Anda di halaman 1dari 11

A.

Definisi Teori Belajar


Para psikologi pendidikan memunculkan istilah teori belajar setelah mereka
mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.
Berawal dari kesulitan tersebut muncullah beberapa persepsi berbeda dari para
psikolog sehingga menghasilkan dalil-dalil yang memiliki kalau teori belajar adalah
alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.1 Mc. Keachie dalam grendel
mengatakan bahwa teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-
kejadian tertentu dalam dunia nyata. Sedangkan Hamzah menyatakan bahwa teori
merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta
dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Kata belajar itu sendiri sebenarnya sudah lama muncul di dalam perspektif
pendidikan, sejak dari manusia baru dilahirkan di muka bumi hingga beranjak
dewasa dan tua kegiatan belajar masih saja terus dilakukan, misalnya saja dalam
perkembangan kecakapan berbicara, menurut fitrahnya setiap bayi yang normal
memiliki potensi untuk jangka berbicara seperti ayah bundanya, namun kecakapan
berbicara yang baik itu takkan pernah terwujud dengan baik tanpa upaya pelajar
walaupun proses kematangan perkembangan mulutnya telah selesai. Secara yuridis
Nasional Indonesia mengatur sistem pendidikan yang termasuk belajar di dalam
berbagai ketentuan konstitusional. Baik dalam UUD 1945 maupun dalam berbagai
produk peraturan perundang-undangan lainnya. Disamping itu harus kita tanamkan
yang pada dasarnya belajar merupakan kewajiban bagi setiap individu Dalam rangka
memperoleh ilmu pengetahuan Meskipun banyak tantangan yang akan dihadapi
setelah itu manusia akan memperoleh derajat kehidupan yang tinggi sesuai dengan
firman Allah:

1
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 72.
ٰ‫ٰاللُٰلَ ُك ْٰمٰۚ َواِذَا‬ ِ ِ‫فٰال َْمجل‬
ّٰ ‫سٰفَافْ َس ُح ْواٰيَ ْف َس ِح‬ َّ ‫يٰاَيُّ َهاٰالَّ ِذيْ َٰنٰا َمنُ ْٰواٰاِذَاٰقِ ْي َٰلٰلَ ُك ْٰمٰتَ َف‬
ٰ ِ ٰ‫س ُح ْوا‬

ِ ُ‫الل‬
ٰٰ‫ِٰٰبَاٰتَ ْع َملُ ْو َن‬ّ ‫ٰو‬ ِ ِ ‫ٰاللٰالَّ ِذينٰامن و‬
ِ َّ ٰۚ‫اٰم ْن ُكم‬ ُ ْ‫قِ ْي َلٰٰان‬
َ ٰۚ‫ٰد َرجت‬
َ ‫ْم‬
َ ‫ٰوالذيْ َنٰٰاُ ْوتُواٰالْعل‬
َ ْ ْ ُ َ َ ْ ُّ ‫ش ُزْواٰيَ ْرفَ ِع‬
ُ ْ‫ش ُزْواٰفَان‬

ِْ‫َخب‬
.ٰ‫ٰي ر‬
2

Artinya: Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, “Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (QS. al
Mujadalah: 11).

Dari bunyi ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bukan saja negara
namun Islam juga memandang pentingnya belajar itu belajar merupakan jendela
dunia dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal. Tujuan belajar dalam Islam
bukanlah mencari rezeki di dunia ini semata, tetapi juga untuk sampai kepada hakikat
memperkuat akhlak, artinya mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dengan
akhlak yang sempurna.
Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap orang. Belajar
dilakukan hampir setiap waktu, kapan saja, dimana saja, dan sedang melakukan apa
saja. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-
pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan pada si pelaku, baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.3 Menurut Moh. Surya belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu

2
QS. al Mujadialah (28): 11.
3
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2010), 161-162.
itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.4 Belajar juga dapat berarti suatu
perubahan dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari praktik dan
pengalaman. Jadi teori belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu
peserta didik untuk belajar.

B. Latar Belakang Teori Pendidikan


Pendidikan dalam arti sempit, merupakan proses tanpa akhir yang diupayakan
oleh siapapun, terutama (sebagai tanggung jawab) negara. Sebagai upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan
lahirnya peradaban manusia. Sedangkan pendidikan dalam arti sempit, pendidikan di
identikkan dengan sekolah. Dalam hal ini, pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan disekolah sebagai lembaga tempat mendidi (mengajar).
Pendidikan dalam arti sekolah ini kemudian dibutuhkan berbagai macam
metode pengajaran yang dipilih agar efektif dalam membentuk kemampuan kognitif,
efektif, dan psikomotorik siswa. Berbagai pendekatan disiplin ilmu dan teori pun
digunakan untuk membuat pengajaran mendapatkan manajemen yang tepat guna.
Mazhab psikologi yang paling mendukung proses pendidikan dalam arti smepit ini
adalah kaum Behavioris. Kaum ini sangat mengagungkan proses belajar asosiatif atau
proses belajar stimulus-respon sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku
manusia. Kaum ini percaya pada kekuatan luar atau lingkungan sebagai penyebab
tingkah laku manusia.
Terdapat pula mazhab Freudianisme yang dianggap mereduksi tingkah laku
manusia kedalam ukuran kimiawi atau fisik belaka. Aliran ini juga menekankan teori
instinktivisme dan behaviorisme itu sendiri. Kemudian lahirlah pula teori atau aliran
Humanistik yang salah satu tokoh terkenalnya adalah Dr.Abraham Maslow. Bagi
Maslow, Freud dianggap kurang menaruh minat pada implikasi sosial dari teori-
teorinya. Freud menarik alam bawah sadar dan implikasinya bagi tingkah laku
manusia. Akhirnya, Maslow mengemukakan keyakinannya bahwa kita dapat belajar

4
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 128.
jauh lebih banyak tentang tingkah laku manusia dengan mempertimbangkan segi-segi
subjektif maupun segi objektifnya. Jika aspek subjektif itu diabaikan, banyak tingkah
manusia yang kehilangan maknanya.

C. Teori-teori Belajar

Atkinson, dkk. (1997) dan Gredler Margaret Bell, (1986) yang dikutip Hamzah
B. Uno (2008:7—18) menambahkan beberapa teori belajar yang secara umum dapat
dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi (a) teori belajar
behavioristik, (b) teori belajar kognitif, (c) teori belajar humanistik, dan (d) teori belajar
sibernetik. Keempat aliran teori belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.,
yakni aliran behavioristik menekankan pada “hasil” dari pada proses belajar. Aliran
kognitif menekankan “proses belajar”. Aliran humanistik menekankan pada “isi” atau
apa yang dipelajari. Aliran sibernetik menekankan pada “sistem informasi” yang
dipelajari. Kajian tentang aliran tersebut akan diuraikan satu persatu.5

1. Teori Belajar Behavioristik

Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku, tidak lain adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari tingkah interaksi antara stimulus dan
respons. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respons. Para ahli yang berkarya dalam aliran ini antara lain:
Thorndike, (1911); Watson, (1963); Hull, (1943); dan Skinner, (1969).

Ciri-ciri dari teori ini adalah :

1. Mementingkan faktor lingkungan


2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif,
4. Sifatnya mekanis

5
Indah Kosmiyah, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), 34-43.
5. Mementingkan masa lalu

Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang


membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya.

2. Teori Belajar Kognitif


Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan
dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan
dengan lingkungan (Margaret Bell, 1991). Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud
dalam “tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh Jean Piaget, “belajar
bermakna” nya Ausubel, dan “belajar penemuan secara bebas” (free descovery
learning) oleh Jerome Bruner.

Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti


sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para psikolog pendidikan kognitif
berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan
keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.

3. Teori Belajar Humanistik

Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Dari kecepatan teori belajar teori humanistik inilah yang
paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar,
dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide
belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti
apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat
elektik. Teori apapun dapat dia manfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai.
Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan
oleh Ausubel (1968) yang disebut “belajar bermakna” atau meaningful learning.
(sebagai catatan, teori Ausubel ini juga dimasukkan ke dalam aliran kognitif). Teori ini
juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk taksonomi Bloom.
Selain itu, empat pakar lain yang juga termasuk kedalam tubuh teori ini adalah Kolb,
Honei dan Mumford, serta Habermas.

4. Tori Belajar Sibernetik

Teori belajar jenis ini mungkin yang paling baru dari semua teori belajar yang
dikenal adalah teori sibernetik. Teori ini berkembang sejanlan dengan berkembangnya
ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi.
Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang
mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang
lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan
menentukan proses.
Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena
itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam
proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari oleh siswa lain
melalui proses belajar yang berbeda.
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori ini misalnya telah dikembangkan
oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik dan heuristik), Pask dan Scott
(dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial atau serialist),
atau pendekatan-pendekatan lain yang beroerientasi pada pengolahan informasi.

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori-teori Belajar


 Teori belajar Kognitif

Kelebihan

1. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara indonesia lebih


menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan
pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
2. Hanya memerlukan dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk
pengembangan atau siswa dapat bimbingan langsung dari guru saat belajar
3. Dengan menerapkan teori kognitif, maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-
materi. Karena teori ni menekankan pada daya ingat murid terhadap materi-
materi yang sudah dipelajari.
4. Menginovasi hal-hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi atau mengkreasi
hal-hal baru yang belum ada sebelumnya.

Kekurangan

1. Selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai daya ingat yang sama.
Padahal tiap individu memiliki kapasitas daya ingat yang berbeda-beda.
2. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memerhatikan cara pengembangan
pengetahuan dalam meraih sesuatu.
3. Tidak semua murid menguasai semua materi yang diberikan

 Teori belajar Behavioristik

Kelebihan

1. Membiasakan guru bersikap jeli dan peka dalam kondisi belajar.


2. Sangat cocok dalam kemampuan praktek. Misal: kecepatan, daya tahan, refleksi
dan sebagainya.
3. Murid lebih mandiri sehingga guru tidak perlu banyak ceramah. Apabila
ditemukan, bru ditanyakan ke guru yang memahaminya.
4. Teori ini sangatlah cocok diterpkan dalam melatih anak-anak yang masih
membutuhkan peran orang dewasa yang bisa dibiasakan dan suka meniru-niru
dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan seperti diberi jajan.

Kekurangan

1. Proses belajar hanya berpusat pada guru. Jadi pembelajaran murid


berdasarkankan apa yang guru berikan dan mereka tidak diajarkan berkreasi
sesuai dengan perkembangannya.
2. Proses belajar dipandang otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti robot atau
mesin.
3. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangatlah sulit
diterima, karena ada perbedaan yang sangat mencolok antara hewan dan
manusia.

 Teori belajar Humanistik

Kelebihan
1. Tumbuhnya karakter yang akan muncul sendiri dan dapat mengenali dirinya
sehingga muncul keberagaman karya.
2. Canggihnya teknologi maka semakin bertambah maju dalam perkembangan
belajarnya yang dapat menemukan pengetahuan baru.
3. Tumbuhnya kedekatan baik terhadap guru dan murid membuat suasana nyaman
dan tentram sehingga tidak ada unsur ketakutan dalam belajar yang dialami
murid. Begitu juga sesama murid membuat pertemanan sangat erat dan saling
menghargai perbedaan.

Kelemahan

1. Kurangnya informasi yang lengkap serta pemahaman yang kurang jelas


membuat murid kekurangan bahan belajar atau refrensi.
2. Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan.
3. Pemusatan akan berkurang. Misal karena pengawasan kurang terjaga bisa jadi
dalam membaca buku atau lainnya murid lebih mengutamakan hobinya
bermain handphone sambil buka status whatsapp temannya.

 Teori belajar sibernetik

Kelebihan

1. Informasi yang telah diperoleh melalui pengalaman dijadikan sebagai suatu


konsep, teori atau informasi umum.
2. Adanya perubahan, baik dari tingkah laku atau secara kognitif.

Kekurangan

1. Banyak komentar terhadap teori ini karena tidak menekankan kepada proses
belajar sehingga dalam belajar sulit diterapkan.
KESIMPULAN

Sebagian besar teori-teori psikologis menjadikan masalah belajar sebagai hal


yang sentral walaupun kadang-kadang tidak dinyatakan secara eksplisit, tapi
kenyataannya untuk mempelajari teori belajar mempunyai pandangan dan karakteristik
yang berbeda-beda, dan hal ini menyebabkan pemberian tekanan kepada aspek dan
karakteristik yang berbeda-beda pula, sehingga kadang-kadang ditemui pertentangan
antara teori yang satu dengan teori yang lainnya. Pertentangan itu kalau diperhatikan
hanyalah pertentangan semu saja.Karena kenyataanya harus menempatkan konsepsi-
konsepsi yang bermacam-macam dalam keseluruhan sistem yang lebih luas.
Dalam menilai atau menyimpulkan pendapat-pendapat dari teori-teori belajar
tersebut, hendaknya jangan memandang sebagai suatu yang saling bertentangan dan
menganggap yang satu itulah yang benar dan yang lain salah.Perbedaan-perbedaan
yang terdapat antara karakter berbagai teori belajar itu disebabkan karena perbedaan
jenis-jenis belajar yang diselidiki.Belajar ada yang bertahap dan berkarakter rendah
dan ada yang bertahap dan berkarakter tinggi; ada yang belajar dalam tingkat biologis
dan ada pula yang bertingkat rohaniah; ada belajar yang bersifat skill atau keterampilan
dan ada yang bersifat rasional.Jadi dalam hal menilai benar tidaknya pendapat-
pendapat yang dikemukakan oleh berbagai teori belajar itu, kita harus memandangnya
dari segi-segi karaktersitik tertentu yang sesuai dengan jenis-jenis belajar yang
diselidikinya.
Yang penting bagi pendidik adalah mengambil manfaat dari masing-masing
teori itu dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi yang
dipelajari dan yang diajarkan, sebab kita mengetahui bahwa macam-macam cara
belajar yang dikemukakan oleh berbagai teori belajar tersebut, dalam batas tertentu
berlaku pula bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.


2010.

Kosmiyah, Indah. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras. 2012.

Mahmud. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2010.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2009.

Anda mungkin juga menyukai