Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Tes Kepribadian

Di susun untuk memenuhi tugas pada matkul Pemahaman Individu Teknik Tes

Dosen pengampu: Rizky Putra Ayudistira,M.Pd

Kelompok 8:

1. SIRRI ROHMANIA ( 3320200385)


2. RINI (33202003872)
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJOEGORO
2020/2021

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha
Esa yang telah memeberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita dalam menyelesaikan makalah
ini. Di mana pada kesempatan kali ini kami mengangkat tema tentang Tes kepribadian. Makalah
ini kami susun untuk penyelesaian tugas mata kuliah Pemahaman Individu Teknik Tes.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, sehingga makalah ini diselesaikan
tepat pada waktunya. Dan kepada Bapak Risky Putra, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pemahaman Individu Teknik Tes, kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan
dukungan baik materi maupun non materi serta kepada teman-teman Bimbingan Konseling yang
telah memberikan kritik dan saran serta semangat kepada kelompok kami.

Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan dalam
penyusunan makalah pada masa yang akan datang terutama dari bapak Dosen pengampu mata
kuliah ini.

Bojonegoro, 30 November 2021

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
1.2 LATAR BELAKANG
Dalam menghadapi era keterbukaan pada masa kini, disadari bahwa system kompetensi yang
berlaku di segala bidang menjadi semakin ketat. Sekarang ini untuk dapat mencapai kesuksesan
tidak hanya faktor kecerdasan dan inteligensia saja yang dibutuhkan, namun juga faktor
kepribadian dan kematangan emosi.Sebab terbukti bahwa kepribadian yang baik merupakan
salah satu factor pendukung yang penting untuk dapat mencapai kesuksesan yang dicita-citakan.

Untuk menjadi pribadi yang baik dan berfungsi sepenuhnya, seseorang perlu mengembangkan
diri. Pengembangan diri sendiri berarti mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan
impian-impian serta meningkatkan rasa percayadiri. Hal ini dapat dicapai melalui upaya belajar
dari pengalaman, menerima umpan balik dari orang lain, mendalami kesadaran serta
mempercayai suara hati

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian dari Kepribadian!
2. Bagaimanakah Pembebntukan Kepribadian ?
3. Bagaimanakah Pengukuran Kepribadian ?
4. Sebutkan Aspek Yang diukur melalui Tes Kepribadian ?
5. Apa saja kelemahan tes kepribadian?
6. Bagaimana Pemahaman Individu melalui tes EPPS?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui definisi dan Kepribadian
2. Untuk mengetahui proses pembentukan Kepribadian
3. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran Kepribadian
4. Untuk mengetahui ragam aspek yang diukur melalui Tes Kepribadian
5. Untuk mengetahui macam macam kelemahan tes Kepribadian
6. Untuk mengetahui tentang pemahaman individu melalui tes EPPS

DAFTAR ISI
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.2 LATAR BELAKANG....................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................3
1.3 TUJUAN MASALAH......................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN KEPRIBADIAN....................................................................................................5
2.2. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN..............................................................................................6
2.3. PENGUKURAN KEPRIBADIAN.................................................................................................6
2.4 ASPEK YANG DIUKUR MELALUI TES KEPRIBADIAN.......................................................8
2.5 KELEMAHAN TES KEPRIBADIAN..........................................................................................8
2.6 PEMAHAMAN INDIVIDU MELALUI TES EPPS.....................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................................11
3.2 SARAN...........................................................................................................................................11

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian atau dalam bahasa asing sering disebut dengan istilah personality, berasal
dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai
oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau
pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada
orang lain. Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu
totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya
yang unik.
Menurut Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan
system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi. Menurut
M.A.W Bouwer, kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan,
dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang. Menurut Cuber, kepribadian adalah
gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
Sedangkan kepribadian menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006)
adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain;
integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan
dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana
diketahui oleh orang lain.
Allport juga mendefinisikan personality sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang
dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan.
Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan
emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam
kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan
suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam
mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang
menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan
tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.

2.2. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Pembentukan kepribadian adalah pembentukan karakteristik perilaku individu, karena


setiap individu memiliki kepribadian unik yang dapat dibedakan dari individu lain.Proses
sosialisasi tersebut berlangsung sepanjang hidup manusia (sejak lahir sampai tua) mulai
lingkungan keluarga, kelompok, sampai kehidupan masyarakat yang lebih luas. Melalui
serangkaian proses yang panjang inilah, tiap individu belajar menghayati, meresapi, kemudian
menginternalisasi berbagai nilai, norma, pola-pola tingkah laku sosial ke dalam mentalnya.
Dari berbagai hal yang diinternalisasi itulah seseorang memiliki kecenderungan untuk
berperilaku menurut pola-pola tertentu yang memberi ciri watak yang khas sebagai identitas
diri dan terbentuklah kepribadian

Kelompok masyarakat tempat mereka tinggal, secara sengaja atau tidak, selalu berusaha
untuk mengarahkan dan mempengaruhi anggota-anggotanya untuk selalu mematuhi nilai,
norma, kebiasaankebiasaan sehingga individu-individu tersebut bertingkah laku sesuai dengan
harapan kelompoknya. Jadi, sesungguhnya sosialisasi itu merupakan aktivitas dua pihak, yaitu
pihak yang mensosialisasi dan pihak yang disosialisasi. Dari proses tersebut, terbentuklah
kepribadian yang berbeda antara masyarakat yang satu dan masyarakat lainnya. Misalnya,
kepribadian orang Sunda berbeda dengan orang Batak.

Pengalaman sosialisasi yang dilakukan masing-masing individu bisa saja berbeda.


Kepribadian yang tumbuh pada masing-masing individu tidak akan mungkin sepenuhnya
sama. Oleh karena itu, seseorang dapat melihat keragaman kepribadian yang ditampilkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ada pribadi-pribadi yang mempuyai sifat penyabar,
ramah, pemarah, egois, atau rendah diri. Semuanya itu bergantung pada penyerapan dan
pemahaman serta penghayatan nilai dan norma yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakatnya.

2.3. PENGUKURAN KEPRIBADIAN


Salah satu hal yang paling sentral dalam psikologi kepribadian bahkan dalam ilmu
psikologi itu sendiri adalah mengenai pengukuran kepribadian. Pengukuran kepribadian
adalah salah satu metode untuk melihat dan mendeskripsikan kepribadian seseorang.
Pengukuran kepribadian selama ini ada beberapa metode yang sering di gunakan.
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-report)
kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya
(personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah sifat). Ada
beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian.
Berikut ini ada beberapa metode pengukuran kepribadian:
1. Observasi Direct
Observasi direct berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai sasaran
yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek. Observasi
direct memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya indikator dari ciri-ciri
yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa mungkin tidak merencanakan untuk memilih
waktu.
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat dibuat
replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka dan
berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi kepribadian, orang
mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
Stress interview
Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat bertahan
terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk mengetahui seberapa lama
seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan.
Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan
dengan sesuatu yang lebih sukar.
Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama;
diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka dibidang
kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
3. Tes Proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes
proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau hal-hal lain
yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada testee (orang yang
dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang disajikan; tidak ada pemaknaan yang
dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menunut penggunaan imajinasi, kita dapat
menganalisis hasil fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan berpikir. Jika melakukan
kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya, memantulkan (proyeksi)
kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif.
4. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan
reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara terstruktur dan
ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan jawaban biasanya diberikan
dalam bentuk yang mudah dinilai, seringkali dengan bantuan komputer. Menurut Atkinson
dan kawan-kawan, investori kepribadian mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal
kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara
keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai
kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b)
Rorced-Choice Inventories, dan (c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W
Temperament Scale).
2.4 ASPEK YANG DIUKUR MELALUI TES KEPRIBADIAN
Prilaku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:

a. Aspek Kognitif (pengenalan)


Yaitu pemikiran, ingatan hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas,pengamatan, dan
pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalahmenunjukkan jalan, mengarahkan dan
mengendalikan tingkah laku.
b. Aspek Afektif
Yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alamperasaan atau emosi,
sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan,kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi
lainnya disebut aspek konatifatau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak
dapatdipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek itu sering disebut aspekfinalis yang
berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yangmenyebabkan manusia bertingkah laku.
c. Aspek Motorik
Yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia sepertiperbuatan dan gerakan
jasmaniah lainnya.Walaupun para ahli telah menganalisis aspek-aspek tingkah laku manusia,
kita harus tetap berpegang pada pengertian manusia sebagai satu kesatuan yang utuh, yaitu
manusia yang berkehendak, berperasaan,berpikir, dalam berbuat.

