Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“FILSAFAT PENDIDIKAN PENINGKATAN SUMBER DAYA


MANUSIA”

Disusun Oleh :

1. Lailatun Nurrohmah
2. Linda lestari

Dosen Pengampu : Zainuri, S.Pd.I

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


KAMPUS PURWODADI
TP. 2020

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan meskipun dalam bentuk yang
sangat sederhana. Makalah ini berjudul “FILSAFAT PENDIDIKAN
PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA”.
Penulis menyadari keterbatasan, bahwa masih terdapat kekurangan-
kekurangan dalam Makalah ini. Untuk itu saran dan kritikan dari pembaca
senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sejak awal sampai selesainya
makalah ini, cukup banyak hambatan yang ditemui. Akan tetapi semua itu dapat
teratasi berkat petunjuk dan hidayah dari Allah SWT dan bantuan semua pihak.
Penulis mengharapkan Makalah ini dapat berguna bagi perkembangan dan
kemajuan pendidikan dimasa-masa yang akan datang. Semoga Allah SWT
memberikan rahmat kepada kita semua, Amin.

Purwodadi,..................
.
Penulis

................................

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Filsafat pendidikan dan kepribadian.................................................... 2
2.2 Filsafat pendidikan dan sumber daya manusia.................................... 4

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 9
3.2 Saran.................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk yang mampu yang mampu mengembangkan
diri.kemampuan ini menyebabkan berpeluang untuk membentuk dirinya baik
secara fisik maupun secara mental dengan cara mengatur kadar dan komposisi
makan dan minuman dengan disertai latihan yang teratur, fisik manusia dapat
dibentuk.
Sebaliknya manusia pun memiliki potensi mental untuk dikembangkan.
Berbagai potensi mental yang terangkum dalam aspek kognisi, emosi dan
konasi dapat dikembangkan manusia untuk menjadi mahkluk yang
berperadapan (homo sapiens). peningkatan dan pengembangan diri ini
menyebabkan manusia memiliki tingkat peradapan yang berbeda dan
mengarah maju dari zaman ke zaman. Kemajuan peradaban manusia ini
terlihat dari adanya periodisasi sejarah umat manusia.
Manusia memiliki berbagai potensi atau sumber daya untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya. Sumber daya ini pada dasarnya baru merupakan
kemungkinan layaknya lembaga atau benih pada tumbuh-tumbuhan. Hasilnya
baru akan terlihat apabila potensi tersebut dapa disalurkan melalui
pengarahan, bimbingan maupun latihan yang terarah, teratur dan sinambung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana filsafat pendidikan dan kepribadian?
2. Bagaimana filsafat pendidikan dan sumber daya manusia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui filsafat pendidikan dan kepribadian.
2. Untuk mengetahui filsafat pendidikan dan sumber daya manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Pendidikan dan Kepribadian


Peningkatan kualitas sumber daya manusia tertentu berbeda dari zaman ke
zaman. Sifat bentuk dan arahannya tergantung pada kondisi lingkungan dan
kebutuhan masyarakat masing-masing.
Di masyarakat tradisional, peningkatan kualitas sumber daya manusia
masih terbatas pada aspek-aspek tertentu, yang erat kaitannya dengan tradisi
setempat. Namun yang jelas, peningkatan itu tak lepas hubungannya dengan
filsafat hidup dan kepribadian masing-masing. Dalam pengertian sederhana,
filsafat diartikan sebagai kepribadian jati diri dan pandangan hidup seseorang,
masyarakat, atau bangsa. Kondisi ini dibentuk oleh tradisi kehidupan
masyarakat ataupun oleh usaha yang terprogram. Namun demikian
sesederhana apapun, pembntukan itu tak lepas dari peran pendidikan.
Pendidikan, menurut Hasan Langgulung, pada prinsipnya dapat dilihat dari
dua sudut pandang : individu dan masyarakat.
Dilihat dari sudur pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk
membimbing dan menghubungkan potensi individu. Sementara dari sudut
pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai
budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya
tersebut dapat terpelihara. Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara
pendidikan dengan tradisi budaya dan kepribadian suatu masyarakat, betapa
sederhananya masyarakat tersebut.
Hal ini dapat dilihat ketika tradisi sebagai muatan budaya senantiasa
terlestarikan dalam masyarakat, dari generasi ke generasi berikutnya.
Pelestarian nilai-nilai budaya tersebut, bagaimanapun hanya akan mungkin
terlaksana apabila ada pendukungnya secara sinambung dari generasi ke
generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para
pendukung nilai tersebut data menularkannya kepada generasi penerusnya.
Transfer nilai-nilai budaya yang paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam masyarakat modern, proses pendidikan tersebut

2
didasarkan pada suatu sistem yang sengaja dirancang sebagai suatu program
pendidikan secara formal. Oleh sebab itu, dalam penyelenggaraannya
dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan mencakup dua kepentingan
utama,yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya.
Kedua hal ini berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau
bangsa itu masing-masing. Dengan kata lain,sistem pendidikan bagaimanapun
sederhananya mengandung karakteristik tentang jati diri atau pandangan
hidup masyarakat atau bangsa yang membuatnya.
Pandangan hidup yang merupakan jati diri ini berisi nilai-nilai yang
dianggap sebagai sesuatu yang secara ideal adalah benar dan nilai kebenaran
itu sendiri berbeda antara masyarakat atau bangsa yang satu dengan yang
lainnya. Nilai-nilai kebenaran yang idealis ini disebut sebagai filsafat hidup
yang dijadikan dasar dalam penyusunan sistem pendidikan. Selain itu nilai-
nilai tersebut juga sekaligus dijadikan tujuan yang akan dicapai dalam
pelaksanaan sistem pendidikan dimaksud.
Dengan demikian, antara rantai hubungan itu terlihat pada perincian
sebagai berikut :
1. Setiap masyarakat atau bangsa memiliki sistem nilai ideal yang dipandang
sebagai sesuatu yang berat.
2. Nilai-nilai tersebut perlu dikembangkan sebagai suatu pandangan hidup
atau filsafat hidup mereka.
3. Agar nilai-nilai tersebut dapat dipelihara secara lestari, perlu diwariskan
kepada generasi muda.
4. Usaha pelestarian melalui pewarisan ini efektifnya melalui pendidikan.
5. Untuk menyelaraskan pendidikan yang diselenggarakan dengan muatan
yang terkandung dalam nilia-nilai yang menjadi pandangan hidup tersebut,
maka secara sistematis program pendidikan harus menempatkan nilai-nilai
tadi sebagai landasan dasar, muatan dan tujuan yang akan dicapai.
Pandangan ini dapat diangkat dari sejumlah sistem pendidikan diberbagai
Negara yang menggambarkan hubungan filsafat bangsa dengan tujuan
pendidikan yang akan dicapainya. Sejak zaman Yunani kuno, hubungan

3
seperti itu telah diterapkan. Setidak-tidaknya ada dua Negara yang
menampilkan sisi pandang yang berbeda yaitu Sparta dan Athena. Sparta
berpandangan bahwa pendidikan yang benar apabila dapat membentuk
manusia yang sehat dan kuat secara fisik, sedangkan Athena yang
berpandangan bahwa pendidikan yang ideal adalah yang dapat membentuk
manusia yang harmonis.
Bila pendidikan dikembalikan pada fungsinya sebagai usaha untuk
mengembangkan potensi individu dan sekaligus sebagai usaha untuk
mewariskan nilai-nilai budaya, maka pendidikan juga menyangkut
pembentukan kepribadian. Pendidikan berkaitan dengan usaha untuk
mengubah sikap dan tingkahlaku. Sedangkan kepribadian berhubungan
dengan pola tingkahlaku.
Setidak-tidaknya, kepribadian dapat dilihat dari empat aspek muatannya.
Pertama aspek personalia, yaitu kepribadian dilihat dari pola tingkah laku lahir
dam batin yang dimiliki seseorang. Kedua aspek individualitas,yakni
karakteristik atau sifat-sifat khas yang dimiliki seseorang, sehingga dengan
adanya sifat-sifat ini seseorang secara individu berbeda dengan yang lainnya.
Ketiga aspek mentalitas, sebagai perbedaan yang berkaitan dengan cara
berpikir. Mentalitas sebagai gambaran pola pikir seseorang. Keempat aspek
identitas, yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikap dirinya
dari pengaruh luar. Identitas merupakan karakteristik yang menggambarkan
jati diri seseorang.
Berdasarkan keempat aspek tersebut, terlihat bagaimana hubungan antara
pendidikan dan pembentukan kepribadian dan hubungannya dengan filsafat
pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai budaya sebagai pandangan hidup
suatu bangsa.

2.2Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya Manusia


Manusia adalah makhluk yang memiliki beberapa potensi bawaan. Dari
sudut pandang yang dimiliki itu, manusia dinamai dengan berbagai sebutan.
Dilihat dari potensi inteleknya manusia disebut homo intelectus. Manusia juga
disebut sebagai homo faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk

4
membuat barang atau peralatan. Kemudian manusia pun disebut sebagai homo
sacinss atau homo saciale abima, karena manusia adalah mahkluk
bermasyarakat. Di lain pihak manusia juga memiliki kemampuan merasai,
mengerti, membeda-bedakan, kearifan, kebijaksanaan dan pengetahuan. Atas
dasar adanya kemampuan tersebut manusia disebut homo sapiens.
Filsafat pendidikan, seperti dikemukakan oleh Imam Barnadib, disusun
atas dua pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan
sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofis tokoh-tokoh tertentu.
Sedangkan pandangan ke dua adalah usaha untuk menemukan jawaban dari
pendidikan beserta problem-problem yang ada yang memerlukan tinjauan
filosofis.
Dari pendekatan pertama, terkait dengan kualitas potensi manusia, terdapat
tiga aliran filsafat.
Pertama, aliran natularisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki
potensi bawaan yang dapat berkembang secara alami, tanpa memerlukan
bantuan dari luar. Secara alami manusia akan bertambah dan berkembang
sesuai dengan kodratnya masing-masing. Tokoh aliran ini adalah Jean Jacques
Rosseau.
Kedua aliran empirisme, menurut aliran ini manusia bertumbuh dan
berkembang atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan. Tokoh
aliran ini adalah Schopenhauer.
Ketiga aliran konfergensi, yang memiliki pandangan gabungan antara
empirisme dan naturalisme. Menurut aliran ini, manusia secara kodrati
memang telah dianugrahi potensi yang disebut bakat. Namun selanjutnya agar
potensi itu dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, perlu adanya
pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui pendidikan. Tokoh
aliran ini adalah Jhon Locke.
Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran tentang manusia
dalam kaitan dengan problema pendidikan. Namun kemudian, Kohnstamm
menambahkan faktor kesadaran sebagai faktor ke empat. Dengan demikian
menurutnya selain faktor dasar (natur) dan faktor ajar (empiri), yang
kemudian dikonvergensikan, masih perlunya faktor kesadaran individu.

5
Menurutnya walaupun manusia memiliki bakat yang baik, kemudian
dididik secara baik pula, maka hasilnya akan menjadi lebih baik bila ada
motivasi intrinsik dari peserta didik itu sendiri. Kohnstamm, melihat bahwa
faktor lingkungan belum dapat memberi hasil yang optimal bila tidak disertai
dorongan dari dalam diri peserta didik. Pendapat ini dapat dilihat sebagai
temuan yang memperkaya pemikiran tentang manusia dalam kaitannya
dengan pendidikan.
Keempat tokoh tersebut telah mengangkat latar belakang potensi manusia.
Kecuali J.J Rousseau, ketiga tokoh berikutnya seakan menyatu dalam
pendapat bahwa potensi manusia dapat diintervensi oleh pengaruh lingkungan.
Kenyataan ini antara lain, dapat dirunut dari sejumlah kasus manusia srigala
yang pernah terungkap.
Lyotard dan Senguin pernah menemukan bocah yang sejak bayi dipelihara
oleh sekelompok serigala. Ternyata bocah tersebut dalam kesehariannya hidup
mengikuti perilaku serigala yang menjadi lingkungan hidupnya. Kasus yang
dijumpai oleh kedua tokoh ini terjadi di hutan Prancis selatan sekitar abad ke –
18 selanjutya, di India kasus serupa pun pernah ditemui. Kemudian bocah
asuhan serigala itu diselamatkan dan dididik dilingkungan hidup manusia.
Seperti yang dikatakan Imam Barnadib, bahwa filsafat pendidikan sebagai
sistem dapat dilihat dari dua pendekatan. Pendekatan pertama sebagai
pendekatan filosofis,sebagaiman telah diuraikan terdahulu. Dalam pandangan
ini terungkap bahwa konsep pendidikan dalam berbagai aliran itu mengakui
bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik.
Selanjutnya pendekatan kedua adalah filsafat pendidikan dilihat dari sudut
pandang pendidikan. Berdasarkan pendekatan ini, filsafat pendidikan
merupakan usaha untuk menemukan jawaban tentang pendidikan dan
problema-problema yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Dalam
pandangan ini, filsafat pendidikan menjadi tumpuan bagi penyusunan sistem
pendidikan.
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan dalam hubungannya dengan
individu dan masyarakat, dapat dilihat dari bagaimana garis hubungannya
dengan filsafat pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandang

6
individu, pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi
individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan adalah
sebagai pewaris nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu
peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia
sebagai mahkluk berbudaya dan hakikatnya adalah pencipta budaya itu
sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi
manusia pencipta budaya itu.
Tingkat perkembangan kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa sangat
ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya manusia yang menjadi
pendukung nilai-nilai budaya tersebut. Pada masyarakat yang masih memiliki
kebudayaan asli, berbeda dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan
campuran.
Kemajuan peradapan manusia sebagian besar ditentukan oleh IPTEK.
Makin tinggi tingkat penguasaan IPTEK, makin maju pula perdapan suatu
bangsa. Juga tingkat kualitas sumber daya manusianya. Salah satu sarana yang
paling efektif dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
anusia adalah pendidikan.
Sejalan dengan tujuan tersebut, disusunlah suatu sistem pendidikan yang
layak dan serasi dengan tujuan pengembangan sumber daya manusia sebagai
pendukung nilai-nilai budaya bagi peningkatan kemajuan peradapan yang
dimiliki. Kemudian agar sistem pendidikan tersebut tetap terjaga, diperlukan
adanya suatu landasan filsafat pendidikan yang dinilai mengakar pada
kepribadian bangsa itu masing-masing. Dalam kaitan ini, terlihat bagaimana
kaitan hubungan antara filsafat pendidikan dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
Sesuatu akan dinilai benar bila ia dapat direalisasikan dan hasilnya
bermanfaat bagi kehidupan. Pemikiran ini dijadikan landasan dalam
penyusunan sistem pendidikan dan kemudian diterapkan dalam bentuk
sekolah kerja dan dinamakan sekolah masyarakat. Sekolah ini bertujuan untuk
mendidik para siswa menjadi tenaga praktis yang siap pakai. Di bidang
keahlian disesuaikan dengan bidang profesi yang ada di masyarakat. Dengan

7
demikian, diharapkan tamatan dari sekolah-sekolah ini akan segera mendapat
pekerjaan.
Tujuan pendidikan Indonesia mencakup pengembangan potensi individu
yang diamanatkan oleh filsafat pendidikan Pancasila. Secara individu
diharapkan peserta didik dapat memiliki kepribadian yang mencakup keenam
belas karakteristik seperti tergambar dalam tujuan pendidikan nasional.
Karakteristik ini sekaligus merupakan aspek yang menjadi muatan dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia yang berlandaskan filsafat
pendidikan yang digali dari filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dalam GBHN tahun 1993 diungkapkan bahwa tujuan pendidikan nasional
yang berlandaskan filsafat Pancasila itu menghasilkan adanya hubungan
timbal balik antara filsafat hidup bangsa, filsafat pendidikan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Begitu juga dalam amanat UUD 1945, tujuan
pendidikan itu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa usaha
mencerdaskan kehidupan bangasa identik dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia dan usaha yang paling efektif adalah melalui pendidikan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia memiliki berbagai potensi atau sumber daya untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya.sumber daya ini pada dasarnya baru merupakan
kemungkinan layaknya lembaga atau benih pada tumbuh-tumbuhan. Hasilnya
baru akan terlihat apabila potensi tersebut dapa disalurkan melalui
pengarahan, bimbingan maupun latihan yang terarah, teratur dan sinambung.
Manusia adalah makhluk yang memiliki beberapa potensi bawaan.dari
sudut pandang yang dimiliki itu, manusia dinamai dengan berbagai sebutan.
Dilihat dari potensi inteleknya manusia disebut homo intelectus. Manusia juga
disebut sebagai homo faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk
membuat barang atau peralatan. Kemudian manusia pun disebut sebagai homo
sacinss atau homo saciale abima, karena manusia adalah mahkluk
bermasyarakat. Di lain pihak manusia juga memiliki kemampuan merasai,
mengerti, membeda-bedakan, kearifan, kebijaksanaan dan pengetahuan. Atas
dasar adanya kemampuan tersebut, manusia disebut homo sapiens.

3.2 Saran
Tingkat perkembangan kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa sangat
ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya manusia yang menjadi
pendukung nilai-nilai budaya tersebut. Pada masyarakat yang masih memiliki
kebudayaan asli, berbeda dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan
campuran oleh karena itu kita sebagai calon pendidik yang akan menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas pengetahuan kita selalu tidak lepas
dengan filsafat pendidikan maka kita harus pahami, pelajari dan aplikasikan
itu semua ke dalam dunai pendidikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://dombaputih-abram.blogspot.com/2012/02/blog-post.html
http://imanpaturokhman.blogspot.com/2015/02/filsafat-pendidikan-peningkatan-
dan.html

10

Anda mungkin juga menyukai