Anda di halaman 1dari 12

KARYA SENI RUPA DUA DIMENSI

‘‘GAMBAR ’’

OLEH:
IHWANA (14)
IAN APRIANSYAH (12)
NABIGHA DZATIR RAJWA (21)
NAURA SRI NURBAH (22)
NURUL ULFA WALFADILA (27)

SMA NEGERI 1 BANTAENG


KABUPATEN BANTAENG
SULAWESI SELATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang memberikan kami kemudahan sehingga dengan ini kami dapat menyelesaiakn
makalah kami yang berjudul Karya seni rupa dua dimensi ‘‘GAMBAR’’ tidak pula shalawat
serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga,dan
umat muslim yang menjadi pengikut beliau.

Laporan ini kami susun agar para pembaca dapat menambah wawasan mengenai Karya seni
rupa dua dimensi ‘‘GAMBAR” yang kami harap dapat bermanfaat untuk para pembaca. Kami
sebagai penulis sangant berterimah kasih atas segala bantuan yang diberikan pihak unutk
makalah kami.

Penulis sangat berharap kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca agar
menjadi pembelajaran dalam melakukan diskusi selanjutnya.

Bantaeng,09 Maret 2023


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................

BAB III PENUTUPAN ................................................................................

KESIMPULAN..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan
perkembangan manusia selaku pengubah dan penikmat seni. Musik, teater, tari, desain, televisi,
film, cerita, puisi, lagu, lukisan, patung, dan foto merupakan bentuk – bentuk penting
komunikasi di tiap masyarakat. Seni dapat menyampaikan perasaan – perasaan terdalam kepada
kita, seni dapat memberi kenikmatan, seni dapat menemani kita di kala berduka, seni dapat
menghibur, seni seringkali digunakan untuk memikat atau meyakinkan kita dengan macam cara.
Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang
dinyatakan dalam bentuk aktivitas.

Seni disalurkan berdasarkan naluri atau imajinasi yang bersumber di dalam diri manusia.
Setiap orang menyukai seni, baik anak-anak sampai usia dewasa. Kehidupan manusia penuh
dengan seni, karena seni sifatnya abstrak dan tidak terbatas. Seni dibelajarkan di sekolah-sekolah
meliputi empat aspek utama yakni seni rupa, seni musik, seni tari dan prakarya (keterampilan).

Seni menggambar tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang disakralkan. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan gambar mengalami pergeseran
makna dan fungsi. Dilihat dari fungsinya, saat ini menggambar sudah menjadi bidang keilmuan
yang mempunyai banyak cabang dan turunan. Seni menggambar merupakan induk dari segala
ilmu seni rupa, baik seni rupa terapan maupun seni rupa murni.

Salah satu cabang atau turunan dari seni menggambar, yaitu menggambar potret.
Menggambar potret sudah menjadi bagian keilmuan yang dipelajari di pendidikan seni rupa. Di
perguruan tinggi yang memiliki jurusan bidang ilmu seni rupa terutama seni rupa murni pasti
didalamnya terdapat salah satu mata kuliah menggambar anatomi wajah. Secara historis, seni
lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa
sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-
dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau
gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau
bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua
adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-
daunan atau batu mineral berwarna. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah
sebuah pengembangan yang lebih utuh dari drawing.

Menggambar pada dasarnya yaitu menuangkan bayangan yang dimunculkan dalam benak
kita, bisa sebagai pengungkapan apa yang pernah dikenal sebelumnya. Atau juga sebagai hasil
pengamatan seketika terhadap objek yang dihadapi. Seiring kita mengalami keraguan untuk
menuangkan gambaran karena tidak konkretnya menangkap bayangan dalam ingatan. Untuk
itulah diperlukan kerangka-kerangka dasar atau pola-pola umum guna menangkap bentuk pola
gambar pada ingatan kita atau pada objek gambar yang dihadapi, dan hal itu memerlukan banyak
latihan. Sebenarnya potensi dimiliki oleh semua orang, selama orang tersebut memiliki
keinginan yang kuat disertai latihan yang teratur. Di zaman yang serba instan. Gambar yang
dulunya harus dibuat dan diwarnai manual, kini bisa dilakukan dengan program komputer.
Namun apakah itu berarti seni menggambar dengan tangan atau manual sudah tidak dibutuhkan?
Peralatan canggih sekalipun tetap membutuhkan sentuhan tangan. Dan utnuk menghasilkan
gambar yang baik, terutama wajah sebagai cerminan ekspresi dan emosi, penguasaan teknik
dasar adalah hal yang mutlak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MENGGAMBAR
Profil Andreas Gursky

Andreas Gursky lahir pada tahun 1955 di Leipzig, Jerman Timur. Keluarganya pindah ke Jerman
Barat, lalu pindah ke Essen dan kemudian Düsseldorf pada akhir 1957. Meskipun orangtuanya
memiliki studio fotografi komersial, Gursky muda tidak serius untuk mengikuti jalur karir
mereka. Dari tahun 1978 sampai 1980 ia menghadiri Folkwangschule, Essen. Sementara di
sekolah, ia juga bekerja sebagai sopir taksi. Setelah ia gagal dalam mencari pekerjaan sebagai
jurnalis foto, ia pun bergabung dengan Kunstakademie, Düsseldorf pada tahun 1980 dengan
dorongan dari Thomas Struth. Setelah satu tahun di yayasan kursus, pada tahun keduanya ia lalu
belajar fotografi dengan Bernd dan Hilla Becher. Alih-alih menggunakan foto hitam putih yang
diajarkan oleh keduanya (Bernd & Hilla), ia selalu menghasilkan foto-foto berwarna dalam
karyanya. Berbagai karyanya yang terkenal selain May Day adalah, 99 cent (1999), May Day V,
May Day VI, dan Rhein II. Karya Rhein II bahkan menjadi salah satu karya fotografi paling
mahal di dunia. Rhein II terjual sebesar USD $4,338,500 di balai lelang,Christie, New York pada
8 November 2011.
B. NILAI JUAL KARYA SENI RUPA GAMBAR
Rhein II belum terkalahkan sebagai foto termahal di dunia saat ini. Pada lelang tahun 2011,
kreasi seniman Jerman Andreas Gursky itu terjual USD 4,3 juta atau sekitar Rp 58,3 miliar. Apa
yang membuat foto yang tampak sederhana ini dihargai begitu tinggi? Di mata banyak orang,
Rhein II mungkin foto biasa saja. Tapi rupanya, dengan berbagai alasan, banyak kritikus seni
yang memujinya begitu tinggi. Kata mereka, sulit menandingi kreasi Andreas ini. Meski
penjelasan mereka agak njlimet. "Bisa butuh waktu lama sampai sebuah foto bisa melebihi karya
Andreas ini. Foto yang terlihat bersemangat, cantik dan tak terlupakan, sebuah geliat
kontemporer dari genre dan tema favorit Jerman yaitu landskap romantis dan hubungan manusia
dengan alam," tulis Florence Waters, kolomnis seni di Telegraph. "Foto ini bernilai karena
adalah sebuah seni, bukan sekadar foto. Seniman mungkin memilih untuk berkarya di fotografi,
tetapi menjadi seniman adalah yang paling berarti di atas segalanya," tulis Ken Rockwell,
seorang fotografer berpengalaman.

Andreas sendiri menyebut Rhein II adalah karya kebanggaannya. "Foto ini berbicara
banyak. Bagi saya, ini adalah foto alegoris tentang arti kehidupan," kata dia yang dikutip
detikINET dari Guardian. Andreas sempat memodifikasi Rhein II secara digital, menghilangkan
gambar yang dianggap mengganggu di foto itu seperti bangunan pabrik, pejalan kaki dan
pesepeda. Sebelum kemudian dia puas dengan gambar finalnya. Balai lelang Christie yang
berhasil menjualnya seharga USD 4,3 juta pada tahun 2011, menyatakan bahwa Rhein II adalah
foto dramatis dan merupakan refleksi eksistensi manusia dan hubungannya dengan alam.
Sedangkan siapa pembelinya tak terungkap sampai sekarang. Pastinya dia orang kaya raya.
Andreas sendiri diakui sebagai seniman papan atas. Karya pria asal Jeman ini ditampilkan di
museum terkenal seperti Tate Modern di Inggris dan Museum of Modern Art di New York

C. LETAK ESTETIKA
Letak estetika

Estetika kadang-kadang dirumuskan pula sebagai cabang filsafat yang

berhubungan dengan teori keindahan (theory of beauty). Jika definisi keindahan

memberitahu orang untuk mengenali apa keindahan itu, maka teori keindahan

menjelaskan bagaimana keindahan itu. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan

ialah mengenai sifat dasar dari keindahan. Membahas keindahan berarti menggali ide

tentang estetika yang merupakan sebuah konsep perseptual tentang keindahan, “[...] yang

berasal dari bahasa Yunani ‘aisthçsis’ yang artinya persepsi. Soedarso SP (2006: 13)

mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas ‘melihat’ melalui penginderaan sehingga segala

hubungan pencerapan inderawi mengenai sesuatu yang mengacu pada keindahan atau hal

yang menyenangkan atau bahkan yang lebih dari itu tentang hal yang luar biasa dan

bernilai lebih tinggi merupakan wilayah pembahasan konsep estetika.

tersebut mengalami apa yang disebut dengan pengalaman estetik.

Di sisi objektif, keindahan bisa diukur dari tampilan sebuah karya seni yang
mencakup keseluruhan yang tampak dan bisa diamati seperti bentuk, warna, penempatan

objek, komposisi, ekspresi, gerak, dan suara. Lalu dari sisi subjektif, penggalian

persoalan di luar yang tampak, misal konteks penciptaan dan isu yang melatarbelakangi

penghadiran karya, kesesuaian dengan lingkup masyarakat tempat karya dihadirkan, dan

pesan yang diangkat oleh seniman dalam karyanya sehingga proses persepsi menjadi

lebih mendalam. Di sisi subjektif itulah, peran pengalaman empiris individual sangat

berperan dalam menyematkan nilai yang lebih luas. Pengalaman tersebut melahirkan

sebuah konsep tentang nilai-nilai keindahan yang dianut oleh masing-masing individu

ataupun sekelompok masyarakat. Nilai-nilai estetis tersebut digunakan dalam proses

apresiasi karya melalui tanggapan dan penghayatan untuk memperoleh kepuasan.

karya foto Rhein II menggunakan

prinsip dari fakta ke fiksi. Prinsip ini telah masuk ke digitalisasi fotografi. Gursky bekerja

dengan kamera medium format, mengambil gambar yang kemudian dipindai ke komputer

di mana ia dapat memanipulasi foto tersebut. Tujuannya dalam menggunakan teknologi

digital tidak menciptakan fiksi melainkan untuk meningkatkan citra sesuatu yang ada di

dunia. Gursky telah menjelaskan asal-usul dari karya ini, dengan mengatakan, “ada

tempat tertentu dengan pandangan atas Rhine yang entah bagaimana selalu membuat saya

terpesona”, ujar Gursky. Tetapi itu tidak cukup untuk berada pada gambar karena pada

dasarnya merupakan “hanya” bagian dari gambar. Pada akhirnya Gursky memutuskan

untuk mendigitalisasikan gambar dan meninggalkan unsur-unsur yang tidak menunjang

keseluruhan foto.

Gursky secara digital menghapus bangunan di sisi yang jauh dari sungai dari

fotonya. Manipulasi ini meningkatkan citra visual, memberikan koherensi yang lebih

formal. Daripada rasa tempat tertentu, gambar (foto) ini menyampaikan ideal hampir

Platonis dari aliran sungai yang melintas sebagai lanskap. Gursky berbicara tentang

gambar ini dalam hal contemporaneity, dengan mengatakan, "Aku tidak tertarik pada yang tidak
biasa, pandangan mungkin indah dari Rhine, tetapi dalam pandangan mungkin

paling kontemporer itu. Paradoksnya, pandangan ini dari Rhine tidak dapat diperoleh

sebagai wujud yang nyata; konstruksi fiktif dibutuhkan untuk memberikan gambar yang

akurat dari sungai modern”.

Lalu foto ini termasuk dalam kategori foto intepretasi dan foto estetik karena
menghadirkan gambar serta makna yang berbeda dari sungai Rhein. The Rhein II

merupakan karya yang memiliki kecenderungan diri Gursky terhadap abstraksi.

Sepanjang karirnya ia telah secara berkala membuat gambar yang formal dan konseptual

dan menghadirkan kesederhanaan serta menempatkan mereka lebih dekat dengan tradisi

seni abstrak.
D. PESAN MORAL
Kemana saja pun arah pandangan kita, selalu akan bertatapan dengan karya fotografi.
Mereka hadir dalam berbagai bentuk, format, jenis, subjek dan karakter serta gaya penampilan
yang beraneka ragam dalam menyemarakkan serta melingkupi kehidupan kita. Foto adalah
produk pengalaman manusia. Fotografer menghasilkan suatu foto dengan kecenderungan pada
pose, momen, komposisi tertentu selalu terkait dengan apa yang dialami sang fotografer itu
sendiri. Maka, foto menjadi bentuk ekspresi pengalaman sang fotografer. Di sisi lain, foto juga
memproduksi pengalaman pengamatnya. Ketika kita melihat foto, kita tidak sekadar melihat
gambar, melainkan melihat peristiwa, atau pengalaman itu sendiri. Melihat foto seperti halnya
melihat dunia, menghadirkan kembali suatu peristiwa sedemikian rupa sehingga seakan-akan
pengamat ikut mengambil bagian di dalamnya. Saat mengamati foto, seseorang dapat
berimajinasi atau bernostalgia dengan apa yang dialami entah oleh dirinya atau orang lain. Foto
menjadi sarana petualangan imajinatif pengalaman manusia, komunikasi manusia dengan
dirinya, antarorang, dan bahkan antargenerasi.

Foto tidak memberi penjelasan atas pengalaman kita, namun lebih tepatnya menyingkapkan
hakikat terdalam dari pengalaman kita. Ketika mengamati suatu foto (atau juga pada saat
mengambil gambar) perasaan-perasaan kita dapat tergugah. Gambar tertentu dapat menciptakan
atau mengubah menciptakan suasana hati tertentu. Singkat kata, fotografi adalah bentuk interaksi
batiniah manusia dengan pengalaman hidupnya. The Rhein II merupakan karya yang memiliki
kecenderungan diri Gursky terhadap abstraksi. Sepanjang karirnya ia telah secara berkala
membuat gambar yang formal dan konseptual dan menghadirkan kesederhanaan serta
menempatkan mereka lebih dekat dengan tradisi seni abstrak. Kesederhanaan dalam karya Rhein
II menggambarkan ketenangan dan seperti menggambarkan tak terbatasnya waktu. Meskipun
foto ini dibuat pada zaman modern, Gursky ingin menyampaikan pada kita seolah-olah foto ini
merupakan sungai Rhein pada masa lampau. Sehingga apa yang nampak di foto tersebut
merupakan intepretasi Gursky dalam memahami bayangan dan imajinasi dia dalam menikmati
pemandangan sungai Rhein.

E. PESAN DAN KESAN


pesan
Meskipun foto ini dibuat pada zaman modern, Gursky ingin menyampaikan pada kita seolah-
olah foto ini merupakan sungai Rhein pada masa lampau. Sehingga apa yang nampak di foto
tersebut merupakan intepretasi Gursky dalam memahami bayangan dan imajinasi dia dalam
menikmati pemandangan sungai Rhein. Pada gambar ini, kami berharap orang orang diluar sana
yang melihat dan menikmati pemandangan ini akan memberi kesan yang baik. Selain itu,
diharapkan juga untuk lebih mendalami makna yang tersirat dalam gambar Rhein II hingga dapat
memahami bagaimana sang pencipta menjalani hidupnya hingga bisa menciptakan karya seni
yang begitu legendaris dan fenomenal
kesan
Kesan pertama kami saat melihat foto itu adalah kami sama sekali tidak menyukainya. Tapi
kemudian setelah mengamati lebih dalam selama beberapa saat, imajinasi kami mulai tumbuh,
kemudian mengembara tanpa batas. Foto ini diberi judul Rhein II dan diambil oleh Andreas
Gursky pada tahun 1999. Kami semua menilai foto Rhein II memang kurang memiliki bobot
visual secara warna dan kontras, namun dengan beberapa garis horizontal yang menonjol, foto
ini tampak begitu seimbang. Garis-garis ini memperkuat perasaan dinamis dan mengalir. Lebih
dari itu, foto ini juga memberikan saya kesan tentang teori bahwa garis yang membujur dari awal
hingga ke ujung frame, membuatnya tampak seolah-olah garis tersebut tidak terputus dan tanpa
akhir. Ketika Anda mempertimbangkan bahwa ini sebenarnya adalah foto dari sebuah sungai,
maka penilaian kamipun akan menjadi lebih signifikan. Sungai cenderung tidak mengalir dalam
garis lurus, biasanya aliran sungai membentuk lengkungan dan kurva. Disinilah sang fotografer
telah berhasil membuat pengamatan bagaimana seharusnya ia menentukan sudut pengambilan
gambar yang tidak hanya baik, tapi yang lebih penting memberikan kesan unik dan berbeda
terhadap anggapan umum tentang sebuah aliran sungai.
BAB III

PENUTUP

Sebuah karya seni adalah merupakan hasil dari representasi perasaan, pikiran, pengalaman,
untuk disampaikan kepada masyarakat luas. Kejadian-kejadian menarik yang dialami penulis
diolah sehingga menjadi bahasa rupa untuk diekspresikan ke dalam karya dua dimensi.

Seni disalurkan berdasarkan naluri atau imajinasi yang bersumber di dalam diri manusia.
Setiap orang menyukai seni, baik anak-anak sampai usia dewasa. Kehidupan manusia penuh
dengan seni, karena seni sifatnya abstrak dan tidak terbatas. Seni dibelajarkan di sekolah-sekolah
meliputi empat aspek utama yakni seni rupa, seni musik, seni tari dan prakarya (keterampilan).
DAFTAR PUSTKA

Soedjono, Soeprapto. 2007. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti.


Djelatik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Sugiarto, Atok. 2014. Color Vision. PT. Kompas Media Nusantara Jl. Palmerah Selatan
26-27 Jakarta 10270.
Sontag, Susan. 1977. On Photography. Rosetta Books.
Bate, David. 2009. Photography: The Key Concepts. Oxford: Oxford International
Publisher Ltd.
Bull, Stephen. 2010. Photography. Oxon: Routledge.
Freeman, Michael. 2007. The Photographer's Eye: Composition and Design for Better
Digital Photographs. Ilex.
Barrett, Terry. 2011. Critisizing Photograph. McGraw-Hill Education.
Freeman, Michael. 2007. The Photographers Eye. Focal Press.
Prakel, David. 2010. The Visual Di…

Anda mungkin juga menyukai