Anda di halaman 1dari 92

UPAYA GURU MENERAPKAN METODE CERAMAH

BERVARIASI DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN


BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK DI MIN 7 TULUNGAGUNG

SKRIPSI

OLEH
NANDA AISAH FATIKA PUTRI
NIM. 12205183064

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian .................................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11
D. Kegunaan Penelitian................................................................................ 12
E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 13
F. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Diskripsi Teori ........................................................................................ 19
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 57
C. Paradigma Penelitian ............................................................................... 74
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 76
B. Kehadiran Peneliti ................................................................................... 77
C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 78
D. Sumber Data ........................................................................................... 80
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 82
F. Analisis Data........................................................................................... 85
G. Pengecekan Keabsahan Temuan .............................................................. 87
H. Tahap-tahap Penelitian ............................................................................ 89

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuh kembangkan
potensi sumber daya manusia (peserta didik) dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan adalah proses untuk
memberikan manusia berbagai macam aspek-aspek yang bertujuan
memberdayakan diri. Aspek-aspek tersebut diantaranya: penyadaran,
pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku. Pendidikan merupakan
pembentukan tiga ranah keberhasilan belajar yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Keseimbangan antara ketiga ranah tersebut akan menciptakan
peserta didik yang berintelektual dan dapat memiliki karakter yang baik
sehingga diharapkan nantinya menjadi bekal peserta didik dalam
berkehidupan di masyarakat.1
Pentingnya pendidikan juga sudah dijelaskan sesuai dengan firman
Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11:
۟ ‫ٱَّللُ لَكُ ْم ۖ َو ِإذَا قِي َل ٱنش ُُز‬
‫وا‬ َّ ‫ح‬ َ ‫وا َي ْف‬
ِ ‫س‬
۟ ‫س ُح‬ ۟ ‫س ُح‬
َ ‫وا فِى ْٱل َم َٰ َجل ِِس فَٱ ْف‬ َّ َ‫َٰ َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا ِإذَا قِي َل لَكُ ْم تَف‬
‫ٱَّللُ بِ َما ت َ ْع َملُونَ َخبِير‬
َّ ‫ت ۚ َو‬ ۟ ُ ‫وا مِنكُ ْم َوٱلَّذِينَ أُوت‬
ٍ ‫وا ْٱلع ِْل َم دَ َر َٰ َج‬ ۟ ُ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
َّ ‫وا يَ ْرفَ ِع‬۟ ‫فَٱنش ُُز‬
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Mujadalah:
11)2
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan akan ditinggikan derjatnya oleh Allah SWT. Dengan pendidikan,
manusia akan mengetahui mana saja yang baik dan yang buruk, yang benar
dan yang salah, dan yang membawa manfaat atau sebaliknya.

1
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010), hal. 27.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, Terjemah, dan Tafsir untuk Wanita, (Bandung: Jabal, 2010),
hal. 543.

1
Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan. Sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”3 Dalam hal ini, pendidikan
yang diharapkan ialah pendidikan yang dalam proses pembelajarannya mampu
menciptakan tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dewasa ini, pendidikan harus bisa menciptakan guru-guru yang
memiliki inovasi dan kreativitas dalam melaksanakan proses pembelajaran di
kelas. Guru yang kreatif dan inovatif tentunya akan membuat peserta didik
menjadi senang dan tidak jenuh ketika proses pembelajaran. Guru adalah
seorang pendidik, pembimbimg, pelatih, dan pengembang kurikulum yang
dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif sehingga dapat
memberikan ruang pada peserta didik untuk berfikir, aktif, kreatif, dan inovatif
dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. Guru dalam era
teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini bukan hanya sekedar
mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi manajer
belajar.4
Guru professional tentunya adalah guru yang mampu menuangkan
kreativitasannya pada proses pembelajaran yaitu dengan memberikan variasi-
variasi dalam pembelajarannya. Keterampilan dalam melaksanakan variasi
dalam kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan guru dalam konteks
proses interaksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan
peserta didik, sehingga peserta didik senantiasa menunjukkan ketekunan dan

3
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 8.
4
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 20.

2
antusiasmenya dalam belajar. Hal ini berarti bahwa setiap guru diharapkan
mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat merangsang aktivitas peserta
didik dan dapat memotivasi peserta didik, dapat menggunakan media maupun
metode pembelajaram yang bervariasi, dan juga menggunakan sumber-sumber
pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Salah satu hal yang tidak dapat ditinggalkan dalam kegiatan belajar
mengajar adalah adanya metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang
guru. Menurut Martinis Yamin metode pembelajaran adalah tindakan nyata
dari guru atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara
tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. 5 Sedangkan, menurut Zulkifli,
metode pembelajaran adalah cara yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu
pendidik perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta
dipraktekkan pada saat mengajar.6 Metode pembelajaran harus tersusun secara
sistematis agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan,
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema sebagai fokus utama. Pembelajaran tematik ini memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik secara utuh. Dalam pelaksanaannya pelajaran
yaniajarkan oleh guru di SD/MI diintegrasikan melalui tema-tema yang telah
ditetapkan.7 Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah
menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai
kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalam beberapa tema. Tema merupakan alat atau wadah untuk
mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.

5
Martinis Yamin, Strategi pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2003) hal. 31.
6
Zulkifli, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab….., hal. 6.
7
Faisal dan Stelly Martha Lova, Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar, (Medan: CV. Harapan
Cerdas, 2018), hal. 23.

3
Pembelajaran tematik menuntut pendidik untuk memiliki wawasan
yang luas, kreatifitas yang tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa
percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi.
Pendidik dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan agar penguasaan bahan ajar tidak
berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka
pembelajaran tematik akan sulit terwujud. 8
Keaktifan merupakan hal yang fundamental dalam proses belajar
mengajar. Nana Sudjana mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
aktif, bila siswa tidak diikutkan maka hasil yang dicapai akan rendah. Bentuk
keterlibatan siswa itu yaitu dengan adanya perhatian menginternalisasikan
informasi, aktif dalam memecahkan masalah dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, sangat penting mengaktifkan siswa dalam belajar. Agar belajar menjadi
aktif, mereka harus menggunakan otak, mengkaji alasan,memecahkan
masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif haruslah
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah.9 Keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar sangatlah penting karena pembelajaran tidak hanya
memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi juga menciptakan situasi
yang dapat membawa siswa aktif belajar untuk mencapai perubahan tingkah
laku.
Peran guru sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran agar
tujuan pembelajaran dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan
pembelajaran akan terwujud dengan baik jika guru saat mengajar
menggunakan metode-metode pembelajaran agar penyampaian materi lebih
menarik dan dapat mudah untuk dipahami peserta didik. Guru harus dapat
memvariasikan metode pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih aktif
ketika proses pembelajaran. Maka dari itu, kreativitas dan inovasi guru sangat

8
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini & Anak Usia Kelas
Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 186.
9
Melvin L. Sibermen, Aktive Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: PT. Nuansa,
2006), hal. 9.

4
dibutuhkan dalam menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi
peserta didik.
Pembelajaran tematik pada dasarnya memerlukan optimalisasi
penggunaan metode-metode pembelajaran yang bervariasi sehingga akan
membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antara
mata pelajaran. Dengan adanya variasi-variasi metode yang diaplikasikan pada
pembelajaran tematik diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
secara optimal, dimana peserta didik dapat aktif bertanya, aktif menjawab,
aktif berdiskusi, dan aktif mengeksplorasi suatu pengetahuan atau ilmu baru
dalam kegiatan pembelajarannya.
Untuk mencari berbagai metode pembelajaran yang bisa digunakan
dalam upaya peningkatan kemampuan mengajarnya, guru harus memiliki
motivasi yang tinggi untuk terlibat dalam kegiatan belajar sepanjang hayat.
Siswapun memiliki keinginan agar mereka lebih mudah dalam memahami
setiap pelajaran. Hal ini dapat terjadi jika setiap guru mampu melibatkan
mereka sebagai subjek dalam proses pembelajaran, di mana setiap guru harus
berkeyakinan bahwa semua siswanya dapat belajar, memperlakukan siswanya
secara adil dan mampu memahami perbedaan siswa satu dengan yang lainnya.
Guru juga harus mampu menguasai bidang ilmu yang diajarkan dan mampu
menghubungkan dengan bidang ilmu lain serta menerapkannya dalam dunia
nyata. Selain itu guru juga harus dapat menciptakan, memperkaya, dan
menyesuaikan metode mengajarnya untuk menarik sekaligus memelihara
minat siswanya. 10
Salah satu metode pembelajaran yang ada di dunia pendidikan yaitu
metode ceramah. Menurut Syaiful Bahri metode ceramah adalah metode
tradisional karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dan peserta didik dalam interaksi edukatif. Meski
metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi ia

10
Muhammad Anwar H.M., Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2018), hal.
2.

5
tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam pengajaran. 11 Metode ceramah
adalah suatu metode di mana cara menyampaikan materi kepada anak
didiknya dilaksanakan dengan lisan oleh guru di dalam kelas. Hubungan
antara guru dengan anak didiknya menggunakan bahasa lisan. Peranan guru
dan murid berbeda jelas yaitu guru terutama dalam menuturkan dan
menerangkan secara aktif sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti
secara cermat serta membuat catatan tentang pokok persoalan yang
diterangkan oleh guru.12 Berdasarkan pengertian tersebut, dalam penggunaan
metode ceramah seorang pendidik harus benar-benar menguasai materi yang
diajarkan sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta
didik. Dengan kata lain bahwa metode ceramah ini menggunakan guru sebagai
pemeran utama dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta didik hanya
mengikuti.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua
metode ceramah itu tidak baik. Metode ceramah akan memberikan hasil yang
baik, apabila guru dapat memberikan variasi pada metode ceramah tersebut
dengan metode-metode pembelajaran lainnya. Disinilah kreativitas guru
diperlukan untuk mensiasati metode pembelajaran supaya menjadi lebih
menarik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
Selain menggunakan ceramah sebagai metode utama, digunakan juga
metode lain dalam menunjang pembelajaran demi tercapai tujuan yang ingin
dicapai. Dengan metode lain yang dimasukkan kedalam metode ceramah
tersebut, diharapkan dapat membantu siswa aktif dalam kegiatan belajarnya.
Metode tersebut diantaranya seperti: metode tanya-jawab, metode diskusi,
metode penugasan, metode demonstrasi, dan lain sebagainya. Metode seperti
inilah yang disebut dengan metode ceramah bervariasi. Menurut Kartika,
ceramah bervariasi adalah suatu teknik penjelasan secara lisan yang
dilengkapi dengan penggunaan alat bantu audio visual dan teknik kegiatan

11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 243.
12
Halid Hanafi, La Adu, dan Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
hal. 212.

6
belajar lainnya seperti diskusi, demonstrasi, simulasi, penugasan, dan
kunjungan studi. Dengan demikian yang pada umumnya merupakan teknik
untuk menjelaskan dengan satu arah dari fasilitator kepada peserta akan
merupakan rangsangan bagi peserta untuk melakukan kegiatan partisipatif
melalui teknik-teknik lainnya. 13 Ceramah bervariasi mengandung beberapa
komponen atau unsur yang masing-masing bervariasi. Komponen tersebut
antara lain: metode, media, materi, sumber pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa guru perlu memiliki
kreativitas dalam memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan. Jika
guru hanya menggunakan satu metode saja tanpa diiringi dengan variasi maka
peserta didik akan cenderung malas untuk belajar karena dianggap guru
menggunakan metode yang selalu monoton dan tidak kreatif.
Ceramah bervariasi juga diterapkan di MIN 7 Tulungagung yang
merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang berada di Kecamatan
Bandung Tulungagung. Para guru di MIN 7 Tulungagung juga terus
melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan keaktifan siswanya yaitu
ketika pembelajaran di kelas. Karena dengan terbentuknya siswa yang aktif
diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
yang diinginkan. Dari pengamatan peneliti ketika melaksanakan kegiatan
magang di MIN 7 Tulungagung, masih ada beberapa siswa yang kurang aktif
dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Guru tentunya harus mencari solusi dari
permasalahan ini, salah satu cara yang dilakukan guru yaitu dengan
menerapkan metode ceramah bervariasi. Dalam hal ini tidak hanya guru yang
dapat berperan dalam proses pembelajaran, tetapi siswa juga berpartisipasi
dalam pembelajaran yang berlangsung. Guru dapat mengkombinasikan
metode ceramah dengan tanya-jawab, penugasan dan sebagainya. Dalam
penerapan metode tersebut dapat dimasukkan juga pemberian reward yang
dapat merangsang motivasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
berupa tambahan nilai bagi siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan yang

13
Ikka Kartika A., Mengelola Pelatihan Partisipatif, (Bandung: Alvabeta, 2011), hal. 78.

7
diberikan guru. Observasi di atas didasari oleh penelitian sebelum penelitian
yang sesungguhnya.
Penelitian yang akan dilakukan peneliti ini memiliki relevansi dengan
beberapa penelitian terdahulu, dimana peneliti mencari beberapa penelitian
terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini sehingga peneliti dapat mencari
perbedaan atau kekhasan dari penelitian ini. Peneliti mencari beberapa
penelitian terdahulu yang sama-sama mengkaji mengenai metode ceramah
yang divariasikan dengan metode pembelajaran lainnya.
Penelitian yang akan peneliti lakukan ini tentunya memiliki perbedaan
dengan penelitian sebelumnya atau penelitian terdahulu. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu: Ester Monalisa
Mononimbar 14, Budiyanto15, Habibah Rochmatun16, Saiful Arif17, dan Ocvita
Wulandari18. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut, difokuskan pada
bagaimana penggunaan metode ceramah yang divarisikan dengan metode
pembelajaran lainnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu,
penelitian lain yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth19, Riza Fatimah20, Hamzah21, dan

14
Ester Monalisa Mononimbar, dkk, “Ketrampilan Guru Menggunakan Metode Ceramah
Bervariasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 1
Tompaso”, Jurnal PPKn: Media Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Juni
2021, dalam https://ejurnal-mapalus-unima.ac.id/index.php/ppkn, diakses 22 Desember 2021.
15
Budiyanto, “Implementasi Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Peningkatan Higher Order
Thinking Skills dan Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon”,
Jurnal Simpul Juara, Vol. 03, No. 01, Maret 2021, dalam
http://simpuljuara.disdik.jabarprov.go.id/, diakses 22 Desember 2021.
16
Habibah Rochmatun, dkk, Efektivitas Penggunaan Metode Ceramah Variasi Bermediakan Slide
Power Point dan Metode Outdoor Study Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hidrosfer Kelas X
SMA Negeri 1 Pangkah Tahun 2018”, Edu Geography, Vol. 6, No. 3, 2018, dalam
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo, diakses 22 Desember 2021.
17
Saiful Arif, Penggunaan Metode Ceramah Variasi yang Disertai Kemampuan Orientasi
Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ekonomi Siswa Kelas X-8 Sman 1 Paciran
Lamongan”, Annaba: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 1 September 2019, dalam
http://journal.stitmupaciran.ac.id/ojs, diakses 22 Desember 2021.
18
Ocvita Wulandari, Efektivitas Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kelas IV SD Negeri Krapyak Wetan Panggungharjo
Sewon Bantul, (Skripsi, Universitas Alma Ata Yogyakarta, 2017).
19
Elisabeth, dkk, “Upaya Guru Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Melalui Metode
Ceramah Kelas XI AP 3”, jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, Vol. 9, No. 8, 2020,
dalam http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb, diakses 23 Desember 2021.

