Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“PROSES INTERNALISASI NILAI BUDAYA SEBAGAI

PEMBENTUK KEPRIBADIAN”

DI

OLEH KELOMPOK 3 :
1. Putri Ayu Uli

2. Fitriana

3 .Ary Ahmad Dirga

4. M.Alfath Mhawaish

5. Zahrun Fatahillah Wahyu

6. Andi Muh.Fajar

7 .Resky Amanda

8. Ryan Adi Prasetya

SMAN 1 BANTAENG
TAHUN AJARAN 2023/202
KATA PENGANTAR
Segala puji kami sampaikan kepada Allah SWT.. berkat karunia dan rahmat-Nya
kami dapat menyusun makalah tentang Internalisasi Nilai Budaya Sebagai
Pembentuk Kepribadian ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam turut
kita panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, serta para
sahabatnya. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Serta kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Fitriani Safutri S.Pd selaku guru mata pelajaran
Antropologi SMA Negeri 1 Bantaeng. Kami menyadari banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami meminta kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan makalah kami kedepannya. Semoga makalah
yang kami susun dengan judul Internalisasi Nilai Budaya Sebagai Pembentuk
Kepribadian dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................III

DAFTAR ISI ..................................................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................ 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3

A. Proses Internalisasi Nilai ................................................................................................................ 5

B. Nilai-Nilai yang dikembangkan dalam pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa ........................................................................................................7

BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 9

1.4 KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Di zaman yang serba modern ini, masyarakat tak dapat memungkiri adanya
kemajuan yang sangat pesat dalam dunia ilmu informasi dan teknologi, yang
memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang. Dunia pendidikan
yang secara filosofis di pandang sebagai sarana atau alat untuk mencerdaskan dan
membentuk watak manusia agar lebih baik (humanisasi), sekarang sudah mulai
bergeser atau disorientasi. Hal tersebut dikarenakan kurang siapnya pendidikan untuk
mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat. Sehingga pendidikan mendapat
krisis kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya lagi pendidikan sekarang ini
sudah masuk dalam krisis pembentukan budaya dan karakter. Hal ini terlihat dalam
realita masih banyak peserta didik tingkat setara SMA/SMK sering muncul dalam
pemberitaan media masa terkait aksi tawuran, pengrusakan fasilitas sekolah dan
tertangkap basah sedang mencontek saat ujian nasional berlangsung serta banyak lagi
pemberitaan lainnya.

Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha sadar manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan agama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan tentang internalisasi nilai dan kepribadian?

2. Mengapa internalisasi nilai dan kepribadian penting bagi kehidupan?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian nilai dan budaya serta mampu menjelaskan jenis-jenis


kebudayaan.

2. Membedakan antara budaya dengan kebudayaan serta mampu memberikan contoh


dari budaya dan kebudayaan suatu daerah.

3. Menjelaskan komponen-komponen kebudayaan dan mengaitkannya dengan daerah


sekitar.

4. Menjelaskan tentang definisi proses internalisasi nilai

5. Menganalisis manfaat proses internalisasi nilai.

6. Mengklasifikasikan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa

7.Mengaplikasikan nilai yang ada untuk membentuk kepribadian menjadi lebih baik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Internalisasi Nilai


Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa
Indonesia akhiran –isasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi dapat
didefinisikan ssebagai suatu proses. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Internalisasi
diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang
berlangsung melalui binaan, bimbingan dan ssebagainya.

Jadi teknik pembinaan agama yang dilakukan melalu internalisasi adalah pembinaan
yang mendalam dan menghayati nilai-nilai regilius (AGAMA) yang dipadukan dengan
nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta
didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik.

Dalam kerangka psikologis, internalisasi diartikan sebagai penggabungan atau


penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian.
Freud yakin bahwa superego, atau aspek mroal kepribadian berasal dari internalisasi
sikap-sikap parental (orang tua).

Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak
asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu:

1. Tahap Transformasi Nilai: Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini
hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh.

2. Tahap Transaksi Nilai: Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan
komunikasi dua arah atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat
interaksi timbal-balik.

3. Tahap Transinternalisasi: Tahap inI jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada
tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan
kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.

Jadi dikaitkan dengan perkembangan manusia, proses internalisasi harus


berjalan sesuai dengn tugas tugas perkembangan. Internalisasi merupakan sentral
proses perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis pada perolehan atau
perubahan diri manusia, termasuk didalamnya pempribadian makna (nilai) atau
implikasi respon terhadap makna.
B. Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
Karakter Bangsa
Undang-Undang Republik Indone nomor 20tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upa pendidikan di Indonesia.
Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungs mengembangkan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, ber- tujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negan yang
demokratis serta bertanggung jawab". Tujuan pendidikan nasional itu merupakan
rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Pengertian yang dikemukakan di sini dikemukakan secara teknis dan digunakan


dalam mengembangkan pedoman ini. Guru-guru Antropologi, Pendidikan
Kewargnegaraan, dan mata pelajaran lain, yang istilah-istilah itu menjadi pokok
bahasan dalam mata pelajaran terkait, tetap memiliki kebebasan sepenuhnya
membahas dan berargumentasi mengenai istilah-istilah tersebut secara akademik.

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral,
norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan
lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan
dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem
kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai
makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan:
akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia
diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya.
Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya
adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni.
Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan
masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk
kehidupan masa kini dan masa mendatang.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang


terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak,
dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan
karakter individu seseorang.

Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu,
maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam
lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan
karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak
melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya
bangsa.

Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila: jadi pendidikan budaya
dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain,
mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila
pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam


mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat
dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai
oleh pewari budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh
karena pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi
mu dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkat
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam pro pendidikan
budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangk potensi dirinya,
melakukan proses internalisasi, dan penghayatan.

Nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, menges


bangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidup
bangsa yang bermartabat.

Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang tele


dikemukakan di atas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebag
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada di
peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter diriny
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyaraka
dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter


sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang
Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang
sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suat
nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh
karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah
melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya
sekolah.
1. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta
didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak
terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah
budayanya.

Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta
didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan
mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang "asing" dalam lingkungan
budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia
menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.

Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari
budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan
yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh
umat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak
mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota
budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya
luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan.
Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya
nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan.

Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula


kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Pada
titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro akan
menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan menjadi
warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak, dan cara
menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesiaannya.

Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU
Sisdiknas, "mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa". Oleh karena
itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas)
sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi
diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.

Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai-nilai


dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan
kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain
mewariskan pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai- nilai budaya
dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan
kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan prestasi baru
yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter
bangsa merupakan inti dari suatu proses pendidikan.

Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu


menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan
jasmani dan olahraga, seni, serta keterampilan). Dalam mengembangkan pendidikan
karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang
teramat penting.

Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui sejarah yang
memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu
yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu, pendidikan harus
membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan
lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup (geografi), nilai yang hidup di masyarakat
(antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang (sosiologi), sisten
ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik (ketatanegaraan/politik/kewarganegaraan
bahasa Indonesia dengan cara berpikimya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi
dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-
nilai yang menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan
terobosan kurikulum yang demikian, nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri
peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan dir
masyarakat, bangsa, dan bahkan umat manusia.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai


atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang
menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan
budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang
berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, de nilai-
nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

2. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

a. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribad


berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan penilai yang
mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

b Perbaikan, memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam


pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat;

c .Penyaring, untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
3. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan


warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa;

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,


berwawasan kebangsaan;

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang


aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa
diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.

a. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,


kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan
kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai
yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal
dari agama.

b. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip- prinsip


kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat
dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-
nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan
seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga
negara.

c. Budayat sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu.
Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep
dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian
penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai
dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

d. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap
warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan diberbagai
jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang
harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional
adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan
budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini.

1. Nilai Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain. Sikap toleran ini bukan hanya dan pemeluk agama satu ke
pemeluk agama lain tapi juga dari sesama pemeluk agamapun wajib hukumnya untuk
saling menghargai.

Dewasa ini, sering kita lihat sikap-sikap tidak toleran terhadap agama lain, salah
satu contoh tidak toleran adalah ketika umat agama islam sedang menjalankan ibadah
puasa, justru disiang hari banyak ditemukan warung warung berjejeran baik yang
menggunakan penutup maupun yang tidak. Hal itu menunjukkan bahwa sikap toleransi
sudah luntur sedikit demi sedikit. Selain terbukanya warung-warung dipinggir jalan,
ada beberapa orang yang sungkan-sungkan makan dan atau minum dijalan.

Dalam hal ini, sikap saling toleran harus tetap dipupuk supaya membentuk
kepribadian yang bagus sehingga menciptakan generasi penerus yang bersikap santun
terutama untuk bersikap toleran baik terhadap sesama pemeluk agama maupun
terhadap agama lain. Sikap toleran sebenarnya sudah diajarkan nenek moyang kita
sejak dulu kala, dan kini tugas kita adalah mempertahankan sikap tersebut.

2. Nilai jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Jujur
merupakan salah satu perilaku penting yang kini mulai hilang, dalam keadaan apapun,
berbohong tidak dibenarkan. Sikap jujur harus kita pertahankan sampai kapanpun, itu
supaya kita menjadi bangsa yang maju dan bertanggung jawab. Satu kebohongan saja
akan menimbulkan kebohongan baru atau sering kita dengar dengan istilah 'gali lubang
tutup lubang.

Sikap jujur sudah ditanamkan kepada kita sejak kita masih kecil, itu membentuk
kepribadian kita menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Sikap jujur merupakan cermin
suatu bangsa, jujur bukan hanya diajarkan oleh disekolah ataupun orang tua kita namun
jujur juga ditekankan pada setiap ajaran agama dimuka bumi ini, itulah mengapa
bersikap jujur merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh setiap
individu.
Maraknya kasus korupsi dinegara kita merupakan salah satu contoh kerapuhan
negara kita karena kita tidak berlaku jujur, jika kita terbiasa berlaku jujur baik dalam
ucapan maupun perbuatan, maka kita akan terbiasa sampai kita dewasa bahkan sampai
tua dan tidak akan terjadi kasus-kasus korupsi seperti yang kita lihat saat ini. Orang
yang pintar sekalipun jika tidak memiliki sifat jujur maka hidupnya akan hancur, seperti
beberapa terpidana kasus koruptor yang mana mereka semua adalah orang
berpendidikan tinggi yang bahkan tidak sedikit dari mereka alumni dari beberapa
sekolah ternama di luar negeri. Sebagai salah satu tugas kita adalah memajukan negara
Indonesia dengan bersikap jujur dalam berkata maupun berperilaku supaya kasus
korupsi semakin surut dan negara kita tidak termasuk negara 5 besar paling korup
didunia.

3. Nilai Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dalam hidup
bermasyarakat sikap yang harus kita tunjukkan adalah toleransi terhadap sesama tanpa
memandang agama, suku, etnis, pendapat, dan lain-lain. Meskipun terjadi perbedaan
pendapat antara satu dengan yang lain hendaknya semua bisa dibicarakan dengan baik,
tanpa ada kekerasan apalagi sampai memakan korban

Kasus kekerasan yang masih terjadi di Indonesia merupakan salah satu dari
bentuk ketidaktolerannya masyarakat Indonesia dalam berbagai hal. Baik kekerasan
antar suku, antar suporter sepak bola, ataupun yang lainnyaPentingnya sikap toleransi
adalah sebagai pemersatu bangsaSikap toleransi yang kita miliki diharapkan mampu
meredam emosi dan dapat menyelesaikan semua permasalahan dengan damai tanpa
harus ada yang terluka.

4. Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Disiplin merupakan cermin dari kesuksesan seseorang, orang
yang disiplin maka akan dengan cepat meraih kesuksesan, baik disiplin waktu, disiplin
tempat ataupun displin sikap

Disiplin waktu merupakan satu contoh kecil yang harus kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika disekolah menerapkan pukul 07.00 pagi sudah
harus disekolah maka semua siswa harus sudah di sekolah.

5. Nilai Kerja keras yaitu Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya. Sebagai siswa tentu kita harus belajar banyak hal untuk mengatasi
segala masalah yang ada. Tidak ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa diselesaikan asal
kita mau bersungguh-sungguh, bahkan tugas yang besar pun bisa terselesaikan dengan
baik ketika kita bersungguh-sungguh mengerjakan.

6. Nilai Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Setiap orang harus mempunyai sikap mandiri. Setiap orang dituntut untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Jangan sampai terus-terusan
bergantung kepada orang lain. Kita harus berusaha untuk dapat sepenuhnya berdiri di
atas kaki kita sendiri.

Kemandirian merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri


serta tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain. Orang yang mandiri bahkan akan
berusaha memecahkan masalah sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain. Maka
dari itu, kita harus bangkit menjadi pribadi yang mandiri. Manusia yang mandiri tidak
akan terwujud selama ia tidak mempunyai sikap- sikap mandiri dan belajar menjadi
pribadi yang mandiri. Pribadi yang mandiri itu sendiri memiliki beberapa karakteristik,
yaitu:

a. Sikap mental yang baik

b. Memiliki keberanian

C. Menikmati proses

Ada juga beberapa karakter lain yang menunjukkan bahwa seseorang itu bisa
dikatakan mandiri, yaitu:

a) Memiliki rasa tanggung jawab

b). Mempunyal inisiatif

c). Percaya diri

d). Berani bersaing

e). Ulet dalam kemajuan

7. Nilai Demokratis yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.

Proses reformasi yang bergulir pada penghujung tahun 1998, pada hakikatnya
merupakan proses demokratisasi yang dilakukan bangsa Indonesia secara gradual,
berkesinambungan dan sistematis serta menyeluruh. Proses ini akan merupakan "on
going process" mengingat agendanya yang berlanjut disamping interaksi berbagai
fenomena sosial politik yang harus dihadapi karena lingkungan strategis yang berubah
dengan cepat, baik yang bersifat nasional, regional maupun internasional.

