Anda di halaman 1dari 13

Pendidikan karakter dan Revolusi mental

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Karakter.

Dosen : Dra. Rosa Mustika Bulor, M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Oleh

Kelompok IV

1. Anselmus Tupen Knoten ( 11121015 )

2. Filisianus Junasius Moman (11121029)

3. Maria Silvani Kupu Da (11121001)

4. Paula Rosalina Nanga (11121042)

5. Archangela Chriani Mbeo Bai (11121070)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Karakter dan
Revolusi Mental” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata PENDIDIKAN KARAKTER. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penyusun. Kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Rosa Mustika Bulor, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah PENDIDIKAN KARAKTER yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan kepada
kami ketika menyusun makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
menunjang perbaikan di masa mendatang. Kami harap makalah ini dapat membawa
kebermanfaatan bagi berbagai pihak.

Kupang, 09 Oktober 2020

Penulis, dkk.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar belakang...........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3. Tujuan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1. Pendidikan Karakter........................................................................................2

2.1.1. Konsep Pendidikan Karakter..........................................................2

2.1.2. .Model Pendidikan Karakter............................................................2

2.2....Revolusi Mental .............................................................................................5


2.2.1. Konsep dan Gagasan Besar Revolusi Mental................................5
2.2.2. Peran Revolusi .................................................................................5
2.2.3. Nilai-Nilai Strategis Revolusi Mental.............................................6

2.3....Keterkaitan Antara Pendidikan Karakter dan Revolusi Mental..............6


2.3.1. Revolusi Mental dalam Pendidikan yang Berkarakter................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................8

3.3.1 Kesimpulan............................................................................................9

3.3.2 Saran.......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi dan modernisasi membawa pengaruh yang
tidak semuanya baik, namun ada pengaruh buruk juga. Merajalelanya permasalahan yang
ada pada suatu masyarakat menandakan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum
bisa menempatkan diri terhadap perubahan yang terjadi pada saat ini. Akibatnya, karakter
bangsa yang pada awalnya masih berorientasi pada budaya luhur bangsa, kini lambat laun
mulai tergeser dengan pengaruh budaya luar yang kurang sesuai dengan karakteristik
bangsa Indonesia.Karena karakter merupakan identitas bangsa, dengan adanya pengikisan
itu, jika tidak ditangani dengan benar maka lambat laun akan membuat bangsa Indonesia
kehilangan identitasnya. Oleh karena itu, untuk merekonstruksi identitas tersebut,
diperlukan adanya pendidikan karakter dan revolusi mental. Dengan demikian,
diharapkan akan membawa bangsa Indonesia menuju ke arah yang lebih baik.

1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter dan revolusi mental ?
2. Bagaimana konsep dari pendidikan karakter dan revolusi mental?
3. Bagaimana realisasi dari pendidikan karakter dan revolusi mental ?
4. Bagaimana keterkaitan antara pendidikan karakter dan revolusi mental?

1.3. Tujuan
Makalah
1. Mendefinisikan pendidikan karakter dan revolusi mental.
2. Memaparkan konsep dari pendidikan karakter dan revolusi mental.
3. Memaparkan realisasi dari pendidikan karakter dan revolusi mental.
4. Memaparkan keterkaitan antara pendidikan karakter dan revolusi mental.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pendidikan
Karakter
2.1.1 Konsep Pendidikan Karakter
Secara etimologi, karakter berasal dari bahasa latin, yaitu character yang berarti
watak, tabiat, sifat, budi pekerti, kepribadian, dan akhlak. Menurut W.B. Saunders,
(1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang
ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Dengan kata lain, karakter menandai bagaimana cara seseorang mengaplikasikan
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan.
Menurut Lickona, (Nugroho, 2018: 61-63) ada tiga elemen dalam
pembentukan karakter, yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan
moral.
o Pengetahuan Moral
Kesadaran moral, mengetahui nilai moral, kemampuan memahami
orang lain, kemampuan memahami makna moral.
o Perasaan Moral
Dalam diri individu ada kesadaran, memiliki harga diri, empati
terhadap orang lain dan selalu mencintai kebaikan.
o Tindakan Moral
Kemampuan untuk mentransformasikan keputusan moral dan menjadi
tindakan moral. Komitmen melakukan tindakan, komitemen moral
menjadikan sebagai kebiasaan hidup.

2.1.2 Model Pendidikan Karakter


Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 memberikan landasan filosofi serta berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan. Berdasarkan landasan filosofis tersebut, sistem
pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai makhluk yang diciptakan

2
oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan tugas memimpin kehidupan yang berharkat
dan bermartabat serta menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, dan
berakhlak mulia yang menjunjung tinggi dan memegang teguh norma agama dan
kemanusiaan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk Tuhan,
makhluk individu, maupun makhluk sosial (Adi, 2010: 5).

Menurut Darmiyati (2009: 36) materi pendidikan karakter dapat dikelompokkan


ke dalam tiga hal nilai moral atau nilai akhlak, yaitu:
1. Pertama, akhlak terhadap Tuhan yang Maha Esa, mengenal Tuhan sebagai
pencipta dan sifat-sifat-Nya, dan meminta tolong kepada-Nya.
2. Kedua, akhlak terhadap diri sendiri, orang tua, orang yang lebih tua, teman
sebaya, dan orang yang lebih muda.
3. Ketiga, akhlak terhadap lingkungan (alam, baik flora maupun fauna dan
sosial masyarakat)

Pendidikan karakter menurut Nur (2012) sejalan dengan empat pilar


pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO (United Nations for Educational,
Scientific, and Cultural Organization), yaitu:

1. Pertama: learning to know atau belajar mengetahui Belajar untuk


mencari tahu terkait dengan cara mendapatkan pengetahuan melalui
penggunaan media atau alat yang ada. Media bisa berupa buku, orang,
internet, dan teknologi yang lainya. Implementasinya untuk mencari
tahu tersebut di Indonesia sudah berjalan melalui proses belajar
membaca, menghafal, dan mendengarkan, baik yang terjadi di dalam
kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kedua: learning to do atau belajar bekerja Belajar untuk melakukan
atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari belajar mengetahui karena
perbuatan tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Belajar untuk
melakukan atau berkarya merupakan upaya untuk senantiasa
melakukan dan berlatih keterampilan untuk keprofesionalan dalam
bekerja. Terkait dengan pembelajaran didalam kelas, maka belajar
untuk mengerjakan ini sangat diperlukan latihan keterampilan
bagaimana peserta didik dapat menggunakan pengetahuan tentang
konsep atau prinsip mata pelajaran tertentu dalam mata pelajaran

3
lainnya atau dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian peserta
didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dapat
mempengaruhi kehidupannya dalam menetukan pilihan kerja yang ada
di masyarakat.
3. Ketiga: learning to be atau belajar menjadi diri sendiri Belajar untuk
menjadi atau berkembang utuh, belajar untuk menjadi atau
berkembang secara utuh berkaitan dengan tuntutan kehidupan yang
semakin kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter pada diri
individu.Belajar menjadi pribadi yang berkembang secara optimal
yang memiliki kesesuaian dan keseimbangan pada kepribadianya baik
itu moral, intelektual, emosi, spiritual, maupun sosial. Sehingga dalam
pembelajaran, guru memiliki kewajiban untuk mengembangkan
potensi peserta sesuai dengan bakat dan minatnya agar peserta didik
tersebut dapat menentukan pilihannya, terlepas dari siapa dan apa
pekerjaanya, tetapi yang penting adalah dia menjadi sosok yang pribadi
memiliki keunggulan.
4. Keempat: learning to live together atau belajar hidup bersama. Belajar
hidup bersama ini sangat penting, karena masyarakat yang beragam,
baik dilihat dari latar belakang, suku, ras, agama, etnik, atau
pendidikan. Pada pembelajaran, peserta didik harus memahami bahwa
keberagaman tersebut bukan untuk dibeda-bedakan, akan tetapi
dipahamkan bahwa keberagaman tersebut tergabung dalam suatu
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu saling membantu dan
menghargai satu dengan yang lainya sangat diperlukan agar tercipta
masyarakat yang tertib dan aman, sehingga setiap individu dapat
belajar dan hidup dalam kebersamaan dan kedamaian.
Pilar ketiga memiliki dampak implikasi pada metode belajar yang
bersifat mandiri dan akan menjadi manusia yang akan bertangung
jawab. Pilar keempat, belajar untuk toleransi terhadap orang lain
termasuk berbagai macam perbedaan etnis, nilai-nilai dan agama yang
berbeda. Pilar keempat seharusnya perlu diterapkan pada negara-
negara yang sedang berkembang (Maryeni, 2013: 131).