8
Cici Novia Amiati22. Penelitian-penelitian tersebut memfokuskan pada
bagaimana penggunaan metode ceramah yang divarisikan dengan metode
pembelajaran lainnya dalam meningkatkan minat belajar peserta didik.
Penelitian terdahulu yang masih relevan dengan penelitian ini, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Anisa Fadhila 23, Ina Magdalena24, dan
Sa’odah25. Penelitian-penelitian tersebut memfokuskan pada bagaimana
kreativitas guru dalam menerapkan metode ceramah yang dipadu-padankan
dengan metode pembelajaran lainnya, seperti metode tanya jawab, metode
diskusi, metode penugasan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
yang akan peneliti lakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian terdahulu yang relevan. Persamaan tersebut yaitu, dalam penelitian
ini dengan penelitian terdahulu sama-sama mengkaji mengenai penggunaan
metode ceramah variasi pada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian
terdahulu yang sudah disebutkan diatas yaitu pada beberapa penelitian
terdahulu masih sedikit yang menfokuskan penelitian mengenai hambatan-
hambatan apa saja yang dialami guru ketika menerpakan metode ceramah
bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa dan juga cara guru

20
Riza Fatimah, Pengaruh Implementasi Metode Ceramah Pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Dalam Perspektif Siswa Terhadap Minat Belajar Siswa di SMK Ma’arif 2 Sleman,
(Skripsi, Universitas Islam Indonesia, 2018).
21
Hamzah dan Daruli Afiat, “Penerapan Metode Ceramah Dengan Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan, Vol. 1,
No 1, dalam http://journal.al-matani.com/index.php/jkip, diakses 23 Desember 2021.
22
Cici Novia Amiati, Penerapan Metode Pembelajaran Ceramah Meningkatkan Minat Belajar
Pada Mata Pelajaran IPS (Studi Kasus Siswa Kelas IX F di SMP Negeri 1 Balong Ponorogo),
(Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2021).
23
Anisa Fadhila, Kreativitas Guru dalam Menggunakan Metode Pembelajaran pada Pelajaran
Tematik di MIN 5 Tulungagung, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2020).
24
Ina Magdalena, dkk, “Kreativitas Guru dalam Penggunaan Metode Pembelajaran PPKN di
Kelas V SD Negeri Bojong 04 Tangerang”, Pandawa: Jurnal Pendidikan dan Dakwah, Vol. 2,
No. 1, Januari 2020, dalam https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa, diakses 23 Desember
2021.
25
Sa’odah, dkk, “Kreativitas Guru dalam Menggunakan Metode Pembelajaran PKN Untuk
Meningkatkan Motivasi Siswa”, EDISI : Jurnal Edukasi dan Sains, Vol. 2, No. 1, Juni 2020,
dalam https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi, diakses 23 Desember 2021.

9
untuk mengatasi hambatan-hambatan ketika menerpakan metode ceramah
bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Upaya guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran yang
menarik dan tidak monoton merupakan hal yang krusial dalam proses
pembelajaran. Sehingga masalah ini merupakan masalah yang menarik untuk
dikaji dalam sebuah penelitian. Peneliti berkeinginan untuk menggali lebih
dalam lagi tentang upaya guru dalam meningkatkan keaktifan siswa untuk
menjadi bekal peneliti dalam meningkatkan keaktifan siswa khususnya pada
pembelajaran tematik kedepannya. Keaktifan siswa ini sangat berpengaruh
pada nilai dan pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik. Keaktifan siswa
juga dapat menjadikam tolak ukur guru untuk mengetahui apakah siswa sudah
mengerti dan memahami apa yang sudah disampaikan oleh guru. Dengan
adanya penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan baru mengenai
penerapan metode ceramah bervariasi, hambatan-hambatan apa saja yang
dialami guru ketika menerapkan metode ceramah bervariasi dan bagaimana
upaya guru untuk mengatasi hambatan tersebut sehingga dengan adanya
metode ceramah bervariasi ini dapat menumbuhkan keaktifan belajar siswa
kelas V pada pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung.
Peneliti memilih MIN 7 Tulungagung sebagi objek penelitian
dikarenakan MIN 7 Tulungagung merupakan sekolah yang mempunyai
seperangkat pembelajaran yang cukup memadai. MIN 7 Tulungagung selain
memiliki banyak prestasi di bidang akademik juga berprestasi di bidang non-
akademik. Selain itu terdapat pembiasaan membaca asmaul husna dan surat
pendek sebelum mengawali kegiatan pembelajaran. MIN 7 Tulungagung juga
memiliki beberapa ekstrakurikuler meliputi, volly, catur, tenis meja, khiroat,
kaligrafi, berpidato, dan lain sebagainya. Sekolah berusaha menumbuhkan
sikap siswa yang pasif, menjadi ikut aktif dalam berbagai kegiatan yang ada di
sekolah. Di lembaga madrasah ini, guru mengajar dari pagi sampai siang hari,
hal ini dapat menimbulkan kejenuhan peserta didik saat kegiatan belajar
mengajar di kelas. Sehingga guru diharapkan mempunyai suatu upaya untuk
mengatasi kejenuhan saat pembelajaran berlangsung yaitu dengan kreativitas

10
guru dalam mengajar dengan menggunakan variasi metode-metode
pembelajaran. Dengan adanya variasi metode dalam pembelajaran, masalah
mengenai kejenuhan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran akan
teratasi. Karena, penggunaan metode pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran peserta didik.
Berdasarkan konteks penelitian diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di MIN 7 Tulungagung untuk mengetahui lebih dalam
lagi bagaimana upaya guru kelas V dalam meningkatkan keaktifan belajar
siswa. Oleh karena itu peneliti akan mengkaji permasalahan tersebut melalui
penelitian kualitatif dengan judul “Upaya Guru Menerapkan Metode Ceramah
Bervariasi Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas V Pada
Pembelajaran Tematik di MIN 7 Tulungagung”.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang telah dijelaskan di atas, untuk
menentukan dan menghindari suatu penelitian yang tidak mengarah, maka
dalam penelitian ini dapat diuraikan beberapa fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode ceramah bervariasi dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa kelas V pada pembelajaran tematik di MIN 7
Tulungagung?
2. Bagaimana hambatan yang dialami guru ketika menerapkan ceramah
bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V pada
pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung?
3. Bagaimana cara guru mengatasi hambatan ketika menerapkan ceramah
bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V pada
pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan dari fokus penelitian di atas, dalam penelitian ini
mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut:

11
1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode ceramah bervariasi dalam
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V pada pembelajaran tematik
di MIN 7 Tulungagung.
2. Untuk mendeskripsikan hambatan yang dialami guru ketika menerapkan
ceramah bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V
pada pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung.
3. Untuk mendeskripsikan cara guru mengatasi hambatan ketika menerapkan
ceramah bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V
pada pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung.

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bersifat
teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan dapat melengkapi
atau memberi dukungan terhadap hasil penelitian sejenisnya dan
memperkaya hasil penelitian yang diadakan sebelumnya tentang upaya
guru dalam menerapkan metode ceramah bervariasi dan keaktifan belajar
siswa terutama dalam proses pembelajaran tematik.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi:
a. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
positif terhadap kemajuan sekolah dan untuk memberitahukan bahwa
metode ceramah bervariasi sampai saat ini masih layak untuk
diterapkan dalam pembelajaran dan bisa diolah menjadi lebih kreatif
lagi sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa terutama dalam
pembelajaran tematik.

12
b. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
dijadikan referensi bagi para guru di Madrasah Ibtidaiyah mengenai
pelaksanaan metode ceramah bervariasi untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa, serta sebagai bahan dan tolak ukur para guru untuk
berupaya untuk bekerja lebih baik dalam meningkatkan keaktifan
siswa melalui kreativitas guru dalam mengkombinasikan metode
ceramah dengan metode pembelajaran yang lain.
c. Peserta didik
Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk peserta
didik agar dapat turut berperan aktif dalam proses pembelajaran
tematik.
d. Peneliti lain
Sebagai bahan referensi penelitian lain yang berkaitan dengan
penelitian sejenis.

E. Penegasan Istilah
Adapun penjelasan tentang istilah yang terdapat dalam judul “Upaya
Guru Dalam Menerapkan Metode Ceramah Bervariasi Untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Tematik di MIN 7
Tulungagung” yaitu:
1. Penegasan Secara Konseptual
a. Upaya
Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
usaha kegiatan yang mengerahkan tenaga, pikiran untuk mencapai
tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai maksud,
memecahkan persoalan mencari jalan keluar. 26 Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa, upaya adalah sesuatu usaha yang
dilakukan seseorang dengan maksud tertentu agar semua permasalahan

26
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 1250.

13
yang ada dapat terselesaikan dengan baik dan dapat mencapai tujuan
yang diharapkan.
b. Guru
Secara etimologi guru sering disebut pendidik. Secara
terminologi guru sering diartikan sebagai seorang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi (fitrah) siswa, baik
potensi kognitif, afektif, maupun potensi psikomotorik. 27
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa guru atau pendidik
mencangkup semua elemen yang ikut serta dalam mencerdaskan anak
bangsa, sebagaimana dinyatakan dalam BAB I pasal 1 ayat 6 :
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.” 28

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, guru adalah


seorang tenaga pendidik professional baik dalam pendidikan formal
maupun non formal, yang memiliki tugas untuk mengajar,
membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik agar
mereka memiliki kemampuan dan keterampilan, sehingga menciptakan
generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun
akhlaknya.
c. Metode
Menurut Zulkifli, metode adalah cara yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode merupakan suatu cara agar tujuan pengajaran
tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik. Oleh
karena itu pendidik perlu mengetahui dan mempelajari beberapa

27
Ramaliyus, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2004), hal. 86.
28
Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi,( Yogyakarta: Deepublish, 2019), hal. 109.

14
metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.29 Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode merupakan
suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang, yang terancang secara
sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Ceramah Bervariasi
Menurut Kartika, ceramah bervariasi adalah suatu teknik
penjelasan secara lisan yang dilengkapi dengan penggunaan alat bantu
audio visual dan teknik kegiatan belajar lainnya seperti diskusi,
demonstrasi, simulasi, penugasan, dan kunjungan studi. Dengan
demikian yang pada umumnya merupakan teknik untuk menjelaskan
dengan satu arah dari fasilitator kepada peserta akan merupakan
rangsangan bagi peserta untuk melakukan kegiatan partisipatif melalui
teknik-teknik lainnya.30 Dikatakan metode ceramah variasi karena
metode ceramah divariasikan dengan metode yang lain. Ada beberapa
metode variasi metode ceramah yang mungkin dilakukan oleh guru
yaitu, metode tanya jawab, diskusi, penugasan, dan lain-lain.
e. Keaktifan Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “aktif adalah giat
(bekerja, berusaha)”. Sedangkan “keaktifan adalah kesibukan atau
kegiatan”.31
Keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran terjadi
apabila: a) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada peserta
didik, guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman
dalam belajar, b) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan
minimal peserta didik (kompetensi dasar), c) pengelolaan kegiatan
pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas peserta didik,
meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai pesertadidik
yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan d)

29
Zulkifli, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Pekanbaru: Zanafa Publising, 2011), hal. 6.
30
Ikka Kartika A., Mengelola Pelatihan Partisipatif….., hal. 78.
31
Timo Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 4, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hal.31.

15
melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan. 32
Dalam proses pembelajaran, aktif yang dimaksud adalah
dimana guru harus dapat menciptakan suasana sedemikian rupa agar
peserta didiknya dapat aktif bertanya, menjawab, mengemukakan
pendapatnya serta mampu memberikan kesimpulan.
f. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model
pembelajaran terpadu (integrated instruction) yaitu sistem
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Pembelajaran terpadu menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran. Tema adalah gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Pembelajaran berangkat dari suatu tema tertentu sebagai
pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-
konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun
dari bidang studi lainnya.Tema mencerminkan kehidupan dunia secara
riil di sekeliling anak didik yang disesuaikan dengan rentang
kemampuan dan perkembangan anak. 33 Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pembelajaran tematik merupakan suatu
pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa.
2. Penegasan Secara Operasional
Berdasarkan penegasan istilah secara konseptual di atas, dapat
dirumuskan penegasan istilah secara operasional, bahwa yang dimaksud
dari penelitian yang berjudul “Upaya Guru Menerapkan Metode Ceramah
Bervariasi Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas V Pada

32
Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran: Cerdas, Kreatif, dan
Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal.65.
33
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hal. 80.

16
Pembelajaran Tematik di MIN 7 Tulungagung” yakni bagaimana
penerapan metode ceramah bervariasi agar peserta didik dapat menjadi
aktif dalam proses pembelajaran tematik dan juga apa saja hambatan yang
dihadapi guru sekaligus bagaimana cara guru mengatasi hambatan ketika
menerapkan metode ceramah bervariasi.
Penerapan metode ceramah bervariasi yang dimaksudkan adalah
bagaimana langkah-langkah guru dalam menyiapkan pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah dipadukan dengan metode lain seperti
metode tanya jawab, diskusi, penugasan dan lain sebagainya.

F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan gambaran secara umum dari
semua yang terkandung dalam penulisan skripsi untuk mempermudah
mengetahui urutan sistematis dari isi karya ilmiah tersebut. Adapun
sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal ini terdiri dari halaman sampul, halaman judul,
halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian,
motto, halaman persembahan, prakata, halaman daftar tabel, halaman
daftar gambar, halaman daftar lambang dan singkatan, halaman daftar
lampiran, halaman abstrak, dan halaman daftar isi.
2. Bagian Inti
Bagian ini merupakan bagian inti dari hasil penelitian yang terdiri
dari enam bab. Penelitian ini bersifat kualitatif, adapun rincianya sebagai
berikut:
Bab I pendahuluan, pada bab ini terdiri dari konteks penelitian,
fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan
istilah, dan sistematika pembahasan.
Bab II kajian pustaka, dalam kajian pustaka fokus penelitian dari
permasalah satu sampai dengan permasalahan terakhir yang memuat
uraian tentang penjelasan-penjelasan atau buku-buku teks yang berisi

17
teori-teori besar dan hasil penelitian terdahulu. Pembahasannya terdiri dari
deskripsi teori, penelitian terdahulu, paradigma penelitian, dan pertanyaan
penelitian.
Bab III metode penelitian, pada bab ini berisi tentang rancangan
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, subjek dan objek
penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, pengecekan keabsahan
temuan, dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV hasil penelitian, dalam bab ini peneliti akan menyajikan
deskripsi data, temuan penelitian dan analisis data.
Bab V pembahasan, dalam bab ini berisi pembahasan tentang hasil
temuan berdasarkan fokus penelitian yang ada. Dalam bab ini pula peneliti
telah menyediakan jawaban permasalahan pada fokus penelitian sesuai
penelitian.
Bab VI penutup, pada bab ini memaparkan tentang kesimpulan dari
hasil penelitian. Selanjutnya terdapat saran dari peneliti berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan di lapangan.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir ini terdiri dari daftar rujukan, lampiran-lampiran yang
diperlukan untuk meningkatkan validitas isi skripsi dan terakhir daftar
riwayat hidup dari peneliti.

18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Kajian Teori tentang Guru
a. Pengertian Guru
Secara etimologi guru sering disebut pendidik. Dalam bahasa
Arab ada beberapa kata yang menunjukkan tentang profesi ini seperti
mudarris, mu’allim, mu’addib yang meski memiliki makna yang sama,
tetapi masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Pengertian
guru atau pendidik menurut Muhaimin dan Mujib yaitu mencakup
murabbi, mu’allim dan mu’addib. Murabbi mengisyaratkan bahwa
guru adalah orang yang memiliki sifat rabbani, artinya orang yang
bijaksana, bertanggungjawab, berkasih sayang terhadap siswa dan
mempunyai pengetahuan tentang rabb. Pengertian mu’allim,
mengandung arti bahwa guru adalah orang berilmu yang tidak hanya
menguasai ilmu secara teoritik tetapi mempunyai komitmen yang
tinggi dalam mengembangkan ilmu yang dimiliki. Sedangkan dalam
konsep ta’dib terkandung pengertian integritas antara ilmu dan amal
sekaligus. 34 Secara terminologis guru sering diartikan sebagai seorang
yang bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi (fitrah) siswa, baik
potensi kognitif, afektif, maupun potensi psikomotorik. 35
Sri Minarti mengutip pendapat ahli bahasa Belanda,
J.E.C. Gericke dan T. Roorda, yang menerangkan bahwa guru berasal
dari bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali,
terhormat, dan pengajar. Dalam bahasa Inggris, terdapat beberapa kata
yang berarti guru, seperti teacher yang memiliki arti guru atau
pengajar, educator memiliki arti pendidik atau ahli mendidik, dan tutor
yang memiliki arti guru pribadi, guru yang mengajar di rumah atau
34
Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi….., hal. 108.
35
Ramaliyus, Ilmu Pendidikan Islam….., hal. 86.

19
guru les.36 Menurut Muhammad Muntahibun Nafis, guru adalah bapak
ruhani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan ilmu,
pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh
karena itu, guru memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam.
Muhammad Muntahibun Nafis juga mengutip pendapat Al-Syauki
yang menempatkan guru setingkat dengan derajat seorang rasul. Dia
bersyair: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan,
seorang guru hampir saja merupakan seorang rasul”.37
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa guru atau pendidik
mencangkup semua elemen yang ikut serta dalam mencerdaskan anak
bangsa, sebagaimana dinyatakan dalam BAB I pasal 1 ayat 6 :
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.” 38

Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen Pasal 1 ayat 1 menyatakan :
“Guru sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar membimbing, mengarahkan, menilai, melatih dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. 39

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah


seorang tenaga pendidik professional baik dalam pendidikan formal
maupun non formal, yang memiliki tugas untuk mengajar,
membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik agar
mereka memiliki kemampuan dan keterampilan, sehingga menciptakan
generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun
akhlaknya.

