Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT

“HAKEKAT NILAI PERSPEKTIF ISLAM”

Dosen Pengampu : Dr. Ayub Khan, M.Si

RYAN KUSUMA ADI

(F081171301)

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Atas limpahan


nikmat sehat- Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan tambahan wawasan bagi penulis dan pembaca. Khususnya
mengenai Hakekat Nilai Perspektif Islam.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata


sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Waalaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh

Makassar, 5 Desember 2022

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2

BAB I...............................................................................................................3

PENDAHULUAN.............................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................4

C. Tujuan.......................................................................................................4

BAB II..............................................................................................................5

PEMBAHASAN...............................................................................................5

A. Hakikat Nilai dalam Perspektif Islam....................................................5

B. Konsep Nilai dan Jenis-jenis Nilai........................................................7


1. Konsep Nilai..............................................................................................................7
2. Jenis-jenis Nilai.........................................................................................................7

C. Aliran dalam Hakikat Nilai......................................................................9


1) Teori nilai menurut idealisme................................................................................9
2) Teori nilai menurut realisme................................................................................10
3) Teori nilai menurut aliran pragmatisme............................................................11
4) Teori Nilai dalam Islam..........................................................................................11

BAB III...........................................................................................................12

PENUTUP......................................................................................................12

A. Simpulan.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................13

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakikat nilai dalam Islam itu merupakan suatu yang dapat
mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, alam, serta
mendapatkan keridhaan dari Allah SWT, yang dapat dijabarkan dengan
luas dalam konteks Islam. Jadi Nilai-nilai di dalam Islam ialah Al-Qur’an
dan Hadits atau Sunah Rasulullah SAW.

Pendidikan nilai merupakan inti dalam pendidikan agama Islam,


karena tujuan dari pendidikan adalah mendidik perilaku manusia yang
didalam ajaran Islam dikenal dengan mendidik akhlak mulia yang
berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Melalui pendidikan nilai, maka tujuan,
materi, metode, kegiatan evaluasi, maupun pendidik dalam pendidikan
agama Islam harus mendukung agar suatu tujuan pendidikan nilai
tersebut tercapai. Implementasi nilai pendidikan dalam pendidikan agama
Islam dapat membantu peserta didik lebih jelas dalam memahami nilai-
nilai pendidikan agama Islam dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari, sehingga segala pengaruh negatif dari
perubahan zaman dapat diantisipasi peserta didik dengan lebih baik.

Islam memandang pendidikan nilai sebagai inti dari pendidikan itu


sendiri. Nilai yang dimaksud tersebut adalah akhlak, yakni nilai-nilai yang
berasal dari ajaran Agama islam yang bersumberkan Al-Quran dan Hadis.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna
imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (Riwayat Abu Dawud No.
4682 di Kitaabus Sunah dan Tirmidzi No. 1162 di Kitaabur Radhaa’)
Demikian Juga dalam sabda Rasullullah yang lain “Tidaklah Aku diutus
melainkan untuk menyempurnakan akhlak manusia.”

5
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang hakikat nilai perspektif Islam
2. Jelaskan tentang konsep nilai dan jenis-jenis nilai
3. Jelaskan apa saja aliran dalam hakikat nilai

C. Tujuan
4. Untuk mengetahui tentang hakikat nilai perspektif Islam
5. Untuk mengetahui tentang konsep nilai dan jenis-jenis nilai
6. Untuk mengetahui tentang aliran dalam hakikat nilai

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Nilai dalam Perspektif Islam


Nilai dalam bahasa lnggris “value”, dalam bahasa latin “velere”,
atau bahasa Prancis kuno “valoir” atau nilai dapat diartikan berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, bermanfaat dan paling benar menurut
keyakinan seseorang atau sekelompok orang”. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia nilai diartikan sebagai sifat-sifat (hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan atau sesuatu yang menyempurnakan
manusia. Sehingga nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan
hal yang disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan suatu yang
terpenting atau berharga bagi manusia sekaligus inti dari kehidupan

Nilai merupakan tema baru dalam filsafat: aksiologi, cabang filsafat


yang mempelajarinya, muncul yang pertama kalinya pada paruh kedua
abad ke-19.1 Menurut Riseri Frondizi, nilai itu merupakan kualitas yang
tidak tergantung pada benda; benda adalah sesuatu yang bernilai.
Ketidaktergantungan ini mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah
kualitas apriori.

Hakikat nilai dalam Islam itu merupakan suatu yang dapat


mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, alam, serta
mendapatkan keridhaan dari Allah SWT, yang dapat dijabarkan dengan
luas dalam konteks Islam. Jadi Nilai-nilai di dalam Islam ialah Al-Qur’an
dan Hadits atau Sunnah Rasulullah SAW.

Wujud nilai-nilai Islam harus dapat ditransformasikan dalam


lapangan kehidupan manusia. Hal tersebut sejalan dengan karakteristik
Islam sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Yusuf Musa, yaitu:
Mengajarkan kesatuan agama, kesatuan politik, kesatuan sosial, agama
yang sesuai dengan akal dan pikiran, agama fitrah dan kejelasan, agama

7
kebebasan dan persamaan, dan agama kemanusiaan. Lapangan
kehidupan manusia harus merupakan satu kesatuan antara satu bidang
dengan bidang kehidupan lainnya. Dalam pembagian dimensi kehidupan
Islam lainnya yaitu ada dimensi tauhid, Syariah dan akhlak, namun secara
garis besar nilai Islam lebih menonjol dalam wujud nilai akhlak.

Nilai juga diartikan dengan suatu perangkat keyakinan atau pun


perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak
yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun
perilaku. Namun akan berbeda jika nilai itu dikaitkan dengan agama,
karena nilai sangat erat kaitannya dengan perilaku dan sifat-sifat manusia,
sehingga sulit ditentukan batasannya dan kuabstrakkannya itu, maka
timbullah bermacam-macam pengertian di antaranya: dalam Kamus
Bahasa Indonesia Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan. Maksudnya kualitas yang memang
membangkitkan respons penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam
jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam
masyarakat.

Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib Thoha mengartikan nilai


sebagai berikut: Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai
bukan benda konkret, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah
yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki. Sedang menurut Chabib Thoha nilai
merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang
telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang
meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai acuan tingkah laku. Dari uraian di atas jelaslah bahwa
nilai merupakan suatu konsep yang mengandung tata aturan yang
dinyatakan benar oleh masyarakat karena mengandung sifat
kemanusiaan yang pada gilirannya merupakan perasaan umum, identitas

8
umum oleh karenanya menjadi syariat umum dan akan tercermin dalam
tingkah laku manusia.

B. Konsep Nilai dan Jenis-jenis Nilai


1. Konsep Nilai
Salah satu ruang lingkup dalam kajian filsafat adalah bidang
aksiologi. Dalam bidang aksiologi, pemikiran filsafat tersebut diarahkan
pada persoalan nilai, baik dalam konteks estetika, moral maupun agama.
(Muhmidayeli, 2013) Aksiologi menurut istilah berasal dari dua kata axio
dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, serta logos
artinya akal, teori, axiologi artinya teori dan nilai, penyelidikan mengenai
kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai. (Mustansyir & Munir, 2001)
menurut Kamus besar Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-
nilai khususnya etika.

2. Jenis-jenis Nilai
Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar yang
merupakan jenis-jenis nilai, yaitu nilai etika dan nilai estetika.
Sebagaimana yang dikemukakan Amsal Bakhtiar, bahwa “teori tentang
nilai yang terdapat dalam filsafat mengarah pada permasalahan etika dan
estetika.(Bakhtiar, 2013) Etika yang berkenaan dengan masalah kebaikan,
dan estetika berkenaan dengan masalah keindahan. (Kattsoff, 1992).

a) Etika

Menurut Istilah etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang


berarti adat atau kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa latin, istilah moral
adalah “mores” kata jamak dari mos yang artinya adat kebiasaan. (Bakri,
1970) Dalam istilah lain, para ahli yang berkecimpung dalam bidang etika
menyebutkan dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti
kebiasaan.

9
Etika merupakan suatu teori tentang nilai-nilai adat atau kebiasaan,
pembahasan secara teoritis tentang nilai-nilai adat dan kebiasaan ,dan
terdapat ilmu kesusilaan yang memuat dasar untuk berbuat susila.
Sedangkan moral pelaksanaannya dalam ke hidupan. (Sadulloh, 2007)
Makna etika juga dapat dipakai dalam dua bentuk arti, yang pertama, etika
merupakan suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang mengenai penilaian
terhadap suatu perbuatan manusia. Arti yang kedua, etika merupakan
suatu predikat yang dapat dipakai untuk membedakan perbuatan manusia
dalam hal-hal tersebut (Bakhtiar, 2013)

Etika merupakan cabang dari filsafat aksiologi yang membahas


masalah-masalah adat dan kebiasaan. Kajian etika lebih terfokus
terhadap perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada kelompok
tertentu. Etika merupakan cabang filsafat tertua karena sudah menjadi
kajian yang menarik sejak masa sokrates dan para kaum sophis. Di
situlah dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan
dan sebagainya. Jadi, tema pokok yang menjadi perbincangan di dalam
etika adalah nilai “betul” (right) dan “salah” (wrong) dalam arti moral dan
immoral. (Warsito, 2012)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dipahami


bahwa etika adalah cabang filsafat yang membicarakan perbuatan
manusia. Cara memandang seseorang dari sudut perilaku baik atau tidak,
etika merupakan suatu cabang dari filsafat yang membahas tentang
perilaku manusia. Oleh karena itu, diperlukan etika, yang berguna untuk
mencari tahu apa yang semestinya dilakukan oleh manusia. Secara
metodologis, tidak semua hal dapat menilai perbuatan dan dapat
dikatakan sebagai etika. Etika harus memiliki sikap kritis, metodis, dan
sistematis dalam melakukan refleksi. Karena sebab itu etika dikatakan
suatu cabang ilmu. Sebagai suatu ilmu, etika memiliki objek yakni tingkah
laku manusia. Akan tetapi memiliki perbedaan dengan ilmu-ilmu lainnya
yang sama-sama meneliti tingkah laku manusia. Sudut pandang etika

10
bersifat normatif. artinya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia.

b) Estetika

Estetika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Estetika adalah


nilai-nilai yang berhubungan dengan nilai keindahan dengan pengalaman-
pengalaman yang berkaitan dengan seni. Sebagaimana yang
dikemukakan Muhmidayeli bahwa “estetika merupakan studi nilai dalam
realitas keindahan”. (Muhmidayeli, 2013) Sedangkan menurut Amsal
Bakhtiar, estetika berkaitan dengan nilai tentang pengelaman keindahan
dan berkaitan dengan manusia terhadap lingkungan dan fenomena di
sekelilingnya.(Bakhtiar, 2013)

Keindahan memiliki arti bahwa segala sesuatu memiliki unsur-


unsur yang tertata secara berurutan dan harmonis dalam suatu hubungan
yang utuh menyeluruh. Artinya suatu objek yang indah tidak hanya
memiliki sifat yang selaras serta memiliki bentuk yang baik, melainkan
harus memiliki kepribadian.

C. Aliran dalam Hakikat Nilai


Hakikat Nilai (aksiologi) dalam pandangan aliran filsafat
dipengaruhi oleh cara pandang dan pemikiran filsafat yang dianut oleh
masing-masing aliran filsafat, yakni:

1) Teori nilai menurut idealisme


Menurut idealisme memiliki pandangan bahwa hukum-hukum etika
merupakan hukum kosmos. Oleh karena itu seseorang dapat dikatakan
baik, jika banyak melakukan interaksi di dalam pelaksanaan hukum-
hukum tersebut. Menurut idealisme, sikap, perilaku, dan ekspresi
perasaan juga memiliki keterkaitan dengan kualitas baik dan buruk. Orang

11
yang memakai pakaian formal seperti dalam upacara atau peristiwa lain
yang membutuhkan suasana tenang haruslah bersikap formal dan teratur.
Oleh sebab itu, ekspresi perasaan yang mencerminkan adanya segala
kesungguhan dan kesenangan terhadap pakaian resmi yang dikenakan
dapat menampilkan keindahan pakaian dan suasana kesungguhan
tersebut.(Jalaluddin & Idi, 1997) kelompok idealisme yang memiliki
pemahaman bahwa sommun bonum (ide kebaikan tertinggi) kehidupan
manusia sesungguhnya telah ada bersamaan sejak kemunculan dirinya
ke dunia yang menjadikan pemahaman, bahwa nilai apa pun akan selalu
bersifat tetap atau dapat tidak berubah-ubah, absolut. Nilai-nilai kebaikan
dan kebajikan yang memiliki kebenaran dan nilai yang indah
sesungguhnya tidak dapat berubah secara fundamental dari suatu masa
ke masa berikutnya, dari masyarakat satu ke masyarakat berikutnya.
Essensinya tetap bersifat konstan dan tidak akan pernah berubah.
Idealisme memiliki keyakinan bahwa nilai yang sebenarnya bukan hanya
produk yang berasal dari manusia, akan tetapi merupakan hasil dari
produk alam semesta. Oleh sebab itu, maka aliran ini mengakui bahwa
apa pun yang digolongkan baik atau buruk, benar atau salah, cantik atau
jelek, bahagia atau sengsara dan yang seirama dengan ini secara
fundamental tidak dapat pernah berubah dari generasi ke generasi. Dan
sebab itu, tugas manusia adalah bagaimana caranya agar nilai-nilai dari
kebaikan itu terealisasi di dalam keseluruhan aktivitasnya di dunia.

2) Teori nilai menurut realisme


Teori nilai adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan manusia
terdapat pada keteraturan lingkungan hidupnya. Realisme memiliki sudut
pandang bahwa perilaku baik atau buruk di dalam kehidupan manusia
bergantung pada keturunan dan lingkungan hidupnya. Perbuatan
seseorang merupakan hasil dari perpaduan antara pengaruh fisiologis dan
pengaruh lingkungan. George Santayana memadukan sudut pandangan
idealisme dan realisme di dalam suatu sintesa yang berpendapat bahwa
“nilai” itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat,

12
perhatian, serta pengalaman seseorang dapat menentukan kualitas
tertentu. Walaupun idealisme menjunjung tinggi asas otoriter atau nilai-
nilai tersebut, akan tetapi, tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif turut
menentukan nilai-nilai tersebut atas dirinya sendiri.(Jalaluddin & Idi, 1997)

3) Teori nilai menurut aliran pragmatisme


Menurut aliran Pragmatis, nilai adalah relatif. Etika serta moral
tidaklah permanen ataupun tidak konstan, namun akan selalu berubah
seperti halnya budaya dan perubahan masyarakat. Hal tersebut bukanlah
untuk mengakui bahwa nilai moral harus berubah-ubah dari waktu ke
waktu.(Muhmidayeli, 2013) Pendapat lainnya juga menyatakan bahwa
nilai-nilai dalam pragmatisme bersifat relatif. (Ramayulis & Nizar, 2010)

Bagi kelompok pragmatis nilai itu bersifat relative, etika dan aturan-
aturan moral tidak permanen tetapi tampil karena perubahan budaya dan
masyarakat tersebut. Hal Ini tidak menunjukkan bahwa nilai-nilai moral itu
bersifat fluktuatif dari masa ke masa. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
tidak ada perintah tertentu yang di anggap sebagai pengikat secara
menyeluruh tanpa memperhatikan lingkungan dimana ia diakui dan di
implementasikan. Misalnya, Larangan “jangan membunuh” bukanlah
prinsip yang absolut. Suatu saat prilaku membunuh, umpamanya, dapat
saja menjadi benar ketika dilakukan untuk mempertahankan diri atau
mungkin karena memelihara kehidupan orang lain.

4) Teori Nilai dalam Islam


Dalam Islam, bahwa setiap nilai yang terdapat dunia ini tentu
mengandung nilai-nilai yang telah diberikan oleh Allah SWT terhadap
ciptaan-Nya. Yang dapat menentukan apakah sesuatu itu mempunyai nilai
atau tidak, tergantung kepada manusianya sebagai mu’abbid, khalifah fil
ardh maupun ‘immarah fil ardh. Karena manusia sebagai subjek diatas
dunia ini, maka semua nilai itu haruslah mengacu kepada etika.

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Hakikat nilai dalam Islam itu merupakan suatu yang dapat
mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, alam, serta
mendapatkan keridhaan dari Allah SWT, yang dapat dijabarkan dengan
luas dalam konteks Islam. Jadi Nilai-nilai di dalam Islam ialah Al-Qur’an
dan Hadits atau Sunah Rasulullah SAW.

Dalam hakikat nilai (aksiologi) ada dua komponen yang mendasar


yang merupakan jenis-jenis nilai, yaitu nilai etika dan nilai estetika. Etika
merupakan cabang dari filsafat aksiologi yang membahas masalah-
masalah adat dan kebiasaan. Estetika adalah nilai-nilai yang berhubungan
dengan nilai keindahan dengan pengalaman-pengalaman yang berkaitan
dengan seni.

Hakikat Nilai (aksiologi) dalam pandangan aliran filsafat


dipengaruhi oleh cara pandang dan pemikiran filsafat yang dianut oleh
masing-masing aliran filsafat, yakni: Teori nilai menurut idealisme, Teori
nilai menurut realisme, Teori nilai menurut aliran pragmatisme, Teori Nilai
dalam Islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Frimayanti, Ade Imelda. 2017. Implementasi Pendidikan Nilai dalam


Pendidikan Agama Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(11)
Nawali, Ainna Khoirun. 2018. Hakikat Nilai-nilai dan Strategi PembentukN
Karakter (AKHLAK) Dalam Islam. TA’LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam,
1(2)
Jempa, Nurul. 2017. Nilai-nilai Hakikat Islam. Pedagogik: Jurnal Ilmiah
Pendidikan dan Pembelajaran, 4(2)
Risei Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, ter. Cuk Ananta Wijaya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001)
Sutarjo Adisulio, JR. Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2012)

15

Anda mungkin juga menyukai