2.5 KELEMAHAN TES KEPRIBADIAN


1. Observasi
a. Penilaian bersifat subjektif
b. Menungkinkan terjadinya ketidakwajaran apabila yang diobservasi mengetahui
bahwa sedang diobservasi
c. Observer harus sangat teliti dalam mengamati setiap kejadi an yang terjadi
2. Penilaian diri
a. Penilaian bersifat subjektif
b. Kemungkinan dalam pengisiannrya tidak sesuai dengan kemampuannya
c. Kemungkinan siswa mengisi data dengan mengikuti temannya.
3. Penilaian antar teman

a. Penilaian bersifat subjektif

b. Memungkinkan siswa asal-asalan dalam menilai temannya

4. Jurnal
a. Penilaian bersifat subjektif
b. Guru akan kesulitan jika harus melakukan dalam kelas besar

2.6 PEMAHAMAN INDIVIDU MELALUI TES EPPS


Edwards Personal Preference Schedule yang dikenal dengan singkatan EPPS ditujukan
untuk mengungkap kecenderungan-kecenderungan aatau kebutuhan-kebutuhan (needs)
khusus yang dimiliki seseorang. EPPS ini merupakan tes kepribadian yang bersifat self-report
inventory atau personality inventory, yang diciptakan oleh Allen L. Edwards pada tahun 1953.
Semula tes ini disusun untuk kepentingan clinical psychology dan counseling.Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya digunakan untuk berbagai kepentingan.
Menurut Edwards, kebutuhan-kebutuhan sesorang dapat diklasifikasikan ke dalam 15
golongan yang dibuatnya berdasarkan suatu daftar kebutuhan pokok manusia yang disusun
oleh Henry A. Murray dan kawan-kawan. Dari 20 kebutuhan pokok yang disusun Murray,
kemudian oleh Edwards disusun menjadi 15 (Sugiyanto, dkk, 1984:81-83). Macam-macam
kebutuhan tersebut adalah :
1. Achievement : untuk berbuat sebaik mungkin, untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang sukar dan menarik.
2. Deference : untuk menyuruh orang lain memutuskan sesuatu pendapat bagi dirinya;
untuk menyesuaikan apa yang diharapkan dari orang lain terhadap dirinya.
3. Order : untuk berbuat secara teratur dan rapih dengan perencanaan sebelumnya.
4. Exhibition : untuk menjadi pusat perhatian, untuk menonjolkan sesuatu prestasi
atau mengatakan keberhasilannya.
5. Autonomy : untuk berdiri sendiri dalam membuat keputusan, untuk menghindari
urusan dan campur tangan orang lain.
6. Affiliation : untuk baik hati, untuk ikut ambil bagian dengan teman-teman
sekelompok; untuk bekerja bersama atau berbuatsesuatu dengan orang lain.
7. Intraception : untuk menganilisis motif-motif dan perasaan-perasaan diri, untuk
memahami dan mengerti perasaan-perasaan orang lain.
8. Succorance : untuk menerima bantuan atau afeksi dari orang lain; untuk supaya
orang lain bersimpati dan mengerti tentang dirinya.
9. Dominance : untuk mengatasi dan mempengaruhi orang lain, untuk memerintah
orang lain, untuk diperlakukan sebagai pemimpin.
10. Abasement : untuk merasa bersalah bila,orang lain berbuat kesalahan, untuk
menerima fitnahan, merasa takut dan rendah diri.
11. Nurturance : untuk menolong teman dan orang lain yang mengalami kesulitan,
untuk mengampuni dan berlaku dermawan terhadap orang lain.
12. Change : untuk berbuat sesuatu yang baru dan berbeda, untuk ingin mengikuti
perubahan-perubahan keadaan dan kebudayaan.
13. Endurance : untuk bertekun dalam tugas-tugas yang dihadapinya, untuk tidak ingin
diganggu selama bertugas.
14. Heterosexuality : untuk bergaul bebas dengan lawan jenisnya untuk ikut aktif dalam
pertemuan di mana orang dari jenis lain hadir.
15. Aggression : untuk menyerang pendapat orang lain yang berbeda, untuk suka
mempermainkan orang lain.