36
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif Normatif, (Jakarta:
Amzah, 2013), hal. 107-108.
37
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 88.
38
Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi…, hal. 109.
39
Ratnawilis, Buku Panduan Administrasi …, hal. 09.

20
b. Peran Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengajar dan
mendidik siswa guna untuk memajukan dunia pendidikan. Menurut
pakar pendidikan Indonesia yaitu KI Hajar Dewantara ada tiga macam
peran guru yaitu :
a) Ing Ngarso Sungtulodo, maksudnya guru sebagai pemimpin kelas,
di depan harus bisa memberi contoh yang baik untuk menuju
tujuan pendidikan
b) Ing Madyo Mangun Karso, maksudnya di tengah-tengah, guru
harus dapat membangkitkan semangat siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan
c) Tut Wuri Handayani, maksudnya dari belakang, guru harus dapat
memberi dorongan atau motivasi siswa supaya mampu menggapai
tujuan pendidikan dengan baik. 40
Dalam kaitannya peran guru dalam proses pembelajaran, Gege
dan Berliner mengemukakan ada tiga fungsi utama guru dalam proses
pembelajaran, yaitu sebagai perencana (planner), pelaksana dan
pengelola (organizer) dan penilai (evaluator).41 Seorang pakar
pendidikan Robert M. Gagne menyebutkan bahwa guru memiliki tiga
peran utama dalam proses belajar-mengajar yaitu:
1) Sebagai perancang pengajaran (designer of instruction)
2) Sebagai pengelola pengajaran (manager of instruction)
3) Sebagai penilai prestasi belajar siswa (evaluator of student
learning).42
Selain peran di atas, guru juga memiliki beberapa peran
diantaranya yaitu:
a) Guru sebagai Pendidik

40
Ruminiati, Sosio-Antropologi Pendidikan Suatu Kajian Multikultural,( Malang:Gunung
Samudera,2016), hal. 46.
41
Askhabul Kirom, “Peran Guru Dan Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Berbasis
Multikultural”, Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3, No. 1, Desember 2017,
hal. 72.
42
Kelompok Kerja PAK-PGI, Tuhan Mengasihi Aku, (Jakarta:Gunung Mulia, 2009) hal. Xxiii.

21
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan bagi
para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru
diharapkan memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang
mencangkup tanggungjawab, disiplin, kewibawaan dan
kemandirian. Tugas pendidik adalah menjadi teladan bagi siswa.
Jika guru berhasil mendidik siswanya dengan baik, peserta didik
akan mampu menggapai sebuah kesuksesan. 43
b) Guru sebagai Pelatih dan Pembimbing
Guru diibaratkan sebagai pemimpin perjalanan yang harus
bertanggungjawab pada perjalanan tersebut, yang meliputi aktivitas
fisik, perjalanan mental dan emosional, kreativitas, moral dan
spiritual yang kompleks. Sebagai pemimpin guru harus dapat
merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,
menetapkan jalan yang ditempuh menggunakan petunjuk
perjalanan serta menilai kelancaran sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan siswanya. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran
membutuhkan latihan keterampilan baik intelekual maupun
motorik, sehingga guru dituntut untuk bertindak sebagai pelatih
dan pembimbing bagi siswa.44
c) Guru sebagai Perancang Pembelajaran
Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam
merencanakan pembelajaran tersebut dengan memperhatikan
berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi:
membuat dan merumuskan bahan ajar, menyiapkan materi yang
relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu,
kebutuhan dan kemampuan siswa, merancang metode yang sesuai
dengan situasi dan kondisi siswa, menyediakan sumber belajar
yang dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator.45

43
Khairunnisa, Peranan Guru Dalam Pembelajaran, (Medan: Prosiding Seminar Nasional
Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2017), hal. 414.
44
Khairunnisa, Peranan Guru Dalam Pembelajaran….., hal. 414.
45
Khairunnisa, Peranan Guru Dalam Pembelajaran….., hal. 414.

22
d) Guru sebagai Motivator
Guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hal ini guru
mempunyai peram sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan
belajar mengajar. Guru dapat memberikan motivasi kepada peserta
didik dengan cara: membangkitkan dorongan siswa untuk belajar,
menjelaskan secara kongkret, apa yang dilakukan pada akhir
pembelajaran, memberikan ganjaran pada prestasi yang dicapai
siswa hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih
baik kedepannya, dan membentuk kebiasaan belajar yang baik. 46
e) Guru sebagai Demonstrator dan Fasilitator
Guru sebagai demonstrator hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuan dalam hal ilmu pengetahuan yang ingin diajarkannya.
Guru sebagai fasilitator hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. 47
f) Guru sebagai Konselor
Guru diharapkan dapat merespon segala masalah tingkah
laku yang terjadi dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru
harus disiapkan agar dapat menolong peserta didik memecahkan
masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya,
bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang
manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan
bekerja sama dengan bermacam-macam manusia.48
g) Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang
akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti proses

46
Khairunnisa, Peranan Guru Dalam Pembelajaran….., hal. 415.
47
Khairunnisa, Peranan Guru Dalam Pembelajaran….., hal. 415.
48
Khairunnisa, Peranan Guru Dalam Pembelajaran….., hal. 415.

23
pendidikan. Keberhasilan suatu kurikulum yang ingin dicapai
sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh
seorang pendidik. Hal ini berarti guru adalah orang yang
bertanggungjawab mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang
dalam kurikulum resmi. 49
h) Guru sebagai Evaluator
Dalam proses pembelajaran guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Dalam kegiatan ini guru akan
mengetahui tujuan yang dirumuskan tercapai atau belum, dan
apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua
pertanyaan akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau
penilaian. Guru akan mengetahui sejauh mana siswa dapat
menangkap penjelasan yang telah disampaikan guru dalam proses
pembelajaran. 50
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru
memiliki peran yang sangat banyak dalam dunia pendidikan. Peran
guru sangatlah penting dalam keberhasilan belajar peserta didik dan
penentu keberhasilan porses pembelajaran yang berkualitas. Guru
merupakan tenaga pendidik yang akan menghasilkan peserta didik
yang berkualitas dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta
didik. Oleh karena itu, peran guru sangatlah penting untuk
pembangunan nasional bangsa Indonesia serta melahirkan generasi-
generasi yang berkualitas untuk masa depan.
c. Kompetensi Guru
Kompetensi menurut Webster’s Dictionary mulai muncul pada
tahun 1596. Istilah ini diambil dari kata latin “competere” yang
artinya “to be suitable”. Pengertian kompetensi adalah karakteristik
yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja

49
Khairunnisa, Peranan Guru Dalam Pembelajaran….., hal. 416.
50
Khairunnisa, Peranan Guru Dalam Pembelajaran….., hal. 416.

24
individu dalam pekerjaannya.51 Dalam Undang-Undang Sisdiknas
No.14 tentang guru dan dosen, bab I pasal I ayat 10 yang menyatakan:
“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya”. 52
Menurut Saudagar dan Idrus, kompetensi dapat diartikan
dengan kemampuan, kecakapan, dan wewenang. 53 Sedangkan menurut
Syaiful Sagala kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu
yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.54Kompetensi
merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
mencapai tingkat guru professional.
Secara bahasa kompetensi guru terdiri dari dua suku kata yaitu
kompetensi dan guru. Kompetensi secara bahasa berarti kewenangan
untuk menentukan atau memutuskan sesuatu.55 Guru berarti orang
yang pekerjaan (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. 56
Menurut Mulyasa kompetensi guru merupakan perpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang
secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
mencangkup penugasan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalitas. 57
Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kompetensi guru merupakan kemampuan atau profesionalitas guru
yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan

51
Didi Pianda, Kinerja Guru,(Sukabumi:CV Jejak, 2018), hal. 30.
52
Rofa’ah, Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam Prespektif Islam,
(Yogyakarta:Deepublish, 2016), hal. 6.
53
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009), hal. 29.
54
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 29.
55
Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. IX; Jakarta: Balai Pustaka,1997), hal.
516.
56
Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia….., hal. 330.
57
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hal. 26.

25
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus memiliki
perilaku atau sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang baik demi
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sikap, pengetahuan,
dan keterampilan saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Guru harus sangat menjaga tiga aspek tersebut dalam melakukan
pekerjaannya. Kompetensi tersebut dapat berkembang dengan cara
pelatihan, praktik, kerja kelompok maupun belajar mandiri. Melalui
kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadikan guru semakin kompeten
di bidangnya, sehingga dihaparkan guru tak lagi sekadar
menyampaikan materi pembelajaran saja, tetapi lebih dari itu yaitu
harus memiliki perilaku atau sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang baik.
Standar kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang
criteria yang dipersyaratkan, ditetapkan, dan disepakati bersama dalam
bentuk penugasan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang
pendidik sehingga layak disebut kompeten.58 Menu0rut UU RI No. 14
tahun 2005 pasal 10 ayat (1), kompetensi guru meliputi: kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional. Penjabaran empat kompetensi guru yang
perlu dipahami dan dihayati bagi setiap guru yaitu sebagai berikut:
a) Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pedagogik merupakan kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi ini meliputi:
1) Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat
pendidikan.

58
Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru Konsep, Strategi, dan
Implementasinya,( Jakarta: Prenada Media, 2016), hal. 137.

26
2) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik,
sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai
keunikan peserta didik.
3) Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengamalan
belajar.
4) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
5) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan
suasana dialogis dan interaktif. 59
b) Kompetensi Kepribadian
Kemampuan personal/kepribadian merupakan kemampuan
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Kompetensi ini meliputi:
1) Bertindak sesuai dengan norma yang berlaku
2) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
yang memiliki etos kerja sebagai guru
3) Menampilkan tindakan yang menunjukkan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak
4) Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta
didik dan memiliki perilaku yang disegani
5) Bertindak sesuai dengan norma religius dan memiliki perilaku
yang diteladani peserta didik 60
c) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk
memahami dirinya sendiri yang tidak terpisahkan dari masyarakat
sekaligus mampu mengembangkan tugas sebagai anggota

59
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 32.
60
Ricu Sidiq, Najuah, Pristi Sehendro Lukitoyo,Strategi Belajar Mengajar Sejarah: Menjadi Guru
Sukses,(Yayasan Kita Menulis,2019), hal. 10.

27
masyarakat dan warga negara. Kompetensi ini menyangkut
kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan
mereka. Mulyasa menyatakan bahwa tujuh kompetensi sosial
harus dimiliki seorang guru agar mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif, meliputi:
1) Pengetahuan tentang adat istiadat, baik sosial maupun agama
2) Pengetahuan tentang budaya (termasuk tradisi)
3) Pengetahuan tentang demokrasi
4) Pengetahuan tentang estetika
5) Memiliki apresiasi serta kesadaran social
6) Memiliki sikap yang baik terhadap pengetahuan dan pekerjaan
7) Setia kepada harkat dan martabat manusia 61
d) Kompetensi Professional
Kemampuan professional merupakan kemampuan yang
harus dimiliki guru yang berkenaan dengan penguasaan materi
pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam. Kompetensi
ini meliputi:
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu
3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif
4) Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri62
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
guru harus memiliki kompetensi-kompetensi guru supaya tugas-
tugas keguruan bias diseleksaikan dengan baik. kompetensi guru

61
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru…, hal. 173.
62
Iwan Wijaya, Professional Teacher: Menjadi…., hal.22.

28
tersebut meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Dengan
penguasaan empat kompetensi tersebut, maka guru dapat
melakukan hal yang semestinya dilakukan guru yang tentunya
sangat dibutuhkan oleh peserta didik agar menghasilkan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Maka dari itu, agar seorang
guru dapat dikatakan kompeten di bidangnya, guru harus memiliki
dan menguasai empat kompetensi guru tersebut.

2. Metode Ceramah Bervariasi


a. Pengertian Metode Ceramah Bervariasi
Secara etimologi (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani
yaitu meta (sepanjang), dan hodos (jalan). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) tentang definisi atau pengertian dari metode
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. 63
Secara terminology (istilah), para ahli memberikan defenisi
metode pembelajaran berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.
Martinis Yamin memaknai metode pembelajaran, yaitu sebagai
berikut: “Metode pembelajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata
dari guru atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran
melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan kata
lain,metode mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru
dalam proses pengajaran di kelas. Politik atau taktik tersebut harus
mencerminkan langkah -langkah yang sistemik artinya bahwa setiap
komponen pembelajaran harus saling berkaitan satu sama lain dan
sistematik yang mengandung pengertian bahwa langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran itu tersusun dengan rapi

63
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif,Tindakan Kelas &
Studi Kasus,(Sukabumi: CV Jejak,2017), hal. 26.

29
dan logis sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. 64 Sedangkan,
menurut Zulkifli, metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode merupakan suatu cara agar tujuan pengajaran tercapai sesuai
dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik. Oleh karena itu pendidik
perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta
dipraktekkan pada saat mengajar.65
Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang,
yang terancang secara sistematis guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan
oleh seorang pengajar atau guru dalam menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Menurut Helmiati, metode ceramah adalah metode mengajar
dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Penggunaan metode ini untuk mengetahui bagaimana prosesnya,
bagaimana hal tersebut dapat terjadi sehingga akan menarik minat dan
perhatian anak dalam kegiatan belajar. 66 Sedangkan, menurut Syaiful
Bahri Djamarah, metode ceramah merupakan metode tradisional
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dan peserta didik dalam interaksi
edukatif. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru
daripada anak didik, tetapi ia tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja
dalam pengajaran.67 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode

64
Martinis Yamin, Strategi pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2003) hal. 31.
65
Zulkifli, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab….., hal. 6.
66
Helmiati, Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hal. 60.
67
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi….., hal. 243.

30
ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik.
Kartika mengemukakan bahwa ceramah bervariasi adalah suatu
teknik penjelasan secara lisan yang dilengkapi dengan penggunaan
alat bantu audio visual dan teknik kegiatan belajar lainnya seperti
diskusi, demonstrasi, simulasi, penugasan, dan kunjungan studi.
Dengan demikian yang pada umumnya merupakan teknik untuk
menjelaskan dengan satu arah dari fasilitator kepada peserta akan
merupakan rangsangan bagi peserta untuk melakukan kegiatan
partisipatif melalui teknik-teknik lainnya.68
Dari pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa metode ceramah
divariasikan dengan metode yang lain disebut dengan ceramah
bervariasi. Ada beberapa metode variasi metode ceramah yang
mungkin dilakukan oleh guru yaitu, metode tanya jawab, diskusi,
penugasan, dan lain-lain.
b. Karakteristik Metode Ceramah Bervariasi
Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian atau
penyajian materi pembelajaran dengan cara divariasikan macammacam
penggunaan metode pengajaran lain seperti tanya jawab,
diskusi, tugas dan sebagainya. Karena ceramah sudah dikenal sebagai
metode yang kurang menguntungkan, maka dalam penggunaannya
harus didukung dengan alat, media atau dengan macam metode lain.
Oleh karena itu, setelah guru menyampaikan ceramah, maka
diharapkan perlu memberikan kesempatan bagi siswanya untuk
mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini dibutuhkan untuk
mengetahui seberapa besar siswa dapat memahami materi yang telah
disampaikan guru melalui metode ceramah.
Untuk menumbuhkan kerjasama antar peserta didik
maka diselingi dengan metode diskusi dimana guru memberikan
tugas kepada peserta didik untuk diselesaikan secara bersama. Untuk

68
Ikka Kartika A., Mengelola Pelatihan Partisipatif….., hal. 78.

31
lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa diberi tugas.69
Karakteristik penggunaan ceramah bervariasi yaitu:
a) Agar perhatian siswa tetap terarah selama penyajian berlangsung
b) Penyajian materi pembelajaran sistematis (tidak berbelit-belit)
c) Untuk merangsang siswa belajar aktif
d) Untuk memberikan feedback (timbal balik)
e) Untuk memberikan motivasi belajar.70
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa dengan
penggunaan ceramah bervariasi ini guru dapat membimbing siswa
untuk lebih aktif dalam memperhatikan pelajaran. Siswa akan lebih
mudah menerima materi pembelajaran karena materi yang
disampaikan tidak berbelit-belit, sehingga dapat merangsang siswa
untuk ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
c. Macam-macam Metode Ceramah Bervariasi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan sehingga para
peserta didik tidak merasa bosan ketika proses pembelajaran hanya
menggunakan satu metode saja. Pemilihan metode tertentu dengan
berbagai ragamnya tetap harus berkaitan dengan karakteristik tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Metode pembelajaran diantaranya
sebagai berikut:
1) Metode Ceramah
a. Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Penggunaan metode ini untuk mengetahui bagaimana

69
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hal. 110.
70
Lela Widya, Macam-macam Metode Pembelajaran, Lelawidya. student. fkip.uns.ac.id/materi-
sbm/, diakses pada 25 November 2021.