4
2.2 Revolusi Mental
2.2.1 Konsep dan Gagasan Besar Revolusi Mental
Para ilmuwan sosial sejak pertengahan dasawarsa 1970-an sudah
mengisyaratkan transformasi mental masyarakat Indonesia agar dapat hidup di
dunia modern (Lubis 1985); yang memerlukan syarat tumbuhnya mentalitas
pembangunan (Koentjaraningrat 1987)
Tiga puluh tahun kemudian gagasan besar dari dua tokoh pemikir besar di
bidang kebudayaan masih belum terpenuhi. Persoalan yang menyangkut integrasi
nasional, penyelenggaraan negara dan bernegara, kehidupan sosial di tengah
kemajemukan, dan kesejahteraan yang penuh ketimpangan masih menjadi
persoalan utama. Di sisi lain, disadari bahwa di tingkat budaya, sikapsikap negatif
atau tidak sesuai dengan kondisi ideal terus saja diperlihatkan secara masif dan
terus menerus. Suatu kondisi yang memunculkan “budaya negatif”. Sebagai
contoh, yaitu tentang bagaimana kecurangan dipelajari, ditampilkan dan
disebarkan sejak masa seseorang duduk di bangku sekolah dasar. Menyontek,
misalnya, bahkan seperti diizinkan demi mendapat nilai tinggi. Praktik korupsi
marak di semua tingkat, di semua wilayah.
Persoalan-persoalan seputar budaya atau mentalitas di atas itulah yang
tampaknya hendak dijawab dengan revolusi mental. Suatu trasformasi yang dalam
pemikiran Jokowi akan mendorong sikap “negativisme menjadi positivisme”.
Proses yang menginginkan sikap-sikap negatif dari warga negara dikritisi dan
diubah menjadi sikap-sikap positif. Oleh karena itu, diperlukan operasionalisasi
konsep revolusi mental agar ide tersebut dapat dipahami dan diwujudkan.
2.2.2 Peran Revolusi Mental
Revolusi mental memiliki beberapa peranan yang cukup penting. Berikut ini
beberapa peran revolusi mental:
1. Upaya untuk mengubah kebiasaan dan kerangka pemikiran seharihari
masyarakat yang berdampak luas bagi publik.
2. Proses menghasilkan manusia merdeka, bagaimana mendidik manusia
yang mengerti dirinya, mengerti keindonesiaannya.

5
3. Transformasi pengertian dan pemahaman mengenai politik dari isu
kekuasaan menjadi pelayanan publik.
4. Perubahan pikir para penguasa menyangkut orientasi politik, perubahan
sikap pejabat publik dan politik partisan.
5. Tidak hanya menyangkut pola pikiran, namun juga perubahan struktural
dalam interaksi sosial yang dominan di masyarakat, yaitu komunikasi,
hubungan kekuasaan, dan moralitas.
6. Pengembangan sikap anti kepada hal-hal negative.
2.2.3 Nilai-Nilai Strategis Revolusi Mental
Gerakan revolusi mental akan sangat bagus jika dalam setiap komponen di
Negara Indonesia dapat saling mengembangkan dan bergerak bersama-sama untuk
mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik. Revolusi mental itu sendiri
memiliki beberapa nilai strategis, yakni:
1. Integritas
Sub Nilai:
Kewargaan : Bersih, antri,
Dapat Dipercaya : Anti memberi dan anti menerima suap
2. Etos Kerja
Sub Nilai:
Mandiri : Cinta produk dalam negeri
Professional : Tepat waktu, cepat tanggap Kreatif Berinovasi, anti
mencontek.
3. Gotong Royong
Sub Nilai:
Gotong Royong : Kerja sama, tolong menolong
Saling Menghargai : Sopan santun, anti diskriminasi