Bangsa Indonesia telah sepakat untuk melakukan meminjam istilah BJ. Habibie
"evolusi yang dipercepat" (accelerated evolution) dengan membangun sistem
demokrasi yang sehat atas dasar evaluasi dan introspeksi terhadap pelbaga sistem
demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia yang dinilai ternyata gagal yaitu
demokrasi liberal pada awal kemerdekaan yang tidak menjamin stabilitas
pemerintahan, demokrasi terpimpin pada era orde lama dan demokrasi Pancasila di era
orde baru yang menghasilkan pemerintahan yang otoriter.

Dalam proses tersebut pelbagai indeks demokrasi ditegaskan pengaturannya,


seperti pemantapan kehidupan konstitusionalisme, promosi dan perlindungan HAM,
kekuasaan kehakiman yang merdeka, otonomi daerah, pemilihan umum yang jujur dan
adil secara langsung baik pemilu legislatif, DPD, Presiden/wakil Presiden serta pilkada,
pemisahan Polri dari TNI, "civilian control to the military perkembangan masyarakat
madani, kebebasan media massa, pemerintahan yang terbuka, akuntabel dan responsif
dan sebagainya dalam waktu yang relatif sangat cepat

Sejak Tahun 1998 kita telah berusaha untuk membangun sistem demokrasi
tersebut atas dasar serangkaian nilai-nilai yang diyakini secara akademis dan empiris
sebagai "core values of democracy" sebagaimana yang berlaku di Negara maju dan
memperoleh pengakuan dari PBB. Nilai-nilai dasar tersebut adalah:

1. Prinsip pemerintahan berdasar konstitusi (baru) yang menjamin checks and balances
yang sehat.

2 Pemilihan umum yang demokratis (free and fair), yang pada akhirnya telah
mengembalikan kedaulatan sepenuhnya kepada rakyat.

3. Desentralisasi kekuasan dan tanggung jawab atas dasar sistem otonomi daerah untuk
lebih mendekatkan rakyat pada pengambilan keputusan.

4. Sistem pembuatan undang-undang yang demokratis, aspiratif dan terbuka prosesnya.

5. Sistem peradilan yang independen, yang bebas dari tekanan atau pengaruh dari
manapun datangnya.

6. Pembatasan kekuasaan kepresidenan atas dasar konstitusi.

7. Peran media yang bebas sebagai sarana kontrol sosial.

8. Jaminan terhadap peran kelompok-kelompok kepentingan (civil society).

9. Hak masyarakat untuk tahu.

10. Promosi dan perlindungan HAM, termasuk perlindungan hak-hak minoritas karena
beda agama, ras, atau etnis.

11. Kontrol sipil terhadap militer.

Atas dasar langkah-langkah tersebut saat ini Indonesia dikenal dan diakui
sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India dan AS.

Contoh-contoh implementasi dari nilai demokrasi tersebut adalah:


1. Prinsip pemerintahan berdasar konstitusi (baru) yang menjamin checks and balances
yang sehat.

Contoh:

a. Aturan yang baik setidaknya dapat memuat empat hak-hak dasar masyarakat, yaitu:

1) Kesehatan.

2) Pendidikan.

3) Rasa aman.

4) Serta peningkatan perekonomian menuju kesejahteraan masyarakat.

Keempat hal ini di atas tidak saja penting untuk dipenuhi, namun harus menjadi
pilar yang melandasi setiap regulasi yang lahir dari hubungan lembaga legislator dan
eksekutor.

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan penerapan regulasi yang


transparan, sehingga masyarakat bisa merasakan manfaat pemerintah dengan baik,
sehingga dua lembaga yang diharapkan dapat memiliki hubungan yang check and
balance, dapat menjalankan fungsinya masing-masing, dengan tetap saling
berkoordinasi.

2. Pemilihan umum yang demokratis (free and fair), yang pada akhirnya telah
mengembalikan kedaulatan sepenuhnya pada rakyat.

Contoh:

Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah


pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan
yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua
asas pokok demokrasi, yaitu:

a. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil


rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung umum, bebas, dan rahasia
serta jujur dan adil.

b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah


untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

Ciri-ciri pemerintahan demokratis yaitu adanya pemilihan umum secara


langsung mencerminkan sebuah demokrasi yang baik.

a. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik,


baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
b. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat
(warga negara).

C. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.

d. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum.

e. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.

f. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.

g. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.

h. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.

i. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan


sebagainya).

3. Desentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab atas dasar sistem otonomi daerah
untuk lebih mendekatkan rakyat pada pengambil keputusan. Contoh:

Di Kabupaten Bandung, pelayanan kebutuhan air bersih dikelola secara


swakelola, dengan cara RW membangun sumur artesis (sekitar 60m) dan menjualnya
kepada warga sekitar dengan harga yang lebih murah dibanding harga PDAM. Dalam
hal ini, implementasi good local governance terlihat dari posisi masyarakat bertindak
selaku penyedia jasa layanan (service provider), pengguna (service user), sekaligus
kelompok kepentingan (concern groups).

4. Sistem pembuatan undang-undang yang demokratis, aspiratif dan terbuka prosesnya.

Contoh :

Partisipasi merupakan sistem yang berkembang dalam sistem politik modern.


Penyediaan ruang publik atau adanya partisipasi masyarakat merupakan tuntutan yang
mutlak sebagai upaya demokratisasi. Masyarakat sudah semakin sadar akan hak-hak
politiknya. Pembuatan peraturan perundang-undangan, tidak lagi semata-mata menjadi
wilayah dominasi birokrat dan parlemen. Meskipun partisipasi masyarakat ini terlalu
ideal dan bukan jaminan bahwa suatu undang- undang yang dihasilkannya akan dapat
berlaku efektif di masyarakat, tetapi setidak-tidaknya langkah partisipatif yang
ditempuh oleh lembaga legislatif dalam setiap pembentukan undang-undang,
diharapkan dapat lebih mendorong masyarakat dalam menerima hadirnya suatu
undang-undang. Keberadaan partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan UU
sangat penting dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan melalui
perangkat Undang- Undang.

Demikian juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pemegang legisla


dituntut untuk membuka pintu yang seluas-luasnya dalam persoalan partisipal apabila
disepakati bahwa reformasi politik di Indonesia merupakan tahapan untuk menuju
demokratisasi. Karena anggota DPR merupakan perwujudan representa politik rakyat
yang harus peka kepada aspirasi publik yang telah memilihnya.

5. Sistem peradilan yang independen, yang bebas dari tekanan atau pengarah dari
manapun datangnya.

Independensi Peradilan secara umum dipakai untuk mewakili lembag peradilan,


termasuk individu-individu hakimnya, sebagai lembaga yang bebas dari intervensi dari
pihak lain. Prinsip Dasar Independensi Peradilan Versi P88 menjelaskan bahwa
imparsialitas peradilan ditentukan oleh perilaku hakim yang selalu memutus perkara
yang diajukan kepada mereka berdasarkan fakti fakta dan kaitannya dengan hukum
yang berlaku, tanpa adanya pembatasan pembatasan, pengaruh-pengaruh yang tidak
seharusnya ada, tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, atau intervensi-intervensi, baik
secara langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun dan dengan alasan
apapun.

Reduksi kepercayaan publik secara konstan adalah diakibatkan absennya prinsip


independensi peradilan dalam upaya melindungi hak warga negara untuk mendapatkan
keadilan dan akses terhadap keadilan. Penyebabnya, adalah perilaku korup dari
institusi peradilan.

6. Pembatasan kekuasaan kepresidenan atas dasar konstitusi.

Fungsi konstitusi dalam membatasi kekuasaan Presiden bukan merupakan


pemikiran baru, vs karena selain memang merupakan fungsi utama konstitusi,
beberapa kajian sebelumnya juga telah mengupas masalah ini secara luas, bahwa
konstitusi tidak saja berfungsi membatasi kekuasaan Presiden, tetapi juga bagaimana
semestinya kekuasaan Presiden itu diatur secara tepat, tegas dan jelas di dalam
konstitusi, sehingga walaupun kekuasaan Presiden dibatasi, tetapi konstitusi juga dapat
mengatur, bahwa kewenangan yang dimiliki Presiden adalah kewenangan yang
proporsional. Dalam perspektif pembatasan kekuasaan Presiden, sebenarnya ada
korelasi antara kekuasaan Presiden dengan masa jabatannya. Jika masa jabatan
Presiden tidak dibatasi secara tegas dan jelas, maka Presiden dapat memperluas,
memperkuat dan memperpanjang jabatannya selama ia mau.

7. Peran media yang bebas sebagai sarana kontrol sosial.

Negara demokrasi adalah negara yang mengikutsertakan partisipasi rakyat


dalam pemerintahan, serta menjamin terpenuhinya hak dasar rakyat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Salah satu hak dasar rakyat yang harus dijamin adalah
kemerdekaan menyampaikan pikiran, baik secara lisan maupun tulisan

Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran
dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas
dan bertanggungjawab memegang peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang
bebas dan bertanggungjawab memegang peranan penting dalam masyarakat
demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara dan pemerintah yang
demokrasi.

8. Jaminan terhadap peran kelompok-kelompok kepentingan (masyarakat sipil).

Masyarakat madani merupakan konsep yang memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, Merujuk pada Bahmueller (1997),
ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:

a. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif kedalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

b. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendo- minasi


dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

c. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan


program-program pembangunan yang berbasis masyarakat

d. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan


organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah.

e. Tumbuh kembangnya kreativitas yang pada mulanya terhambat oleh rezim rezim
totaliter.

f. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu- individu


mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak memen tingkan diri sendiri.

g. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan


berbagai ragam perspektif.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani
adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-
hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-
kepentingannya, dimana pemerintahan memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi
kreativitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di
wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali
jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah konsep yang cair
yang dibentuk dari proses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus-menerus.
Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni
adanya democratic governance (pemerintahan demokratis yang dipilih dan berkuasa
secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung
nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience). Apabila diurai, dua
kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani sebagai berikut :

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.

b. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital)
yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan
dan terjalinnya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.

c.Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain
terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

d.adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga- lembaga
swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan
kebijakan publik dapat dikembangkan.

e. adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling
menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.

f. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga- lembaga


ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial

g. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan


kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar
mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.

9. Hak masyarakat untuk tahu.

Sementara itu, para wakil rakyat kita menilai sebaliknya, dengan mengatakan
pembangunan gedung baru DPR adalah suatu keharusan, mengingat daya tampung
ruang yang tidak lagi mencukupi. Kontroversi semakin meruncing setelah salah satu
Anggota DPR memberikan pernyataan tentang tidak perlunya rakyat dilibatkan dalam
hal pembangunan gedung baru DPR. Bahkan ia menolak dilakukannya survei opini
publik untuk mengetahui respons rakyat.

Padahal dalam demokrasi, pemerintah dan para wakil rakyat kita, diharuskan
sebisa mungkin, bersikap terbuka. Artinya, gagasan dan keputusannya harus terbuka
bagi pengujian publik secara seksama. Sudah barang tentu, tidak semua langkah
pemerintah dan wakil rakyat harus dipublikasikan, namun rakyat punya hak untuk
mengetahui bagaimana uang mereka dibelanjakan.
Dengan biaya yang begitu besar, yang memakan anggaran sampai Rp. 1,16
triliun, rakyat tentu perlu tahu apa alasan dari rencana pembangunan gedung baru DPR.
Jika wakil rakyat hanya menggunakan asumsi tentang tidak mencukupinya ruang dalam
membangun gedung baru DPR, tentu hal itu bukanlah sebuah penjelasan yang rasional.
Apalagi terdengar kabar yang menyebutkan masih ada satu anggota DPR yang memiliki
dua ruang sekaligus.

Penjelasan tentunya harus dibarengi dengan urgensi. Tentang apakah


pembangunan gedung baru DPR itu lebih urgen dari hal-hal mendesak lainnya seperti
agenda kerja untuk menyejahterakan rakyat. Untuk itu para wakil rakyat kita
ditekankan untuk selalu mengedepankan kepentingan rakyat sebelum memutuskan
menggunakan anggaran yang sangat besar dalam membangun gedung baru DPR,
mengingat masih memperihatinkan kondisi rakyat Indonesia dari segi ekonomi.
Andaikan dana sebesar itu digunakan untuk kepentingan rakyat, tentu hal itu akan lebih
bermanfaat dan DPR akan dipuji oleh rakyat dan bukannya dikritik.

Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Arif, jika dana sebesar itu digunakan untuk
kepentingan rakyat, seperti membangun 116 unit rumah bagi fakir miskin dengan
asumsi per rumah menghabiskan dana Rp100 juta, maka rakyat akan mendapatkan
rumah yang bukan tipe RSSS (rumah sangat sederhana sekali) yang umumnya mereka
tempati pada saat ini. Atau akan lebih baik lagi jika dana Rp 1.16 triliun itu digunakan
untuk membuka lahan pertanian seluas 20 ribu hektare. Telah menjadi rahasia umum
bahwa mayoritas petani kita saat ini merupakan petani penggarap alias tidak punya
lahan.

10. Promosi dan perlindungan HAM, termasuk perlidungan hak-hak minoritas


merupakan karena beda agama, ras, atau etnis.

HAM sebagaimana diketahui adalah hak dasar/mutlak pemberian Tuhan ye


dimiliki setiap manusia serta melekat untuk selamanya. Di dalam pelaksanaar wajib
memerhatikan dan menghormati hak orang lain. Karena, demi terciptany harmonisasi
hubungan antarwarga masyarakat, setiap anggota masyarakat dalam merealisasikan
hak dasar tersebut dilakukan dengan penuh kearifan, artinya kela menikmati hak
asasinya dibarengi pula dengan kesadaran bahwa adal asasi dan tanggung jawab asasi.
kewapban

Dalam masyarakat modern, perbedaan anggota masyarakat karena jabutze atau


posisi dan peran yang diemban merupakan kewajaran. Perbedaan tersebu bukan
berarti ada diskriminasi dalam menikmati hak asasinya yang dijamin old UUD maupun
perundang-undangan lain suatu negara. Karenanya penyebarze tentang pemahaman,
pengetahuan, pendalaman sampai memasyarakatkan HAM menjadi penting, terutama di
kalangan akar rumput (grass root). Tanpa kemaun politik dan keberanian politik yang
kuat dari suatu rezim, pemerataan HAM dapat tersandar.
Disinilah partisipati aktif pemerintah ada kemauan dan tindakan politik sera
pengawasan (monitoring) terhadap pejabat yang menyatakan siap mengamankan UUD
negara, inklusif menghormati HAM agar tidak sewenang-wenang atau tidak
menegakkan HAM di dalam berbagai peraturan yang efektif. Begitu jug partisipasi yang
aktif warga masyarakat dituntut, baik dalam bentuk partisipal akitif para pengamat,
intelektual, agama, maupun kelompok masyarakat dalan wadah LSM/Ornop ataupun
lembaga formal lainnya. Dengan adanya langkah langkah tersebut, upaya diseminasi
HAM semakin efektif sehingga rangkain kegiatan dari semua unsur masyarakat akan
menjadi mesin utama yang tera berproses dan bergerak menyebarluaskan HAM di
masyarakat.

11. Kontrol sipil terhadap militer.

Posisi militer yang sebenarnya adalah berada di bawah kontrol sipil secara
demokratis. Dengan kalimat lain, hubungan sipil-militer (HSM) yang demokrats terjadi
bila militer dikendalikan oleh sebuah kontrol sipil secara demokratis Secara teoretis,
kontrol sipil adalah sederhana: Semua keputusan pemerintah, termasuk keamanan
nasional, tidak ditentukan oleh militer sendiri, melainkan diputuskan oleh pejabat sipil
yang terpilih secara demokratis. Pada prinsipnya, kontrol sipil adalah absolut dan
mencakup keseluruhan. Tidak ada keputusan atau tanggung jawab yang diberikan
kepada militer kecuali secara ekspresif atau implisit didelegasikan kepada pemimpin
sipil bahkan keputusan-keputusan perintah. Pemilihan strategi, operasi apa yang
digunakan dan kapan, taktik apa yang dipakai, manajemen internal militer berasal dari
kekuasaan sipil. Mereka didelegasikan untuk menyeragamkan personel hanya untuk
alasan-alasan kenyamanan, tradisi, keefektifan, atau pengalaman militer dan keahlian.
Kaum sipil membuat semua peraturan, dan mereka dapat mengubahnya kapanpun.

Ancaman dan misi militer dalam konteks pertahanan-keamanan. Secara


konvensional fungsi utama militer adalah memelihara pertahanan dan keamanan
nasional. Misi dan doktrin keamanan nasional (national security) sangat menentukan
posisi militer. Pijakan utama formulasi doktrin pertahanan dan keamanan sebagai
perangkat lunak adalah "ancaman", yang secara umum bisa dirumuskan menjadi dua
kategori, yaitu sifat ancaman dan asal ancaman.

12. Nilai Rasa Ingin Tahu.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

13. Nilai Semangat Kebangsaan.

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan


bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Proklamasi dan revolusi kemerdekaan pada hakikatnya merupakan manifestasi
dan kemampuan rakyat Indonesia. Manifestasi dan kemampuan rakyat Indonesia
khususnya angkatan '45, telah membangkitkan kekuatan dan daya cipta yang mampu
menempatkan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa- bangsa lainnya di dunia.

Jiwa semangat '45 merupakan sumber kehidupan bagi perjuangan bangsa


Indonesia yang berisi kekuatan batin dalam merebut kemerdekaan, menegakkan
kedaulatan rakyat, serta mengisi dan mempertahankannya. Adapun hal-hal yang
terkandung dalam jiwa semangat '45 adalah sebagai berikut.

a. Pro Patria dan Primus Patiralis, artinya mencintai tanah air dan mendahulu- kan
kepentingan tanah air.

b. Jiwa solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap


perjuangan kemerdekaan.

c. Jiwa toleransi atau tenggang rasa antaragama, antarsuku, antargolongan, dan


antarbangsa.

d. Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab.

e.Jiwa ksatria dan kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam semangat 45 sebagai perwujudan


keikhlasan, yaitu sebagai berikut.

a. Semangat menentang dominasi asing dalam segala bentuknya, terutama penjajahan


dari suatu bangsa terhadap bangsa lain.

b. Semangat pengorbanan seperti pengorbanan harta benda jiwa raga.

c. Semangat tahan derita dan tahan uji.

d. Semangat kepahlawanan.

e. Semangat persatuan dan kesatuan.

f.Percaya pada diri sendiri.

Selain itu, jiwa dan nilai-nilai semangat '45 dapat pula diuraikan dalam nilai-
nilai dasar dan nilai-nilai operasional. Nilai-nilai dasar meliputi semua nilai yang
terdapat dalam setiap sila dari Pancasila dan semua nilai yang terdapat dalam
proklamasi kemerdekaan. Adapun nilai-nilai operasional adalah nilai-nilai yang lahir
dan berkembang dalam perjuangan bangsa Indonesia. Nilai-nilai operasional
merupakan landasan yang kokoh dan daya dorong mental spiritual yang kuat dalam
setiap tahap perjuangan bangsa. Nilai-nilai operasional tersebut, antara lain:
a. ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa

b. Jiwa dan semangat merdeka

c. Nasionalisme

d. Patriotisme

e. Rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka

f. Pantang mundur dan tidak kenal menyerah

g. Persatuan dan kesatuan

h. Anti penjajah dan penjajahan

i. Percaya kepada hari depan yang gemilang dari bangsanya

j. idealism kejuangan yang tinggi

k. Berani, Rela, dan ikhlas, berkorban untuk tanah air, bangsa dan negara

l. Kepahlawanan

m. Sep ing pamrih rame ing gawe

n. Kesetiakawanan, senasib, sepenanggunan, dan kebersamaan

o. Disiplin yang tinggi

p. Ulet dan tabah menghadapi segala macam ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan.

5. Sikap positif Terhadap Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

a. Sistem Hukum

Sistem adalah perangkat yang saling berkaitan sehingga membentuk satu


totalitas selain itu pengertian hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai
sifat memaksa, mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakar dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam
bermasyarakat . Hukum yang berlaku di indonesia disebut hukum nasional. Tata hukum
nasional adalah peraturan hukum yang berlaku bagi segenap bangsa dan seluruh tanah
air indonesia. Tata hukum nasional itu terdiri atas hukum tertulis dan hukum tidak
tertukis. Dengan demikian, hukum akan berjalan dengan baik jika sistem yang dibangun
saling berkaitan.
Mochtar Kusumaatmadja seorang pakar hukum menjelaskan bahwa “Hukum
adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban serta meliputi lembaga
lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan dalam
masyarakat’’.

Berdasarkan hal tersebut, hukum adalah norma yang bersumber dari


pemerintah atau Negara. Pelanggaran terhadap norma hukum akan dikenai sanksi.
Norma hukum bersifat tegas dan memaksa atau mengikat. Misalnya, jika Anda
mengendarai sepeda motor tidak memakai helm, akan dikenai sanksi berupa denda. Jika
tidak mematuhi peraturan sekolah akan dikenai sanksi yang berlaku di sekolah.

Tujuan memahami tata hukum adalah untuk mengetahui perbuatan atau


tindakan manakah yang bertentangan dengan hukum. Selain itu, tujuan memahami tata
hukum yaitu untuk memahami kedudukan seseorang dalam masyarakat, apakah
kewajiban- kewajiban dan wewenang-wewenangnya itu sudah sesuai dengan hukum.
Hukum merupakan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan mengatur tingkah
laku manusia dalam lingkungan masyarakat. Hukum dibuat oleh badan-badan resmi
dan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut, mengakibatkan diambilnya
tindakan yang berupa sanksi tertentu.

Berdasarkan pengertian atau definisi hukum dapat diambil kesimpulan bahwa


hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

b. Peraturan yang dibuat oleh badan-badan resmi.

c. Peraturan yang bersifat memaksa.

d. Adanya sanksi tegas atas pelanggaran peraturan tersebut.

Adapun ciri-ciri dari hukum yaitu sebagai berikut:

a. Adanya perintah dan/atau larangan.

b. Perintah dan/atau larangan tersebut harus ditaati oleh setiap orang.

Selain itu, hukum mempunyai fungsi terhadap subjek hukum, yaitu sebagai
berikut:

a. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat. b. Menjamin


ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran, kebahagiaan, dan
kebenaran.

c. Menjaga tidak terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam masyarakat.


6. Nilal Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan ber- buat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa

Cinta tanah air berarti rela ber- korban untuk tanah air dan membela dari segala
macam ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun. Para pahlawan telah
mem- buktikan cintanya kepada tanah airnya yaitu tanah air Indonesia. Mereka tidak
rela Indonesia diinjak-injak oleh kaum penjajah. Mereka tidak ingin negerinya dijajah,
dirampas atau diperas oleh bangsa penjajah. Mereka berani mengorbangkan nyawanya
demi membela tanah air Indonesia.

Cinta tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari seorang
warga Negara, untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah airnya dari
segala ancaman dan gangguan. Definisi lain mengatakan bahwa rasa cinta tanah air
adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan
loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin
dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang
ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan.

Sebagai seorang pelajar kita tetap dapat menunjukkan sikap cinta tanah air yaitu
diantaranya;

1. Belajar dengan tekun hingga kita juga dapat ikut mengabdi dan membangun negera
kita agar tidak ketinggalan dari bangsa lain.

2.Menjaga kelestarian lingkungan.

3.Tidak memilih-memilih teman.

4.Berbakti pada nusa dan bangsa.

5. Berbakti pada orang tua (Ibu, Bapak, Guru).

a. Unsur-unsur Cinta Tanah Air

1) Ada beberapa Unsur dalam mencintai tanah air. Diantaranya adalah;

2) Ada rasa cinta pada tanah air

3) Ada yang mencintai

4) Ada yang dicintai

5) Ada tujuan cinta tanah air


b. Perlunya Cinta Tanah Air

Bangsa Indonesia memproklamirkan ke- merdekaan pada tanggal 17 Agustus


1945. Kemerdekaan itu diperoleh melalui perjuangan dan pengorbanan parada pejuang
yang tidak ternilai harganya. Sejak itu, bangsa Indonesia bertekad untuk membela tanah
airnya dari segala bentuk gangguan dan ancaman, baik yang datangnya dari dalam
maupun dari luar. Kita tidak boleh lengah sedikit pun karena ancaman akan datang dari
berbagai arah Semangat persatuan dan kesatuan harus diperkukuh melalui berbagai
kegiatan, baik yang bersifat lokal, kedaerahan, nasional, maupun internasional.

Perilaku cinta tanah air dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya
memelihara persatuan dan kesatuan dan menyumbangkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki untuk membangun Negara.

Sekarang kita berada pada masa kemerdekaan. Kita tidak dituntut memanggul
senjata dan maju di medan perang. Namun, perlu disadari bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia tetep menghadapi rongrongan dan ancaman. Oleh karena itu, kita
harus siap menghadapi segala bentuk rongrongan dan ancaman demi kepentingan
bangsa dan Negara republik Indonesia.

Sesudah merdeka, kita telah mengalami banyak pemberontakan, di antaranya


Peristiwa Madiun pada tahun 1948 dan Gerakan 30 September pada tahun 1965.
Pemberontakan tersebut didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI). Gerakan PKI
bertujuan menghancurkan pemerintahan Nerara Republik Indonesia yang sah.

Untuk mencegah kejadian tersebut terulang kembali, kita harus mampu


menahan diri dan jangan mudah terhasut oleh ajakan yang belum tentu kebenarannya.
Kita harus mampu mencegah perilaku yang mengarah pada perpecahan, adu domba,
menfitnah, membuat keonaran, kejahatan, dan melanggar hukum.

Untuk mengisi kemerdekaan pemerintah melaksanakan pembangunan nasional.


Setiap warga Negara harus turut serta menunjang pelaksanaan pembangunan nasioanal
melalui berbagai kegiatan dengan bidangnya masing-masing.

Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional


diantaranya rajin belajar bagi pelajar, bekerja dengan tekun sesuai keahlianya,
membayar pajak memelihara hasil pembangunan, dan menciptakan situasi aman dan
damai.

Kegiatan masyarakat sangat beragam. Kegiatan tersebut hendaknya menunjang


pelaksanaan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan wujud cinta
tanah air dan bangsa. Ciri-ciri cinta tanah air diantaranya rela berkorban untuk tanah
air dan bangsa; bangga berbangsa, berbahasa, dan bertanah air Indonesia; giat dalam
melaksanakan pembangunan di segala bidang: dan ikut mempertahankan persatuan
dan kesatuan.
Semangat cinta tanah air perlu terus dibina sehingga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia tetap terjamin. Cinta tanah air bermanfaat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Manfaat tersebut diantaranya Negara akan aman dan damai,
pembangunan dapat berjalan lancar, dan pendapatan Negara akan meningkat. Manfaat
tersebut kita sendiri yang merasakan. Kita akan merasa aman dan damai serta
kesejahteraan hidup meningkat.

Jika cinta tidak terbina pada diri setiap warga maka Negara akan mudah dilanda
kekacauan, pembangunan tidak berhasil, pendapatan Negara menurun, dan pada
akhirnya tingkat kesejahteraan dan kesehatan warga sendiri yang akan hancur.

Cita-cita untuk mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila perlu


terus diperjuangkan. Cinta tanah air bukan untuk dihafal, tetapi harus diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai kegiatan sesuai dengan bidang dan
keahlian masing-masing. Seorang pelajar, mahasiswa, buruh, petani, pedagang, pegawai
negeri, karyawan, atau pejabat tinggi harus berperilaku mencintai tanah air. Cinta tanah
air diartikan suatu sikap yang mementingkan kepentingan bangsa dan Negara serta rela
berkorban demi kejayaan bangsa dan Negara.

c. Mencintai Budaya Indonesia

Penduduk Indonesia yang besar jumlahnya dengan beranekaragam budaya


merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Kebudayaan daerah merupakan akar
budaya bangsa yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.

Hampir di setiap daerah terdapat bahasa daerah. Bahasa tersebut digunakan


dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa daerah tetap dijaga dan dipelihara oleh penduduk
di daerah bersangkutan, bahkan di daerah-daerah tertentu dijadikan mata pelajaran di
sekolah-sekolah. Di samping itu bahasa daerah, terdapat pula berbagai jenis tarian,
nyanyian, alat musik, cerita rakyat, pakaian adat, dan upacara tradisional.

Kita harus bangga apabila budaya kita ditampilkan di Negara lain. Mencintai
budaya bangsa dapat diwujudkan dengan berbagai aktivitas, di antaranya mengadakan
pementasan kesenian daerah, mengadakan lomba busana adat, dan mengadakan
berbagai upacara adat perkawinan, khitanan, dan selamatan secara ke daerahan.

d. Cara-cara meningkatkan rasa cinta tanah air

1) Mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan pejuang kemerdekaan kita serta


menghargai jasa para pahlawan kemerdekaan.

2) Menghormati upacara bendera sebagai perwujudan rasa cinta tanah air dan bangsa
Indonesia.

3) Menghormati simbol-simbol Negara seperti lambang burung garuda, bendera merah


putih, lagu kebangsaan Indonesia raya, dll.
4) Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri agar pengusaha lokal bisa maju
sejajar dengan pengusaha asing.

5) Ikut membela serta mempertahankan kedaulatan kemerdekaan bangsa dan Negara


Indonesia dengan segenap tumpah darah secara tulus dan iklhas.

6) Turut serta mengawasi jalannya pemerintahan dan membantu meluruskan yang


salah sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

7) Membantu mengharumkan nama bangsa dan Negara Indonesia kepada warga Negara
asing baik di dalam maupun di luar negeri serta tidak melakukan tindakan-tindakan
yang mencoreng nama baik Indonesia.

8) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada acara-acara resmi dalam
negeri.

9) Beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kemajuan bangsa dan
Negara.

10) Membantu mewujudkan ketertiban dan ketentraman baik di lingkungan sekitar kita
maupun secara nasional.

e. Menanamkan Sikap Cinta Tanah Air dan Bernegara.

Sikap cinta tanah air harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar menjadi
manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya misalnya dengan upacara
sederhana setiap hari senin dengan menghormati bendera Merah Putih, menyanyikan
lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan mengucapkan pancasila. Meskipun lagu Indonesia
Raya masih sulit dan panjang untuk ukuran anak usia dini, tetapi dengan membiasakan
mengajak menyanyikan setiap hari senin, maka anak akan hafal dan biasa memahami isi
lagu. Merah Putih bisa diangkat menjadi sub tema pembelajaran. Pentingnya sebuah
lagu kebangsaan dan itu menjadi sebagai identitas dari Negara tersebut, agar dapat
mengingatkan kembali betapa pentingnya cinta terhadap Negara.

Kegiatannya bisa diarahkan pada lima aspek perkembangan sikap perilaku


maupun kemampuan dasar. Pada aspek sikap perilaku, melalui cerita bisa menghargai
dan mencitai Bendera Merah Putih, mengenal cara mencintai Bendera Merah Putih
dengan merawat dan menyimpan dengan baik, menghormati Bendera ketika
dikibarkan.

Pada aspek kognitif, anak mengenal konsep bilangan dan angka 2 (2 warna),
mengenal konsep warna merah dan putih, mengenal konsep posisi di atas warna merah,
di bawah warna putih, dan mengenal konsep bentuk persegi panjang atau kotak.
Kegiatannya bisa berupa permainan lomba mengelompokkan bendera yang benar.

Kegiatan lain adalah memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba
atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan
menunjukkan miniatur catur dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat,
mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat,
mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran.

Bisa juga diintegrasikan dalam tema lain melalui pembiasaan sikap dan perilaku,
misalnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, menyanyangi sesama
penganut Agama, menyanyangi sesama dam makhluk Tuhan yang lain, tenggang rasa
dan menghormati orang lain. Menciptakan kedamaian bangsa adalah juga perwujudan
rasa cinta tanah air.

Sehingga suatu saat nanti, dan saat tumbuh dewasa mereka dapat menghargai
betapa pentingnya mencintai tanah air ini, negeri ini, khususnya bagi bangsa dan
Negara, mempunyai rasa cinta tanah air yang tinggi terhadap negaranya, dan sekaligus
bisa mengharumkan bangsa dan Negara.

f. Contoh-contoh Cinta Tanah Air

1) Bangga menjadi orang Indonesia

Tidak ada yang lebih membanggakan selain menjadi orang Indonesia,


Negara yang diakui orang karena keramahan rakyatnya, kekayaan alam dan
budayanya. Lihat saja setiap tahun bahkan hari atau minggu turis asing dari
berbagai mancanegara berlomba-lomba datang untuk berlibur ke Indonesia.
Mereka selalu menganggap Indonesia itu eksotis. Bayangkan, mereka bahkan
rela terbang jauh- jauh hanya untuk menikmati keindahan panorama alam
Indonesia. Jadi kita sebagai warga Negara Indonesia sangat rugi kalau kita yang
tinggal sedekat ini belum pernah menikmati atau melihat kekayaan alam sendiri.

2) Melestarikan Budaya

Concertoholics pasti diantara kita ada yang tahu kalau para wanita di India lebih
bangga mengenakan Sari mereka daripada baju casual sehari-hari. Belakangan tren Sari
justru ikut menjamur di Indonesia dengan fashion ala bohemiannya yang sempet
booming beberapa waktu lalu. Jadi, sebenarnya kita juga bisa melakukan hal yang sama.
Indonesia terkenal akan batik-batiknya yang indah dan kebaya- kebayanya yang
feminis. Lihat saja sekarang, sudah batik bahkan sudah menjadi must have item di
setiap lemari para pecinta mode di indonesia. Nah, siapa tahu ini justru juga akan
menjadi tren yang berlaku di luar negeri seperti tren bohemian yang sempat booming di
Indonesia. Pakaian hanya salah satu contohnya, masih banyak lagi kekayaan budaya
kita yang dapat kita kembangkan hingga membuat decak kagum dunia Internasional.
Belakangan ini barang-barang impor begitu merajai pasar retail dan grosir
sehingga barang produksi dalam negeri malah tidak punya tempat di negeri sendiri
karena kalah bersaing. Coba kalau kita lihat, beragam barang impor menghiasi kita.
Mulai dari ponsel, notebook, pakaian sampai makanan pun, kita tidak terlepas dari
barang impor. Ini menyedihkan, karena sebetulnya banyak dalam negeri yang bagus-
bagus dengan kualitas yang bahkan lebih menjanjikan daripada produk luar negeri.
Oleh karena itu, ayo Concertoholics, mari kita galakkan penggunaan produk-produk
dalam negeri. Selain memang bagus kualitasnya, kita juga akan membantu
perekonomian dan pengangguran-pengangguran yang semakin banyak sejak industri
dalam negeri gulung tikar.

justru juga akan menjadi tren yang berlaku di luar negeri seperti tren bohemian yang
sempat booming di Indonesia. Pakaian hanya salah satu contohnya, masih banyak lagi
kekayaan budaya kita yang dapat kita kembangkan hingga membuat decak kagum
dunia Internasional.

3) Menggunakan Produk Lokal

Belakangan ini barang-barang impor begitu merajai pasar retail dan grosir
sehingga barang produksi dalam negeri malah tidak punya tempat di negeri sendiri
karena kalah bersaing. Coba kalau kita lihat, beragam barang impor menghiasi kita.
Mulai dari ponsel, notebook, pakaian sampai makanan pun, kita tidak terlepas dari
barang impor. Ini menyedihkan, karena sebetulnya banyak dalam negeri yang bagus-
bagus dengan kualitas yang bahkan lebih menjanjikan daripada produk luar negeri.
Oleh karena itu, ayo Concertoholics, mari kita galakkan penggunaan produk-produk
dalam negeri. Selain memang bagus kualitasnya, kita juga akan membantu
perekonomian dan pengangguran-pengangguran yang semakin banyak sejak industri
dalam negeri gulung tikar.

4) Hemat Energi

Banyak sekali cara yang bisa kita lakukan untuk menghemat energi, salah yang
satunya dengan menghemat listrik. Kenapa harus hemat listrik? Karena untuk
mengaktifkan listrik di Indonesia, PLN kita masih menggunakan BBM belakangan ini
sudah semakin berkurang jumlahnya. Jika kita tidak melakukan penghematan dari
sekarang, BBM ini bisa habis. Jangan sampai itu terjadi? Pada akhirnya kalo BBM habis,
kita justru tidak akan bisa menikmati listrik lagi. Selain membantu bangsa sendiri,
dengan penghematan listrik, kita pun sudah membantu upaya dunia dalam kampanye
global warming yang belakangan sedang sangat gencar aksinya.

5) Harumkan Nama Bangsa

Mengharumkan nama bangsa tidak sesulit yang kita bayangkan. Meng harumkan
nama bangsa tidak selalu harus dari hal-hal yang susah. Kita sebagai warga tidak harus
bahwa kita harus mengusai Kimia, Biologi, Matematika atau- pun pelajaran yang sangat
susah kita kuasai, untuk mengharumkan nama bangsa kita sesuaikan saja dengan bakat
dan minat masing-masing, asalkan dilakukan dengan serius dengan begitu kita akan
terasa dan bukan tidak mungkin kalau disuatu saat nanti kita yang dengan bakat kita,
kita akan mengharumkan nama bangsa.

g. Nilai Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

h. Nilai Bersahabat/Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja


sama dengan orang lain.

i. Nilai Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya

j. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang mem-


berikan kebajikan bagi dirinya. Buku adalah jendela dunia, kalimat ini sering kita
dengar untuk membangunkan semangat sekaligus memberi pesan bahwa dengan
membaca maka semua yang ada didunia ini akan bisa diketahui. Hasil prestasi yang
memuaskan juga merupakan salah satu dampak positif dari membaca.

Namun, semakin lama kegemaran membaca semakin dijauhi. Tidak banyak


masyarakat Indonesia yang menyukai membaca meskipun manfaatnya sangat besar.
Oleh karenanya, pemerintah memiliki tugas besar untuk membuat masyarakat
Indonesia menjadi suka membaca, meskipun begitu hal ini bukan hanya tugas
pemerintah namun juga tugas kita sebagai generasi penerus bangsa yang lebih baik.

k. Nilai Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.

i. Nilai Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan

Peduli sosial adalah perilaku warga bangsa untuk dapat melakukan perbuatan
baik terhadap sesama yaitu berbagi, membantu, dan atau mempermudah pihak lain
dalam melakukan urusannya (urusan yang benar dan baik). Orang yang mempersulit
urusan orang lain adalah orang yang tidak peduli sosial.
Peduli sosial memiliki banyak makna, tetapi pada umumnya semua pihak hampir
sepakat bahwa peduli sosial merujuk pada kegiatan amal baik kepada sesama. Dalam
tulisan ini peduli sosial tidak hanya bermakna parsial tetapi lebih merujuk pada usaha
seseorang untuk menyelamatkan warga bangsa sesuai dengan kemampuan dan
kewenangan yang dimilikinya. Warga bangsa tidak hanya dalam jumlah banyak tetapi
satu atau dua orang saja, termasuk warga bangsa

Implementasi dari peduli sosial sangat mudah dan dapat dilakukan setiap saat
misalnya senyum kepada orang lain hingga pihak lain merasa nyaman adalah contoh
perbuatan peduli sosial. Seorang dokter yang menyapa pasien dengan lemah-lembut
penuh kasih sayang adalah peduli sosial, karena mungkin hanya dengan perhatian
seperti itu telah membantu mengobati pasien. Lebih jauh dari itu, peduli sosial dapat
pula dilakukan tanpa orang lain mengetahuinya.

Dengan ilustrasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepedulian sosial yang
kasat mata sangat mudah dilakukan, sebaliknya semakin tersembunyi (misalnya:
mendoakan orang lain) akan semakin sulit dilakukan.

m. Nilai Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras
dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki
sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat.
la akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa
melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menuntut kepedulian dan tanggung jawab.
Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.

Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Yang
kami maksud adalah perasaan nurani kita, hati kita yang mempunyai pengaruh besar
dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif.

Tanggung jawab bisa dikelompokkan dalam dua hal. Pertama, tanggung jawab
individu terhadap dirinya pribadi. Dia harus bertanggung jawab terhadap akal (pikiran),
ilmu, raga, harta, waktu, dan kehidupannya secara umum.

Kedua, tanggung jawab manusia kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di
mana ia hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang
membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata
lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya.
Kewajiban sangat erat kaitannya dengan eksistensi seseorang sebagai bagian dari
masyarakat. Kita sadar bahwa kalau kita tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap
orang lain, tidak pantas bagi kita menuntut orang lain untuk bertanggung jawab pada
kita. Kalau kita tidak berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain akan berbuat
adil pada kita.

BAB III

PENUTUP
1.4 Kesimpulan

Internalisasi sosial adalah proses pembelajaran dan transplantasi dalam


internalisasi in berlangsung terus menerus, menjadi bagian dari kepribadian individu.,
dipelajari dan diterapkan secara keseluruhan atau sebagian. Internalisasi in berkaitan
dengan nilai sosial, norma sosial, sosialisasi, kepribadian, dan kebudayaan. Masing-
masing dari internalisasi ini sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari
terutama pada lingkup pendidikan. Internalisasi in saling berkaitan atau tidak dapat
dipisahkan karena apabila muncul nilai sosial maka nilai-nilai yang akan spontan ikut
berperan dalam permasalahan yang ada, misalnya tentang seseorang yang tidak ingin
membahas masalah tertentu karena dapat menyakitinya maka dari itu timbulah
interaksi sosial dan bisa mengerti bahwa seseorang itu memiliki kepribadian yang
menyimpan masalahnya sendiri dari pada menceritakan orang lain. Itu merupakan hak
pribadi seseorang tidak perlu orang lain ikut campur dengan privasi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai