Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK PAIR SHARE DALAM

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SMP
NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG

Proposal

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna di Seminarkan dalam Seminar Proposal
Oleh:

Kelompok 5

1. Ahmad Redho Qurrota’ayun 2111010172


2. Dika Permata Sari 2111010231
3. Yuliyani 2111010392

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURURAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1445 H / 2024 M
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................................I

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................II


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................1
A. PENEGASAN JUDUL ....................................................................................................................1
B. LATAR BELAKANG .....................................................................................................................1
C. IDENTIFIKASI MASALAH DAN BATASAN MASALAH.......................................................3
D. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................4
E. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................................................4
F. MANFAAT PENELITIAN .............................................................................................................4
G. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU YANG RELAVAN ..................................................5
H. SISTEMATIKA PENULISAN .......................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................................................7
A. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share...................................................................7
B. Motivasi Belajar ............................................................................................................................ 10
C. Pendidikan Agama Islam ............................................................................................................. 12
D. Pengajuan Hipotesis ...................................................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................................................... 14
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................................................... 14
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian. ................................................................................................. 14
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 14
D. Definisi Operasional Variabel ........................................................................................................ 16
E. Instrumen Penelitian ..................................................................................................................... 16
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Data ................................................................................................. 18
G. Uji Prasarat Analisis ....................................................................................................................... 20
H. Uji Hipotesis ................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENEGASAN JUDUL
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas
peserta didik dengan cara belajar bersama dalam sebuah kelompok. Aktivitas pembelajaran
kooperatif menekankan pada kesadaran peserta didik untuk saling membantu, mencari dan
mengolah informasi, serta mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan1.
2. Tipe Think Pair Share
Menurut Gunter Think Pair-Share adalah pembelajaran dengan cara siswa saling belajar
satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat
ide mereka untuk didiskusikan dalam seluruh kelas2.
3. Motivasi Belajar
Motivasi belajar menurut Sardiman adalah Keseluruhan daya penggerak didalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai3.
4. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui bimbingan,
pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan
nasional4.

B. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah salah satu investasi penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) untuk membangun suatu bangsa. Karena pendidikan merupakan proses utama
dalam perkembangan kemajuan suatu peradaban dan untuk menjamin keberlangsungan hidup
baik di masyrakat maupun suatu bangsa. Oleh karena itu pendidikan harus ditumbuh kembangkan
secara sistematis.

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
1 menyebutkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.5

Berdasarkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal
1 ayat 1 dalam buku Chairul Anwar bahwa peserta didik harus aktif mengembangkan potensi
dirinya. Pengembangan potensi peserta didik diarahkan untuk memiliki kekuatan spiritual,
kemampuan mengendalikan diri, kepribadian dan lain-lain sebagai bagian dari upaya

1
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019), 131.
2
Khomarudin, dan supriyanah, Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (Tps) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi
Pada Siswa Kelas X Di Sma Kutabumi I Tangerang, Banten, Jurnal: Inovasi Dan Kreatifitas (JIKa), Vol. 1, no. 2, 2021, hal.15
3
Sadirman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018) hal. 75
4
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 19.
5
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: SInar Grafika, 2003), hal.3.
1
mempersiapkan peserta didik untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam
definisi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, dapat dipahami bahwa
pendidikan tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektualnya saja tetapi pendidikan juga
ditujukan untuk menjadi insan yang seutuhnya atau well-rounded person6.

Dalam islam pendidikan merupakan hal yang amat penting sebab dengan pendidikan akan
menjadikan manusia lebih mengerti dan memahami segala sesuatu yang telah Allah SWT
ciptakan. Selain itu Allah pun telah berjanji akan meninggikan derajat orang yang berilmu
sebagaimana dalam firman-Nya dalam surah Al-Mujadalah ayat 11:

ُ ‫ّٰللاُ لَكُ ْۚ ْم َواِذَا قِ ْي َل ا ْن‬


‫ش ُز ْوا‬ ‫سحِ ه‬َ ‫س ُح ْىا يَ ْف‬ ْ َ‫ِس ف‬
َ ‫اف‬ َّ َ‫ٰ ٰٓياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٰٓىا اِذَا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَف‬
ِ ‫س ُح ْىا فِى ا ْل َم ٰجل‬

‫ّٰللاُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْىا مِ ْن ُك ْۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ ا ُ ْوت ُىا ا ْل ِع ْل َم د ََر ٰج ٍۗت َو ه‬
‫ّٰللاُ ِم َما ت َ ْع َملُ ْى َ َب ِييْز‬ ‫ش ُز ْوا يَ ْزفَ ِع ه‬
ُ ‫فَا ْن‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di


dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan." (Q.S Al-Mujadalah ayat 11).

Ayat diatas telah menjelaskan perintah Allah untuk duduk dan berbagi tempat dalam suatu
majelis. Karena di dalam majelis terdapat ilmu yang agung hingga dapat menumbuhkan semangat
dalam menambah wawasan keilmuan. Dan Allah telah berjanji akan mengaangkat derajat orang-
orang yang berilmu. Oleh sebab itu pendidikan dianjurkan untuk diikuti oleh setiap individu dan
tidak dibatasi selama pendidikan yang diikuti bertujuan untuk meningkatkan kemampuan,dan
meningkatkan diri kepada Allah SWT.

Di dalam pendidikan terdapat proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik yang berperan dalam aktivitas pembelajaran dan memiliki andil yang sanagat
penting untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. Oleh karena itu pendidikan di tuntut
untuk memberikan kontribusi pemikiran, sikap, dan tindakan guna menumbuh kembangkan
potensi peradaban manusia menuju keserasian hidup yang dikehandaki agama, bangsa dan
Negara7.

Peserta didik merupakan individu yang memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-
beda. Mereka beraksi dengan cara yang berbeda dalam keadaaan yang sama. Mereka memiliki
kesukaan dan ketidak sukaan yang berbeda, mereka memiliki perilaku yang berbeda-beda,
mereka memandang dan memproses pengalaman secara berbeda8.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara gurur dengan peserta
didik, baik interaksi secara langsung, seperti kegiatan tatap muka maupun tidak langsung, yaitu
dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi
tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola
pembelajaran9.

Salah satu faktor baik atau tidaknya suatu mutu pendidikan adalah bagaimana proses
pembelajaran didalam kelas, oleh karena itu pembelajaran di kelas wajib didesain dengan baik.

6
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan Filososfis, (Yogyakarta: SUKA-Pres, 2014),
hal.1
7
Chairul Anwar, Multikultularisme,Globalisasi Dan Tantangan Pendidikan Abad Ke-21, (Yogyakarta: Diva Press,
2019), hal. 67
8
Paul Ginnis, Trik dan taktik mengajar, (Jakarta; Indeks, 2008), hal. 40-41.
9
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta; Rajawali Pers, 2010), hal.134.
2
Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk
berbagi informasi dengan harapan setelah terjadinya proses pembelajaran peserta didik
mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru yang dapat berguna untuk materi selanjutnya dan
peserta didik diharapakan dapat memanfaatkan ilmu yang didapat. Proses pembelajaran dapat
dikatakan baik serta efektif apabila proses pembelajaran berlangsung dengan suasana yang
menggembirakan, menyenangkan, memotivasi, dan menciptakan kesan yang baik bagi peserta
didik.

Jika guru tidak mendesain suatu proses pembelajaran dengan baik, tentunya banyak siswa
akan merasa bosan, kurang berminat dengan pembelajaran tersebut dan tertidur saat jam pelajaran
berlangsung. Sehingga siswa sulit untuk menyimpan materi dalam memorinya dan akan
berdampak pada hasil belajarnya. Disinilah pendidik dituntut agar dapat lebih kreatif dan inovatif
lagi dalam merancang pembelajaran yang berkualitas, termasuk dalam memilih metode yang
tepat sehingga dapat membawa suasana belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan10.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di indonesia pada umumnya masih berpusat pada guru
saja sehingga pembelajaran hanya berlangsung satu arah. Kegiatan belajar mengajar yang masih
kaku dan belum mampu membangun kondisi belajar yang kondusif, ini merupakan salah satu
masalah yang dapat menghambat keberhasilan dalam pendidikan. Banyak guru yang menguasai
materi dengan baik namun sayangnya tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
baik, sehingga mengakibatkan motovasi belajar siswa rendah.

Dari uraian masalah di atas dapat kita pahami bahwa, pembelajaran PAI yang telah
berlangsung belum berjalan dengan maksimal. Dimana masalah-masalah yang timbul dalam
pembelajaran di atas merupakan suatu kendala yang menyebabkan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran PAI rendah. Dan permasalahan tersebut harus segera diatasi. Salah satu caranya
dengan memperbaiki dari perencanaan pembelajaran. Melihat kondisi tersebut, peneliti berupaya
menerapkan pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas VII untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI.
Alasan peneliti menerapkan model pembelajaran TPS ini adalah pertama, model pembelajaran
TPS ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kreativitas belajar
dengan cara yang menyenangkan; kedua, model pembelajaran TPS ini dapat meningkatkan
keaktifan siswa, karena siswa terlibat peran sebagai tutor sebaya. Dalam pembelajaran kooperatif
tipe TPS ini, siswa dapat belajar dengan santai, bekerjasama dengan baik, dapat menumbuhkan
rasa tanggung jawab dan toleransi dalam belajar. Sehingga atas dasar itu, peneliti berharap
penggunaan metode kooperatif tipe TPS mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka peneliti sangat tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SMP
NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG”.

C. IDENTIFIKASI MASALAH DAN BATASAN MASALAH


Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan adanya beberapa masalah yang
menyebabkan motivasi belajar siswa rendah, diantaranya yaitu:
1) Hanya siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang menonjol sedangkan siswa yang
memiliki minat belajar rendah tidak.
2) Belum ada rasa ketergantungan positif antara sesama siswa sehingga rasa untuk niat belajar
belum tertanam secara merata pada siswa.
10
Nunuk Suryani, Leo Agung, Strategi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta; Ombak Dua, 2012), hal.42
3
3) Masih ada siswa siswa yang kurang berantusiasi saat pelambelajaran berlangsung karena
pembelajaran terkesan membosankan..

Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak meluas
dan adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu:
1) Materi dibatasi pada pokok bahasan PAI kelas VII semester genap di SMP Negeri 15 Bandar
Lampung.
2) Subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 15 Bandar Lampung.
3) Model pembelajaran yang diterapakan adalah tipe think pair share guna meningkatkan
motivasi belajar siswa.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu : Apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
berpengaruh dalam meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik kelas VII di SMP Negeri 15
Bandar Lampung.

E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang Penerapan
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran PAI kelas VII di SMP Negeri 15 Bandar Lampung.

F. MANFAAT PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti berharap agar mampu mengahsilkan temuan yang
bermanfaat bagi masalah-masalah yang berkaitan seputar pendidikan. Baik bermanfaat secara
teoritis maupun secara praktis :
1) Secara teoritis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan, memperkaya wawasan
pengetahuan dan menjadi salah satu karya tulis ilmiah yang dapat menjadi pilihan dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
2) Secara praktis :
a. Bagi siswa,
1) Untuk menciptakan susasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa bisa
belajar dengan aktif dan semangat
2) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap proses belajar mengajar.
b. Bagi guru
1) Sebagai sumber referensi guru dalam meyajikan materi menggunakan model
pembelajaran tipe think pair share.
2) Sebagai solusi terhadap kendala dalam proses pembelajaran yang terkait dengan
motivasi belajar.
c. Bagi sekolah
1) Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya pengembangan proses pembelajaran
agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
2) Memberikan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI khususnya.

4
d. Bagi peneliti:
1) Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
2) Sebagai dorongan untuk memberikan inovasi dalam proses pembelajaran.

G. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU YANG RELAVAN


1) Jurnal Basicedu, Bella Putri Zain dan Riska Ahmad dengan judul penelitian "Pengaruh
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap Motivasi dan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar" volume 5 nomor 5 Tahun 2021. Jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah siswa
kelas V SDN Gugus III Kecamatan Guguak. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V
SDN 07 Guguak VIII Koto dan siswa kelas V SDN 11 Guguak VIII Koto Kecamatan
Guguak.
Data penelitian diperoleh dari hasil tes dan angket. Analisis data menggunakan uji T dan
anova dua arah, Hasil penelitian menunjukkan: Kemampuan komunikasi matematis siswa
yang belajar dengan model TPS lebih baik dari yang menggunakan pendekatan
konvensional. Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan motivasi belajar
tinggi dan rendah yang mengikuti pembelajaran dengan model TPS lebih baik dari yang
menggunakan pendekatan konvensional. Tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan komunikasi
matematis.
Persamaan penelitian karya Bella Putri Zain dan Riska Ahmad, dengan penelitian yang
akan kami lakukan adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe
Think Pair Share, dan berfokus pada motivasi belajar siswa, lalu Perbedaan dengan
penelitian kami adalah dalam bidang pelajaran yang diambil yakni Pendidikan Agama
Islam11.
2) Lola Amalia, Pembentukan Motivasi Belajar Mahasiswa Dengan Metode Think Pair
share, dari MOTEKAR: Jurnal Multidisiplin Teknologi dan Arsitektur, Vol. 1 No. 1,
2023. Metode yang digunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. hasil analisis
data diketahui bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model think pair
share berlangsung selama 3 siklus. Penerapan model think pair share mampu mengatasi
motivasi belajar siswa dengan melakukan penyesuaian terhadap langkah-langkah
pelaksanaannya .
Persamaan penelitian: dari penelitian tersebut dan penelitian yang kami gunakan sama-
sama menggunakan variabel motivasi belajar siswa. Perbedaannya dari penelitian yang
kami gunakan adalah terdapat pada metode yang digunakan, dari penelitian teresebut
menggunakan observasi, wawancara, dll, sedangkan metode yang kami gunakan dalam
penelitian menggunakan metode true eksperiment.12
3) Aini Sudarsih, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share)
Terhadap Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI B SDN
19 Cakranegara , dari jurnal: REFLECTION JOURNAL, Vol. 1, No. 2, 2021, metode
yang di gunakan adalah angket motivasi dan lembar tes, hasil penelitian adalah bahwa
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika meningkat setelah

11
Bella Putri Zain, dan Riska Ahmad, Pengaruh Model Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap Motivasi dan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar, JURNAL BASICEDU, Vol.5, No.5, 2021, hal. 3668
12
Lola Amalia, Pembentukan Motivasi Belajar Mahasiswa Dengan Metode Think Pair share, Jurnal Multidisiplin Teknologi dan
Arsitektur, Vol. 1 No. 1, 2023, hal.12
5
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share.
Persamaan penelitian: penelitian tersebut sama-sama menggunakan metode kuantitatif
dengan menggunakan angket. Perbedaannya: variabel terikat yang di gunakan penelitian
tersebut adalah hasil belajar siswa pada pelajaran matematika, sedangkan penelitian yang
kami gunakan menggunakan variabel motivasi belajar, yang di gunakan pada
pembelajaran PAI13..

H. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan proposal ini terdapat tiga bab, yang mana masing-masing bab, terdiri
menjadi beberapa sub bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi Penegasan Judul, Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Masalah, Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian Terdahulu
Yang Relevan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis, dalam bab ini menjelaskan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share, dan Motivasi Belajar.
BAB III Metode Penelitian, dalam bab ini berisi Waktu Dan Tempat Penelitian,
Pendekatan dan Jenis Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data, Definisis
Operasional Variabel, Instrument Penelitian, Uji Validitas dan Realibilitas Data, Uji Prasyarat
Analisis, Uji Hipotesis.

13
Aini Sudarsih, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Peningkatan
Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI B SDN 19 Cakranegara , dari jurnal: REFLECTION JOURNAL, Vol. 1,
No. 2, 2021, hal.93
6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share


1. Model Pembelajaran Kooperatif
Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Pembelajaran adalah proses interaksi
siswa dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat
belajar dengan baik.14
Menurut Joyce & Weil dalam Rusman berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain15. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan pembelajaran secara konseptual. Model pembelajaran dirancang secara
sistematis demi pencapaian tujuan belajar. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman
bagi pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif menurut menurut Slavin dalam Tukiran Taniredja
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana
dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.16
Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar bertanggung
jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan
pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota
kelompok mencapai suatu tujuan atau penguasaan materi.17 Secara tidak langsung siswa akan
berlomba untuk memperoleh nilai tertinggi dan dapat menghargai pendapat orang lain,
bertanggung jawab, mempererat pertemanan dan terciptanya kondisi kegiatan pembelajaran
yang baik. Jadi pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama kelompok daripada individu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru dan memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

2. Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share


a. Pengertian tipe Think Pair Share
Think Pair Share (TPS) adalah salah satu salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk meningkatkan pola interaksi siswa sehingga dapat
menumbuhkan semangat belajar siswa. Metode Think Pair Share diawali dengan
penyajian materi secara klasikal, kemudian persoalan diberikan kepada siswa yang
bekerja sama dengan cara berpasangan (think-pairs), selanjutnya siswa melakukan
presentase kelompok (share). Metode Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh
Frank Lyman di Universitas Maryland pada tahun 80an. Strategi Think Pair Share
berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Metode ini
memperkenalkan gagasan tentang waktu tunggu atau berpikir (wait or think time) pada

14
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Rosda Karya, 2014, hal. 127
15
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja Grafindo, 2013, hal.
133
16
Tukiran Tairedja, dkk, Model-model Pembelajaran Kreatif dan InovatifI, Bandung: Alfabeta, 2013, hal. 55.
17
Ibid., 57.
7
elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh
dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan. Model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share merupakan tipe yang sederhana dengan banyak keuntungan karena
memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain,
partisipasi siswa optimal dan memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak
kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka ke orang lain18.

b. Tujuan dan Manfaat Think Pair Share


Menurut Susilo, beberapa tujuan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share di dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu:
1) Membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah ditentukan
sehingga membatasi kesempatan pikirannya melantur dan tingkah lakunya
menyimpang karena harus melapor hasil pemikirannya ke mitranya/temannya.
2) Meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang
dapat diingat siswa.
3) Meningkatkan lamanya time on task dalam kelas dan kualitas kontribusi siswa
dalam diskusi kelas.
4) Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosialnya.

Adapun menurut Huda, manfaat Think Pair Share (TPS), antara lain yaitu sebagai
berikut:
1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
2) Mengoptimalkan partisipasi siswa.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka
kepada orang lain19.

c. Prinsip-prinsip Think Pair Share


1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence). Dalam pembelajaran
kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam
kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability). Keberhasilan
kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya, oleh
karena itu setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction). Memberikan
kesempatan yang luas kepada setiap a nggota kelompok untuk bertatap muka
untuk melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima
informasi dari anggota kelompok lain.
4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication). Melatih siswa untuk
dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok. Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif20.

18
Muchlisin Riadi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS), kajianpustaka.com (2022),
https://www.kajianpustaka.com/2022/01/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair-share-tps.html?m=1#top
19
Ibid.
20
Ibid.
8
d. Langkah-langkah Think Pair Share
1) Langkah 1 - Berpikir (Think)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, meminta siswa memikirkan jawaban dari permasalahan yang diajukan
secara mandiri. Pada tahap Think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri
mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahap ini, siswa
sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau
semua jawaban siswa satu per satu sehingga dengan catatan siswa tersebut, guru
dapat memantau semua jawaban dan selanjutnya akan dapat dilakukan perbaikan
atau pelurusan atas konsep-konsep maupun pemikiran yang masih salah. Dengan
adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang
mengobrol karena pada tahap Think ini mereka akan bekerja sendiri untuk dapat
menyelesaikan masalah.
2) Langkah 2 - Berpasangan (Pairing)
Guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah dipikirkan dengan teman sebangku. Pada tahap ini guru meminta
kepada siswa untuk berpasangan dengan teman di sampingnya, misalnya teman
sebangkunya. Ini dilakukan agar siswa yang bersangkutan dapat bertukar
informasi satu sama lain dan saling melengkapi ide-ide jawaban yang belum
terpikirkan pada tahap Think. Pada tahap ini bahwa ada dua orang siswa untuk
setiap pasangan. Langkah ini dapat berkembang dengan menerima pasangan lain
untuk membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran
mereka sebelum berbagi dengan kelompok lain yang lebih besar, misalnya kelas.
3) Langkah 3 - Berbagi (Sharing)
Guru meminta kepada siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang
apa yang mereka bicarakan. Pada tahap ini setiap pasangan atau kelompok
kemudian berbagi hasil pemikiran, ide, dan jawaban mereka dengan pasangan
atau kelompok lain atau bisa ke kelompok yang lebih besar yaitu kelas. Langkah
ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya, dalam artian bahwa
langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir titik yang sama yaitu
jawaban yang paling benarPasangan atau kelompok yang pemikirannya masih
kurang sempurna atau yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan
menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan
penjelasan kelompok lain yang berkesempatan untuk mengungkapkan
pemikirannya. Atau jika waktu memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan
pada semua kelompok untuk maju dan menyampaikan hasil diskusinya bersama
pasangannya21.

e. Kelebihan Dan Kekurangan Think Pair Share


1) Kelebihan
Kelebihan atau keunggulan Think Pair Share (TPS) adalah:
a) Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa dan analisis
terhadap suatu permasalahan.
b) Meningkatkan kerja sama antara siswa karena mereka dibentuk dalam
kelompok.
c) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai
pendapat orang lain.

21
Ibid.
9
d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat sebagai
implementasi ilmu pengetahuannya.
e) Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak ketika
selesai diskusi22.
2) Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan Think Pair Share (TPS) adalah:
a) Sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat pemikiran siswa.
b) Bahan-bahan yang berkaitan dengan membahas permasalahan yang ada
tidak dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa.
c) Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan yang ril
atau nyata.
d) Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relatif terbatas23.

B. Motivasi Belajar
1. Definisi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman bahwa motivasi berasal dari Kata “motif”, diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif24. Motivasi merupakan dorongan yang menjadikan dasar dalam mengerakkan
individu untuk bertingkah laku. Uno mengungkapkan bahwa doronga pada diri seseorang
yang menggerakkan untukmelakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Winkel mengungkapkan bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya
penggerak yang dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yangmemberikan arah pada kegiatan belajar itu,
maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai25. Motivasi adalah aspek penting untuk
menumbuhkan semangat. TanpA motivasi, siswa tidak mungkin memiliki kemauan untuk
belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas
guru dalam setiap proses pembelajaran. Wina mengungkapkan bahwa motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak26.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkanbahwa motivasi belajar
merupakan suatu dorongan yang mendasari individu untuk melakukan kegiatan belajar
serta menciptakan proses perubahan tingkah laku yang menjamin kelangsungan kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.

2. Jenis Motivasi Belajar


Jenis-jenis motivasi akan dibahas dari dua sudut pandang yakni motivasi intrinsik
dan motivasi ektrinsik. Sardiman A.M menyebutkan bahwa motivasi ada dua yaitu,
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi intrinsik adalah motif yang berasal dari dalam diri dan tidak perlu stimulus
dari luar. Sehingga motivasi ini sebagai bentuk dalam aktivitas belajar yang dimulai
sendiri.
2) Motivasi ekstrinsik adalah motif yang dapat stimulus dari luar, contoh pemberian
reward atau support dari keluarga maupun lingkungan sekitar. Bagi pelajar dalam
proses belajar mendapatkan fasilitas, perhatian dan kondisi lingkungan kondusif.

22
Ibid.
23
Ibid.
24
Sardiman, A.M. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007
25
Melisa, D & Umi, A.I. Hubungan ntara Persepsi Mengenai Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Belajar
Siswa SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Tulungagung, Character: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol 1(2), 2013
26
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006
10
3. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi belajar tidak hanya terdapat jenis nya tetapi ada fungsi di dalam motivasi
belajar. Hamalik menyebutkan bahwa fungsi motivasi belajar ada tiga6, yaitu:
1) Terdorong untuk melakukan perbuatan yang artinya tanpa motivasi maka tidak timbul
kegiatan seperti belajar.
2) Pengarahan kegiatan kearah pencapaian tujuan yang dikehendaki.
3) Penggerak dalam penentuan cepat atau lambat suatu kegiatan.

Sardiman juga menyebutkan ada tiga fungsi motivasi, yaitu sebagai berikut:
1) Terdorong untuk berbuat sesuatu
Jadi sebagai penggerak dalam melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
pelopor dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan
Motivasi memberikan pengarahan arah apa yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuan sehingga tujuan tercapai optimal.
3) Menyeleksi perbuatan
Yakni memilih kegiatan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan- yang tidak bermanfaat bagi tujuan. Berdasarkan penjelasan maka dapat
disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar adalah mendorong melakukan kegiatan,
menuntun pencapaian tujuan dan menjadi pelopor dalam melakukan kegiatan serta
menyeleksi tindakan yang bermanfaat atau tidak bagi tercapainya tujuan27.

4. Aspek – Aspek Motivasi Belajar


Cherniss dan Goleman menyebutkan terdapat empat aspek dalam motivasi belajar, yaitu:
1) Dorongan pencapaian tujuan
Kondisi setiap individu untuk mengusahakan agar tercapai apa yang diharapkan.
Individu melakukan kegiatan belajar karena dorongan untuk pengetauhan,
pemahaman, dan menguasai apa yang dipelajari.
2) Komitmen
Komitmen adalah tindakan yang kuat dalam melakukan kegiatan. Siswa yang
memiliki komitmen dalam belajar maka akan terdorong untuk memenuhi tugas dan
kewajiban untuk belajar.
3) Inisiatif
Inisiatif merupakan tindakan berdasarkan pemikiran dan kemampuan. jika siswa
memiliki inisiatif, maka akan memperluas pengetahuan dan wawasannya dalam
belajar.
4) Optimis dalam belajar
Optimis sebagai sikap yang gigih berusaha, positif dalam berpikir, dan pantang jika
menyerah. Siswa dengan sikap optimis akan rajin belajar sambil instropeksi guna
mengurangi kekurangan yang dimiliki. Berdasarkan uraian diatas, aspek-aspek
motivasi belajar meliputi tercapainya tujuan, komitmen, inisiatif, dan optimis dalam
berbagai hal.28

27
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. 2001. Jakarta: PT Bumi Askara
28
Cherniss, C & Goleman, D. The Emotionally Intellegent Workpalace. 2001. San Fransisco: JosseyBass
11
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan pengertian dari Pendidikan Agama Islam:
Abdul Majid menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari
sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antarumat
beragama dalam masyarakat, sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.29
Menurut Akmal Hawi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam
melalui bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan kesatuan nasional.30
Sedangkan menurut Fadhil Al-Jamali dalam Bukhori Umar medefinisikan pendidikan
agama islam adalah upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju
dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk
pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.31
Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan
peserta didik untuk dapat meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Pada dasarnya tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan. Tujuan mempunyai arti yang sangat
penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, arah atau pedoman yang harus ditempuh
dalam melaksanakan kegiatan. Tanpa adanya tu juan maka tujuan yang akan dicapai tidak
jelas. Demikian pula dengan pelaksanan Pendidikan Agama Islam, harus memiliki tujuan
yang akan dicapai karena tujuan itu sangat penting.
Pendidikan Agama Islam secara umum bertujuan untuk membentuk pribadi manusia
menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam dan bertakwa kepada Allah, atau
hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil.Tujuan Pendidikan Agama
Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi
penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sekaligus menjadi
pegangan hidup.32
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi kajian materi dari proses penanaman atau pendidikan itu sendiri.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam


Ruang lingkup pendidikan Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,
dan ketiga hubungan manusia dengan diri sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk
lain dan lingkungannya (hablumminallah wa hablumminannas).
29
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal.11.
30
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal.19.
31
Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Amzah, 2018), hal.31
32
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam., hal.20.
12
Ruang lingkup pendidikan islam juga identik dengan aspek-aspek pengajaran agama
islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling
melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat segi pembahasannya maka ruang
lingkup pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah:
a. Pengajaran Keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam
hal tentunya kepercayaan menurut ajaran islam. Inti dari pengajaran ini adalah tentang
rukun islam.
b. Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa,
scara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.
c. Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara
pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah
dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan
pelaksanaan ibadah.
d. Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala
bentuk-bentuk hukum islam yang bersumber pada Al-Qur’an, sunah, dan dalil-dalil syar’i
yang lain. tujuan pengajaran ini dalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang
hukum-hukum islam dan melaksanakannya dalam kehiduapan sehari-hari.
e. Pengajaran Al-Qur’an adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-
Qur’an dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiapa ayat-ayat Al-Qur’an.
f. Pengajaran Sejarah Islam, tujuan pengajaran dari sejarah islam ini adalah agar siswa dapat
mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama islam dari awalnya sampai
zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama islam.33

Mengingat betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam untuk peserta didik, maka
Pendidikan Agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan disekolah dengan sebaik-baiknya.

D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara,karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relavan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik.34
Berdasarkan permasalahan yang ada maka peniliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha: Ada pengaruh dalam penerapan model pembelajaraan tipe Think pair share terhadap
peningkatan motivasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP
Negeri 15 Bandar Lampung.

Ho: Tidak ada pengaruh dalam penerapan model pembelajaraan tipe Think pair share
terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII
SMP Negeri 15 Bandar Lampung.

33
Ibid, hal.15
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2019), hal. 99-100.
13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Dalam pelaksanaan ini, peneliti terlibat langsung di lokasi penelitian, untuk memperoleh
data dengan meminta izin kepala sekolah juga kepada guru yang bersangkutan serta peserta didik
yang menjadi objek penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2023-
2024. Penentuan lokasi ini atas dengan pertimbangan sekolah tersebut masih jarang dijadikan
objek bahan penelitian para mahasiswa untuk tahap penyesuaian sehingga menarik bagi penulis
untuk mengkaji permasalahan yang terjadi.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian.


1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono penelitian
kuantitatif merupakan metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan
untuk meneliti pada sampel atau populasi eserta didik kelas VII di SMP Negeri 15 Bandar
Lampung, mengumpulkan data dengan menggunakan instrument penelitian berupa angket,
analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
oleh peneliti.35
Tujuan penelitian kuantitatif ini lebih diarahkan untuk menunjukan hubungan antar
variable, melakukan prediksi, memverifikasi teori, dan generalisasi. Teori-teori yang diajukan
dijadikan sebagai standar untuk menyatakan sesuai atau tidaknya sebuah gejala yang terjadi,
dan disinilah muncul istilah kebenaran etik, sebuah kebenaran berdasarkan pada teori yang
diajukan peneliti.
Menurut Tanzeh penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, dan membangun
fakta, menunjukkan gabungan antar variabel, memberikan deskripsi statistic, dan meramalkan
hasilnya.36 Desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif harus terstruktur,
baku, formal , dan dirancang sematang mungkin. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian
ini berfokus pada efektifitas model Pembelajaran Kooperatif tipe think pair share terhadap
motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 15 Bandar Lampung.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian true eksperimen (true Eksperimen Methode).
Creawll, menyatakan bahwa pengertian metode penelitian eksperimen digunakan apabila
peneliti ingin mengetahui pengaruh sebab akibat antara variabel independen dan dependen.
Hal ini berarti peneliti harus dapat mengontrol semua variabel yang akan mempengaruhi
outcome kecuali variabel independen (treatment) telah ditetapkan. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan perlakuan model pembelajaran think pair share untuk mencari pengaruh
terhadap motivasi belajar peserta didik di kelas VII SMP Negeri 15 Bandar Lampung.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data


1. Populasi
Populasi adalah subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.37 Populasi bisa
juga dikatakan sebagai sekumpulan subyek yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang
berkaitan dengan masalah penelitian.38 Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada dalam
objek namun juga keseluruhan karakteristik pada subyek. Populasi dalam penelitian ini

35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D., 16-17.
36
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2011)., 99.
37
Ibid, hal.126
38
Sugeng D. Triswanto, Skripsi & Menghadapi Presentasi Bebas Stres, (Jakarta: Suka Buku, 2010), hal. 25
14
adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 15 Bandar Lampung tahun ajaran 2023/2024
yang berjumlah 90 peserta didik.
Tabel 3.2
Jumlah peserta didik kelas VII di SMP Negeri 15 Bandar Lampung
Jumlah peserta didik
No Kelas
L P
1. VII A 15 15
2. VII B 14 17
3. VII C 15 14
Jumlah 90 Peserta Didik
Sumber data: SMP Negeri 15 Bandar Lampung tahun ajaran 2023/2024

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang dipilih dan digunakan sebagai sumber
data. Bila jumlah populasinya besar maka peneliti boleh menggunakan sampel yang diambil
dari populasi. Dan sampel yang diambil harus representif (mewakili) dari populasi tersebut.39
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik Simple Random Sampling,
yaitu suatu teknik dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.40 Pada penelitian ini kelas VII A
berjumlah 30 siswa sebagai kelas ekperimen dengan menggunakan metode think pair share,
dan kelas VII B berjumlah 31 siswa sebagai kelas control. Jadi banyak sampel pada pada
penelitian ini berjumlah 61 siswa.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Adapun beberapa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Observasi
Observasi (pengamatan) merupakan cara pengambilan data dengan menggunakan
mata tanpa pertolongan alat lain untuk keperluan tersebut. Teknik pengumpulan data
dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal tentang obyek yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini, observasi juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerapan
metode think pair share.
b. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2014: 142). Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk
memperoleh data motivasi belajar PAI peserta didik kelas VII SMP Negeri 15 Bandar
Lampung tahun ajaran 2023/2024. Tes berupa pretest dan posttest dengan materi yang
diujikan tentang materi PAI.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal/variabel yang berupa catatan,
transkip, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Sebagian besar data
yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan

39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D., hal.127
40
Ibid., hal.129
15
sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberi peluang kepada peneliti untuk hal-hal yang telah silam.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama dan jumlah siswa yang
menjadi anggota populasi serta untuk penentu sampel dan data lain yang terkait dengan
penelitian.

D. Definisi Operasional Variabel


Variabel adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.41 Adapun variable
yang digunakan pada penilitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas (Independent) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Dalam penelitian
ini variabel bebasnya adalah metode pembelajaran think pair share.
2. Variabel Terikat (Y)
Variable terikat (Dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah motivasi
belajar PAI pada peserta didik kelas VII 15 Bandar Lampung yang diambil melalui angket.

E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun sosial yang tengah diamati.42 Instrument penelitian merupakan salah satu komponenen
utama setelah rumusan masalah dan hipotesis. Dengan instrument penelitian ini peneliti akan
memperoleh jawaban dari responden akan dijadikan data untuk dianalisis dan akan diperoleh
kesimpulan dari penelitian tersebut.
Peneliti menggunakan berbagai instrumen untuk mempermudah peneliti dalam
mengumpulkan data seperti:
1. Lembar Observasi
Untuk mengetahui keadaan objek atau subjek yang diamati peneliti melakukan
observasi. Observasi merupakan kegiatan pengamatan atau pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian, lembar observasi yang dirancang
berkaitan dengan keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang bertujuan
untuk mengamati langkah atau kegiatan guru serta aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar (KBM) berlangsung.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang akan melakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode think pair share kepada kelas eksperimen dan
menggunakan metode ceramah kepada kelas control sekaligus sebagai peneliti untuk
melihat respon siswa terhadap metode yang diberikan. Dalam metode observasi ini juga
peneliti mengikut sertakan guru mata pelajaran untuk membantu mengamati prilaku siswa
selama proses belajar mengajar.
2. Angket
Penelitian ini menggunakan angket untuk mengukur perkembangan atau kemajuan
motivasi siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini, angket
motivasi belajar siswa terdiri dari 10 butir pertanyaan. Angket ini diberikan kepada siswa
sebelum dan sesudah siswa mempelajari materi pelajaran dengan menggunakan metode
think pair share. Berikut ini adalah kisi-kisi soal angket yang akan diberikan kepada siswa
untuk mengukur motivasi belajar.

41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D., hal.67
42
Ibid, hal.156.
16
Angket motivasi belajar PAI
NAMA :
KELAS :
TANGGAL :

Berikan jawaban yang palimh sesuai dengan pendapat atau keadaan anda dengan
memberikan tanda centang (√) pada kotak yang sesuai.

1. Seberapa sering Anda merasa antusias atau termotivasi saat belajar PAI?
a) [ ] Selalu
b) [ ] Sering
c) [ ] Kadang-kadang
d) [ ] Jarang
e) [ ] Tidak Pernah
2. Seberapa penting Anda menganggap pelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari Anda?
a) [ ] Sangat penting
b) [ ] Penting
c) [ ] Netral
d) [ ] Tidak begitu penting
e) [ ] Tidak penting sama sekali
3. Apakah Anda merasa percaya diri dalam memahami materi PAI?
a) [ ] Sangat percaya diri
b) [ ] Percaya diri
c) [ ] Netral
d) [ ] Kurang percaya diri
e) [ ] Tidak percaya diri
4. Seberapa sering Anda mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan PAI di
sekolah?
a) [ ] Selalu
b) [ ] Sering
c) [ ] Kadang-kadang
d) [ ] Jarang
e) [ ] Tidak Pernah
5. Bagaimana perasaan Anda terhadap guru PAI di sekolah?
a) [ ] Sangat menyukai
b) [ ] Menyukai
c) [ ] Netral
d) [ ] Tidak begitu menyukai
e) [ ] Tidak menyukai sama sekali
6. Apakah Anda merasa terdorong untuk memperbaiki nilai Anda dalam pelajaran PAI?
a) [ ] Sangat terdorong
b) [ ] Terdorong
c) [ ] Netral
d) [ ] Kurang terdorong
e) [ ] Tidak terdorong sama sekali
7. Seberapa sering Anda berdiskusi atau berbagi pemikiran tentang pelajaran PAI dengan teman
sebaya?
a) [ ] Selalu
b) [ ] Sering