2.3 Keterkaitan Antara Pendidikan Karakter dan Revolusi Mental.


2.3.1 Revolusi Mental dalam Pendidikan yang Berkarakter
a. Konsep revolusi mental pendidikan karakter
Revolusi Mental merupakan sebuah gerakan membangun karakter bangsa yang
mengubah cara pikir menjadi lebih baik, mandiri, berkarakter dan nasionalis. Dalam
gagasannya, Presiden Joko Widodo menegaskan Revolusi Mental sebagai gerakan
yang menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan ( nation building ).

6
Gerakan ini disebut lebih manusiawi, sesuai dengan budaya nusantara, yaitu bersahaja
dan berkesinambungan. Revolusi Mental menjadi sesuatu hal yang sangat penting
pada saat ini karena ada keyakinan bahwa pembangunan nasional tidak akan pernah
sukses manakala hanya mengandalkan perombakan kelembagaan atau institusional,
sementara mental manusianya tidak pernah mengalami perombakan. Karenanya,
revolusi mental mengandaikan perubahan mindset, pola pikir bahkan paradigma yang
selanjutnya mengarah pada perubahan berbagai aspek dalam rangka membangun
bangsa ini ke depan.
Pembangunan manusia melingkupi tiga dimensi, yaitu; sehat, cerdas, dan
berkepribadian. Sehat berarti dimulai dengan fisik kita yang senantiasa kondusif dan
bugar. Cerdas berarti mengarah pada otak kita yang selalu berpikir dan diasah
sehingga memiliki kemampuan analisis dan berkualitas. Sedangkan berkepribadian
adalah kaitannya dengan kehendak yang berbudi pekerti luhur. Perlunya revolusi
mental adalah karena penyakit seperti emosi/mental/jiwa akan berdampak pada
individu berupa malasnya seseorang dan tidak mempunyai karakter.
Pendidikan nasional Indonesia kita cenderung hanya menonjolkan pembentukan
kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan kecerdasan rasa, kecerdasan budi,
bahkan kecerdasan batin dan lahirlah manusia-manusia yang berotak pintar, manusia
yang berprestasi secara kuantitatif akademik, tetapi tidak berkecerdasan budi.
Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga ranah yang harus dikuasai oleh mahasiswa,
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berhasilnya revolusi mental akan membuka pintu gerbang “Indonesia baru”.
Hanya, dari mana memulai pekerjaan maha besar itu. Revolusi mental tidak bisa
dilakukan secara instan. Mengubah karakter bangsa haruslah dipandang sebagai upaya
untuk menanamkan sesuatu seluas bangsa dan untuk dimensi waktu yang jauh ke
depan. Masalah mentalitas bangsa adalah bagian dari masalah kultural (budaya). Oleh
karena itu salah satu cara mengubahnya harus melalui cara kultural juga yaitu dengan
melalui pendidikan. Dengan kata lain, revolusi mental harus dimulai dari dalam kelas
(Subaweh, 2014: 22). Jadi, pada intinya pendidikan karakter merupakan salah satu
langkah menuju keberhasilan revolusi mental.
Sejak beberapa tahun terakhir di sekolah sudah diajarkan pendidikan karakter
bangsa. Karakter yang dikembangkan antara lain: iman, takwa, berakhlak mulia, jujur,
santun, toleran, mandiri, selalu ingin berprestasi, dan lain-lain. Masing-masing
karakter diintegrasikan dalam setiap pembelajaran. Artinya kecemasan tentang

7
menurunnya karakter bangsa sudah lama terdeteksi. Maraknya perkelahian pelajar,
narkoba, pornografi, human trafficking adalah indikator-indikator yang sudah
menggejala.Dalam konteks revolusi mental yang sempat heboh adalah implementasi
dari Kurikulum 2013. Diterapkannya Kurikulum 2013 pada hakikatnya secara
struktural dan sistematis dimulainya revolusi mental. Dalam hal ini, gurulah yang
memiliki peranan paling penting terhadap realisasi kurikulum 2013 sebagai
implementasi revolusi mental.