32
prosesnya, bagaimana hal tersebut dapat terjadi sehingga akan
menarik minat dan perhatian anak dalam kegiatan belajar. 71
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah
Metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan
sebagai alas an mengapa ceramah sering digunakan. Kelebihan
tersebut diantaranya yaitu:
a) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk
dilakukan. Murah dalam arti proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap. Sedangkan
mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru,
dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang
rumit.
b) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum
atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu
yang singkat.
c) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang
perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-
pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
d) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.
e) Ceramah tidak memerlukan persiapan-persiapan yang
rumit, sehingga organisasi kelas dengan menggunakan
ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Asal siswa
dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru,
maka ceramah sudah dapat dilakukan.72
Selain kelebihan-kelebihan yang sudah dipaparkan di
atas, metode ceramah juga mempunyai beberapa kekurangan,
dinataranya yaitu:

71
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 60.
72
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 61-62.

33
a) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur
yang baik dan gaya bertutur guru yang kurang menarik,
ceramah sering dianggap sebagai metode yang monoton
dan membosankan.
b) Informasi hanya satu arah, yaitu dari guru ke siswa.
c) Siswa menjadi tidak aktif karena pembelajaran didominasi
oleh guru.
d) Umpan balik (feed back) menjadi relatif rendah.
e) Kurang melekat pada ingatan siswa.
f) Tidak mengembangkan kreatifitas siswa.
g) Menjadikan siswa hanya sebagai objek didik.
h) Tidak merangsang siswa utk membaca.
i) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari
ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
j) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat
mengakibatkan terjadinya verbalisme.
k) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah
seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau
belum.73
2) Metode Tanya Jawab
a. Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara untuk
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru
yang harus dijawab oleh peserta didik atau sebaliknya
pertanyaan dari peserta didik yang harus dijawab oleh guru
baik secara lisan atau tertulis. 74
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab mempunyai beberapa kelebihan,
diantaranya yaitu:

73
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 263.
74
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar….., hal. 107.

34
a) Suasana kelas lebih hidup karena peserta didik dapat
berpikir aktif.
b) Sangat positif untuk melatih anak untuk berani
mengemukakan pendapat secara lisan dan teratur.
c) Siswa yang biasanya malas memperhatikan menjadi lebih
hati-hati dan sungguh-sungguh mengikuti pelajaran.
d) Walaupun pelajaran berjalan agak lambat tetapi guru dapat
melakukan kontrol terhadap pemahaman murid. 75
Metode tanya jawab juga mwmpunyai beberapa
kekurangan, diantaranya yaitu:
a) Apabila terjadi perbedaan pendapat/jawaban maka akan
terjadi perdebatan sengit, sehingga memakan waktu banyak
untuk menyelesaikan, terkadang siswa mengalahkan
pendapat guru.
b) Kemungkinan timbul penyimpangan dari pokok persoalan.
c) Memakan waktu yang lama untuk merangkum
bahan pelajaran. 76
3) Metode Bermain Peran (Role Playing)
a. Pengertian Metode Bermain Peran (Role Playing)
Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan
bahan-bahan melalui pengembangan dan penghayatan anak
didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan
oleh anak didik dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini akan membuat
anak didik lebih meresapi apa yang diajarkan guru.77
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran (Role
Playing)

75
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 70.
76
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 71.
77
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hal. 237.

35
Metode bermain peran (role playing) memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya yaitu:
a) Peserta didik melatih dirinya untuk melatih, memahami,
dan mengingat isi bahan yang akan di dramakan, sehingga
peserta didik akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
b) Bakat yang terdapat pada peserta didik dapat dipupuk
sehingga dimungkinkan akan tumbuh bibit seni drama dari
sekolah.
c) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina
dengan sebaik-baiknya.
d) Peserta didik memperoleh kebiasan untuk menerima dan
membagi tanggungjawab dengan sesamanya.
e) Bahasa lisan peserta didik dapat dibina menjadi bahasa
yang baik agar mudah dipahami orang lain.78
Metode bermain peran (role playing) juga mempunyai
beberapa kekurangan, diantaranya yaitu:
a) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka
menjadi kurang kreatif.
b) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam
rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada
pelaksanaan pertunjukan.
c) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain
sempit menjadi kurang bebas.
d) Kelas lain sering terganggu oleh suara para pemain dan
para penonton yang kadang-kadang berepuk tangan,dan
sebagainya. 79
4) Metode Simulasi
a. Pengertian Metode Simulasi

78
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar….., hal. 101.
79
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar….., hal. 101.

36
Metode simulasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa
suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai
dengan penjelasan lisan.80
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi
Metode simulasi memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya yaitu:
a) Perhatian siswa dapat difokuskan pada titik berat yang
dianggap penting bagi guru.
b) Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya
suatu proses tertentu melalui pengamatan dan percobaan,
siswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biayanya
bersifat tahan lama.
c) Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, di
mana siswa tidak bisa memahami dan mengerti apa yang
diucapkan.
d) Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan dengan
membaca buku, karena siswa telah memperoleh gambaran
yang jelas dari hasil pengamatan langsung.
e) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri
siswa dapat dijawab di waktu mengamati simulasi. 81
Metode Simulasi juga mempunyai beberapa
kekurangan, diantaranya yaitu:
a) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu
tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
b) Pengelolaan yang kurang baik. sering simulasi dijadikan
sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi
terabaikan.

80
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar….., hal. 90.
81
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada, 2004),
hal 67.

37
c) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering
mempenggaruhi siswa dalam melakukan simulasi. 82
5) Metode Karyawisata
a. Pengertian Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode mengajar dengan
mengajak siswa mengunjungi suatu objek guna memperluas
pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan
dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan
tersebut dengan didampingi oleh pendidik. 83
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata
Ada beberapa kelebihan dari metode karyawisata
diantaranya yaitu:
a) Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang
memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b) Membuat bahan yang dipelajari di sekolah lebih relevan
dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c) Pengajaran dapat lebih merangsang kreatifitas anak.84
Metode karyawisata ini juga memiliki kekurangan,
diantaranya yaitu:
a) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c) Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas
daripada tujuan utama, sedangkan unsure studinya
terabaikan.
d) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap
gerak-gerik anak didik di lapangan.
e) Biayanya cukup mahal.

82
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2010),
hal 140.
83
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 74.
84
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 75.

38
f) Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas
kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik,
terutama karyawisata jangka panjang dan jauh. 85
6) Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa
(kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan
ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan
atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu
masalah.86
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diksusi
Ada beberapa kelebihan dari metode diskusi,
diantaranya yaitu:
a) Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung
dalam proses belajar.
b) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan
penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
c) Dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir
dan sikap ilmiah.
d) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya
dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat
memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.
e) Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha
pengembangan sikap sosial dan sikap demokrasi para
siswa. 87
Selain memiliki kelebihan, metode diskusi juga
memiliki beberapa kekurangan, diataranya yaitu:

85
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 75.
86
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hal. 167.
87
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah….., hal. 172.

39
a) Diskusi terlampau menyerap waktu, dimana kadang-kadang
diskusi larut dengan keasikannya dan dapat mengganggu
pelajaran lain.
b) Pada umumnya peserta didik tidak berlatih untuk
melakukan diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan
baik, maka kecenderungannya mereka tidak sanggup
berdiskusi.
c) Kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara
melaksanakan diskusi, maka kecenderungannya diskusi
menjadi tanya jawab.88
7) Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk
tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain
yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. 89
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Ada beberapa kelebihan dari metode demonstrasi,
diantaranya yaitu:
a) Pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit sehingga tidak
terjadi verbalisme.
b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari.
c) Pembelajaran menjadi lebih menarik, karena siswa tidak
hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
d) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk
mencobanya sendiri.

88
Muhammada Afandi, dkk, Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah, (Semarang: Unissula
Press, 2013), hal. 110.
89
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 71.

40
e) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran
lebih melekat dalam diri siswa.90
Selain memiliki kelebihan, metode demonstrasi juga
memiliki beberapa kekurangan, diataranya yaitu:
a) Metode ini memerluka keterampilan guru secara khusus,
karena tanpa ditunjuang dengan hal tersebut pelaksanaan
demonstrasi tidak aka efektif.
b) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya ynag memadai
tidak selalu tersedia denga baik.
c) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang
matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang,
yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam
pelajaran lain. 91
8) Metode Resitasi (Penugasan)
a. Pengertian Metode Resitasi (Penugasan)
Metode resitasi atau yang bisa disebut dengan metode
penugasan adalah metode penyajian di mana guru memberikan
tugas tertentu agar anak didik melakukan kegiatan belajar. 92
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi (Penugasan)
Ada beberapa kelebihan dari metode resitasi
(penugasan), diantaranya yaitu:
a) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar
sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan
berdiri sendiri. 93

90
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 73.
91
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar….., hal 92.
92
Rahmah Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Deepublish, 2016),
hal. 119.
93
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2005),
hal. 48.

41
Disamping itu metode resitasi (penugasan) juga
memiliki beberapa kekurangan, diantaranya yaitu:
a) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan
pekerjaan yang diberikan kepada siswa justru dikerjakan
orang lain.
b) Guru sering mengalami kesulitan dalam pemberian tugas
yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa,
karena adanya perbedaan kemampuan individual,
intelegensi, dan kematangan mental masingmasing
individu.
c) Bilamana tugas terlalu dipaksakan dapat menimbulkan
terganggunya kestabilan mental dan pikiran siswa. 94
9) Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Metode yang cara penyajian pelajaran, di mana anak
didik melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. 95
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya yaitu:
a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk
mengadakan setudi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu
dan teknologi.
c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat
membawa terobosan-trobosan baru dengan penemuan

94
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam….., hal. 48.
95
Rahmah Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar….., hal. 121.

42
sebagai hasil percobaan yang di harapkan dapat bermanfaat
bagi kesejahteraan hidup manusia.
d) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaanya. 96
Metode eksperimen juga mempunyai beberapa
kekurangan, diantaranya yaitu:
a) Tidak semua sekolah memiliki kecupan media dan alat
bantu pembelajaran untuk menunjang pelaksanaan metode
eksperimen. Dengan adanya hal tersebut dapat
mengakibatkan peserta didik tidak dapat mengadakan
eksperimen.
b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan
bahan yang tidak selalu mudah di peroleh.
c) Jika eksperimen memerlukan jangka waktuyang lama, anak
didik harus menaati untuk melanjutkan pelajaran.
d) Metode ini menurut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
e) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan.
f) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang
ilmu dan teknologi.97
10) Metode Drill (Latihan)
a. Pengertian Metode Drill (Latihan)
Metode Drill adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan kegiatan latihan keterampilan secara berulang
kepada peserta didik agar siswa memiliki keterampilan yang
lebih tinggi terkait materi yang dipelajari. 98
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Drill (Latihan)

96
Al Fauzan Amin, Metode dan Model Pembelajaran Agama Islam, (Bengkulu: IAIN Bengkulu
Press, 2015), hal. 59-60.
97
Al Fauzan Amin, Metode dan Model Pembelajaran Agama Islam….., hal. 60.
98
Helmiati, Model Pembelajaran….., hal. 75.

43
Ada beberapa kelebihan dari metode drill (latihan,
diantaranya yaitu:
a) Bahan pelajaran yang di berikan dalam suasana yang
sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya
ingat siswa, karena seluruh pikiran, perasan, kemauan dapat
di konsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b) Peserta didik akan dapat mempergunakan daya pikirannya
dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang
baik maka peserta didik akan menjadi lebih teratur, tetliti
dan mendorong daya ingatnya.
c) Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera
serta langsung dari guru, memungkinkan siswa untuk
melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat
menghemat waktu belajar di samping itu juga siswa
langsung mengetahui prestasinya. 99
Disamping itu metode drill (latihan) juga memiliki
beberapa kekurangan, diantaranya yaitu:
a) Latihan yang di lakukan di bawah pengawasan yang ketat
dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
b) Tekanan yang lebih berat, yang di berikan setelah siswa
bosan atau jengkel tidak akan menabah gairah belajar dan
menimbulkan kadaan pikis berupa mogok belajar/ latihan.
c) Latihan yang terlampau berat menimbulkan perasaan benci
dalam didri siswa, baik terhadap pelajaran maupun terhadap
guru.
d) Latihan yang selalu diberikan di bawah bimbingan guru,
perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun
kreativitas siswa.
e) Tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi
tertentu, maka siswa akan merasa asing terhadap semua

99
Al Fauzan Amin, Metode dan Model Pembelajaran Agama Islam….., hal. 87-88.

44
struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak
berdaya. 100
Secara garis besar metode ceramah variasi dibagi menjadi tiga,
yaitu:101
1) Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)
Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas ini yaitu
metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab
dan pemberian tugas. Pelaksanaan metode ini dapat dilaksanakan
dengan langkah-langkah:
a) Penyampaian materi oleh guru
b) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan peserta
didik
c) Pemberian tugas kepada peserta didik.
Pada hakikatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan
apakah peserta didik telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang
sudah diajarkan. Dalam hal lain guru juga bermaksud ingin
mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran peserta didik. Melalui
metode tanya-jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan
faktual.
2) Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan
pengkombinasiannya, yaitu:
a) Guru menguraikan materi pelajaran
b) Kemudian guru dan peserta didik mengadakan diskusi
c) Pemberian tugas kepada peserta didik
3) Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL)
Metode ini merupakan kombinasi antara kegiatan
menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan
latihan (drill).

100
Al Fauzan Amin, Metode dan Model Pembelajaran Agama Islam….., hal. 88.
101
Al Fauzan Amin, Metode dan Model Pembelajaran Agama Islam….., hal. 44.

45
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah Variasi
Metode ceramah bervariasi memiliki beberapa kelebihan
diantaranya sebagai berikut:
1) Hemat dalam penggunaan waktu dan alat. Melalui ceramah, bahan
yang banyak disampaikan dalam waktu singkat. Alat (termasuk
media) yang digunakan juga cukup sederhana, waktu yang
diperlukan untuk menyampaikan informasi kepada satu orang atau
dua orang siswa sama dengan yang diperlukan untuk seratus orang
siswa.
2) Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa. Kontak yang
terjadi antara guru dan siswa tidak hanya sekedar kontak bicara,
tetapi memerlukan kontak pribadi di mana pribadi guru bertemu
dengan pribadi siswa. Pribadi ini dapat diartikan sebagai
keseluruhan aspek rohani (seperti kecerdasan, kemauan, kejujuran,
disiplin, kepercayaan pada diri sendiri) dan jasmani (sosok fisik)
yang menyatu dalam eksistensi seseorang.
3) Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
pendengaran dan pengetahuan.
4) Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber.
5) Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah di ketahui
siswa.
6) Ceramah bervariasi tidak hanya berpusat kepada guru tetapi
kepada seluruh komponen pembelajaran (siswa dan guru).102
Metode ceramah bervariasi juga memiliki beberapa kekurangan
diantaranya sebagai berikut:
1) Proses ceramah berlangsung menurut ketepatan bicara dan logat
bahasa yang dipakai oleh guru.
2) Membutuhkan keterampilan mengelola kelas dengan baik karna
menggunakan beberapa metode pembelajaran.

102
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal. 138.

46
3) guru harus mampu mengatur alokasi waktu dengan baik supaya
metode pembelajaran ceramah bervariasi dapat berjalan dengan
baik. 103

3. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran dibutuhkan keaktifan peserta
didik dalam belajar, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Menurut Martinis Yamin belajar merupakan proses mengubah
pengalaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan. 104 Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa tidak ada belajar apabila tidak ada
suatu keaktifan peserta didik dalam belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “aktif adalah giat
(bekerja, berusaha)”. Sedangkan “keaktifan adalah kesibukan atau
kegiatan”.105 Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Secara umum, belajar
boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara manusia
dengan lingkungannya, yang mungkin terwujud pribadi, fakta, konsep
ataupun teori. 106
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu atau respon dari
adanya stimulus dalam interaksi pada pembelajaran maupun
lingkungan sekitarnya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.

103
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar….., hal. 138.
104
Martinis Yamin, Kiat Membelajarakan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hal. 75.
105
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 4, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hal.31.
106
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014), hal. 20-
22.

47
Keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran terjadi
apabila:
1) Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada peserta didik.
2) Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman
dalam belajar.
3) Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal
peserta didik (kompetensi dasar)
4) Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada
kreativitas peserta didik, meningkatkan kemampuan minimalnya,
dan mencapai pesertadidik yang kreatif serta mampu menguasai
konsep-konsep.
5) Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan. 107
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar peserta didik merupakan proses kegiatan belajar yang menuntut
peserta didiknya untuk aktif. Belajar aktif disini bukan hanya sekedar
berinteraksi dengan teman maupun dengan guru, tetapi menuntut
peserta didik untuk mampu berdiskusi dan memecahkan suatu
permasalahan dengan teman kelompoknya. Dimana peran guru hanya
sebagai fasilitator dan membimbing dalam proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini aktif yang dimaksud adalah keaktifan belajar
peserta didik dalam belajar. Dalam proses pembelajaran aktif yang
dimaksud adalah dimana guru harus dapat menciptakan suasana
sedemikian rupa agar peserta didiknya dapat aktif bertanya, menjawab,
mengemukakan pendapatnya serta mampu memberikan kesimpulan.
b. Jenis-jenis Kektifan Belajar
Dalam pembelajaran, ada beberapa jenis keaktifan,
diantaranya:
1) Visual activities, misalnya seperti: membaca, memerhatikan
gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

107
Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model….., hal. 65.

48
2) Oral activities, contohnya seperti: menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interpusi.
3) Listening activities, misalnya: mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, music, pidato.
4) Writing activities, contohnya yaitu: menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
5) Drawing activities, contohnya: menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
6) Motor activities, contohnya seperti: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
berternak.
7) Mental activities, contohnya yaitu: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8) Emotional activities, misalnya seperti: menaruh minat, merasa
bosan, gembira, tenang, gugup.108
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
keaktifan peserta didik secara umum meliputi kegiatan visual, kegiatan
lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan
menggambar, kegiatan metric, kegiatan mental, dan kegiatan
emosional. Seorang guru harus mampu mengidentifikasi aktivitas yang
menonjol dari seorang peserta didik agar guru mampu mengetahui
gaya belajar siswa. Guru dapat mngaktifkan siswa dalam belajar
dengan membuat pembelajaran itu menjadi menyenangkan, menantang
dan membuat peserta didik dapat percaya diri.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Peserta
didik juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan

108
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar….., hal. 101.

49
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping
itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis,
sehingga dapat merangsang keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh pada keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran adalah:
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga
mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan pada siswa).
3) Meningkatkan kompetensi belajar kepada siswa.
4) Memberikan stimulus (masalah topic, saran, dan konsep yang akan
dipelajari).
5) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6) Memunculkan keaktifan, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
7) Memberikan umpan balik.
8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir
pembelajaran. 109
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam upaya
peningkatan keaktifan belajar, peserta didik dan guru dapat berperan
dengan merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga
pembelajaran menjadi menarik dan dapat merangsang keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satu cara meningkatkan
keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang kurang terlibat
dalam proses pembelajaran.

4. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik

109
Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model…..,, hal.65.

50
Pembelajaran Tematik menurut Abdul Majid merupakan salah
satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yaitu sistem
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Pembelajaran terpadu menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran. Tema adalah gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Pembelajaran berangkat dari suatu tema tertentu sebagai
pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-
konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun
dari bidang studi lainnya.Tema mencerminkan kehidupan dunia secara
riil di sekeliling anak didik yang disesuaikan dengan rentang
kemampuan dan perkembangan anak.110
Selanjutnya, Mohamad Muklis berpendapat bahwa
pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan
memadukan materi beberapa pelajaran dalam satu tema, yang
menekankan keterlibatan peserta didik dalam belajar dan
pemberdayaan dalam memecahkan masalah, sehingga hal ini dapat
menumbuhkan kreativitas sesuai dengan potensi dan kecenderungan
mereka yang berbeda satu dengan yang lainnya. 111
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Dengan adanya tema dalam pembelajaran diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

110
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu….., hal. 80.
111
Mohamad Muklis, “Pembelajaran Tematik”, Fenomena: Jurnal Penelitian, Vol. 4, No.1,
2012, hal. 66, dalam https://journal.iain-samarinda.ac.id/, diakses 26 November 2021.

51
2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang
sama.
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6) Siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan
dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran
lain.
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan
diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat
digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
pengayaan.112
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa
pembelajaran tematik didesain untuk menciptakan pembelajaran
berbasis tema yang kontekstual pada aktivitas sehari-hari peserta didik,
dan juga upaya kebermaknaan pembelajaran menjadikan pembelajaran
tematik cocok diterapkan pada peserta didik. Hal ini tentunya
didukung dengan upaya keberlanjutan dan evaluasi secara berkala oleh
para stakeholder pendidikan.
b. Landasan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik mempunyai tiga landasan pokok yaitu:
landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan Yuridis.
1) Landasan Filosofis

112
Retno Widyaningrum, “Model Pembelajaran Tematik di MI/SD”, Jurnal Cendekia, Vol. 10,
No. 1, Juni 2012, hal. 109, dalam https://jurnal.iainponorogo.ac.id/, diakses 26 November 2021.

52
Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat yaitu:113
a) Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran
perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan
pengalaman siswa.
b) Aliran Konstruktivisme
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung
siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.
Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau
bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya
melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja
dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan
sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu
yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang
terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa
ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya.
c) Aliran Humanisme
Aliran humanisme melihat siswa dari segi
keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang
dimilikinya.
2) Landasan Psikologis
Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan
isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar
tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap

113
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aditya Media, 2010), hal.200.

53
perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan
kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik
tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimanapula siswa harus
mempelajarinya. 114
3) Landasan Yuridis
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut
adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Selain
itu terdapat pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab
V Pasal 1-b).115
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagaimana pendekatan lainnya juga
memiliki prinsip-prinsip yang dianut sehingga terlihat perbedaan yang
mendasar dengan pendekatan lainnya. Adapun prinsip yang mendasari
pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1) Terintegrasi dengan lingkungan atau bersifat kontekstual. Artinya
dalam sebuah format keterkaitan antara kemampuan peserta didik
dalam menemukan masalah dengan memecahkan masalah nyata
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa mata pelajaran
atau bahan kajian.

114
Depdiknas, Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah dasar (Jakarta: Depdiknas,
2006), hal. 3.
115
Depdiknas, Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah dasar….., hal. 3.

54
3) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
(joyful learning).
4) Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang bermakna
bagi peserta didik.
5) Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau bahan
kajian dalam suatu proses pembelajaran tertentu.
6) Pemisahan atau pembedaan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain sulit dilakukan.
7) Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minat peserta didik.
8) Pembelajaran bersifat fleksibel.
9) Penggunaan variasi metode dalam pembelajaran. 116
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar dan
madrasah ibtidaiyah, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student
centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang
lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan
guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas
belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman
langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

116
Depag, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam:
Jakarta, 2005), hal. 14.

55
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan
demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara
utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan
siswa berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 117
e. Tujuan Pembelajaran Tematik
Kemendikbud dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 menguraikan tujuan pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:
1) Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu.
2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam
dan berkesan.

117
Ibadullah Malawi dan Ani Kadarwati, Pembelajaran Tematik (Konsep dan Aplikasi), (Magetan:
Ae Media Grafika, 2017), hal. 6.

56
4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman
pribadi peserta didik.
5) Lebih bergairah dalam belajar karena siswa dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus
mempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih.
8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan
dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan
situasi dan kondisi. 118

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dicantumkan oleh peneliti merupakan
upaya untuk melakukan perbandingan antara penelitian terdahulu dan
penelitian yang dilakukan. Beberapa hasil penelitian yang penulis anggap
memiliki keterkaitan terhadap penelitian yang akan dilakukan, antara lain:
1. Metode Ceramah dan Hasil Belajar
a. Penelitian dengan judul “Ketrampilan Guru Menggunakan Metode
Ceramah Bervariasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Tompaso”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan guru dalam
menggunakan metode ceramah bervariasi, untuk mengetahui upaya
dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
ceramah bervariasi, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa setelah menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi

118
Kemdikbud, Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SD Kelas IV, (Diterbitkan
Oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu
Pendidikan, 2012), hal. 198.

57
di SMA Negeri 1 Tompaso. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa: 1) Keterampilan guru PPKn dalam melaksanakan proses
belajar mengajar sudah baik dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil belajar mid
semester dan akhir semester yang mengalami peningkatan. Hal
tersebut dikarena keterampilan guru yang bersikap proaktif,
menyiapkan materi secara sistematis, serta memberikan apersepsi
kepada siswa. 2) Penerapan metode ceramah bervariasi sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga terjadi peningkatan hasil
belajar siswa. Dapat dilihat bahwa dengan menerapkan metode
ceramah bervariasi oleh guru PPKn, ternyata para siswa lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan suasana kelas menjadi lebih
menyenangkan. 3) Dari hasil belajar mid semester dan akhir semester
oleh siswa kelas XII IPS 1 rata-rata siswa mengalami peningkatan
hasil belajar, namun ada beberapa siswa yang tidak mengalami
peningkatan karena mereka sering bolos dan juga ada siswa yang
malas dalam belajar.119
b. Penelitian dengan judul “Implementasi Metode Ceramah Bervariasi
Terhadap Peningkatan Higher Order Thinking Skills dan Hasil Belajar
Biologi di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan Higher Order Thinking
Skills siswa dengan mengimplementasikan metode ceramah bervariasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai
Higher Order Thinking Skills peserta didik yang menggunakan metode
ceramah bervariasi dengan metode ceramah konvensional, yaitu nilai
Higher Order Thinking Skills peserta didik yang menggunakan metode
ceramah bervariasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang
menggunakan metode ceramah konvensional, dimana terjadi

119
Ester Monalisa Mononimbar, dkk, “Ketrampilan Guru Menggunakan Metode Ceramah
Bervariasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 1
Tompaso”, Jurnal PPKn: Media Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Juni
2021, dalam https://ejurnal-mapalus-unima.ac.id/index.php/ppkn, diakses 22 Desember 2021.

58
peningkatan hasil belajar biologi siswa melalui penerapan
pembelajaran dengan metode ceramah bervariasi dari siklus I ke siklus
II sebesar 58,33%.120
c. Penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Ceramah
Variasi Bermediakan Slide Power Point dan Metode Outdoor Study
Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hidrosfer Kelas X SMA Negeri
1 Pangkah Tahun 2018”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas dan kesesuaian penggunaan metode ceramah
variasi bermediakan slide power point dengan metode outdoor study
pada mata pelajaran geografi materi hidrosfer kelas X SMA Negeri 1
Pangkah Tahun 2018. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
metode Outdoor Study lebih efektif dari pada metode ceramah variasi
bermediakan slide power point, hal ini dikarenakan kelas Ekperimen 2
pembelajaran dengan menggunakan metode outdoor study dikatakan
efektif karena telah memenuhi parameter efektivitas pembelajaran,
yaitu: 1) ketercapaian ketuntasan belajar rata-rata hasil belajar individu
kelas eksperimen 2 sebesar 81.34 dengan persentase ketuntasan hasil
belajar klasikal mencapai 86,1 % ≥ 80%. 2) Ketercapaian keefektifan
aktivitas siswa, meliputi afektif 74,2% termasuk kriteria tinggi dan
psikomotorik 66,4%. termasuk kriteria tinggi. 3) Respon positif siswa
dalam pembelajaran 87,2% termasuk kriteria sangat tinggi. Sedangkan
kelas ekspeimen 1 pembelajaran dengan menggunakan metode
ceramah variasi bermediakan slide power point belum memenuhi
kriteria efektif yaitu ketercapaian ketuntasan hasil belajar masih rendah
belum mencapai ketunasan klasikal 61,11% < 80%.121

120
Budiyanto, “Implementasi Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Peningkatan Higher Order
Thinking Skills dan Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon”,
Jurnal Simpul Juara, Vol. 03, No. 01, Maret 2021, dalam
http://simpuljuara.disdik.jabarprov.go.id/, diakses 22 Desember 2021.
121
Habibah Rochmatun, dkk, Efektivitas Penggunaan Metode Ceramah Variasi Bermediakan Slide
Power Point dan Metode Outdoor Study Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hidrosfer Kelas X
SMA Negeri 1 Pangkah Tahun 2018”, Edu Geography, Vol. 6, No. 3, 2018, dalam
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo, diakses 22 Desember 2021.

59
d. Penelitian dengan judul “Penggunaan Metode Ceramah Variasi yang
Disertai Kemampuan Orientasi Terhadap Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Ekonomi Siswa Kelas X-8 Sman 1 Paciran Lamongan”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membiasakan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran Ekonomi dengan metode ceramah
variasi sehingga siswa mampu untuk mengembangkan sikap dan
ketrampilan khusus dengan berfikir kritis dan kreatif dalam melihat
hubungan manusia dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Metode konvensional dalam
PTK pada bidang studi Ekonomi kelas X-8 SMAN 1 Paciran
Lamongan kurang mempengaruhi siswa untuk lebih meningkatkan
hasil belajarnya. 2) Setiap tindakan kelas dengan menggunakan metode
ceramah variasi disertai dengan orientasi dapat menumbuhkan
keberanian siswa untuk memahami, membuat contoh yang hampir
mirip dengan yang ada pada bacaan, serta kemampuan untuk bertanya
dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. 3)
Perolehan hasil belajar siswa kelompok yang diajar menggunakan
variasi metode ceramah variasi disertai dengan orientasi lebih baik dari
kelompok siswa yang diajar secara konvensional. 122
e. Penelitian dengan judul “Efektivitas Metode Ceramah Bervariasi
Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Pada Kelas IV SD Negeri Krapyak Wetan Panggungharjo
Sewon Bantul”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
efektivitas metode ceramah bervariasi baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Secara kuantitatif dilihat dari peningkatan hasil belajar
siswa, sedangkan secara kualitatif dilihat dari respon siswa dalam
mengikuti pelajaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada
kenaikan nilai rata-rata pada kelas eksperimen. Dari pre test ke post

122
Saiful Arif, Penggunaan Metode Ceramah Variasi yang Disertai Kemampuan Orientasi
Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ekonomi Siswa Kelas X-8 Sman 1 Paciran
Lamongan”, Annaba: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 1 September 2019, dalam
http://journal.stitmupaciran.ac.id/ojs, diakses 22 Desember 2021.

60
test pada kelas eksperimen menunjukkan angka kenaikan dari 61,57
menjadi 73,95, sedangkan pada kelas kontrol mengalami penurunan
nilai rata-rata dari 60,58 menjadi 58,66. Pengujian dengan “uji t” taraf
signifikan 5%, diperoleh hasil thitung = 3,122 ttabel 2,042, maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata kelas eksperimen dan nilai rata rata
kelas kontrol, yaitu nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol. Hasil penelitian secara
kualitatif menunjukkan ketertarikan siswa kelas eksperimen terhadap
pembelajaran PAI dengan metode ceramah bervariasi lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol. 123
2. Metode Ceramah dan Minat Belajar
a. Penelitian dengan judul “Upaya Guru Meningkatkan Minat Belajar
Peserta Didik Melalui Metode Ceramah Kelas XI AP 3”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memahami perencanaan, proses
pembelajaran dan upaya guru meningkatkan minat belajar peserta
didik melalui metode ceramah kelas XI AP 3 mata pelajaran PPKn
SMK Negeri 3 Pontianak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran yaitu guru PPKn mempersiapkan
RPP berlandaskan kurikulum 2013 dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2013 serta metode pembelajaran yang
direncanakan yaitu ceramah, diskuosi kelompok, tanya jawab dan
penugasan, serta model pembelajaran adalah model discovery dan
media pembelajaran menggunakan media papan tulis, proyektor untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik mata pelajaran PPKn. Bahan
dan sumber belajar yang dibuat guru PPKn dalam RPP adalah buku
PPKn kelas XI, Modul Pengayaan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas XI. 2) proses pembelajaran yang diupayakan guru PPKn yang
paling utama yaitu pengelolaan kelas dan pemilihan penggunaan

123
Ocvita Wulandari, Efektivitas Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Hasil Belajar Siswa
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kelas IV SD Negeri Krapyak Wetan
Panggungharjo Sewon Bantul, (Skripsi, Universitas Alma Ata Yogyakarta, 2017).