Dari setiap kebutuhan tersebut di atas, Edwards membuat 9 (sembilan) macam
pernyataan yang isinya menunjukkan sikap dan kecenderungan dari kebutuhan-kebutuhan
tersebut. Pasangan dari suatu variabel dipasangkan dengan pernyataan dari variabel lainnya,
sehingga diperoleh 210 pasang pernyataan. Pemasangan pernyataan-pernyataan ini mengikuti
suatu pola tertentu seperti yang terlihat pada kertas jawaban (answer sheet), agar
kecenderungan yang sama terletak pada garis atau kolom yang sama.
Selanjutnya Edwards menambahkan 15 pasang pernyataan sebagai pengulangan dari
pernyataan yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui konsistensi
(con) jawaban-jawaban testi yang dikenai EPPS. Bila jawaban consisten di bawah 10 atau
jawaban incon di atas 5, maka kesimpulan hasil jawaban testi dinyatakan inconsistence
(diragukan).Penyebab terjadinya jawaban incon ini mungkin:
a. Testi belum integrated (menyatu) dengan pernyataan EPPS
b. Testi mengalami konflik
c. Testi cenderung tidak jujur.
Menghadapi kasus ini langkah yang dilakukan guru pembimbing adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan re tes
b. Memberikan bimbingan konseling
Tes ini diberikan untuk orang dewasa (minimal berpendidikan SLTA) dengan waktu
penyajian antara 40-60 menit.Namun jika sampai 60 menit tidak selesai, waktunya ditambah
sampai seselesainya.Pada prinsipnya testi harus menjawab semua item yang berjumlah 225,
tanpa batasan waktu ketat selama 60 menit.Jika tidak selesai menjawabnya, maka hasil
pekerjaan EPPS tidak dapat dianalisis dan diinterpretasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan
saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri
seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya,
sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain. Ada
beberapa metode pengukuran kepribadian diantaranya observasi, wawancara, tes proyektif,
inventori kepribadian. Aspek yang diukur melalui tes kepribadian meliputi aspek kognitif
(pengenalan), aspek afektif, aspek motorik serta kelemahan tes kepribadian.
Edwards Personal Preference Schedule yang dikenal dengan singkatan EPPS ditujukan
untuk mengungkap kecenderungan-kecenderungan aatau kebutuhan-kebutuhan (needs) khusus
yang dimiliki seseorang. Menurut Edwards, kebutuhan-kebutuhan sesorang dapat diklasi-
fikasikan ke dalam 15 golongan yang dibuatnya berdasarkan suatu daftar kebutuhan pokok
manusia

3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca terutama konselor dan calon
konselor mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan tes Kepribadian
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Muhammadiah Malang Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial. Edisi Revisi Cet

https://id.scribd.com/document/366891935/Bimbingan-konseling-materi-Kepribadian

https://id.scribd.com/document/370398328/Pengertian-tes-kepribadian-docx

Baihaqi, MIF, Drs, M.Si, dkk. 2005. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan.
Bandung: PT Refika Aditama
Drs. Abu Ahmadi dan Drs. M. Umar M.A. Psikologi Umum. PT. BinaIlmu: Surabaya 2004.2.

https://www.academia.edu/7367067/Psikologi_umum_kepribadian_dan_pengukurannya

Psikologi Umum Untuk IAIN, STAIN, PTAISFakultas Tarbiyah. Pustaka Setia: Bandung 2008

Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang
Sobur, Alex, Drs, M.Si. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Tim Silabus Gontor. Psikologi Pendidikan. Darussalam Press:Ponorogo tt.3. Drs. H. Ahmad
Fauzi.

Anda mungkin juga menyukai