8
Kesimpulan

Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan individu
yang berkualitas dan dapat berkontribusi positif terhadap masyarakat. Pendidikan karakter
tidak hanya fokus pada pembentukan akademik, tetapi juga nilai-nilai dan moralitas yang
baik.Revolusi mental adalah proses perubahan mindset atau pola pikir masyarakat dan
individu secara keseluruhan. Revolusi mental bertujuan untuk mengubah perilaku dan
memperbaiki kualitas hidup masyarakat.Pendekatan pendidikan karakter dan revolusi mental
saling berkaitan dan saling mendukung. Pendidikan karakter dapat menjadi landasan bagi
terciptanya revolusi mental yang positif, sementara revolusi mental dapat memperkuat
implementasi nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.Revolusi mental harus dimulai
dari individu. Setiap individu perlu mengubah pola pikir dan perilaku mereka agar sesuai
dengan perkembangan zaman dan tuntutan sosial. Hal ini memerlukan kesadaran terhadap
kesalahan dan keinginan untuk berubah.Penting untuk terus memperkuat dan
mengembangkan pendidikan karakter dan revolusi mental melalui berbagai program dan
inisiatif. Keterlibatan aktif semua pihak dan kolaborasi antara berbagai pemangku
kepentingan diperlukan untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan.

Saran

Dengan adanya makalah ini, kami berharap mahasiswa bimbingan dan konseling dapat
mengetahui dan memahami tentang PENDIDIKAN KARAKTER DAN REVOLUSI
MENTAL. Setiap manusia memiliki keterbatasan begitupun dengan makalah ini, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing mata kuliah PENDIDIKAN
KARAKTER. Serta teman-teman mahasiswa khususnya program studi Bimbingan dan
Konseling untuk memperbaiki makalah sederhana ini sebab jalan menuju kesempurnaan
adalah dengan saling memperbaiki.

9
Daftar pustakan

Adi, Kuntor. 2010. Model Pendidikan Karakter di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Yogyakarta:
Sanata Dharma Press.

Asrori, M Abdul Roziq. 2016. “Perang Pendidikan Karakter Melalui Revolusi Mental untuk
membangun Generasi Bangsa.” Jurnal Rontal Keilmuan PPKn Volume 2/No. 2/Hal 58- 62. [Online]
Tersedia: https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/8084. Diakses pada 20
November 2020

Darmiyati, Zuhdan dan Muhsinatun. 2010. “Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi
dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar.” E-jurnal Cakrawala Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta. [Online] Tersedia:
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/224/pdf_22.Diakses pada 20 November 2020.

Kristiawan, Muhammad. 2015. “Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter dalam
Pembentukan Sumber Daya Manusia Indonesia yang Pandai dan Berakhlak Mulia.” Ta’dib. Volume 18,
No.1. Hal 13-25. [Online] Tersedia:
http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/takdib/article/view/274.Diakses pada 20
November 2020.

Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan
Baik. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Peursen, Van. 1984. Strategi Kebudayaan. Terjemahan Dick Hartoko. Yogyakarta: Kanisius.

Purwanto, Hari. 2016. “Revolusi Mental dalam Pendidikan yang Berkarakter.” [Online] Tersedia:
https://lpmpkaltim.kemdikbud.go.id/2016/02/revolusi-mental-dalam%20pendidikan-yang-
berkarakter/ Diakses pada 20 November 2020.

Subaweh, Imam. 2014. “Revolusi Mental itu dimulai dari dalam Kelas.” Probolinggo: Dinas
Pendidikan. [Online] Tersedia: http://pendidikan.probolinggokab.go.id/revolusi-mental%20itu-
dimulai-dari-dalam-kelas/Diakses pada 20 November 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai