Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RUTIN

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU

DISUSUN OLEH:
GREGORIUS YORAN SYUKUR DAMAI ZAI : 4233331003

DOSEN PENGAMPU : Dr. YASARATODO WAU, M.Pd.

MATA KULIAH : PERKEMBANGAN PESERTA DDIK

PROGRAM STUDI PERNDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
"Perkembangan Konsep Diri & Penyesuaian Diri”. Adapun tujuan dari penyusunan dalam tugas
makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah " Perkembangan Peserta Didik".

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen
pengampu mata kuliah "Psikologi Perkembangan Peserta Didik penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka penyusun meminta kritik dan
saran yang sifatnya membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia
pendidikan. Dan semoga menjadi pendidik yang patut di teladani oleh anak didik

Medan, 21 November 2023

GREGORIUS YORAN SYUKUR DAMAI ZAI


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
A. Pengertian Perkembangan Kepribadian Individu Remaja.....................2
B. Pengertian Perkembangan Individu Menurut Para Ahli........................2
C. Ciri – Ciri Perkembangan Individu...........................................................3
D. Faktor – Faktor Penentu Perkembangan Kepribadian Individu...........

BAB III PENUTUP.......................................................................................4


A. Kesimpulan...................................................................................................4
B. Saran.............................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................5
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Remaja merupakan suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami
perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa.
Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi: jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial,
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif.

Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pad masa-masa


sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa remaja. Sebab setelah melewati
masa remaja ini remaja telah berubah menjadi seorang dewasa yang boleh dikatakan telah
terbentuk suatu pribadi yang relative tetap.

Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah laku) ini berkembang sangat pesat pada masa.
remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja menjadi penentu perkembangan hal-hal
tersebut.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penegertian dari Perkembangan Kepribadian Individul?


2. Apakah jenis-jenis Perkembangan Kepribadian Individu?
3. Bagaimana karaktersitik belajar Perkembangan Kepribadian Individu

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa memahami pengertian dari Perkembangan Kepribadian Individu


2. Mahasiswa mengetahui karakteristik belajar Perkembangan Kepribadian Individu
3. Mahasiswa dapat mengetahui karaktersitik belajar Perkembangan Kepribadian Individu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kepribadian Individu

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada
diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut tentang "berkepribadian
pemalu". Kepada orang supel diberikan atribut "berkepribadian supel" dan kepada orang yang
plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut "tidak punya kepribadian". Berdasarkan
psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai
aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian
merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian
secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

B. Pengertian Perkembangan Kepribadia Individu Menurut Para Ahli

 Gordon Allport, Sesuatu yang bisa berubah secara teratur, bertumbuh dan berkembang.
 Koenndjaraningrat, Merupakan ciri dari dari watak yang diperlihatkan seseorang dari
lahir sampai lanjut usia.
 George Herbert Mead, Tingkah laku manusia dalam berkembang dan berlangsung
seumur hidup,dengan berinteraksi dengan anggota masyarakat.
 Theodore M.Newcombe, Merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki oleh seseorang
sebagai latar belakang terhadap perilaku
 Krech dan Crutchfield, Integritas dari semua karakteristik individu dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungan yang berubah-ubah dan terus menerus.
 Adolf Heuken S.J.dkk, Pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan
seseorang baik jasmani, mental, rohani,emosional maupun yang sosial.
 Yinger, Merupakan keseluruhan dari seseorang dan sistem kecendrungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian situasi.
 Horton, Merupakan keseluruhan sikap,perasaan,ekspresi dan tempramen seseorang.
 Robert Sutherland, Merupakan suatu hubungan interaksi antara lingkungan masyarakat
dan kebudayaan.
 Atkinson, Merupakan pola dari perilaku dan cara berpikir khas yang menentukan
penyesuaian diri individu dengan lingkungan.
Kepribadian yaitu suatu organisasi yang unik pada diri setiap individu yang ditentukan atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan sehingga menjadi penentu atau
mempengaruhi tingkah laku. Kepribadian mencakup kebiasaan sikap,dan sifat yang dimiliki.
seseorang apabila berhubungan dengan orang lain.

C. Ciri – Ciri Perkembangan Individu

Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang
kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport
(Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian
yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu
rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci
dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri, Scheneider (1964) mengartikan
penyesuaian diri sebagai "suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,
frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat
dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh
keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi
kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan
kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang
sudah banyak dikenal, diantaranya: teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari
Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori
Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport,
teori Stimulus- Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan
sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang di dalamnya mencakup:

Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat. Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat
lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. Sikap,
sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen. Stabilitas emosi yaitu
kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya
tersinggung, marah, sedih, atau putus asa. Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan
untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.

Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti:
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan.
kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf,
2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut:

Kepribadian yang sehat

 Mampu menilai diri sendiri secara realisitik, mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan.
yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik, dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi,
tetapi dengan sikap optimistik.
 Menerima tanggung jawab, dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
 Kemandirian, memiliki sifat mandiri dalam cara berpikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
 Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak)
 Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar
paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
 Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel
dalam berpikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan
terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi
korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
 Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
 Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar
dari keyakinan agama yang dianutnya.
 Berbahagia: situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-
faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

Kepribadian yang tidak sehat

 Mudah marah (tersinggung)


 Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
 Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
 Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau
terhadap binatang
 Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
 Kebiasaan berbohong
 Hiperaktif
 Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.
 Senang mengkritik/mencemooh orang lain
 Sulit tidur
 Kurang memiliki rasa tanggung jawab
 Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
 Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama
 Pesimis dalam menghadapi kehidupan
 Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

D. Faktor – Faktor Penentu Perkembangan Kepribadian Individu

Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah,
gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah
karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial,
dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan
psikologis bawaan dari individu. Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan
sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam
menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari
perilaku dan temperamen anak- anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang
dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan
dalam berbagai situasi.

Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari
faktor keturunan.[3] Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan
agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.[3] Temuan ini mengemukakan
bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang
memperanguhi faktor- faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.[3]

Menurut Matt Ridley, di lengan pendek kromosom 11, ada sebuah gen bernama D4DR. Gen
ini merupakan resep untuk satu protein yang disebut reseptor dopamin, dan gen ini teraktifkan
dalam sel-sel bagian-bagian tertentu otak tetapi tidak pada yang lain. Kekurangan dopamin
dalam otak menyebabkan kepribadian yang enggan membuat keputusan dan dingin, dalam
bentuk ekstrem, kasus ini dikenal sebagai penyakit Parkinson. Sebaliknya, kelebihan dopamin
dalam otak membuatnya sangat ingin tahu dan bersemangat berpetualang. Pada manusia,
kelebihan dopamin bisa langsung menyebabkan skizofrenia. [4]

Gen ini merupakan resep untuk satu protein yang disebut reseptor dopamin, dan gen ini
teraktifkan dalam sel-sel bagian-bagian tertentu otak tetapi tidak pada yang lain. Kekurangan
dopamin dalam otak menyebabkan kepribadian yang enggan membuat keputusan dan dingin,
dalam bentuk ekstrem, kasus ini dikenal sebagai penyakit Parkinson. Sebaliknya, kelebihan.
dopamin dalam otak membuatnya sangat ingin tahu dan bersemangat berpetualang. Pada
manusia, kelebihan dopamin bisa langsung menyebabkan skizofrenia.

Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan
sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. [5] Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk
hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-
anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. [1] Penelitian ini juga memberi kesan bahwa
lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata
lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata
lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik
dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.[1]

Faktor lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah
lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.[1] Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.[1] Sebagai contoh
budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang
secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang
lain.[1] Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui
buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius
dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan
hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan
karier.[1]

Teori Pembentukkan Kepribadian[6]

Teori Pembentukkan kepribadian menurut Goerge Herbert Mead memperkenalkan Role


Theory (Teori Peran). Menurutnya tahapan sosialisasi yang dilakukan oleh manusia melalui
peran-peran yang harus dijalankan. adapun tahapan sosioalisasi yang dilakukan manusia hingga
terbentuk kepribadian sebagai berikut.

a) Tahap Persiapan (Preparatory Stage) adalah tahap yang dialami individu sejak lahir ke
dunia, pada tahap ini adalah tahapan pemahaman tentang diri sendiri.
b) Tahap Meniru (Play Stage) adalah tahap anak melakukan tindakan meniru dari proses
sosialisasi secara berlahan, anak mulai mengenal lingkungan dan masyarakat sekitar.
c) Tahap Siap Bertindak (Game Stage) adalah anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya
untuk bersosialisasi, anak juga mulai memahami norma yang berlaku diluar lingkungan
keluarga.
d) Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other) adalah anak mencapai proses
pendewasaan, dimana anak mampu memahami peran yang seharusnya dilakukan di
masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tugas perkembangan kepribadian individu penting yang harus dikuasai remaja


adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan
kemudian membentuk prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus
dibimbing, diawasi, dan diancam hukuman. Sebagai pedoman bagi prilakunya di
lingkungan hidupnya. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku
orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok
sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari
apa yang diharapkan oleh kelompoknya, Ada tiga tugas pokok remaja dalam
mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:

 Mengganti konsep moral khusus dengan konsep kepribadian umum


 Merumuskan konsep kepribadian yang baru dikembangkan ke dalam kode
moral sebagai kode prilaku.
 Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.

B. Saran

Penulis pertama-tama mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini


masih belum mencapai kesempurnaan. Meskipun demikian, mudah-mudahan
makalah ini dapat memberikan gambaran atau tambahan ilmu bagi para pembaca.
Oleh karena itu, untuk penyempurnaan makalah ini kami tunggu kritik dan
sarannya dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

Anda mungkin juga menyukai