61
metode pembelajaran yang sesuai deongan materi dan jam kegiatan
pembelajaran agar peserta didik lebih senang dan suka terhadap mata
pelajaran PPKn sehingga dapat meningkatkan minat belajar peserta
didik, serta lebih fokus dalam kegiatan belajar mengajar. 3) Upaya
guru meningkatkan minat belajar peserta didik melalui metode
ceramah kelas XI AP 3 mata pelajaran PPKn SMK Negeri 3
Pontianak, yaitu: guru PPKn telah berupaya meningkatkan minat
belajar peserta didik dengan penggunaan metode pembelajaran
bervariasi, memotivasi peserta didik untuk belajar, memberikan
penilaian atau hadiah untuk mendorong peserta didik untuk semangat
dalam belajar, serta guru berupaya untuk mengelola kelas dengan
baik. 124
b. Penelitian dengan judul “Penerapan Metode Ceramah Dengan Media
Audio Visual Untuk Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama
Islam”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat
belajar PAI siswa kelas XI IPA 3 SMAN 3 Pekanbaru. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah dengan
media audiovisual kelas XI IPA 3 SMAN 3 Pekanbaru dapat
meningkatkan minat belajar siswa terhadap PAI dengan persentase
pada prasiklus 54%, pada siklus I yaitu 59,38%, dan pada siklus II
yaitu 80,21%.125
c. Penelitian dengan judul “Pengaruh Implementasi Metode Ceramah
Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Siswa
Terhadap Minat Belajar Siswa di SMK Ma’arif 2 Sleman”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
penerapan metode ceramah terhadap pembelajaran pendidikan agama
Islam dalam perspektif siswa terhadap minat belajar siswa di SMK

124
Elisabeth, dkk, “Upaya Guru Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Melalui Metode
Ceramah Kelas XI AP 3”, jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, Vol. 9, No. 8, 2020,
dalam http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb, diakses 23 Desember 2021.
125
Hamzah dan Daruli Afiat, “Penerapan Metode Ceramah Dengan Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan, Vol. 1,
No 1, dalam http://journal.al-matani.com/index.php/jkip, diakses 23 Desember 2021.

62
Ma'arif 2 Sleman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari implementasi metode ceramah
terhadap minat belajar siswa apabila dikreasikan menjadi metode
ceramah yang menyenangkan dalam proses pembelajaran pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI dan XII di SMK Ma’arif 2
Sleman, yaitu ditambah dengan metode tanya jawab. Dapat dilihat
pada jumlah responden 56 terdapat di r tabel df= N-2 df=56- 2=54
pada taraf signifikansi 5% adalah 0,2632. Penggunaan metode ceramah
minat belajar siswa sebesar 2,656 > 0,2632. Signifikansinya 0,000 <
0,05 Ho ditolak sedangkan Ha diterima.126
d. Penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Ceramah
Meningkatkan Minat Belajar Pada Mata Pelajaran IPS (Studi Kasus
Siswa Kelas IX F di SMP Negeri 1 Balong Ponorogo)”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan pembelajaran IPS
menggunakan metode ceramah pada mata pelajaran IPS pada siswa
kelas IX F di SMP Negeri 1 Balong Ponorogo dan untuk menganalisis
kelebihan dan kekurangan penerapan pembelajaran metode ceramah
pada mata pelajaran IPS siswa kelas IX F di SMP Negeri 1 Balong
Ponorogo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1)
Penggunaan metode pembelajaran ceramah berhasil dalam
pembelajaran IPS, karena siswa akan bekerja secara kelompok dan
saling membantu satu sama lainnya serta menyelesaikan permasalahan.
Dapat dilihat dari hasil wawancara siswa kelas IX F pada metode
pembelajaran ceramah sangat senang dan tidak jenuh. 2) Kelebihannya
penerapan pembelajaran metode ceramah yaitu guru mampu
menguasai materi, karena penjelasan yang disampaikan guru dikaitkan
dengan fenomena yang ada, sehingga meningkatkan daya tarik siswa

126
Riza Fatimah, Pengaruh Implementasi Metode Ceramah Pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Dalam Perspektif Siswa Terhadap Minat Belajar Siswa di SMK Ma’arif 2 Sleman,
(Skripsi, Universitas Islam Indonesia, 2018).

63
terhadap materi yang disampaikan. Adapun kekurangan dari metode
ceramah yaitu guru menjelaskan materi hanya di depan saja. 127
3. Metode Ceramah dan Kreativitas Guru
a. Penelitian dengan judul “Kreativitas Guru dalam Menggunakan
Metode Pembelajaran Pada Pelajaran Tematik di MIN 5
Tulungagung”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kreativitas guru dalam menggunakan metode ceramah pada pelajaran
tematik MIN 5 Tulungagung, untuk mengetahui kreativitas guru dalam
menggunakan metode diskusi pada pelajaran tematik di MIN 5
Tulungagung, dan untuk mengetahui kreativitas guru dalam
menggunakan metode tanya jawab pada pelajaran tematik di MIN 5
Tulungagung. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Dari
hasil penelitian yang telah diperoleh di lapangan menyebutkan bahwa
guru tematik di MIN 5 Tulungagung memiliki kreativitas yang
beragam dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Kreativitas
guru tematik dalam menggunakan metode ceramah berupa: (a)
kreativitas guru menggunakan metode ceramah divariasikan dengan
menggunakan media pembelajaran, contohnya seperti gambar dan alat
peraga, (b) ketika menerapkan metode ceramah, guru tematik
memvariasikan dengan menggunakan metode pembelajaran lain,
contohnya berupa metode diskusi, metode tanya jawab maupun
metode simulasi, (c) guru bertindak kreatif memberikan stimulus
berupa tepuk semangat dan menyanyi untuk meningkatkan gairah
belajar peserta didik. 2) Kreativitas guru tematik dalam menggunakan
metode diskusi di MIN 5 Tulungagung berupa: (a) kreativitas guru
menggunakan metode diskusi, divariasikan dengan menggunakan
Model pembelajaran Cooperative Learning, (b) guru bertindak kreatif
dengan memberikan ice breaking dalam waktu-waktu tertentu, (c) guru
bertindak kreatif menerapkan metode diskusi divariasikan dengan

127
Cici Novia Amiati, Penerapan Metode Pembelajaran Ceramah Meningkatkan Minat Belajar
Pada Mata Pelajaran IPS (Studi Kasus Siswa Kelas IX F di SMP Negeri 1 Balong Ponorogo),
(Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2021).

64
menggunakan media pendukung seperti LCD Proyektor (audio visual).
3) Kreativitas guru tematik dalam menggunakan metode tanya jawab
di MIN 5 Tulungagung berupa: (a) kreativitas guru dalam menerapkan
metode tanya jawab divariasikan dengan menggunakan metode
permainan (game) bertujuan agar pembelajaran bisa lebih
menyenangkan, (b) guru bertindak kreatif dalam menerapkan metode
tanya jawab dengan memberikan reward berupa pujian, tepuk pujian
maupun hadiah dari guru, (c) guru bertindak kreatif memvariasikan
metode tanya jawab dengan menggunakan media pendukung berupa
peta konsep (mind map).128
b. Penelitian dengan judul “Kreativitas Guru dalam Penggunaan Metode
Pembelajaran PPKN di Kelas V SD Negeri Bojong 04 Tangerang”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kreatifitas guru dalam
menggunakan metode pembelajaran PPKN yang bermacam – macam
di Kelas V SD Negeri Bojong 04 Tangerang. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa guru menggunakan metode ceramah, dan tugas
dalam pembelajaran PKN di Kelas V SD Negeri Bojong 04
Tangerang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, menunjukkan
bahwa upaya guru kelas V dalam menggunakan metode pembelajaran
belum sepenuhnya bervariasi karena saat ini guru hanya menggunakan
dua metode pembelajaran PPKN yaitu metode ceramah dan metode
tugas.129
c. Penelitian dengan judul “Kreativitas Guru dalam Menggunakan
Metode Pembelajaran PKN Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengangkat masalah tentang
kreativitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran PKn upaya
meningkatkan motivasi siswa di kelas IV SD Negeri Tanah Tinggi 7.

128
Anisa Fadhila, Kreativitas Guru dalam Menggunakan Metode Pembelajaran pada Pelajaran
Tematik di MIN 5 Tulungagung, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2020).
129
Ina Magdalena, dkk, “Kreativitas Guru dalam Penggunaan Metode Pembelajaran PPKN di
Kelas V SD Negeri Bojong 04 Tangerang”, Pandawa: Jurnal Pendidikan dan Dakwah, Vol. 2,
No. 1, Januari 2020, dalam https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa, diakses 23 Desember
2021.

65
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya
menggunakan satu metode pembelajaran saja. Metode yang digunakan
guru dalam pembelajaran PKN yaitu metode ceramah ditambah
dengan metode tanya-jawab atau kuis dan metode menjodohkan
gambar. Guru juga mempunyai strategi untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, dengan memberikan reward kepada siswa, seperti
berupa pujian, nilai yang tinggi, makanan dan benda. Hal ini
menunjukkan bahwa upaya guru kelas IV dalam menggunakan metode
dan strategi dalam pembelajaran sudah cukup bervariasi. 130
Berdasarkan pemaparan studi penelitian terdahulu di atas, peneliti
menyajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1: Penelitian Terdahulu yang Relevan
Nama, Tahun
No dan Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1 Ocvita Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
Wulandari, ini untuk mengetahui menunjukkan bahwa ada
(2017), efektivitas metode kenaikan nilai rata-rata pada
“Efektivitas ceramah bervariasi baik kelas eksperimen. Dari pre test
Metode Ceramah secara kuantitatif ke post test pada kelas
Bervariasi maupun kualitatif. eksperimen menunjukkan
Terhadap Hasil Secara kuantitatif angka kenaikan dari 61,57
Belajar Siswa dilihat dari peningkatan menjadi 73,95, sedangkan pada
dalam hasil belajar siswa, kelas kontrol mengalami
Pembelajaran sedangkan secara penurunan nilai rata-rata dari
Pendidikan kualitatif dilihat dari 60,58 menjadi 58,66.
Agama Islam respon siswa dalam Pengujian dengan “uji t” taraf
Pada Kelas IV mengikuti pelajaran. signifikan 5%, diperoleh hasil
SD Negeri thitung = 3,122 ttabel 2,042,
Krapyak Wetan maka Ho ditolak dan Ha
Panggungharjo diterima. Hal ini berarti bahwa
Sewon Bantul” terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata
kelas eksperimen dan nilai rata
rata kelas kontrol, yaitu nilai
rata-rata kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan nilai
130
Sa’odah, dkk, “Kreativitas Guru dalam Menggunakan Metode Pembelajaran PKN Untuk
Meningkatkan Motivasi Siswa”, EDISI : Jurnal Edukasi dan Sains, Vol. 2, No. 1, Juni 2020,
dalam https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi, diakses 23 Desember 2021.

66
rata-rata kelas kontrol. Hasil
penelitian secara kualitatif
menunjukkan ketertarikan
siswa kelas eksperimen
terhadap pembelajaran PAI
dengan metode ceramah
bervariasi lebih baik
dibandingkan dengan kelas
control.
2 Riza Fatimah, Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
(2018), ini adalah untuk menunjukkan bahwa terdapat
“Pengaruh mengetahui sejauh pengaruh yang signifikan dari
Implementasi mana pengaruh implementasi metode ceramah
Metode Ceramah penerapan metode terhadap minat belajar siswa
Pada ceramah terhadap apabila dikreasikan menjadi
Pembelajaran pembelajaran metode ceramah yang
Pendidikan pendidikan agama menyenangkan dalam proses
Agama Islam Islam dalam perspektif pembelajaran pada mata
Dalam Perspektif siswa terhadap minat pelajaran Pendidikan Agama
Siswa Terhadap belajar siswa di SMK Islam kelas XI dan XII di
Minat Belajar Ma'arif 2 Sleman. SMK Ma’arif 2 Sleman, yaitu
Siswa di SMK ditambah dengan metode tanya
Ma’arif 2 jawab. Dapat dilihat pada
Sleman”. jumlah responden 56 terdapat
di r tabel df= N-2 df=56- 2=54
pada taraf signifikansi 5%
adalah 0,2632. Penggunaan
metode ceramah minat belajar
siswa sebesar 2,656 > 0,2632.
Signifikansinya 0,000 < 0,05
Ho ditolak sedangkan Ha
diterima.
3 Habibah Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
Rochmatun, ini adalah untuk menunjukkan bahwa metode
Sriyanto, Wahyu mengetahui efektifitas Outdoor Study lebih efektif
Setyaningsih, dan kesesuaian dari pada metode ceramah
(2018), penggunaan metode variasi bermediakan slide
“Efektivitas ceramah variasi power point, hal ini
Penggunaan bermediakan slide dikarenakan kelas Ekperimen 2
Metode Ceramah power point dengan pembelajaran dengan
Variasi metode outdoor study menggunakan metode outdoor
Bermediakan pada mata pelajaran study dikatakan efektif karena
Slide Power geografi materi telah memenuhi parameter
Point dan hidrosfer kelas X SMA efektivitas pembelajaran, yaitu:
Metode Outdoor Negeri 1 Pangkah 1) ketercapaian ketuntasan
Study Pada Mata Tahun 2018. belajar rata-rata hasil belajar

67
Pelajaran individu kelas eksperimen 2
Geografi Materi sebesar 81.34 dengan
Hidrosfer Kelas persentase ketuntasan hasil
X SMA Negeri 1 belajar klasikal mencapai 86,1
Pangkah Tahun % ≥ 80%. 2) Ketercapaian
2018”. keefektifan aktivitas siswa,
meliputi afektif 74,2%
termasuk kriteria tinggi dan
psikomotorik 66,4%. termasuk
kriteria tinggi. 3) Respon
positif siswa dalam
pembelajaran 87,2% termasuk
kriteria sangat tinggi.
Sedangkan kelas ekspeimen 1
pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah
variasi bermediakan slide
power point belum memenuhi
kriteria efektif yaitu
ketercapaian ketuntasan hasil
belajar masih rendah belum
mencapai ketunasan klasikal
61,11% < 80%.
4 Saiful Arif, Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
(2019), ini adalah untuk menunjukkan bahwa 1)
“Penggunaan membiasakan guru Metode konvensional dalam
Metode Ceramah dalam menyampaikan PTK pada bidang studi
Variasi yang materi pelajaran Ekonomi kelas X-8 SMAN 1
Disertai Ekonomi dengan Paciran Lamongan kurang
Kemampuan metode ceramah variasi mempengaruhi siswa untuk
Orientasi sehingga siswa mampu lebih meningkatkan hasil
Terhadap untuk mengembangkan belajarnya. 2) Setiap tindakan
Peningkatan sikap dan ketrampilan kelas dengan menggunakan
Kualitas khusus dengan berfikir metode ceramah variasi
Pembelajaran kritis dan kreatif dalam disertai dengan orientasi dapat
Ekonomi Siswa melihat hubungan menumbuhkan keberanian
Kelas X-8 Sman manusia dengan siswa untuk memahami,
1 Paciran lingkungan yang ada membuat contoh yang hampir
Lamongan”. disekitarnya. mirip dengan yang ada pada
bacaan, serta kemampuan
untuk bertanya dibandingkan
dengan menggunakan metode
konvensional. 3) Perolehan
hasil belajar siswa kelompok
yang diajar menggunakan
variasi metode ceramah variasi

68
disertai dengan orientasi lebih
baik dari kelompok siswa yang
diajar secara konvensional.
5 Elisabeth, Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
(2020), “Upaya ini adalah untuk menunjukkan bahwa: 1)
Guru memahami Perencanaan pembelajaran
Meningkatkan perencanaan, proses yaitu guru PPKn
Minat Belajar pembelajaran dan mempersiapkan RPP
Peserta Didik upaya guru berlandaskan kurikulum 2013
Melalui Metode meningkatkan minat dan Peraturan Menteri
Ceramah Kelas belajar peserta didik Pendidikan dan Kebudayaan
XI AP 3”. melalui metode No. 65 Tahun 2013 serta
ceramah kelas XI AP 3 metode pembelajaran yang
mata pelajaran PPKn direncanakan yaitu ceramah,
SMK Negeri 3 diskuosi kelompok, tanya
Pontianak. jawab dan penugasan, serta
model pembelajaran adalah
model discovery dan media
pembelajaran menggunakan
media papan tulis, proyektor
untuk meningkatkan minat
belajar peserta didik mata
pelajaran PPKn. Bahan dan
sumber belajar yang dibuat
guru PPKn dalam RPP adalah
buku PPKn kelas XI, Modul
Pengayaan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Kelas XI. 2) proses
pembelajaran yang diupayakan
guru PPKn yang paling utama
yaitu pengelolaan kelas dan
pemilihan penggunaan metode
pembelajaran yang sesuai
deongan materi dan jam
kegiatan pembelajaran agar
peserta didik lebih senang dan
suka terhadap mata pelajaran
PPKn sehingga dapat
meningkatkan minat belajar
peserta didik, serta lebih fokus
dalam kegiatan belajar
mengajar. 3) Upaya guru
meningkatkan minat belajar
peserta didik melalui metode
ceramah kelas XI AP 3 mata

69
pelajaran PPKn SMK Negeri 3
Pontianak, yaitu: guru PPKn
telah berupaya meningkatkan
minat belajar peserta didik
dengan penggunaan metode
pembelajaran bervariasi,
memotivasi peserta didik untuk
belajar, memberikan penilaian
atau hadiah untuk mendorong
peserta didik untuk semangat
dalam belajar, serta guru
berupaya untuk mengelola
kelas dengan baik.
6 Hamzah dan Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
Daruli Afiat, ini adalah untuk menunjukkan bahwa
(2020), meningkatkan minat penerapan metode ceramah
“Penerapan belajar PAI siswa kelas dengan media audiovisual
Metode Ceramah XI IPA 3 SMAN 3 kelas XI IPA 3 SMAN 3
Dengan Media Pekanbaru. Pekanbaru dapat meningkatkan
Audio Visual minat belajar siswa terhadap
Untuk PAI dengan persentase pada
Meningkatkan prasiklus 54%, pada siklus I
Minat Belajar yaitu 59,38%, dan pada siklus
Pendidikan II yaitu 80,21%.
Agama Islam”.
7 Anisa Fadhila, Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
(2020), ini adalah untuk menunjukkan bahwa: 1) Dari
“Kreativitas mengetahui kreativitas hasil penelitian yang telah
Guru dalam guru dalam diperoleh di lapangan
Menggunakan menggunakan metode menyebutkan bahwa guru
Metode ceramah pada pelajaran tematik di MIN 5 Tulungagung
Pembelajaran tematik MIN 5 memiliki kreativitas yang
Pada Pelajaran Tulungagung, untuk beragam dalam proses
Tematik di MIN mengetahui kreativitas pembelajaran yang
5 Tulungagung”. guru dalam berlangsung. Kreativitas guru
menggunakan metode tematik dalam menggunakan
diskusi pada pelajaran metode ceramah berupa: (a)
tematik di MIN 5 kreativitas guru menggunakan
Tulungagung, dan metode ceramah divariasikan
untuk mengetahui dengan menggunakan media
kreativitas guru dalam pembelajaran, contohnya
menggunakan metode seperti gambar dan alat peraga,
tanya jawab pada (b) ketika menerapkan metode
pelajaran tematik di ceramah, guru tematik
MIN 5 Tulungagung. memvariasikan dengan
menggunakan metode

70
pembelajaran lain, contohnya
berupa metode diskusi, metode
tanya jawab maupun metode
simulasi, (c) guru bertindak
kreatif memberikan stimulus
berupa tepuk semangat dan
menyanyi untuk meningkatkan
gairah belajar peserta didik. 2)
Kreativitas guru tematik dalam
menggunakan metode diskusi
di MIN 5 Tulungagung berupa:
(a) kreativitas guru
menggunakan metode diskusi,
divariasikan dengan
menggunakan Model
pembelajaran Cooperative
Learning, (b) guru bertindak
kreatif dengan memberikan ice
breaking dalam waktu-waktu
tertentu, (c) guru bertindak
kreatif menerapkan metode
diskusi divariasikan dengan
menggunakan media
pendukung seperti LCD
Proyektor (audio visual). 3)
Kreativitas guru tematik dalam
menggunakan metode tanya
jawab di MIN 5 Tulungagung
berupa: (a) kreativitas guru
dalam menerapkan metode
tanya jawab divariasikan
dengan menggunakan metode
permainan (game) bertujuan
agar pembelajaran bisa lebih
menyenangkan, (b) guru
bertindak kreatif dalam
menerapkan metode tanya
jawab dengan memberikan
reward berupa pujian, tepuk
pujian maupun hadiah dari
guru, (c) guru bertindak kreatif
memvariasikan metode tanya
jawab dengan menggunakan
media pendukung berupa peta
konsep (mind map).
8 Ina Magdalena, Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini

71
Adinda Rahma ini adalah untuk menunjukkan bahwa guru
Ishaq, Siti melihat kreatifitas guru menggunakan metode
Maemunah, & dalam menggunakan ceramah, dan tugas dalam
Rizky Rahman metode pembelajaran pembelajaran PKN di Kelas V
Wijaya, (2020), PPKN yang bermacam SD Negeri Bojong 04
“Kreativitas – macam di Kelas V Tangerang. Berdasarkan hasil
Guru dalam SD Negeri Bojong 04 observasi dan wawancara,
Penggunaan Tangerang. menunjukkan bahwa upaya
Metode guru kelas V dalam
Pembelajaran menggunakan metode
PPKN di Kelas pembelajaran belum
V SD Negeri sepenuhnya bervariasi karena
Bojong 04 saat ini guru hanya
Tangerang”. menggunakan dua metode
pembelajaran PPKN yaitu
metode ceramah dan metode
tugas.
9 Sa’odah, Salsa Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
Adinda Oktavia, ini adalah untuk menunjukkan bahwa guru
Desyka mengangkat masalah tidak hanya menggunakan satu
Damayanti, Alvi tentang kreativitas guru metode pembelajaran saja.
Ridwanita, & dalam menggunakan Metode yang digunakan guru
Bunga Aulia, metode pembelajaran dalam pembelajaran PKN yaitu
(2020), PKn upaya metode ceramah ditambah
“Kreativitas meningkatkan motivasi dengan metode tanya-jawab
Guru dalam siswa di kelas IV SD atau kuis dan metode
Menggunakan Negeri Tanah Tinggi 7. menjodohkan gambar. Guru
Metode juga mempunyai strategi untuk
Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar
PKN Untuk siswa, dengan memberikan
Meningkatkan reward kepada siswa, seperti
Motivasi Siswa”. berupa pujian, nilai yang
tinggi, makanan dan benda.
Hal ini menunjukkan bahwa
upaya guru kelas IV dalam
menggunakan metode dan
strategi dalam pembelajaran
sudah cukup bervariasi.
10 Budiyanto, Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
(2021), ini adalah untuk menunjukkan bahwa terdapat
“Implementasi meningkatkan Higher perbedaan nilai Higher Order
Metode Ceramah Order Thinking Skills Thinking Skills peserta didik
Bervariasi siswa dengan yang menggunakan metode
Terhadap mengimplementasikan ceramah bervariasi dengan
Peningkatan metode ceramah metode ceramah konvensional,
Higher Order bervariasi. yaitu nilai Higher Order

72
Thinking Skills Thinking Skills peserta didik
dan Hasil Belajar yang menggunakan metode
Biologi di SMA ceramah bervariasi lebih tinggi
Negeri 1 dibandingkan dengan yang
Lemahabang menggunakan metode ceramah
Kabupaten konvensional, dimana terjadi
Cirebon”. peningkatan hasil belajar
biologi siswa melalui
penerapan pembelajaran
dengan metode ceramah
bervariasi dari siklus I ke
siklus II sebesar 58,33%.
11 Ester Monalisa Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
Mononimbar, ini adalah untuk menunjukkan bahwa: 1)
Sjamsi mengetahui Keterampilan guru PPKn
Pasandaran, & keterampilan guru dalam melaksanakan proses
Theodorus dalam menggunakan belajar mengajar sudah baik
Pangalila, metode ceramah dan dapat meningkatkan hasil
(2021), bervariasi, untuk belajar siswa, hal ini dapat
“Ketrampilan mengetahui upaya dilihat dari perbandingan hasil
Guru dalam meningkatkan belajar mid semester dan akhir
Menggunakan hasil belajar siswa semester yang mengalami
Metode Ceramah dengan menggunakan peningkatan. Hal tersebut
Bervariasi dalam metode ceramah dikarena keterampilan guru
Meningkatkan bervariasi, dan untuk yang bersikap proaktif,
Hasil Belajar mengetahui menyiapkan materi secara
Siswa Pada Mata peningkatan hasil sistematis, serta memberikan
Pelajaran PPKn belajar siswa setelah apersepsi kepada siswa. 2)
di SMA Negeri 1 menggunakan metode Penerapan metode ceramah
Tompaso”. pembelajaran ceramah bervariasi sangat
bervariasi di SMA mempengaruhi hasil belajar
Negeri 1 Tompaso. siswa sehingga terjadi
peningkatan hasil belajar
siswa. Dapat dilihat bahwa
dengan menerapkan metode
ceramah bervariasi oleh guru
PPKn, ternyata para siswa
lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan suasana
kelas menjadi lebih
menyenangkan. 3) Dari hasil
belajar mid semester dan akhir
semester oleh siswa kelas XII
IPS 1 rata-rata siswa
mengalami peningkatan hasil
belajar, namun ada beberapa

73
siswa yang tidak mengalami
peningkatan karena mereka
sering bolos dan juga ada
siswa yang malas dalam
belajar.
12 Cici Novia Tujuan dari penelitian Hasil dari penelitian ini
Amiati, (2021), ini adalah untuk menunjukkan bahwa: 1)
“Penerapan menganalisis penerapan Penggunaan metode
Metode pembelajaran IPS pembelajaran ceramah berhasil
Pembelajaran menggunakan metode dalam pembelajaran IPS,
Ceramah ceramah pada mata karena siswa akan bekerja
Meningkatkan pelajaran IPS pada secara kelompok dan saling
Minat Belajar siswa kelas IX F di membantu satu sama lainnya
Pada Mata SMP Negeri 1 Balong serta menyelesaikan
Pelajaran IPS Ponorogo dan untuk permasalahan. Dapat dilihat
(Studi Kasus menganalisis kelebihan dari hasil wawancara siswa
Siswa Kelas IX dan kekurangan kelas IX F pada metode
F di SMP Negeri penerapan pembelajaran ceramah sangat
1 Balong pembelajaran metode senang dan tidak jenuh. 2)
Ponorogo)”. ceramah pada mata Kelebihannya penerapan
pelajaran IPS siswa pembelajaran metode ceramah
kelas IX F di SMP yaitu guru mampu menguasai
Negeri 1 Balong materi, karena penjelasan yang
Ponorogo. disampaikan guru dikaitkan
dengan fenomena yang ada,
sehingga meningkatkan daya
tarik siswa terhadap materi
yang disampaikan. Adapun
kekurangan dari metode
ceramah yaitu guru
menjelaskan materi hanya di
depan saja.

C. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan cara mendasar untuk melakukan persepsi,
berpikir, menilai dan melaksanakan suatu kegiatan yang terkait dengan
sesuatu secara khusus tentang realita. 131 Paradigma juga dapat dipandang
sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu.

131
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal.
49.

74
Paradigma penelitian dalam skripsi ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

Upaya Guru dalam Menggunakan


Metode Ceramah Bervariasi pada
Pembelajaran Tematik

Penerapan metode ceramah Hambatan guru dalam Cara guru mengatasi


bervariasi pada menggunakan metode hambatan dalam
pembelajaran tematik ceramah bervariasi pada menggunakan metode
pembelajaran tematik ceramah bervariasi dalam
pembelajaran tematik

Keaktifan belajar siswa

75
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Upaya Guru Menerapkan Metode Ceramah
Bervariasi Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas V Pada
Pembelajaran Tematik di MIN 7 Tulungagung” penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang
diamati.132 Sedangkan, menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dipahami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memamfaatkan
berbagai metode ilmiah. 133 Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala holistik-kontekstual
melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti
sebagai instrument kunci. 134
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk mengiterprestasikan
gejala sosial atau fenomena dengan lebih menitik beratkan pada gambaran
yang lengkap tentang fenomena yang dikaji menguraikan menjadi variabel-
variabel yang saling terkait. Harapannya adalah diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. 135

132
Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education, (Boston, MA:
Allyn and Bacon, 1992), hal. 21-22.
133
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal.
6.
134
Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis,( Yogyakarta: Suaka
Media, 2015), hal. 8.
135
Khoirul Saleh, “Implementasi Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Pendidikan”, Jurnal
Studi Islam dan Sosial, Vol. 14, No. 2, Oktober 2012, hal. 60, dalam http://journal.walisongo.ac.id,
diakses 28 November 2021.

76
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang menggunakan latar alamiah dan
fenomena yang terjadi sesuai dengan situasi sosial yang ada. Penelitian ini
dilakukan berdasarkan kenyataan secara benar dan menganalisis teori yang
ada sebagai bahan pendukung sehingga sehingga menghasilkan data
deskriptif.
Fokus penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode ceramah
bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran tematik
di kelas V, bagaimana hambatan yang dialami guru ketika menerapkan
ceramah bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada
pelajaran tematik di kelas V, dan bagaimana cara guru mengatasi hambatan
ketika menerapkan ceramah bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar
siswa kelas V pada pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung. Penelitian
ini berusaha memberikan gambaran mengenai bagaimana upaya-upaya yang
dilakukan guru dalam menerapkan metode ceramah bervariasi untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V pada pembelajaran tematik di
MIN 7 Tulungagung. Oleh karena itu, pendekatan kualitatif merupakan
pendekatan yang mendeskripsikan tujuan tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti akan mendiskripsikan
penelitian ini secara menyeluruh dengan manganalisis fenomena, peristiwa,
sikap, aktivitas sosial, pemikiran, dari seseorang atau sekelompok orang yang
data tersebut diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Deskripsi
ini digunakan untuk menemukan penjelasan yang mengarah pada
penyimpulan secara mendalam mengenai upaya guru menerapkan metode
ceramah bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V pada
pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung.

B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian kualitatif merupakan
hal yang wajib dilakukan, karena peneliti disini merupakan instrumen kunci
dalam penelitian kualitatif. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif

77
berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir
data dan pada akhir peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. 136
Pengumpulan data harus dilakukan dalam situasi yang sebenarnya tanpa
adanya hal yang dibuat-buat. Peneliti langsung hadir di lokasi penelitian yaitu
di MIN 7 Tulungagung untuk melihat dan memastikan kegiatan belajar
mengajar serta lingkungan informan di sekolah.
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data yaitu berupa
wawancara, observasi dan dokumentasi langsung terhadap objek
yang diteliti. Peneliti harus bersifat sungguh-sungguh dan hati-hati dalam
mengumpulkan data agar benar-benar relevan dan terjamin keabsahannya.
Peneliti hadir di MIN 7 Tulungagung untuk mengamati keadaan yang terjadi
pada lokasi penelitian. Selain itu peneliti melakukan wawancara kepada
beberapa sumber diantaranya kepala madrasah, guru tematik kelas V, dan
peserta didik kelas V. Peneliti juga melakukan studi dokumentasi berupa
kegiatan belajar mengajar pembelajaran tematik yang dilakukan di kelas V
MIN 7 Tulungagung.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti berada di MIN 7
Tulungagung tepatnya di kelas V sebagai tempat penelitian. Peneliti
memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena MIN 7 Tulungagung
merupakan Madrasah Ibtidaiyah dengan sistem pendidikan yang baik, dimana
MIN 7 Tulungagung memiliki seperangkat pembelajaran yang cukup
memadai. Lembaga pendidikan Islam ini mampu mencetak peserta didik
untuk meraih prestasi yang unggul baik bidang akademik maupun non
akademik, dimana semua itu tidak terlepas dari didikan kelapa madrasah dan
para guru yang profesional dengan lulusan sarjana pendidikan yang
berkualitas, serta inovatif dalam membimbing seluruh peserta didik dengan
karakteristik yang berbeda-beda.

136
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal.
9.

78
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 7 Tulungangung memiliki visi dan
misi dalam mengembangakan program pendidikannya. Visi MIN 7
Tulungagung yaitu “Cerdas, mandiri, jujur, dan berakhlak terpuji”,
sedangkan misi dari MIN 7 Tulungagung yaitu:
1) Melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada peletakan dasar
kecerdasan bagi siswa, baik yang bersifat intelektual, emosional
maupun spiritual.
2) Menanamkan sikap kemandirian dalam belajar dan dalam pemecahan
masalah.
3) Menumbuhkan jiwa kreatif sehingga setiap siswa dapat mengembangkan
kreatifitas sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
4) Menanamkan sikap dan perilaku jujur pada setiap siswa sehingga sikap
dan perilaku jujur benar-benar menjadi kebiasaan dalam hidup sehari-hari.
5) Meletakkan dasar akidah yang kokoh sehingga setiap siswa memiliki
keimanan yang mantab dalam hidup dengan segala rintangan dan
tantangannya.
6) Membiasakan siswa untuk taat beribadah sehingga setiap siswa memiliki
tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan kewajibanya sebagai
hamba terhadap sang pencipta.
7) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris sehingga setiap
siswa memiliki ketrampilan berkomunikasi dalam mengantisipasi
kebutuhan global.
8) Membiasakan semua warga madrasah untuk menerapkan tata krama secara
islami dengan selalu menampilkan pribadi yang luhur dan akhlak yang
terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
Lokasi penelitian ini tepatnya bertempat di MIN 7 Tulungagung, Jl.
Panglima Sudirman Gg. II, Desa Mergayu, Kecamatan Bandung, Kabupaten
Tulungagung. Madrasah Ibtidaiyah Negeri 7 Tulungagung merupakan salah
satu lembaga pendidikan formal yang berada dibawah naungan Departemen
Agama (DEPAG) Kabupaten Tulungagung dan berstatus terakreditas A.
Secara geografis MIN 7 Tulungagung berada di tempat yang strategis karena

79
letaknya yang dekat dari jalan raya, akses untuk menuju madrasah ini juga
mudah untuk dijangkau, serta dekat dengan pusat Kecamatan Bandung.

D. Subjek dan Objek Penelitian


Dalam penelitian kualitatif, yang dimaksud dengan subjek
penelitian adalah “orang dalam” pada latar penelitian yang menjadi
sumber informasi. Subjek penelitian merupakan orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi-informasi tentang situasi dan kondisi di
lapangan penelitian.137 Moleong, menjelaskan subjek penelitian sebagai
informan, yang artinya orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi tempat penelitian. 138 Dalam penelitian kualitatif,
subjek penelitian sering disebut dengan istilah informan. Menurut Sugiyono,
informan adalah sebutan bagi sampel dari penelitian kualitatif. Sampel dalam
penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber,
atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. 139 Informan
adalah orang yang dipercaya menjadi narasumber atau sumber informasi oleh
peneliti yang akan memberikan informasi secara akurat untuk melengkapi data
penelitian.
Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan siapa yang dipilih
untuk menjadi subjek dari penelitian dalam penelitian kualitatif, yaitu
sebagai berikut: 1) mereka cukup lama dan intensif menyatu dalam bidang
atau kegiatan yang menjadi keahlian penelitian, 2) mereka terlibat penuh
dalam bidang atau kegiatan tersebut, dan 3) mereka memiliki waktu cukup
untuk dimintai informasi.140
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data-data dari subjek
penelitian yaitu: 1) Kepala MIN 7 Tulungagung. Kepala madrasah adalah
seorang yang berpengalaman dan intensif menyatu dalam bidang pendidikan

137
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.
188.
138
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif….., hal. 132.
139
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D….., hal. 216.
140
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif….., hal. 188.

80
terutama terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang ada di MIN 7
Tulungagung. Data yang didapat berupa hasil wawancara dan dokumentasi. 2)
Guru Tematik Kelas V. Guru merupakan orang yang terlibat penuh dalam
kegiatan belajar mengajar dengan peerta didik. Guru juga merupakan orang
yang berpengalaman dan intensif menyatu dalam bidang pendidikan. Dalam
hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru mata pelajaran tematik di
kelas V, sehingga guru tersebut pasti sudah terpercaya dan mampu dalam
bidangnya, terutama terkait dengan kegiatan pembelajaran tematik yang ada
di kelas V MIN 7 Tulungagung. Data yang didapat berupa hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi. 3) Siswa Kelas V. Peserta didik atau siswa
merupakan orang yang terlibat secara penuh dalam proses belajar mengajar
yang ada di kelas. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah
beberapa siswa kelas V MIN 7 Tulungagung. Data yang didapat berupa hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Menurut Sugiyono, objek penelitian merupakan atribut atau sifat
nilai dari seseorang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.141 Sedangkan, menurut Husein Umar, objek penelitian
menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga
dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambakan hal-hal lain jika
dianggap perlu. 142
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa objek
penelitian merupakan suatu gambaran sasaran ilmiah atau titik perhatian dari
suatu penelitian yang akan dijelaskan untuk mendapatkan infomasi dan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Objek penelitian dari penelitian ini adalah penerapan metode
ceramah bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa dan juga
hambatan-hambatan sekaligus cara mengatasi hambatan dalam penerapan
metode ceramah bervariasi. Dengan lebih spesifik lagi pada gambaran

141
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D....., hal. 38.
142
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skirpsi dan Tesis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal.
18.

81
fenomena-fenomena yang ada saat pembelajaran tematik di kelas V di
MIN 7 Tulungagung.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi untuk menggali data. Untuk memperoleh data di
lapangan dalam rangka mendeskripsikan dan menjawab permasalahan yang
sedang diteliti, maka yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu:
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari informan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan tanya jawab secara lisan, baik secara langsung melalui
tatap muka atau secara tidak langsung. 143
Wawancara mendalam merupakan wawancara yang
memungkinkan pewawancara untuk bertanya kepada informan dengan
harapan untuk memperoleh informasi mengenai fenomena yang ingin
diteliti secara mendalam. 144 Dalam suatu wawancara tentunya ada sebuah
percakapan antara pewawancara dan narasumber. Adapun percakapan
yang dimaksud di dalam wawancara mendalam yang dilakukan oleh
peneliti dengan narasumber bukan hanya sekedar menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan dan bukan hanya mengetes dugaan-dugaan
yang muncul saja, melainkan merupakan percakapan yang mendalam dan
bermakna untuk mendalami kejadian-kejadian yang ada.
Metode wawancara yang dipakai oleh peneliti adalah wawancara
terstruktur. Menurut Lexy J. Moleong wawancara terstruktur adalah
wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Peneliti yang menggunakan

143
Triyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hal. 162.
144
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2008), hal. 83.

82
jenis wawancara ini bertujun mencari jawaban terhadap hipotesis kerja.145
Oleh karena itu, pewawancara harus mempunyai konsep yang jelas
mengenai hal yang dibutuhkan, daftar pertanyaan harus tertuang dalam
rancangan wawancara untuk mencegah kemungkinan mengalami
kegagalan dalam memperoleh data. Peneliti menyusun daftar pertanyaan
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian agar menghasilkan data yang
relevan.
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data melalui wawancara
secara mendalam dengan beberapa informan yakni: 1) Kepala Madrasah
MIN 7 Tulungagung, wawancara dilakukan untuk memperoleh
informasi terkait profil atau latar belakang madrasah dan penerapan
metode-metode pembelajaran yang ada di MIN 7 Tulungagung. 2)
Guru Tematik Kelas V, wawancara ini dilakukan untuk memperoleh
informasi terkait penerapan metode ceramah variasi dalam
meningkatkan keatifan belajar siswa, hambatan-hambatan yang dialami
ketika menerapkan ceramah variasi, dan cara mengatasi hambatan-
hambatan tersebut. 3) Siswa Kelas V, wawancara ini dilakukan untuk
memperoleh informasi terkait partisipasi siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran tematik di kelas dengan menggunakan metode
ceramah bervariasi.
2. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap
gejala yang diteliti, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran.146 Sedangkan, menurut Suharsimi
Arikunto menyebutkan observasi atau disebut pula dengan pengamatan
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. 147

145
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif….., hal. 190.
146
Susilo Rahardjo dan Gudnanto, Pemahaman Individu, ( Jakarta: Kencana Prenada, 2016), hal.
42.
147
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), hal. 133.

83
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan
menggunakan teknik observasi partisipan. Menurut Sugiyono,
menjelaskan bahwa observasi partisipatif yang dimana peneliti terlibat
dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan
ini, maka data yang diperoleh akan lebih tajam, dan sampai mengetahui
pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. 148 Pada teknik ini,
peneliti berinteraksi secara langsung pada kegiatan yang dilakukan oleh
subyek dengan mengumpulkan data secara sistematis dari data yang
diperlukan. Dengan menggunakan teknik ini, maka data yang diperoleh
lebih dapat dipercaya karena peneliti mengadakan observasi di lapangan
untuk mengetahui kondisi yang terjadi di lembaga pendidikan.
Tujuan dilakukan observasi partisipan adalah untuk mengamati
peristiwa sebagaimana yang terjadi di lapangan secara alamiah. Peneliti
mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru tematik di
kelas V. Peneliti melakukan pengamatan pada saat pembelajaran dimulai
dari awal hingga akhir. Peneliti mengamati peserta didik apakah ikut aktif
dalam pembelajaran, dan bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk
membuat siswa aktif dalam penerapan metode ceramah bervariasi tersebut.
Observasi partisipan ini digunakan peneliti untuk mengamati
kegiatan belajar mengajar tematik yang dilakukan guru tematik kelas V
dengan menggunakan metode ceramah bervariasi dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa dan hambatan-hambatan yang dialami guru ketika
menerapkan ceramah bervariasi sekaligus bagaimana upaya guru untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data

148
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D….., hal. 64.

84
dengan mencatat data-data yang sudah berupa catatan, transkip, buku,
surat majalah, agenda dan sebagainya. 149
Menurut Moleong dokumen dibedakan menjadi dua, yaitu
dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah catatan
atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan
kepercayaan, yang berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi.
Sedangkan, dokumen resmi terbagi dua: pertama internal berupa memo,
pengumuman, instruksi; kedua eksternal berupa bahan-bahan informasi
yang dihasilkan suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin,
pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa. 150
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumen
sebagai alat pengumpulan data dan sumber tertulis yang terdiri dari
dokumen resmi yang dimiliki MIN 7 Tulungagung, seperti data tentang
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), profil madrasah, struktur
organiasasi madrasah, jumlah peserta didik, tata letak sekolah dan lain
sebagainya, dan dokumen yang tidak resmi, misalnya peneliti memotret
ketika kegiatan wawancara dengan para informan dan ketika kegiatan
belajar mengajar pembelajaran tematik di kelas V dengan menggunakan
metode ceramah bervariasi.

F. Analisa Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. 151
Menurut Miles dan Huberman, ada tiga macam kegiatan dalam
analisis data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)

149
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik….., hal. 158.
150
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif….., hal. 217-218.
151
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi, (Makassar: Theologia
Jaffray, 2018), hal. 52.

85
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya serta
membuang yang tidak perlu.152 Dalam reduksi ini peneliti melakukan
proses pemilihan data baik yang diperolah dari observasi, wawancara,
maupun dokumentasi. Proses ini dilakukan secara terus menerus mulai
dari pengumpulan data. Pada tahap reduksi data ini, peneliti memfokuskan
pada hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana penerapan metode
ceramah bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada
pembelajaran tematik di kelas V, bagaimana hambatan yang dialami
guru ketika menerapkan ceramah bervariasi dalam meningkatkan
keaktivan belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas di V, dan
bagaimana cara guru mengatasi hambatan ketika menerapkan ceramah
bervariasi dalam meningkatkan keaktivan belajar siswa kelas V pada
pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung. Kegiatan ini dimulai
sejak peneliti melakukan penelitian, pengumpulan data, kemudian
meringkas hal-hal yang penting sesuai dengan fokus penelitian.
2. Penyajian Data (Data Display)
Langkah kedua dari kegiatan analisa data yaitu penyajian data.
Data dalam penelitian ini berupa kalimat-kalimat, kata-kata yang
berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga sajian data merupakan
sekelompok informasi yang tersusun secara sistematis yang memberikan
kemungkinan untuk ditarik kesimpulan. 153 Penyajian data dalam penelitian
ini berbentuk uraian narasi dan disesuaikan berdasarkan jenis data yang
terkumpul, mulai dari observasi, wawancara maupun dokumentasi.
Penyajian data diurutkan sesuai dengan fokus penelitian. Pertama,
peneliti menyajikan data berupa penerapan metode ceramah bervariasi
dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran
tematik di kelas V. Kedua, peneliti menyajikan data berupa hambatan
yang dialami guru ketika menerapkan ceramah bervariasi dalam

152
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D….., hal. 338.
153
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian,( Surabaya: Elkaf, 2006), hal. 176.

86
meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran tematik di
kelas V. Ketiga, peneliti menyajikan data berupa cara guru mengatasi
hambatan ketika menerapkan ceramah bervariasi dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa kelas V pada pembelajaran tematik di MIN 7
Tulungagung.
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. 154 Kesimpulan ini terus diverifikasi selama penelitian
berlangsung hingga mencapai kesimpulan yang mendalam.
Peneliti akan menyimpulkan masing-masing fokus penelitian hasil
penyajian data yang telah dijabarkan sebagai temuan penelitian, yaitu
pertama, penerapan metode ceramah bervariasi dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas V, kedua,
hambatan yang dialami guru ketika menerapkan ceramah bervariasi
dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran
tematik di kelas V, dan ketiga, cara guru mengatasi hambatan ketika
menerapkan ceramah bervariasi dalam meningkatkan keaktifan belajar
siswa kelas V pada pembelajaran tematik di MIN 7 Tulungagung.

G. Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk
mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya
berefek kepada kevalidan hasil akhir suatu penelitian. Pengecekan keabsahan
data ini dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk menghasilkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dipercaya secara alamiah serta memenuhi tingkat

154
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D….., hal. 249.

87
kredibilitas tinggi. 155 Adapun teknik pengecekan keabsahan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Perpanjangan Kehadiran Peneliti
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Peneliti ikut serta tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan
tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.156
Peneliti sebagai instrumen utama dalam proses pengumpulan data
menuntut untuk terjun langsung dalam lokasi penelitian sesuai dengan
alokasi yang telah ditentukan. Dalam alokasi waktu yang telah diberikan
pada peneliti, peneliti memperpanjang waktu dari alokasi yang telah
diberikan. Hal ini peneliti lakukan untuk mencari kelengkapan data
sekaligus melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah
diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak.
Sehingga apabila data tersebut tidak benar, maka peneliti harus melakukan
pengamatan yang lebih mendalam lagi sehingga diperoleh data yang teruji
kebenarannya. Peneliti kembali ke lapangan penelitian yaitu di MIN 7
Tulungagung untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh selama
penelitian.
2. Ketekunan Pengamatan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan lebih
cermat dan berkesinambungan. 157 Ketekunan pengamatan dimaksudkan
untuk mendapatkan data atau informasi yang relevan dengan fokus
penelitian yang sedang dicari oleh peneliti, kemudian peneliti menetapkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini peneliti mengadakan
pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap
faktor-faktor yang menonjol, kemudian peneliti menelaah secara rinci
sampai pada suatu titik untuk mencapai pemahaman.

155
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi….., hal. 115.
156
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D….., hal. 327.
157
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D….., hal. 272.

88
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu
studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
hubungan dari berbagai pandangan. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber, seperti membandingkan data hasil
wawancara dengan data hasil observasi, membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi,
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. 158
Pada penelitian ini, triangulasi sumber dilakukan peneliti dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang
ada di MIN 7 Tulungagung, seperti beberapa guru tematik lain dan peserta
didik. Peneliti juga membandingkan data hasil observasi dengan hasil
wawancara antara informan yang satu dengan informan yang lain, dan
dengan membandingkan data hasil dokumentasi.

H. Tahap-tahap Penelitian
Tahap penelitian harus disusun secara sistematis, dikarenakan tahapan
penelitian yang baik dan benar akan berpengaruh pada hasil penelitian.
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini yaitu: 159
1. Tahap Pra-Lapangan
Terdapat enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti
dalam tahapan ini. Enam tahapan yang harus dilakukan yaitu: 1) menyusun
rancangan penelitian, 2) memilih lapangan penelitian, 3) mengurus
perizinan, 4) menjajaki dan menilai lapangan, 5) memilih dan
memanfaatkan informan, 6) menyiapkan perlengkapan penelitian.

158
Sugiyono, Metode Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R&D….., hal. 274.
159
Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
hal. 127.

89
Ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika
penelitian lapangan.
2. Tahap Pelaksanaan Lapangan
Ada tiga tahapan pelaksanaan lapangan, yaitu: 1) memahami latar
penelitian dan persiapan diri, 2) memasuki lapangan, 3) berperan serta
sambil mengumpulkan data.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan semua data yang telah
diperoleh di lapangan, kemudian menyusunnya secara terperinci, sehingga
data tersebut mudah dipahami. Data yang telah disajikan dianalisis
sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir yang ingin dicapai dari penelitian
ini, kemudian hasil penelitian dilaporkan dan disusun secara sistematis.
4. Tahap Laporan
Tahap laporan merupakan tahap akhir dari sebuah penelitian. Data
yang telah diolah, disusun, disimpulkan, dan diverifikasi selanjutnya
disajikan dalam bentuk penulisan laporan penelitian. Selanjutnya peneliti
melakukan member cek, agar penelitian mendapat kepercayaan dari
informan dan benar-benar valid. Langkah terakhir yaitu penulisan laporan
penelitian yang mengacu pada penulisan skripsi Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Tulungagung tahun 2017.

90

Anda mungkin juga menyukai