Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU

DisusunOleh

KELOMPOK 13

Nama : Bill Clinton Dabukke


NIM : 5203122019
Dosen Pengampu : Dwi Septi Anjas Wulan, S. Pd., M.Pd.
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik.

Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif


Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan


2020
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik yang berjudul “Perkembangan Kepribadian Individul” dengan tepat waktu

Dari penulisan makalah yang berjudul “Perkembangan Kepribadian Individul” saya


berharap dapat dijadikan bahan referensi bagi pembaca, selain itu saya juga berharap pembaca
mendapatkan sudut pandang yang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah yang berjudul “Perkembangan Kepribadian Individul” belum


sepenuhnya sempurna pada setiap bagian isinya, oleh karena itu saya menerima segala bentuk
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, saya mohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Akhir kata
saya sudahi Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, 25 Desember 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

      Remaja merupakan suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami
perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa.
Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi : jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial.
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif.

Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pad masa-masa sebelumnya,


tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa remaja. Sebab setelah melewati masa remaja
ini remaja telah berubah menjadi seorang dewasa yang boleh dikatakan telah terbentuk suatu
pribadi yang relative tetap.

Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah laku) ini berkembang sangat pesat pada masa
remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja menjadi penentu perkembangan hal-hal
tersebut.
B.     Rumusan Masalah
   Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah penegertian dari Perkembangan Kepribadian Individul ?
2.      Apakah jenis-jenis Perkembangan Kepribadian Individu ?
3.      Bagaimana karaktersitik belajar Perkembangan Kepribadian Individu

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa memahami pengertian dari Perkembangan Kepribadian Individu
2. Mahasiswa mengetahui karakteristik belajar Perkembangan Kepribadian Individu
3. Mahasiswa dapat mengetahui karaktersitik belajar Perkembangan Kepribadian Individu
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada
diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut tentang“berkepribadian
pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang
plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”. Berdasarkan
psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai
aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian
merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian
secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

B. PENGERTIAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU MENURUT


PARA AHLI

Gordon Allport
Sesuatu yang bisa berubah secara teratur,bertumbuh dan berkembang.
Koenndjaraningrat
Merupakan ciri dari dari watak yang diperlihatkan seseorang dari lahir sampai lanjut usia.

George Herbert Mead


Tingkah laku manusia dalam berkembang dan berlangsung seumur hidup,dengan berinteraksi
dengan anggota masyarakat.

Theodore M.Newcombe
Merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki oleh seseorang,sebagai latar belakang terhadap
perilaku

Krech dan Crutchfield


Integritas dari semua karakteristik individu dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
berubah-ubah dan terus menerus.

Adolf Heuken S.J.dkk


Pola menyeluruh semua kemampuan,perbuatan,serta kebiasaan seseorang,baik
jasmani,mental,rohani,emosional maupun yang sosial.

Yinger
Merupakan keseluruhan dari seseorang dan sistem kecendrungan tertentu yang berinteraksi
dengan serangkaian situasi.

Horton
Merupakan keseluruhan sikap,perasaan,ekspresi dan tempramen seseorang.

Robert Sutherland
Merupakan suatu hubungan interaksi antara lingkungan masyarakat dan kebudayaan.

Atkinson
Merupakan pola dari perilaku dan cara berpikir khas yang menentukan penyesuaian diri individu
dengan lingkungan.

Kepribadian yaitu suatu organisasi yang unik pada diri setiap individu yang ditentukan atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan sehingga menjadi penentu atau
mempengaruhi tingkah laku. Kepribadian mencakup kebiasaan,sikap,dan sifat yang dimiliki
seseorang apabila berhubungan dengan orang lain

C. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU.


Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang
kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport
(Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian
yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu
rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci
dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian
diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam
upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan
konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan
(norma) lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat
dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan
struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif
dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas
tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah
banyak dikenal, diantaranya: teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl
Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi
dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-
Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang
di dalamnya mencakup:

Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.
Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat
pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan
kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf,
2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut:

Kepribadian yang sehat


 Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
 Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan
yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi,
tetapi dengan sikap optimistik.
 Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
 Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berpikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
 Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak)
 Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar
paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
 Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel
dalam berpikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan
terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi
korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
 Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
 Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar
dari keyakinan agama yang dianutnya.
 Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-
faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

Kepribadian yang tidak sehat


 Mudah marah (tersinggung)
 Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
 Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
 Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau
terhadap binatang
 Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
 Kebiasaan berbohong
 Hiperaktif
 Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
 Senang mengkritik/mencemooh orang lain
 Sulit tidur
 Kurang memiliki rasa tanggung jawab
 Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
 Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama
 Pesimis dalam menghadapi kehidupan
 Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

D. FAKTOR-FAKTOR PENETU PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU

Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender,
temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik
yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa
orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari
individu. Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas
terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian
seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-
anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga
meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.

Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor
keturunan.[3] Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif
dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.[3] Temuan ini mengemukakan bahwa
beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-
faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.[3]

Menurut Matt Ridley, di lengan pendek kromosom 11, ada sebuah gen bernama D4DR. Gen ini
merupakan resep untuk satu protein yang disebut reseptor dopamin, dan gen ini teraktifkan dalam
sel-sel bagian-bagian tertentu otak tetapi tidak pada yang lain. Kekurangan dopamin dalam otak
menyebabkan kepribadian yang enggan membuat keputusan dan dingin, dalam bentuk ekstrem,
kasus ini dikenal sebagai penyakit Parkinson. Sebaliknya, kelebihan dopamin dalam otak
membuatnya sangat ingin tahu dan bersemangat berpetualang. Pada manusia, kelebihan dopamin
bisa langsung menyebabkan skizofrenia.[4]

Gen ini merupakan resep untuk satu protein yang disebut reseptor dopamin, dan gen ini
teraktifkan dalam sel-sel bagian-bagian tertentu otak tetapi tidak pada yang lain. Kekurangan
dopamin dalam otak menyebabkan kepribadian yang enggan membuat keputusan dan dingin,
dalam bentuk ekstrem, kasus ini dikenal sebagai penyakit Parkinson. Sebaliknya, kelebihan
dopamin dalam otak membuatnya sangat ingin tahu dan bersemangat berpetualang. Pada manusia,
kelebihan dopamin bisa langsung menyebabkan skizofrenia.

Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan
sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah.[5] Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk
hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-
anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis.[1] Penelitian ini juga memberi kesan bahwa
lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata
lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata
lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik
dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.[1]

Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah
lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.[1] Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.[1] Sebagai contoh,
budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara
intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.[1]
Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi,
kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem
sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila
dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama
individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.[1]

Teori Pembentukkan Kepribadian[6]

Teori Pembentukkan kepribadian menurut Goerge Herbert Mead memperkenalkan Role Theory
(Teori Peran). Menurutnya tahapan sosialisasi yang dilakukan oleh manusia melalui peran-peran
yang harus dijalankan. adapun tahapan sosioalisasi yang dilakukan manusia hingga terbentuk
kepribadian sebagai berikut.

a) Tahap Persiapan (Preparatory Stage) adalah tahap yang dialami individu sejak lahir ke dunia, pada
tahap ini adalah tahapan pemahaman tentang diri sendiri.

b) Tahap Meniru (Play Stage) adalah tahap anak melakukan tindakan meniru dari proses sosialisasi
secara berlahan, anak mulai mengenal lingkungan dan masyarakat sekitar.

c) Tahap Siap Bertindak ( Game Stage) adalah anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya untuk
bersosialisasi, anak juga mulai memahami norma yang berlaku diluar lingkungan keluarga.

d) Tahap Penerimaan Norma Kolektif ( Generalized Other) adalah anak mencapai proses
pendewasaan, dimana anak mampu memahami peran yang seharusnya dilakukan di masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan

Tugas perkembangan kepribadian individu penting yang harus dikuasai remaja adalah 
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian membentuk
prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, dan diancam
hukuman. Sebagai pedoman bagi prilakunya di lingkungan hidupnya. Seseorang dapat dikatakan
bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung
tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:

 Mengganti konsep moral khusus dengan konsep kepribadian umum.


 Merumuskan konsep kepribadian yang baru dikembangkan ke dalam kode moral
sebagai kode prilaku.    
 Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri. 

B.     Saran

Penulis pertama-tama mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih belum mencapai
kesempurnaan. Meskipun demikian, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan gambaran
atau tambahan ilmu bagi para pembaca. Oleh karena itu, untuk penyempurnaan makalah ini kami
tunggu kritik dan sarannya dari para pembaca.
Daftar Pustaka

 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

Anda mungkin juga menyukai