Ada masalah kenakalan siswa yang
menyentuh masalah material atau kebendaan dan ada pula kenakalan siswa yang
menyentuh dalam hal psikologi, seperti: tercemarnya nama baik seseorang, harga diri,
martabat dan ada pula kenakalan dalam kehidupan sosial, melanggar norma-norma sosial
dan adat yang berlaku, kebiasaan masyarakat dan hukum yang berlaku. Kenakalan
(delinquent) seorang siswa dapat dibagi menjadi bebrapa jenis, menurut Wright yang kutip
oleh Drs. Hasan Basri dalam bukunya Remaja berkualitas, membagi jenis-jenis kenakalan
remaja ataupun siswa dalam beberapa keadaan:
a) Neurontic delinquency
Neurontic delinquency merupakan kenakalan seorang siswa sifatnya pemalu, terlalu
perasa, suka menyendiri, gelisah dan mengalami perasaan rendah diri. Mereka
mempunyai dorongan yang kuat untuk berbuat suatu kenakalan, seperti: mencuri
sendirian dan melakukan tindakan agresif secara tiba-tiba tanpa alasan karena dikuasai
oleh khayalan dan fantasinya sendiri.
b) Unsocialized delinquent
Unsocialized delinquent merupakan suatu sikap kenakalan seorang siswa ataupun siswa
yang suka melawan kekuasaan seseorang. rasa permusuhan dan pendendam. Hukuman
dan pujian tidak berguna bagi mereka tidak pernah merasa bersalah dan tidak pula
menyesali perbuatan yang telah dilakukannya. Sering melempar kesalahan dan
tanggung jawab kepada orang lain. Untuk mendapatkan kesenangan dan ketakutan dari
orang lain seringkali melakukan tindakan-tindakan yang penuh keberaniankehebatan
dan diluar dugaan.
c) Pseudo social delinquent
Pseudo social delinquent merupakan kenakalan siswa atau pemuda yang mempunyai loyaitas
yang tinggi terhadap kelompok atau “geng” sehingga tampaknya patuh, setia dan
kesetiakawanan yang baik. Jika melakukan kesalahan bukan atas dasar kesadaran diri
sendiri yang baik tetapi karena didasari anggapan bahwa ia selalu siap sedia memenuhi
kewajiban yang diletakkan atau ditugaskan kelompoknya, meskipun kelompoknya itu tidak
dapat diterima dengan baik oleh masyarakatkarena tindakan dan kegiatanya sering
meresahkan masyarakat.
B. Pendidikan Budi Pekerti
1. Pengertian

Pendidikan Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan


nasional pasal 1 diartikan sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi
dirinya secara aktif untuk memiliki kekuatan secara spiritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan untuk
dirinya, masyarakat bangsa, dan Negara”.

Menurut Zuriah, Budi pekerti adalah nilai-nilai yang hidup pada diri manusia, yang
sungguh-sungguh dilaksanakan dan bukan sekedar kebiasaan, tetapi berdasar pemahaman
dan kesadaran diri untuk menjadi baik. Budi pekerti adalah nilai-nilai perilaku manusia
yang diukur dari aspek kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum ,
tatakrama dan sopan santun.

Istilah budi pekerti sering kali dipersamakan dengan sopan santun, susila, moral,
etika, adab atau akhlak. Kesemua istilah tersebut memiliki makna yang sama yaitu, sikap,
perilaku, dan tindakan individu yang mengacu pada norma baik dan buruk dalam
hubungannya sesama individu, anggota keluarga, masyarakat, hidup berbangsa, bernegara
bahkan sebagai ummat yang beragama, yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan
kualitaas diri.

Pada hakikatnya akhlak (budi pekerti) ialah suatu kondisi atau sifat yang telah
meresapdalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, hinga dari situ timbul berbagai macam
perbuatan dengna cara mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut panadanagan
syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia, sebaliknya apabila yang
lahir kelakuan yang buruk, maka budi pekerti tercela.

2. Teknis Implementasi Pendidikan Budi Pekerti

Berdasarkan pengertian pendidikan budi pekerti di atas, berkaitan dengan


implementasi strategi pendidikan budi pekerti dalam kegiatan sehari-hari, secara teknis
dapat dilakukan melalui:

a. Keteladanan
Dalam kegiatan sehari-hari guru, kepala sekolah, staf administrasi, bahkan juga
pengawas harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi murid-murid di
sekolah. Sebagai misal, jika guru ingin mengajarkan kesabaran kepada siswanya, maka
terlebih dahulu guru harus mampu menjadi sosok yang sabar di hadapan murid-
muridnya.Begitu juga ketika guru hendak mengajarkan tentang pentingnya kedisiplinan
kepada murid-muridnya, maka guru tersebut harus mampu memberikan teladan terlebih
dahulu sebagai guru yang disiplin dalam menjalankan tugas pekerjaannya.
Tanpa keteladanan, murid-murid hanya akan menganggap ajakan moral yang
disampaikan sebagai sesuatu yang omong kosong belaka, yang pada akhirnya nilai-nilai
moral yang diajarkan tersebut hanya akan berhenti sebagai pengetahuan saja tanpa
makna.
b.  Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta
didik yang kurang baik, seperti berkelahi dengan temannya, meminta sesuatu dengan
berteriak, mencoret dinding, mengambil barang milik orang lain, berbicara kasar, dan
sebagainya.
Dalam setiap peristiwa yang spontan tersebut, guru dapat menanamkan nilai-nilai moral
atau budi pekerti yang baik kepada para siswa, misalnya saat guru melihat dua orang
siswa yang bertengkar/berkelahi di kelas karena memperebutkan sesuatu, guru dapat
memasukkan nilai-nilai tentang pentingnya sikap maaf-memaafkan, saling
menghormati, dan sikap saling menyayangi dalam konteks ajaran agama dan juga
budaya.
c. Teguran
Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan
mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat
membantu mengubah tingkah laku mereka.

d. Pengondisian lingkungan.

Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa melalui penyediaan sarana fisik yang
dapat menunjang tercapainya pendidikan budi pekerti. Contohnya ialah dengan
penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai budi pekerti yang
mudah dibaca oleh peserta didik, dan aturan/tata tertib sekolah yang ditempelkan pada
tempat yang strategis sehingga mudah dibaca oleh setiap peserta didik.
e. Kegiatan rutin

Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang
kelas untuk mengajarkan budaya antre, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan,
mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, dan membersihkan ruang kelas
tempat belajar.

3. Metode pendidikan budi pekerti

Secara teoritis keberhasilan proses pendidikan budi pekerti dipengaruhi oleh


ketepatan seorang guru dalam memilih metode dalam menanamkan pendidikan budi
pekerti. Beberapa metoe pendidikan budi pekerti sebagai berikut:

a) Metode keteladanan

b) Metode pembiasaan

c) Metode ceramah (memberi nasehat)

d) Metode live in metode dengan memberi pengalaman kepada anak untuk mempunyai
pengalaman hidup bersama orang lain.

e) Metode kisah Qurani dan nabawi (penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan
cerita cerita yang terdapat dalam al quran dan hadist nabi)

f) Metode targhib dan tarhib

Targhib berasal dari kata raghaba yang berarti menyenangi, menyukai, mencintai.
Kemudian kata itu diubah menjadi kata benda menjadi tarhgib yang megandung makna
suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan, dan kebahagiaan yang
mendorong seseorang timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya.
Sedangkan tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti menakut nakuti,
menganacam sebagai akibat melakukan dosa dan kesalahan yang dilarang, atau lengah
dalam melakukan kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai