Anda di halaman 1dari 14

PENTINGNYA PENDIDIKAN MORAL BAGI GENERASI MUDA

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Educational Profession

Dosen : Yuna Mumpuni Rahayu,S.Pd.,MM.Pd

Disusun Oleh :

1. Anisah Nabila 120060066

2. Anisa Rahmawaty 120060064

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, islam,
kesempatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta
salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan umat dalam segala
perilaku keseharian yang beriorientasi kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Makalah ini
merupakan tugas untuk memenuhi mata kuliah educational profession.

Penyelesaian makalah ini terwujud atas bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing.
Dengan segala hormat dan ungkapan bahagia, penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu
Yuna Mumpuni Rahayu, S.Pd.,MM.Pd selaku dosen pembimbing.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan bantuan yang sudah
diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelasaikan makalah ini dengan baik dan
benar. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini pun masih banyak kekurangan. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Cirebon, 25 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................... 3

2.1 Pendidikan.................................................................................. 3

a. Pengertian Pendidikan........................................................... 3
b. Fungsi Pendidikan................................................................. 4
c. Jenis-jenis Pendidikan...........................................................

2.2 Moral.......................................................................................... 5

a. Pengertian Moral................................................................... 5
b. Tujuan dan Fungsi Moral...................................................... 6
c. Jenis-jenis Moral................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 21

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila kita melihat dari sudut pandang psikologi perkembangan, dunia nampak semakin
tua, manusia semakin cerdas, pengetahuan semakin dewasa, dan teknologi pun semakin
canggih. Namun di balik semua itu, apakah kehidupan kita menjadi semakin baik, semakin
nyaman, dan semakin sejahtera baik secara lahiriah maupun bathiniah? Mungkin tidak,
bahkan sebaliknya. Kehidupan kita nampaknya semakin mundur dan terpuruk, reformasi kita
kebablasan, korupsi semakin terang-terangan dan merajalela, krisis multi dimensi pun tak
kunjung selesai. Bangsa ini nampaknya sudah cukup lelah melihat, menyaksikan dan
mengalami keadaan yang demikian. Seperti dikemukakan oleh Dedi Supriadi (Pikiran
Rakyat, 12 Juni 2001: 8-9) bahwa “Orde Baru berakhir, dan muncul Era Reformasi. Era ini
menyaksikan sosok bangsa ini yang lunglai, terkapar dalam ketidak berdayaan akibat
berbagai krisis yang dialaminya.” Keadaan tersebut tidak saja mengakibatkan terpuruknya
ekonomi, tetapi juga mengakibatkan merosotnya kualias hidup, bahkan merosotnya martabat
bangsa. Apakah gerangan yang menyebabkan semua itu? Kalau kita telaah mungkin akan
muncul sederetan faktor penyebab. Ada yang mengatakan karena pejabatnya tidak jujur,
korupsi, penegak hukumnya tidak adil, rakyatnya tidak produktif, karyawan bawahannya
tidak loyal, tidak bisa kerjasama, tidak empati, tidak mempunyai keteguhan hati dan
komitmen, pelajar dan mahasiswanya tawuran, dsb. Jadi, kalau kita simak dari uraian di atas,
faktor penyebab utamanya adalah masalah nilai moral, sekali lagi nilai moral.
Mungkinkah nilai moral sudah hilang di Negara kita? Mungkinkah nilai moral sudah
tidak dimiliki oleh generasi penerus bangsa? Seperti dikatakan oleh Pam Schiller & Tamera
Bryant (2002: viii) bahwa: “jika kita meninggalkan pelajaran tentang nilai moral yang
kebanyakan sudah berubah, kita, sebagai suatu Negara, beresiko kehilangan sepotong
kedamaian dari budaya kita.” Timbullah pertanyaan, apakah pelajaran tentang nilai moral di
Negara kita selama ini telah diabaikan? Menurut Dedi Supriadi, “Pendidikan budi pekerti dan
pendidikan agama pada saat itu (1968-1980-an) dapat dikatakan ‘terpinggirkan’ oleh haru-
hiru semangat Pendidikan Moral Pancasila.” Bagaimana pada tahun 2000-2010 an sampai
sekarang? Apakah pendidikan budi pekerti dan pendidikan agama masih juga terabaikan?
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa satu penyebab krisis multi
dimensi, termasuk krisis moral yang menimpa bangsa kita adalah karena telah terabaikannya
“Pendidikan Moral” (dalam pengertian pendidikan agama, budi pekerti, akhlaq, nilai moral)
bagi generasi penerus. Betapa tidak, ajaran agama mengatakan: “carilah untuk kehidupan
duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan carilah akheratmu seolah-olah kamu
akan mati besok pagi,” hal ini mengandung makna bahwa dalam studi ilmu pengetahuan
umum dan agama hendaklah seimbang, berotak Jerman-berhati Mekah, demi mencapai
kesejahteraan hidup di dunia ini dan akherat nanti.
Dengan demikian, kalaulah di SD, SMP, atau SMU terdapat 36 jam pelajaran perminggu,
setidaknya terdapat 18 jam untuk ilmu pengetahuan umum dan 18 jam untuk agama (semua
agama), atau paling tidak 20 jam pelajaran untuk pengetahuan umum dan 16 jam untuk
agama( pendidikan nilai moral). Sedangkan yang ada dari dulu sampai sekarang
komposisinya adalah 34 jam pelajaran untuk pengetahuan umum dan 2 (dua) jam atau paling
banyak 4 (empat) jam untuk pendidikan agama, dari TK sampai perguruan tinggi. Jadi,
dengan hanya 4 (empat) jam pelajaran perminggu anak sebagai generasi penerus
mendapatkan apa? Agama yang kokoh? Moral yang tinggi? Akhlaq mulia? Mungkin tidak,
barangkali hanya mendapatkan kulitnya saja, dan tidak tau isinya. Akhirnya agama hanya
dibibir, belum menjadi penghayatan dan pengamalan. Orang yang mengaku beragama tetapi
tidak pernah mengamalkannya, ia bagaikan memiliki garam satu truk tetapi tidak pernah tahu
rasa asinnya, punya gula satu peti kemas tetapi tidak pernah tau rasa manisnya. Inilah
gambaran generasi penerus kita. Tak ayal lagi nilai-nilai moral/agama tidak tertanam dan
tidak dimilikinya oleh anak didik kita, kecuali hanya sangat sedikit. Apa akibatnya? Ketika
mereka menginjak bangku SMP sudah mulai tawuran, menginjak SMA mendapatkan julukan
SMA tawuran, dan ketika mereka menduduki bangku kuliah, apa yang terjadi. Kalau mereka
menjadi mahasiswa, mungkin akan menjadi mahasiswa yang agresif, pemberani, pendemo
dan tukang tawuran. Kalau kelak mereka menjadi pejabat, mungkin tidak jujur dan korup.
Inikah moral mereka? Pendidikan nilai moral/agama sangat penting bagi tegaknya satu
bangsa. Tanpa pendidikan nilai moral (agama, budi pekerti, akhlaq) kemungkinan besar suatu
bangsa bisa hancur, carut marut. Oleh karena itu “Munculnya kembali pendidikan budi
pekerti sebagai primadona dewasa ini mencerminkan kegusaran bangsa ini akan terjadinya
krisis moral bangsa dan kehidupan sosial yang carut marut.” (Dedi Supriadi, Pikiran Rakyat
12 Juni: 8-9). Pam Schiller & Tamera Bryant (2001:vii) mengemukakan “Inilah waktunya
untuk menentukan apakah nilai-nilai moral penting bagi masa depan anak-anak kita dan
keluarga kita, dan kemudian mendukung dan mendorong mereka mempraktikkan nilainilai
moral tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita. Siapa yang bertanggung-jawab untuk
mengajarkan nilai-nilai moral ini pada anak-anak kita? Tanggung-jawab itu dipikul oleh kita
semua. Apakah kita menyadari atau tidak, kita selalu mengajarkan nilai moral, tetapi kita
harus lebih berusaha keras untuk mengajarnya. Nilai-nilai moral yang kita tanamkan
sekarang, sadar atau tidak sadar, akan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada
masyarakat yang akan datang.” Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik
membahas masalah ini, dengan tema “Pentingnya Pendidikan Nilai Moral bagi Generasi
Penerus”.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
b. Fungsi Pendidikan
Fungsi Pendidikan adalah membangun serta mengembangkan minat dan bakat
individu demi kepuasan pribadi dan kepentingan umum. Membantu melestarikan
kebudayaan masyarakat. Menanamkan keterampilan yang dibutuhkan dalam
keikutsertaan dalam berdemokrasi. Menjadi sumber-sumber inovasi sosial di masyarakat.
c. Jenis-jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan
pendidikan suatu satuan pendidikan diantaranya sebagai berikut :
1. Pendidikan Umum Sunting
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD),
sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
2. Pendidikan Kejuruan Sunting
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan
pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah menengah
kejuruan ini memiliki berbagai macam spesialisasi keahlian tertentu.
3. Pendidikan Akademik Sunting
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan
pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
tertentu.
4. Pendidikan Profesi Sunting
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang
profesional.
5. Pendidikan Vokasi Sunting
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam
jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
6. Pendidikan Keagamaan Sunting
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi
ahli ilmu agama.
7. Pendidikan Khusus Sunting
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik
yang berkebutuhan khusus atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam
bentuk sekolah luar biasa/SLB).
2.2 Pendidikan Moral
a. Pengertian Pendidikan Moral
Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, Anda perlu menjunjung tinggi
norma dan moral. Dimana moral merupakan suatu hukum berperilaku yang diterapkan
terhadap semua individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya, sehingga muncul rasa
hormat dan menghormati sesama individu.
Pendapat lain mengatakan pengertian moral ialah sesuatu yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip akhlak, tingkah laku, budi pekerja, dan mental yang akan
membentuk karakter pada diri seseorang sehingga bisa menilai dengan benar manakah
yang benar dan mana yang buruk.
Moral ialah produk yang dihasilkan oleh budaya serta agama yang mengatur cara
berinteraksi (perilaku, perbuatan dan ucapan) antar sesama manusia. Dengan kata lain,
penggunaan kata moral lebih merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang
mempunyai nilai positif sesuai norma yang berlaku di sebuah lingkungan masyarakat.
Pendapat para ahli tentang pengertian moral di bawah ini akan membantu Anda
lebih memahami tentang apa itu moral.
1. Russel Swanburg
Menurut Russel Swanburg, arti moral adalah suatu pernyataan dari pemikiran
yang berhubungan dengan keantusiasan seseorang dalam bekerja dimana hal itu dapat
merangsang perilaku seseorang tersebut.
2. Maria Assumpta
Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan aturan (rule) mengenai
sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai manusia.
3. Elizabeth B. Hurlock
Menurut Elizabeth B. Hurlock, pengertian moral adalah suatu kebiasaan, tata cara,
dan adat dari suatu peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota
suatu budaya dalam masyarakat.
4. Maria J. Wantah
Menurut Maria J Wantah, pengertian moral adalah sesuatu yang berhubungan
dengan kemampuan dalam menentukkan benar atau salah serta baik atau buruknya
suatu perilaku pada diri seseorang.
5. Sonny Keraf
Menurut Sonny Keraf, moral adalah sesuatu yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk menentukan tindakan seseorang yang dianggap baik atau buruk di dalam suatu
masyarakat.
6. Imam Sukardi
Menurut Imam Sukardi, pengertian moral adalah karakter yang dicirikan sebagai
sesuatu yang baik dalam masyarakat melalui nilai-nilai yang diterapkan bersama.
b. Tujuan dan Fungsi Moral
Moral tentunya tidak akan dibutuhkan oleh seseorang atau masyarakat apabila tidak
memiliki tujuan dan fungsi. Secara umum, tujuan dan fungsi modal sendiri ialah untuk
mewujudkan harkat serta martabat kepribadian manusia melalui pengamalan nilai dan
norma.

Untuk lebih detailnya, berikut adalah beberapa tujuan serta fungsi moral:
1. Moral akan menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi seseorang dan
kemanusiaan.
2. Moral berfungsi sebagai motivasi manusia agar bisa bersikap dan bertindak penuh
kebaikan serta kebajikan yang dilandasi atas dasar kesadaran kewajiban moral.
3. Moral akan menjaga keharmonisan hubungan sosial antar manusia, sebab moral
dijadikan sebagai landasan rasa percaya terhadap sesama.
4. Moral akad membuat manusia lebih bahagia secara lahir batin, sebab dengan
menunaikan perbuatan atau perilaku sesuai dengan moral tidak akan menimbulkan
rasa penyesalan, konflik batin dan juga perasaan berdosa ataupun kecewa.
5. Moral bisa memberikan wawasan masa depan terhadap manusia, baik sanksi sosial
ataupun konsekuensi pada kehidupan, sehingga manusia akan memiliki pertimbangan
yang lebih dalam sebelum melakukan suatu tindakan.
6. Moral dalam diri manusia juga bisa memberikan landasan kesabaran dalam bertahan
di setiap dorongan naluri atau nafsu/keinginan yang dapat mengancam harkat serta
martabat pribadi.
c. Jenis-jenis Moral
1. Moral Ketuhanan
Moral Ketuhanan ialah semua hal yang berhubungan dengan keagamaan atau
religius berdasarkan ajaran agama tertentu dan pengaruhnya terhadap diri seseorang.
Wujud moral ketuhanan, contohnya melaksanakan ajaran agama yang dianut dengan
sebaik-baiknya. Contoh ialah menghargai sesama manusia, menghargai agama lain,
dan hidup rukun dengan yang berbeda agama.
2. Moral Ideologi dan Filsafat
Moral ideologi dan filsafat yaitu segala hal yang berhubungan dengan semangat
kebangsaan, loyalitas kepada cita-cita bangsa dan negara. Wujud moral ideologi dan
filsafat, contohnya menjunjung tinggi dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Contoh
yaitu menolak ideologi asing yang ingin mengubah dasar negara Indonesia.
3. Moral Etika dan Kesusilaan
Moral Etika dan Kesusilaan yakni beberapa hal yang berkaitan dengan etika dan
kesusilaan yang dijunjung oleh suatu masyarakat, bangsa, dan negara secara budaya
dan tradisi. Wujud moral etika dan kesusilaan, contohnya menghargai orang lain yang
berbeda pendapat, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Contohnya merupakan
mengucapkan salam kepada orang lain ketika bertemu atau berpapasan.
4. Moral Disiplin dan Hukum
Moral Disiplin dan Hukum adalah salah satu hal yang berhubungan dengan kode
etika profesional dan hukum yang berlaku di masyarakat dan negara. Wujud moral
disiplin dan hukum, contohnya melakukan suatu aktivitas sesuai dengan aturan yang
berlaku. Contoh yakni selalu menggunakan perlengkapan yang diharuskan dan
mematuhi rambu-rambu lalu lintas ketika berkendara di jalan raya.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, Ahmad. (2016). Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Generasi Penerus.


Diakses pada 19 September 2016, dari https://adoc.pub/pentingnya-
pendidikan- nilai-moral-bagi-generasi-penerus.html

Pendidikan, Guru. (2019). Moral : Pengertian, Tujuan, Fungsi, Karakteristik, Jenis


dan Contoh Terlengkap. Diakses pada 13 Oktober 2019, dari
https://seputarilmu.com/2019/10/moral.html

Anda mungkin juga menyukai