1
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 72.
ٰٰاللُٰلَ ُك ْٰمٰۚ َواِذَا ِ ِفٰال َْمجل
ّٰ سٰفَافْ َس ُح ْواٰيَ ْف َس ِح َّ يٰاَيُّ َهاٰالَّ ِذيْ َٰنٰا َمنُ ْٰواٰاِذَاٰقِ ْي َٰلٰلَ ُك ْٰمٰتَ َف
ٰ ِ ٰس ُح ْوا
ِ ُالل
ِٰٰٰٰبَاٰتَ ْع َملُ ْو َنّ ٰو ِ ِ ٰاللٰالَّ ِذينٰامن و
ِ َّ ٰۚاٰم ْن ُكم ُ ْقِ ْي َلٰٰان
َ ٰٰۚد َرجت
َ ْم
َ ٰوالذيْ َنٰٰاُ ْوتُواٰالْعل
َ ْ ْ ُ َ َ ْ ُّ ش ُزْواٰيَ ْرفَ ِع
ُ ْش ُزْواٰفَان
َِْخب
.ٰٰي ر
2
Dari bunyi ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bukan saja negara
namun Islam juga memandang pentingnya belajar itu belajar merupakan jendela
dunia dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal. Tujuan belajar dalam Islam
bukanlah mencari rezeki di dunia ini semata, tetapi juga untuk sampai kepada hakikat
memperkuat akhlak, artinya mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dengan
akhlak yang sempurna.
Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap orang. Belajar
dilakukan hampir setiap waktu, kapan saja, dimana saja, dan sedang melakukan apa
saja. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-
pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan pada si pelaku, baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.3 Menurut Moh. Surya belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
2
QS. al Mujadialah (28): 11.
3
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2010), 161-162.
itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.4 Belajar juga dapat berarti suatu
perubahan dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari praktik dan
pengalaman. Jadi teori belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu
peserta didik untuk belajar.
4
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 128.
jauh lebih banyak tentang tingkah laku manusia dengan mempertimbangkan segi-segi
subjektif maupun segi objektifnya. Jika aspek subjektif itu diabaikan, banyak tingkah
manusia yang kehilangan maknanya.
C. Teori-teori Belajar
Atkinson, dkk. (1997) dan Gredler Margaret Bell, (1986) yang dikutip Hamzah
B. Uno (2008:7—18) menambahkan beberapa teori belajar yang secara umum dapat
dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi (a) teori belajar
behavioristik, (b) teori belajar kognitif, (c) teori belajar humanistik, dan (d) teori belajar
sibernetik. Keempat aliran teori belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.,
yakni aliran behavioristik menekankan pada “hasil” dari pada proses belajar. Aliran
kognitif menekankan “proses belajar”. Aliran humanistik menekankan pada “isi” atau
apa yang dipelajari. Aliran sibernetik menekankan pada “sistem informasi” yang
dipelajari. Kajian tentang aliran tersebut akan diuraikan satu persatu.5
Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku, tidak lain adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari tingkah interaksi antara stimulus dan
respons. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respons. Para ahli yang berkarya dalam aliran ini antara lain:
Thorndike, (1911); Watson, (1963); Hull, (1943); dan Skinner, (1969).
5
Indah Kosmiyah, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), 34-43.
5. Mementingkan masa lalu
Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Dari kecepatan teori belajar teori humanistik inilah yang
paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar,
dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide
belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti
apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat
elektik. Teori apapun dapat dia manfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai.
Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan
oleh Ausubel (1968) yang disebut “belajar bermakna” atau meaningful learning.
(sebagai catatan, teori Ausubel ini juga dimasukkan ke dalam aliran kognitif). Teori ini
juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk taksonomi Bloom.
Selain itu, empat pakar lain yang juga termasuk kedalam tubuh teori ini adalah Kolb,
Honei dan Mumford, serta Habermas.
Teori belajar jenis ini mungkin yang paling baru dari semua teori belajar yang
dikenal adalah teori sibernetik. Teori ini berkembang sejanlan dengan berkembangnya
ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi.
Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang
mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang
lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan
menentukan proses.
Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena
itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam
proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari oleh siswa lain
melalui proses belajar yang berbeda.
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori ini misalnya telah dikembangkan
oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik dan heuristik), Pask dan Scott
(dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial atau serialist),
atau pendekatan-pendekatan lain yang beroerientasi pada pengolahan informasi.
Kelebihan
Kekurangan
1. Selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai daya ingat yang sama.
Padahal tiap individu memiliki kapasitas daya ingat yang berbeda-beda.
2. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memerhatikan cara pengembangan
pengetahuan dalam meraih sesuatu.
3. Tidak semua murid menguasai semua materi yang diberikan
Kelebihan
Kekurangan
Kelebihan
1. Tumbuhnya karakter yang akan muncul sendiri dan dapat mengenali dirinya
sehingga muncul keberagaman karya.
2. Canggihnya teknologi maka semakin bertambah maju dalam perkembangan
belajarnya yang dapat menemukan pengetahuan baru.
3. Tumbuhnya kedekatan baik terhadap guru dan murid membuat suasana nyaman
dan tentram sehingga tidak ada unsur ketakutan dalam belajar yang dialami
murid. Begitu juga sesama murid membuat pertemanan sangat erat dan saling
menghargai perbedaan.
Kelemahan
Kelebihan
Kekurangan
1. Banyak komentar terhadap teori ini karena tidak menekankan kepada proses
belajar sehingga dalam belajar sulit diterapkan.
KESIMPULAN