17
c) [ ] Kadang-kadang
d) [ ] Jarang
e) [ ] Tidak Pernah
8. Apakah Anda merasa tujuan dan nilai-nilai yang diajarkan dalam pelajaran PAI relevan
dengan kehidupan sehari-hari Anda?
a) [ ] Sangat relevan
b) [ ] Relevan
c) [ ] Netral
d) [ ] Kurang relevan
e) [ ] Tidak relevan sama sekali
9. Bagaimana perasaan Anda saat mendapat nilai bagus dalam pelajaran PAI?
a) [ ] Sangat bahagia
b) [ ] Bahagia
c) [ ] Netral
d) [ ] Kurang bahagia
e) [ ] Tidak bahagia sama sekali
10. Apakah Anda merasa memiliki kemampuan untuk meningkatkan pemahaman Anda dalam
pelajaran PAI?
a) [ ] Sangat yakin
b) [ ] Yakin
c) [ ] Netral
d) [ ] Kurang yakin
e) [ ] Tidak yakin sama sekali

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Data


Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Akan tetapi, dengan menggunakan
instrumen yang valid dan reliabel tidak semerta-merta menjadikan penelitian tersebut otomatis
mendapatkan data yang valid dan reliabel. Hal ini dikarenakan proses peneitian masih
dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti dan kemampuan dalam mengumpulkan data. Oleh
karena itu, peneliti harus isa mengendalikan obyek penelitian dan meningkatkan kemampuan
menggunakan instrumen dalam mengukur variabel yang akan diteliti. Instrumen yang valid
adalah instrument yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen
yang valid adalah syarat mutlak agar mendapat hasil penelitian yang valid. Contoh pada
instrument dalam ilmu alam, meteran, timbangan, thermometer, biasanya telah diakui validitas
dan reliabilitasnya (kecuali yang palsu atau rusak). Intrumen tersebut dapat dipercaya karena
sebelum dipakai atau digunakan dari pabrik telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.43
1. Uji Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini menggunakan tes uraian, jadi validitas dalam penelitian ini dapat
dihitung dengan koefisien korelasi menggunakan product moment yang dikemukakan oleh
Karl Pearson sebagai berikut:

√{ }{ }

Keterangan:
= Koefiien korelasi antara X dan Y
X = Skor masing masing variabel yang ada pada kuesioner

43
Ibid., hal.173.
18
Y = Skor total semua variabel kuesioner 44

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi (r) signifikan atau tidak, dapat dikonsultasikan
dengan harga kritik pada tabel. Jika (r) hitung > daripada (r) tabel berarti valid. Sebaliknya,
jika (r) hitung < daripada (r) tabel berarti tidak valid. Interpretasi terhadap nilai koefisien rxy,
digunakan kriteria validitas sebagai berikut,

TABEL 3.3
INTERPRETASI KORELASI rxy
Skor Validitas
0,801 – 1,00 Sangat Tinggi
0,601 – 0,79 Tinggi
0,401 – 0,59 Sedang
0,201 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah

2. Uji Reliabilitas
Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.
Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya
menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam
mengungkapkan gejala-gejala tertentu dari kelompok individu, dilakukan pada waktu yang
berbeda.45 Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus
Cronbach Alpha sebagai berikut:

( )( )

Keterangan:
= Reliabilitas instrumen
∑S²i = Jumlah varian item
S²i = Variabel total
Dengan koefisien Reliabilitas sebagai berikut:
TABEL 3.4
KLASIFIKASI KOEFISIEN RELIABILITAS
INDEKS RELIABILITAS KRITERIA RELIABILITAS

0,00 < r11 < 0,20 Sangat rendah

0,21 < r11 < 0,400 Rendah

0,41 < r11 < 0,60 Cukup

0,61 < r11 < 0,80 Tinggi

0,81 < r11 < 1,00 Sangat tingi

44
Suharismi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2013), hal.46.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D., 1 hal.83.
19
G. Uji Prasarat Analisis
1. Uji Normalitas
Penggunaan statistik parametris bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel yang
akan dianalisis membentuk distribusi normal. Menurut Sugiyono: “suatu data yang
membentuk distribusi normal bila jumlah data di atas dan di bawah rata-rata adalah sama”.
Uji normalitas biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun
rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus
terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal,
atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang
digunakan adalah statistik non parametrik. Rumus yang digunakan adalah rumus Chi-
Kaudrat:

Pada bagian ini uji normalitas data menggunakan teknik uji Kolmogorov Smirnov yang
memiliki pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut;46
 Nilai signifikansi (sig) < dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal
 Nilai signifikansi (sig) > dari 0,05 maka distribusi data adalah normal.
Untuk menguji data apakah normal atau tidak, peneliti juga menggunakan bantuan
program aplikasi SPSS Statistic 25 yaitu dengan melihat normal probability plot, dengan
cara masuk program SPSS Statistc 25 kemudian klik Analyse > Descriptive Statistic >
Explore > input data ke Dependent List > Plots > klik Normality Plos with test > Continue >
OK.

2. Uji homogenitas
Uji homogenitas adalah suatu prosedur uji statistik yang dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki variansi yang sama. Pada analisis regresi, persyaratan analisis yang dibutuhkan
adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan variabel terikatnya
memiliki variansi yang sama. Jadi dapat dikatakan bahwa uji homogenitas bertujuan untuk
mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama
atau tidak. Hipotesis yang dilakukan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
, artinya kedua kelas mempunyai varian yang sama
, artinya kedua kelas tidak mempunyai varian yang sama
Perhitungan uji Homogenitas dengan uji Levene dilakukan menggunakan software
IBM SPSS 25. Tahapannya yaitu mulai dengan memasukan vaiabel nilai nilai siswa kedalam
hasil penilaian Kreativitas Kelas Kontrol dan Eksperimen > pada kolom kelas klik titik tiga
pada Values isi kode perkelas, kode “1” untuk kelas Kontrol (VII B), kode “2” untuk kelas
Eksperimen (VII A) masukan nilai perkelas dan kode masing masing kelas > penilaian
Kreativitas belajar pindahkan ke Dependent List > Kelas ke Factor List > Option >
Homogenity of Variance Test > Continue > Ok.
Uji Homogenitas Levene memiliki pedoman dalam pengambilan keputusan, sebagai
berikut:
a. Jika nilai Signifikansi (Sig) pada Based on Mean > 0,05 maka data homogen.
b. Jika nilai Signifikansi (Sig) pada Based on Mean > 0,05 maka data tidak homogen.

46
Nuryadi, dkk., Dasar Dasar Statistik Penelitian, (Yoykarta: Sibuku Media, 2017), hal. 79.
20
3. Uji Tingkat Kesukaran
Butir-butir item hasi belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik apabila
butir-butir tersebut tidak terlalu sukar atau tidak terlalu mudah dengan kata lain tingkat
kesukarannya adalah sedang atau cukup. Jadai bermutu tidaknya butir-butir item tes hasil
belajar dapat diketahui dari tingkat kesukaran yang dimiliki masing-masing butir
soal.selanjutnya angka indek kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Du Bois, yaitu:

P=

Keterangan:
P = Proporsi (indeks kesukaran)
B = jumlah siswa yang menjawab soal tes dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Menurut thomdike dan hagen cara penafsiran terhadap tingkat kesukaran butir tes dapat
menggunakan kriteria sebagai berikut47:
Tabel 3.5
Indeks Tingkat Kesukaran
Indeks tingkat kesukaran Interprestasi
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah

4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).
Bagi suatu soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa pandai maupun siswa kurang
pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika
semua siswa baik pandai maupun kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar. Soal
yang baik adalah soal yang dapat diajawab benar oleh siswa yang pandai saja. Indeks daya
pembeda dapat diukur dengan menggunakan rumusan seperti dibawah ini:
DP = PA-PB
Di mana :
D = Discriminatory power (angka indeks deskriminasi item)
PA = Proporsi peserta didik kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir item
yang bersangkutan.
PA ini diperoleh dengan rumus :
PA =
Keterangan :
BA = Banyaknya peserta didik kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir
item yang bersangkutan.
JA = jumlah peserta didik yang termasuk dalam kelompok atas.
PB = Proporsi peserta didik kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir item
yang bersangkutan ini diperoleh dengan rumus :
PB =

47
Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal.228.
21
Keterangan :
BB = Banyaknya peserta didik kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir
item yang bersangkutan.
JB = Jumlah peserta didik yang termasuk dalam kelompok bawah.48
Kriteria daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Uji Daya Pembeda
Daya Beda (DP) Interprestasi Daya Beda
DP < 0,20 Jelek
0,21 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup
0,41 ≤ DP ≤ 0,70 Baik
0,71 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik

H. Uji Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Pengertian tersebut
adalah pengertian hipotesis penelitian. Sedangkan secara statistik hipotesis diartikan sebagai
pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Oleh karena itu dalam statistik yang diuji
adalah nol. Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan
statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis alternatif (Ha) yang
menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik.49
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus t-tes yaitu;
̅ ̅

Keterangan:
t = statistik
̅ ₁ = rata-rata hasil tes siswa pada kelas eksperimen
̅ = rata-rata hasil tes siswa pada kelas kontrol
S₁² = varians kelas eksperimen
S₂² = varians kelas kontrol
n₁ = banyaknya siswa pada kelas eksperimen
n₂ = banyaknya siswa pada kelas control

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan hipotesis komparatif yaitu Uji Paired Sample T-
Test atau uji sampel berpasangan. Dasar pengambilan keputusan data Uji Paired Sample T-Test,
yaitu :

a. Jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Hipotesis nol : Tidak ada perbedaan antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen yang artinya
tidak ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Think pair share

48
Ibid., hal.390.
49
Sugiono, Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal.224.
22
terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama
Islam di kelas VII SMP Negeri 15 Bandar Lampung.

Hipotesis Alternative : Ada ada perbedaan antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen yang
artinya ada pengaruh dalam penerapan model pembelajaraan tipe Think pair
share terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 15 Bandar Lampung.

Untuk menguji Hipotesis ini peneliti juga dibantu dengan aplikasi IBM SPSSStatistics25.
Yaitu, dengan cara klik Analyze > Compare Means > Paired Samples T Test >masukan
Variabel Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ke Paired Variables > ok.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Rosda Karya,
2014
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2011)
Aini Sudarsih, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share)
Terhadap Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI B SDN 19 Cakranegara ,
dari jurnal: REFLECTION JOURNAL, Vol. 1, No. 2, 2021
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013)
Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009)
Bella Putri Zain, dan Riska Ahmad, Pengaruh Model Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap
Motivasi dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar, JURNAL BASICEDU, Vol.5,
No.5, 2021
Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Amzah, 2018)
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan Filososfis, (Yogyakarta:
SUKA-Pres, 2014)
Chairul Anwar, Multikultularisme,Globalisasi Dan Tantangan Pendidikan Abad Ke-21,
(Yogyakarta: Diva Press, 2019)
Cherniss, C & Goleman, D. The Emotionally Intellegent Workpalace. 2001. San Fransisco:
JosseyBass
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. 2001. Jakarta: PT Bumi Askara
Khomarudin, dan supriyanah, Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (Tps) Terhadap
Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di Sma Kutabumi I Tangerang, Banten, Jurnal: Inovasi Dan
Kreatifitas (JIKa), Vol. 1, no. 2, 2021
Lola Amalia, Pembentukan Motivasi Belajar Mahasiswa Dengan Metode Think Pair share, Jurnal
Multidisiplin Teknologi dan Arsitektur, Vol. 1 No. 1, 2023
Melisa, D & Umi, A.I. Hubungan ntara Persepsi Mengenai Dukungan Sosial Orang Tua dengan
Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Tulungagung, Character: Jurnal Penelitian
Psikologi, Vol 1(2), 2013
Muchlisin Riadi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS), kajianpustaka.com
(2022), https://www.kajianpustaka.com/2022/01/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair-share-
tps.html?m=1#top
Nunuk Suryani, Leo Agung, Strategi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta; Ombak Dua, 2012)
Nuryadi, dkk., Dasar Dasar Statistik Penelitian, (Yoykarta: Sibuku Media, 2017)
Paul Ginnis, Trik dan taktik mengajar, (Jakarta; Indeks, 2008)
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019)
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta; Rajawali Pers, 2010)
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja
Grafindo, 2013
Sadirman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok: PT Raja Grafindo Persada,
2018)
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006
Sugeng D. Triswanto, Skripsi & Menghadapi Presentasi Bebas Stres, (Jakarta: Suka Buku, 2010)
Sugiono, Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010)
Suharismi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2013)
Tukiran Tairedja, dkk, Model-model Pembelajaran Kreatif dan InovatifI, Bandung: Alfabeta, 2013,
hal. 55.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: SInar
Grafika, 2003)

24

Anda mungkin juga menyukai