Anda di halaman 1dari 19

METODE PENELADANAN DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI

KARAKTER PADA PESERTA DIDIK

MAKALAH

Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pendidikan Karakter
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah, M.Ed.

Disusun Oleh

Aditiya Rachmat Hakiqi 1172020012


Ahmad Akmal 1172020016
Ahmad Muzaki 1172020018
Aldi Ripaldi 1172020027

BANDUNG
2020 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa pemakalah panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan curahan nikmat kepada seluruh makhluk sehingga pemakalah
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Karakter ini yang berjudul
“Metode Peneladanan dalam Menanamkan Nilai-nilai Karakter pada Peserta
Didik”. Shalawat bersandarkan salam semoga selalu tercurah limpah kepada
pemimpin sejati seorang revolusioner abadi yakni, baginda Nabi Muhammad SAW.
kepada keluarga, sahabat, dan umatnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah
Pendidikan Karakter serta menjadi referensi bagi pembaca untuk menambah
wawasan. Kemudian pemakalah ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik dari sumber referensi maupun yang lainnya.

Pemakalah menyadari dengan segala kelapangan dada bahwasannya dalam


penulisan makalah ini masih ada kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun sangat pemakalah harapkan demi perbaikan untuk kedepannya.

Bandung, 02 April 2020

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I


DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH .........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................4
D. KEGUNAAN PENULISAN ...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6
A. PENGERTIAN KARAKTER .................................................................................6
B. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDIDIKAN PESERTA DIDIK ..........................8
C. PENELADANAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA
DIDIK...............................................................................................................9
D. PENELADANAN GURU DI SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
PESERTA DIDIK..............................................................................................11
BAB III PENUTUP ..............................................................................................14
A. SIMPULAN .....................................................................................................14
B. SARAN ...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bangsa Indonesia hari ini sedang berada pada titik nadir akan
kehilangan jati dirinya, peradaban bangsa yang luhur telah tenggelam entah
kemana. Siapa yang bertanggung jawab terhadap kemerosotan ini? Bangsa
yang dulunya terkenal dengan peradabannya yang tinggi, kini tergantikan
dan terkenal dengan bangsa korup, bangsa yang tidak memiliki kepribadian,
bangsa yang kacau, bangsa yang jorok, bodoh, anarkis dan banyak atribut
jelek lainnya yang kini melekat pada bangsa ini.1
Apa yang salah dengan bangsa ini? Menyadari hal ini semua kita
terperangah, dan mulai lihat kiri kanan mencari alasan dan penyebab semua
kekacauan ini. Siapa yang salah dan siapa yang harus dipersalahkan.
Sorotan terbesar tertuju pada sistem pendidikan nasional. Berbagai
pendapat dan kritik mulai terlontar. Sistem pendidikan nasional dengan guru
sebagai ujung tombaknya dianggap yang paling bertanggung jawab
terhadap kekacauan ini. Padahal jika kita simak visi dan misi pendidikan
Indonesia dalam UUD 1945, semua telah dituangkan dengan cukup bijak,
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.” Dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional menegaskan bahwa:2 “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
mempunyai kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”, dan “Pendidikan bertujuan untuk

1
Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru, hal. 233.
2
Ibid, hal. 234.
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab, serta pendidikan berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Anda tentu
sepakat jika tidak ada yang salah dari isi Undang-Undang di atas. Tapi
kenapa realitasnya justru kontradiktif dengan harapan.
Maka dari itu, pemerintah saat ini berusaha menyikapi permasalahan
dekadensi moral atau merosotnya karakter peserta didik dengan
mencanangkan pendidikan karakter disetiap jenjang pendidikan.
Pendidikan karakter merupakan suatu proses pendidikan secara holistik
yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan
peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas
yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam praktiknya pendidikan karakter tidak hanya
membutuhkan teori atau konsep semata. Karakter merupakan perilaku, dan
bukan pengetahuan sehingga untuk dapat diinternalisasi kepada peserta
didik, maka harus dicontohkan bukan hanya diajarkan.
Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah lebih tepat melalui teknik
imitasi dengan menggunakan pendekatan teknik modeling, atau keteladanan
(uswah) yang dilakukan oleh guru. Keteladanan guru perlu diciptakan
karena gurulah sebagai tokoh sentral yang setiap saat menjadi perhatian
peserta didik di sekolah. Guru harus benar-benar menjadi teladan bukan
hanya sebatas penyampai informasi ilmu pengetahuan, melainkan meliputi
kegiatan mentransfer kepribadian yang berbudi pekerti luhur guna
membentuk karakter peserta didik sebagai aset bangsa yang akan menjadi
penentu eksistensi bangsa ini. Tidak hanya bagi guru di sekolah, teladan dari
keluarga sendiripun sangat diperlukan. Peran kedua orang tua dapat
membentuk karakter anaknya dengan baik dan penuh pengawasan.
Oleh sebab itu orang tua mesti menjadi teladan bagi anak-anaknya, apa
saja yang dilakukan oleh orang tua akan didengar dan dilihat serta ditiru
tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat
diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena
masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di
kemudian hari.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
"Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda; tiap
anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi" (HR. Muslim).
Hadits ini menjelaskan tentang peran, tugas, dan kewajiban orang tua
dalam membimbing aqidah seorang anak. Disamping itu juga menjelaskan
bahwa perkembangan mental dan kepribadian anak dipengaruhi oleh
suasana kehidupan di rumah tempat tinggal. Dengan demikian di rumah
yang tidak henti-hentinya disemarakan dengan dzikir, maka aktivitas
tersebut akan sangat membantu dalam membimbing bacaan kalimat tauhid.
Dengan demikian orang tua dalam pandangan agama islam mempunyai
peran serta tugas utama dan pertama dalam keberlangsungan pendidikan
anak-anaknya, baik itu sebagai guru, pedagang, atau sekalipun dia seorang
petani. Tugas orang tua untuk mendidik keluarga khusus anak-anaknya,
secara umum Allah SWT tegaskan dalam Al-Qur'an surah At-Tahrim [66]
ayat 6:
ِ ‫ع َل ْيهَا َم ََٰٓلئِكَةا غ ََِلظا‬
‫شدَادا َّلا‬ َ ‫ارا َوقود َها ٱلنَاسا َوٱ ْلحِ ج‬
َ ‫َارةا‬ َ ‫يََٰٓأَيُّهَا ٱلَذِينَا َءا َمنواا ق َٰٓوا أَنف‬
ً َ‫سك ْام َوأَ ْهلِيك ْام ن‬
‫ٱّلل َاما َٰٓ أَ َم َره ْام َويَ ْفعَلونَا َما يؤْ َمرونَا‬
‫يَ ْعصونَا ََا‬
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak
mendurhakai Allah SWT terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (Qs. At-Tahrim :
6).3
Dengan demikian pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat
memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan watak serta karakter
anak. Berdasarkan permasalahan di atas maka pemakalah akan membahas
tentang hal yang berkaitan dengan “Metode Peneladanan dalam
Menanamkan Nilai-nilai Karakter pada Peserta Didik”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan karakter?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi pendidikan karakter peserta didik?
3. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan orang tua
dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui:
1. Apa yang dimaksud dengan karakter?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pendidikan karakter peserta
didik?
3. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan orang tua
dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik?

D. Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan makalah ini dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
a. Secara teoritis, dapat berguna untuk memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan, serta memberikan sumbangsih gagasan dalam membuka
cakrawala pemikiran.

