Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PANDIDIKAN NILAI

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Nama : 1. Ita Febri Nasrani Zalukhu

2. Keryus Bu’ulolo

3. Mixra Kristiani gulo

4. Nosri Karyana Zalukhu

5. Noverlin Lase

6. Simon Yoel Waruwu

Prodi : Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan

Mata Kuliah : Pendidikan Nilai, Moral, dan Etika

Dosen Pengampu:

Berkat Persada Lase, S.Pd,M.Pd

UNIVERSITAS NIAS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
pertolongannya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas kelompok yang berjudul Konsep
pendidikan nilai sehingga dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami juga berterimakasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah pendidikan nilai, moral,
dan etika oleh Bapak Berkat Persada Lase, S.Pd,M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada
kami sekaligus telah membimbing dan mengarahkan dalam pembuatan tugas ini. Kami juga
menyadari bahwa didalam pembuatan tugas ini, terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik
dari segi urutannya, penulisannya dan lain sebagainya. Untuk itu, kami meminta maaf yang
sebesar – besarnya dan mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan kedepannya. Kami juga
berharap, kiranya tugas wawancara ini dapat menjadi sesuatu yang berguna dan menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Gunungsitoli, 18 Maret 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2

C. Tujuan.................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3

A. Defenisi Pendidikan Nilai..................................................................................... 3

B. Tujuan Pendidikan Nilai........................................................................................ 5

C. Filososfi Pendidikan Nilai..................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 10

A. Kesimpulan......................................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perubahan pada pelbagai aspek kehidupan seperti sosial, agama, ekonomi, politik
hankam dan iptek kian terasa. Dengan perubahan-perubahan ini menuntut manusia
untuk selalu melakukan penyesuaian dan antisipasi. Dari kondisi faktual tersebut,
disadari bahwa salah satu sektor yang kurang diperhatikan adalah dunia afeksi
pendidikan, yang kian hari kian termarginalkan, karena sudah bergesernya landasan
dan tujuan pendidikan kita saat ini, yang lebih mengedepankan dunia kognisi.
Sehingga disadarai atau tidak arah kebijakan pendidikan kita telah membawa tingkat
degradasi moral bangsa semakin terpuruk, karena salah satunya kurang memperhatikan
nilai-nilai moralitas bangsa yang dulu masih dimiliki, namun sekarang semakin jauh
dari nafas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia
melewati tahap individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering
mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku
rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan
forma seorang pribadi dalam segala tindakannya.
Penanaman nilai-nilai kehidupan kepada anak didik membutuhkan keteladanan dari
guru, orangtua, dan masyarakat. Penanaman nilai-nilai tersebut tidak hanya
berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga
dengan keteladanan serta pendidikan nilai-nilai Kehidupan Menuju Manusia Indonesia
yang Bermartabat dan Berbudaya insya Allah akan terwujud.

Dalam peraturan perundangan disebutkan tujuan pendidikan nasional adalah


mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan nilai-nilai kehidupan tidak dapat berlangsung baik kalau tidak ditunjang
keteladanan pendidik dan praksis sosial yang kontinu dan konsisten dari lingkungan
sosial. Pendidikan nilai-nilai kehidupan sebagai bagian integral kegiatan pendidikan
1
pada umumnya adalah upaya sadar dan terencana membantu anak didik mengenal,
menyadari, menghargai, dan menghayati nilai-nilai yang seharusnya dijadikan
panduan bagi sikap dan perilaku sebagai manusia dalam hidup perorangan dan
bermasyarakat. Pendidikan nilai akan membuat anak didik tumbuh menjadi pribadi
yang tahu sopan-santun, memiliki cita rasa seni, sastra, dan keindahan pada umumnya,
mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, bersikap hormat terhadap keluhuran
martabat manusia, memiliki cita rasa moral dan rohani.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Definisi pendidikan nilai ?