3
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hal. 951.
b. Secara praktis, dapat berguna untuk membangun dan mengembangkan
Metode Peneladanan dalam Menanamkan Nilai-nilai Karakter pada
Peserta Didik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter
Dalam Kamus Bahasa Indonesia karakter diartikan dengan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain, tabiat, watak.4 Dalam Bahasa Inggris, karakter (character) diberi arti
“The particular combination of qualities in a person or place that makes
them different from others” (kombinasi tertentu dari kualitas seseorang atau
suatu tempat yang membuatnya berbeda dari yang lainnya).5
Akhlak diartikan dengan budi pekerti, kelakuan.6 Sedangkan budi
pekerti sendiri berasal dari kata "Budi" yang artinya alat batin yang
merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk,
tabiat, akhlak, watak, perbuatan baik, kebaikan, daya upaya, ikhtiar dan akal
(dalam arti kecerdikan menipu atau tipu daya) sehingga "budi pekerti"
diartikan dengan tingkah laku, perangai, akhlak.7
Watak diartikan dengan: sifat batin manusia yang mempengaruhi
segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti dan tabiat.8 Tabiat diartikan
dengan: perangai, watak, budi pekerti, perbuatan yang selalu dilakukan,
kelakuan dan atau tingkah laku.9 Kelakuan diartikan: perbuatan, tingkah
laku, perangai, perihal dan keadaan.10
Karakter juga diartikan dengan budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain, hal ini menunjukkan bahwa karakter itu juga tidak
dapat dipisahkan dengan kepribadian seseorang, dimana kata ini terambil
dari kata "Pribadi" yang berarti manusia sebagai perseorangan (diri

4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, KBBI Edisi Kelima, hal. 623.
5
Cambridge University, Cambridge Advanced Learners Dictionary, 2003, hal. 195.
6
Ibid, hal. 27.
7
Ibid, hal. 215.
8
Ibid, hal. 1558.
9
Ibid, hal. 1370.
10
Ibid, hal. 775.
manusia atau diri sendiri) dan keadaan manusia sebagai perseorangan atau
keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang.11
Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan
kebiasan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku.12 Sedangkan,
Djaali mendefinisikan karakter sebagai kecenderungan tingkah laku yang
konsisten secara lahiriah dan bathiniah. Karakter adalah hasil kegiatan yang
sangat mendalam dan kekal yang nantinya akan membawa ke arah
pertumbuhan sosial.13
Sarkawi mengartikan istilah karakter dianggap sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya
atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan
yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga
bawaan seseorang sejak lahir.14
Menurut Philips sebagaimana dalam Amirullah Syarbini, karakter
adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi
pemikiran sikap dan perilaku yang ditampilkan.15 Menurut Warsono dkk,
mengutip dari Jack Corley dan Thomas Phillips, menyatakan bahwa
“Karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan
dan mempermudah tindakan moral”. Scerenko mendefinisikan karakter
sebagai "atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri
pribadi, cirietis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok
atau bangsa".16
Menurut Walter Niggorski, dalam bukunya The Moral Crisis,
sebagaimana dikutip Lickoma, "Karakter yang baik adalah karakter pribadi
yang kuat, harus memanifestasikan dirinya dalam pelayanan bagi organisasi
dan komunitas atau masyarakat dan dalam dorongan bagi kehidupan publik.

11
Ibid, hal. 1102.
12
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, hal. 23.
13
Djaali, Psikologi Pendidikan, hal. 48-49.
14
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, hal. 53.
15
Amirullah Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, hal. 15.
16
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, hal. 41-42.
Krisis moral pada masa kita ini memiliki arti bahwa semakin banyak orang
yang kekurangan penguasaan diri yang membebaskan (liberating self-
mastery) yang memperkenankan mereka untuk berkomitmen dan
memberikan pelayanan dengan suatu independensi dan integritas yang
cocok sebagai seorang yang bebas".17
Sedangkan dalam Islam dikenal dengan istilah "akhlak", betapapun
akhir-akhir ini dikenal dengan istilah qiyam atau nilai-nilai. Dan nilai-nilai
ini dimaknai antara lain, menurut Faisal Fahd al-Abd al-Jader, nilai-nilai
adalah hukum-hukum (norma-norma) yang terpancar dari seseorang dalam
bentuk perilaku yang terpuji atau tidak terpuji.18 Menurut Abu al-Hasan
Abdurrahman al-Iqab, nilai adalah hukum atau norma atau persepsi yang
diyakini oleh seseorang atau komunitas, yang menentukan perilakunya yang
selalu sesuai dengan agama Islam, mengarah pada ridha Allah.19
Dari beberapa uraian di atas pemakalah mencoba menyimpulkan bahwa
karakter atau akhlak itu merupakan keadaan jiwa yang menuntut untuk
melakukan sesuatu tanpa harus berpikir dan merenung kembali.

B. Faktor yang Memengaruhi Pendidikan Karakter Peserta Didik


Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter menurut
Ngalim Purwanto terbagi menjadi tiga hal yakni faktor biologis, sosial, dan
budaya.20 Berikut penjelasannya:
1. Faktor Biologis. Faktor biologis yaitu yang berhubungan dengan
keadaan jasmani manusia sebagai makhluk biologis. Warisan biologis
manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA
yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari
kedua orang tuanya. Secara biologis orang tua menurunkan sifat kepada

17
Thomas Lickona, Educating for Character-Mendidik untuk Membentuk Karakter, hal. 79.
18
Faisal Fahd al-Abd al-Jader, Ta'ziz al-Qiyam fi Manahij at-Ta'lim al 'Am Itar am li at-Tarbiyah al-
Qiyamiyah, hal.3.
19
Abu al-Hasan Abdurrahman al-Iqab, Al-Qiyam at-Tarbawiyyah li Idaroh al-Wakti fi Hayah al-
Insan, hal. 4.
20
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, hal. 33.
anaknya.Warisan biologis adalah semua halyang di terima seseorang
sebagai manusia melalui gen keduaorangtuanya atau sifat turunan dari
orang tua yakni ayah dan ibu.
2. Faktor Sosial. Yang dimaksud dengan faktor sosial ialah masyarakat
yakni orang lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang
bersangkutan. Lingkungan yang beragam dapat mempengaruhi kondisi
kepribadian seseorang yang menyebabkan pembentukan karakter
seseorang. Lingkungan fisik dapat mendorong terjadinya kepribadian
khusus seseorang.
3. Faktor Budaya. Perkembangan dan pembentukan karakter pada diri
seseorang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana
orang itu tinggal dan dibesarkan. Perbedaan kebudayaan dalam setiap
masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang misalnya
kebudayaan di daerah pantai, pegunungan, kebudayaan desa, atau
kebudayaan kota. Pengaruh kebudayaan terhadap karakter seseorang
sangat erat, karena pada dasarnya karakter seseorang tidak dapat diukur
atau dinilai tanpa menyelidiki latar belakang kebudayannya.

C. Peneladanan Keluarga dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik


Menurut 'Abdul Mu'in 'Abdul Ghani Humaida al-Harby, peran keluarga
dalam pendidikan karakter adalah sangat penting sejalan dengan peran dan
tanggung jawab keluarga itu sendiri yaitu:
1. Mewujudkan sikap berhamba kepada Allah SWT dengan melaksanakan
ibadah dan syi'ar-syi'ar keislaman.
2. Mewujudkan ketentraman dan ketenangan jiwa.
3. Mengarahkan anak-anak menuju nilai-nilai agama islam.
4. Memelihara anak, memenuhi kebutuhan mereka dan membiasakan
mereka dengan akhlak yang terpuji.
5. Memantau hal-hal tersebut diatas dengan berbagai cara dan upaya.
Menurut Thomas Lickona: Keluarga merupakan sumber pendidikan
moral yang paling utama bagi anak-anak. Orangtua adalah guru pertama
mereka dalam pendidikan moral. Mereka jugalah yang memberikan
pengaruh paling lama terhadap perkembangan moral anak-anak.
Sebagaimana firman Allah SWT:
"Wahai orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka.." (QS. at-Tahrim/66: 6). Dan terdapat pula dalam hadit-hadits
Rasulullah SAW seperti:
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah SAW:
"Tidaklah seorangpun dilahirkan kedunia ini kecuali dia dalam keadaan
suci; kedua orangtuanya lah yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani atau
Majusi" (HR. Muslim dari Abu Hurairah RA).
Peran keluarga dalam pendidikan integritas yaitu:
1. Mewujudkan sikap berhamba kepada Allah SWT dengan melaksanakan
ibadah dan kreatifitas keagamaan lainnya.
2. Mewujudkan ketentraman dan ketenangan jiwa (merespon curhatan
anak).
3. Mengarahkan anak-anak menuju nilai-nilai islam.
4. Memelihara anak, memenuhi kebutuhan mereka dan membiasakan
mereka dengan akhlak yang terpuji.
5. Memantau hal-hal tersebut diatas dengan berbagai cara dan upaya Peran
keluarga dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain.
Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak- anaknya.
Kedua orang tua harus senantiasa menjaga ketenangan lingkungan rumah
dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Saling menghormati antara
orang tua dan anak-anak. Mewujudkan kepercayaan. Mengadakan
kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak). Selain itu kedua
orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak
dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Dan yang paling penting
adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu- satunya teladan yang pertama bagi
anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak yang
secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di sisni
berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tatanan teoritis
maupun praktis anak yang sudah memiliki watak yang baik biasanya
memiliki achievement motivation yang lebih tinggi karena perpaduan antara
intelligence quotient, emosional quotient dan spiritual quotient. Adapun
usaha yang harus dilakukan orangtua agar anaknya memiliki tanggung
jawab yaitu:21
1. Membiasakan anak mendirikan sholat bangun pagi, mengatur tempat
tidur dan berolahraga.
2. Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih.
3. Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas-tugas rumah.
4. Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang-barang yang
dimilikinya.
5. Membiasakan dan mendampingi anak belajar atau mengulang pelajaran
atau mengerjakan tugas sekolahnya.
6. Membiasakan anak pamit jika keluar rumah.
7. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke
rumah.
8. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah.
9. Mengadakan pengajian Al-Quran dan ceramah agama dalam keluarga.
10. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga.
11. Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu.
12. Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
13. Membiasakan anak meminta izin kepada orangtua jika akan pergi, dan
lain sebagainya.

D. Peneladanan Guru di Sekolah dalam Pembentukan Karakter Peserta


Didik
Membentuk siswa yang tidak hanya cerdas tapi juga berkarakter
sebagai generasi penerus masa depan bangsa ini. Bagaimanakah usaha dan
cara yang dapat dilakukan guru untuk mendidik karakter siswanya? Dalam

21
TIM PPK Kemendikbud, Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, hal. 8.
mendidik karakter, guru dapat mengacu pada grand design pendidikan
karakter yang dirancang oleh Kementerian Pendidikan Nasional sebagai
upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, untuk
setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi
rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan
penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter
dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut
dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development),
Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical
and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and
Creativity development).
Secara teoretis, ada dua pendekatan yang ditawarkan banyak pihak
dalam menerapkan sikap siswa dalam menghadapi dan mengikuti pelajaran
yang bersangkutan maupun sikap siswa dalam menyerap nilai-nilai yang
ditanamkan pada materi pelajaran tersebut. Sebagai contoh, dalam mata
pelajaran matematika dapat ditanamkan sikap kejujuran. Siswa diajarkan
untuk tidak salah melakukan operasi hitungnya, jangan sampai terjadi
manipulasi data yang saat ini sangat marak dan telah menjadi tren di negara
kita dengan mark up dan korupsinya. Guru matematika dapat menyentuh
pikiran dan sekaligus hati siswa tentang bahaya korupsi yang menjadi salah
satu sebab keterpurukan bangsa ini. Guru dapat menanamkan karakter
kejujuran kepada siswanya agar tidak menjadi koruptor. Selanjutnya, pada
mata pelajaran kimia guru dapat mengajarkan banyak sekali nilai-nilai yang
dapat membentuk karakter siswa.
Pelajaran kimia sarat dengan materi yang dapat mendatangkan bahaya
bagi keselamatan umat manusia disamping juga dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan umat manusia. sangat tergantung dari karakter
manusianya. Jika manusianya berkarakter baik, maka ilmu kimia yang
dimilikinya akan dimanfaatkan untuk kebaikan pula. Namun demikian, jika
karakter manusianya tidak baik, maka ilmu kimia tersebut akan
dimanfaatkan untuk melakukan tindakan-tindakan kejahatan. Contohnya
dengan bom atom dunia bisa hancur seketika. Oleh karenanya, guru kimia
sangat penting menanamkan nilai-nilai karakter seperti, nilai-nilai
kemanusiaan, cinta damai, kasih sayang dan lain sebagainya.
Jadi dalam mendidik karakter sangat dibutuhkan sosok yang menjadi
model. Model yang dapat ditemukan oleh peserta didik dilingkungan
sekitarnya. Semakin dekat model pada peserta didik akan semakin mudah
dan efektiflah pendidikan karakter tersebut. Peserta didik butuh contoh
nyata, bukan hanya contoh yang tertulis dalam buku apalagi contoh
khayalan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Berk yang dikutip oleh Sit. M
(2010) prilaku moral diperoleh dengan cara yang sama dengan respon-
respon lainnya, yaitu melalui modeling dan penguatan. Lewat pembelajaran
modeling akan terjadi internalisasi berbagai prilaku moral, prososial dan
aturan-aturan lainnya untuk tindakan yang baik.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Dari beberapa uraian di atas pemakalah mencoba menyimpulkan bahwa
karakter atau dalam islam dikenal dengan akhlak. Jadi, akhlak itu
merupakan keadaan jiwa yang menuntut untuk melakukan sesuatu tanpa
harus berpikir dan merenung kembali.
2. Dalam mendidik karakter sangat dibutuhkan sosok yang menjadi model.
Model yang dapat ditemukan oleh peserta didik dilingkungan
sekitarnya. Semakin dekat model pada peserta didik akan semakin
mudah dan efektiflah pendidikan karakter tersebut. Peserta didik butuh
contoh nyata, bukan hanya contoh yang tertulis dalam buku apalagi
contoh khayalan.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
yang perlu dikembangkan substansi materi dalam perspektif serta referensi
yang lainnya. Pemakalah mengharapkan makalah ini dapat memberikan
sumbangsih dalam khazanah intelektual dan menjadi pemantik dalam tradisi
baca. Serta pemakalah mengharap kritik yang membangun demi perbaikan
dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 1999. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen


Agama.
Nurchaili. Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2015. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Cambridge University. 2003. Cambridge Advanced Learners Dictionary. UK:
Cambridge University Press.
Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: PT Gramedia.
Amirullah Syarbini. Buku Pintar Pendidikan Karakter.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Muchlas Samani dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Rosda.
Thomas Lickona. 2015. Educating for Character-Mendidik untuk Membentuk
Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ngainun Naim. 2012. Character Building-Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam
Pembangunan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar
Ruzz-Media.
Faisal Fahd al-Abd al-Jader, Ta'ziz al-Qiyam fi Manahij at-Ta'lim al 'Am Itar am li
at-Tarbiyah al-Qiyamiyah, Kuwait: Majalah al-Mu'allim, 1436 H/2014 M,
vol. 1797, 21 Oktober 2017 M.
Abu al-Hasan Abdurrahman al-Iqab, Al-Qiyam atTarbawiyyah li Idaroh al-Wakti
fi Hayah al-Insan, Sudan: Education Faculty of Sudan University, t.th.
TIM PPK Kemendikbud. 2016. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan
Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayan RI.

Anda mungkin juga menyukai