2. Apa Saja Tujuan pendidikan nilai ?

3. Bagaiamana Filosofi pendidikan nilai ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi pendidikan nilai

2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan nilai

3. Untuk mengetahui filosofi pendidikan nilai

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pendidikan Nilai
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Nilai secara etimologi merupakan pandangan kata value (bahasa
Inggris) (moral value) (Mustari Mustafa, 2011: 15). Dalam kehidupan sehari-
hari, nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia. Dalam pembahasan ini nilai
merupakan kualitas yang berbasis moral. Dalam filsafat, istilah ini
digunakan untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya
keberhargaan yang setara dengan berarti atau kebaikan.
Beberapa tokoh mendefinisikan nilai sebagai berikut.
a. Max Scheler mengatakan bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak
bergantung dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang.
b. Immanuel Kant mengatakan bahwa nilai tidak bergantung pada
materi, murni sebagai nilai tanpa bergantung pada pengalaman.
c. Menurut Kartono Kartini dan Dali Guno (2003), nilai sebagai hal yang
dianggap penting dan baik. Semacam keyakinan seseorang terhadap
yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan (misalnya jujur, ikhlas)
atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang (misalnya
kebahagiaan, kebebasan).
d. Ahmad Tafsir (1990) meletakkan pembahasan nilai setelah membahas
teori pengetahuan dan teori hakikat yang merupakan sistematika
dalam pembahasan filsafat. Teori lainnya, seperti yang dikemukakan
oleh teori Nicolai Hartmann, bahwa nilai adalah esensi dan ide
platonik. Nilai selalu berhubungan dengan benda yang menjadi
pendukungnya.

3
e. Menurut H.M. Rasjidi (1986), penilaian seseorang dipengaruhi oleh
fakta-fakta. Artinya, jika fakta-fakta atau keadaan berubah, penilaian
juga biasanya berubah. Hal ini berarti juga bahwa pertimbangan nilai
seseorang bergantung pada fakta.
f. Ngalim Purwanto (1987) menyatakan bahwa nilai yang ada pada
seseorang dipengaruhi oleh adanya adat istiadat, etika, kepercayaan,
dan agama yang dianutnya. Semua itu memengaruhi sikap, pendapat,
dan pandangan individu yang selanjutnya tercermin dalam cara
bertindak dan bertingkah laku dalam memberikan penilaian.
Secara umum, Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkan secara integral
dalam kehidupan. Untuk sampai pada tujuan dimaksud, tindakan- tindakan pendidikan yang
mengarah pada perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan oleh para pendidik.
a) Definisi Pendidikan nilai dari beberapa tokoh dikutip dari Qiqi Yuliati Zakiyahdan
Rusdiana (2014: 61) diantarany Kohlberg menjelaskan bahwa Pendidikan Nilai adalah
rekayasa ke arah: Pembinaan dan pengembangan struktur danpotensi/komponen
pengalaman afektual (affective component & experiences) atau “jati diri” atau hati
nurani manusia (the consiense of man) atau suara hati (al-qolb) manusia dengan
perangkat tatanan nilai-moral-norma. pembinaan proses pelakonan (experiencing) dan
atau transaksi/interaksi dunia afektif seseorang sehingga terjadi proses klarifikasi niai-
moral-norma, ajuan nilai-moral-norma (moral judgment) ataupenalaran nilai-moral-
norma (moral reasoning) dan atau pengendalian nilai-moralnorma (moral control).
b) Sedangkan menurut Winecoff jika kita membahas tentang Pendidikan Nilai maka
minimalnya berhubungan dengan tiga dimensi, yakni: “identification of a core of
personal & social values, philosopy and rational inquiry into the core, and decision
making related to the core based on inquiry and response”. Ia juga mengungkapkan
bahwa Pendidikan Nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut
pandang moral yang meliputi etika dan norma-norma yang meliputi estetika, yaitu
menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, serta etika yaitu
menilai benar/salahnya dalam hubungan antar pribadi.

4
c) Senada dengan hal di atas, Hasan (1996: 250) memiliki persepsi bahwa Pendidikan
Nilai merupakan suatu konsep pendidikan yang memiliki konsep umum, atribut, fakta
dan data keterampilan antara suatu atribut dengan atribut yang lainnya serta memiliki
label (nama diri) yang dikembangkan berdasarkan prinsip pemahaman, penghargaan,
identifikasi diri, penerapan dalam perilaku, pembentukan wawasan dan kebiasaan
terhadap nilai dan moral.
d) Adapun Sumantri (1993: 16) beliau memahami Pendidikan Nilai sebagai suatu
aktivitas pendidikan yang penting bagi orang dewasa dan remaja, baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah, karena “penentuan nilai” merupakan suatu aktivitas
penting yang harus kita pikirkan dengan cermat dan mendalam. Maka hal ini
merupakan tugas pendidikan (masyarakat didik) untuk berupaya meningkatkan nilai-
moral individu dan masyarakat.

Dalam berbagai literatur, istilah pendidikan nilai dan pendidikan moral sering
digunakan untuk kepentingan yang sama, hal ini disadari karena erat hubungan diantara kedua
bidang pendidikan tersebut. Untuk kepentingan kajian buku ini pendidikan nilai akan
didefinisikan sebagai berikut : "Pendidikan Nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan
objek dari sudut moral dan sudut pandang non moral, yang meliputi estetika yaitu menilai objek
dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar atau salahnya
dalam hubungan antarpribadi."

B. Tujuan Pendidikan Nilai


Tujuan pendidikan nilai pada dasarnya membantu mengembangkan
kemahiran berinteraksi pada tahapan yang lebih tinggi serta me-
ningkatkan kebersamaan dan kekompakan interaksi atau yang disebut
Piaget sebagai ekonomi interaksi atau menurut Oser dinyatakan dengan
peristilahan kekompakan komunikasi. Tujuan pendidikan nilai tidak dapat
tercapai tanpa aturan-aturan, indoktrinasi, atau pertimbangan prinsip-
prinsip belajar. Sebaliknya, dorongan moral komponen pem-bentukan
struktur itu sangat penting. Oleh karena itu, pendidik seharusnya tidak
hanya membekali dan menjejali siswa dengan pengetahuan tentang
tujuan serta analisis dari hubungan antara tujuan dengan alat.

5
Dalam Living Values Education (2004: 1) dijelaskan bahwa tujuan
pendidikan nilai adalah sebagai berikut :
a. Menurut Apnieve-UNESCO (1996: 184), tujuan pendidikan nilai adalah untuk
membantu peserta didik dalam mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui pengujian
kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas berpikir dan
perasaannya.
b. Hill (1991: 80) meyakini bahwa pendidikan nilai ditujukan agar siswadapat menghayati
dan mengamalkan nilai sesuai dengan keyakinan amanya konsesus masyarakatnya dan
nilai moral universal yang dianutnya sehingga menjadi karakter pribadinya.
c. Suparno (2002: 75) berpendapat bahwa tujuan pendidikan nilai
adalah menjadikan manusia berbudi pekerti.
d. Hakam (2000: 8) dan Mulyana (2004: 119) mengatakan bahwa
pendidikan nilai bertujuan untuk membantu peserta didik
mengalami dan menempatkan nilai-nilai secara integral dalam
kehidupanmereka.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan secara global maupun tujuan pendidikan nilai memiliki kesamaan
yaitu memiliki satu tujuan untuk meningkatkan kecerdasan dalam ilmu
pengetahuan, dan meningkatkan sikap siswa dalam keseharian yang akan
membentuk suatu karakter diiri dalam masyarakat. Karakter tersebut dapat
menimbulkan akhlak yang menjadi identitas diri dalam berperilaku.
Dalam proses Pendidikan Nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik
dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti dikemukakan komite APEID
(Asia and The Pasific Programme of Education Innovation for Development), Pendidikan Nilai
secara khusus ditujukan untuk: (a) menerapkan pembentukan nilai kepada anak, (b)
menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, dan (c) membimbing
perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian tujuan Pendidikan Nilai
meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran nilai sampai pada
perwujudan perilaku-perilaku yang bernilai.

6
C. FILOSOFI PENDIDIKAN NILAI
Secara filosofis, pendidikan adalah sebuah tindakan fundamental, yaitu perbuatan yang
menyentuh akar-akar hidup kita sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia. Jadi,
mendidik adalah suatu perbuatan yang fundamental karena mendidik itu mengubah dan
menentukan hidup manusia. Pendidikan itu me-manusia-kan manusia (Driyarkara, 1991).
Pendidikan adalah untuk kehidupan, bukan untuk memenuhi ambisi-ambisi yang bersifat
pragmatis. Pendidikan bukan non vitae sed scholae discimus (belajar bukan untuk kehidupan
melainkan untuk sekolah). Pendidikan harus bercorak non scholae sed vitae discimus, kita
belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk kehidupan Dalam pendidikan.
Dalam pendidikan untuk kehidupan, hal utama yang dilakukan adalah menenamkan nilai-
nilai. Pendidikan nilai bukan saja perlu karena dapat mengembalikan filosofi dasar pendidikan
yang seharusnya non scholae sed vitae discimus, namun juga perlu karena ciri kehidupan yang
baik terletak dalam komitmen terhadap nilai-nilai: nilai kebersamaan, kejujuran, kesetiakawanan,
kesopanan, kesusilaan, dan lain-lain. Menurut Piet G.O, nilai adalah sifat yang berharga dari
suatu hal, benda, atau pribadi yang memenuhi kebutuhan elementer manusia yang memang serba
butuh atau menyempurnakan manusia yang memang tak kunjung selesai dalam pengembangan
dirinya secara utuh, menyeluruh, dan tuntas.
Jadi, pendidikan nilai adalah manifestasi dari non scholae sed vitae discimus. Nilai
merupakan kebenaran atau realitas sejati yang akan terus dicari oleh setiap individu. Sejak
manusia lahir ia mulai melakukan pencarian. Ia ingin berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Ia sentuh benda-benda, memasukan benda ke dalam mulut, melemparkan dan mengamati
hasilnya. Ketika ia mulai dapat berbicara, banyak hal yang ia tanyakan: apa ini? Apa itu? Ia terus
berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungannya.
Berpijak pada pola kandungan filsafat, maka Pendidikan Nilai juga mengandung tiga
unsur utama yaitu ontologis Pendidikan Nilai, epistemologis Pendidikan Nilai dan aksiologi
Pendidikan Nilai :
1. Dasar ontologis Pendidikan Nilai
Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari Pendidikan Nilai.
Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan Pendidikan Nilai melalui pengalaman panca
indera adalah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil Pendidikan Nilai adalah
manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek aspek kepribadiannya. Objek formal

7
Pendidikan Nilai dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan. Di
dalam situasi sosial, manusia sering kali berperilaku tidak utuh, hanya menjadi mahluk
berperilaku individual dan/atau mahluk sosial yang berperilaku kolektif.
Sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar pribadi yang menjadi syarat
mutlak (conditio sine qua non) bagi terlaksananya mendidik dan mengajar. Hal itu terjadi
mengingat pihak pendidik yang berkepribadian sendiri secara utuh memperlakukan peserta didik
secara terhormat sebagai pribadi pula. Jika pendidik tidak bersikaf afektif utuh demikian maka
menurut Gordon (1975) akan menjadi mata rantai yang hilang (the missing link) atas faktor
hubungan peserta didikpendidik atau antara siswa-guru. Dengan begitu pendidikan hanya akan
terjadi secara kuantitatif sekalipun bersifat optimal, sedangkan kualitas manusianya belum tentu
utuh.
2. Dasar Epistemologis Pendidikan Nilai
Dasar epistemologis diperlukan oleh Pendidikan Nilai atau pakar Pendidikan Nilai
demimengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Pendidikan Nilai
memerlukan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi kualitatif
fenomenologis. Karena penelitian tidak hanya tertuju pada pemahaman dan pengertian,
melainkan untuk mencapai kearifan fenomena pendidikan. Inti dasar epistemologis ini adalah
agar dapat ditentukan bahwa dalam menjelaskan objek formalnya, telaah Pendidikan Nilai tidak
hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telaah teori dan Pendidikan Nilai
sebagai ilmu otonom yang mempunyai objek formal sendiri atau problamatikanya sendiri
sekalipun tidak hanya menggunakan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell &
Stanley, 1963). Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara
korespodensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis (Randall &
Buchler, 1942).
3. Dasar Aksilogis Pendidikan Nilai
Kemanfaatan teori Pendidikan Nilai tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi
Juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses
pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai Pendidikan Nilai tidak hanya
bersifat intrinsik sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik. Dan ilmu
digunakan untuk menelaah dasardasar kemungkinan bertindak dalam praktek melalui kontrol
terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan.

8
Dengan demikian Pendidikan Nilai tidak bebas nilai, mengingat hanya terdapat batas
yang sangat tipis antar pekerjaan Pendidikan Nilai dan tugas pendidik sebagai pedagok. Dalam
hal ini, sangat relevan sekali untuk memperhatikan Pendidikan Nilai sebagai bidang yang sarat
nilai. Itulah sebabnya Pendidikan Nilai memerlukan teknologi pula, tetapi pendidikan bukanlah
bagian dari iptek. Namun harus diakui bahwa Pendidikan Nilai belum jauh pertumbuhannya
dibandingkan dengan kebanyakan ilmu sosial dan ilmu perilaku.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari,
dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkan secara integral dalam kehidupan. Untuk
sampai pada tujuan dimaksud, tindakan- tindakan pendidikan yang mengarah pada perilaku yang
baik dan benar perlu diperkenalkan oleh para pendidik.

"Pendidikan Nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan
sudut pandang non moral, yang meliputi estetika yaitu menilai objek dari sudut pandang
keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan
antarpribadi”. Tujuan Pendidikan Nilai bertujuan mencerdaskan kehidupan : bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
bertanggungjawab kemasyarakatan.

B. SARAN
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini yang berjudul konsep pendidikan nilai
kami menyadari ada begitu banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Akan
tetapi kami juga berharab pada teman-teman dan dosen pengampu mata kuliah pendidikan nilai
moral dan etika Bapak Berkat Persada Lase, S.Pd, M.Pd agar dapat kiranya memberikan kritik
dan saran pada makalah kami ini supaya kami juga lebih dapat berkembang lagi kedepannya.
Demikian hasil penegerjaan makalah ini jika ada kekurangan kami mohon maaf, terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hj. Qiqi Yuliati Zakiyah, M.Ag. & Dr. H. A. Rusdiana, M.M., 2007, pendidikan nilai, pustaka
setia bandung.
Beny dwi Lukitoaji. 2019. Pendidikan nilai. Universitas PGRI Yogyakarta. Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai