FILSAFAT PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-NYA ke,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical Book Report Perencanaan Pengajaran
tentang “Filsafat Pendidikan”.
Critical Book Report ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan Critical Book Report ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber informasi yang
membantu penulis dalam pembuatan Critical Book Report ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki Critical Book Report ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Critical Book Report ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca terlebih dalam memilih maupun mengkaji buku yang dikritisi
oleh penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................... 1
BAB I........................................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................................... 1
BAB II ......................................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................................... 17
BAB IV ..................................................................................................................................................................... 19
PENUTUP............................................................................................................................................................... 19
4.1 KESIMPULAN........................................................................................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah
peserta didiknya, baik itu di Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah,
maupun perguruan tinggi. Pemahaman pada diri peserta didik mempunyai makna bahwa
guru mengenal betul kelebihan dan kelemahan peserta didik sehingga dapat memberikan
layanan pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi masing masing anak.
Filsafat sudah sebagai ilmu pengetahuan yang membingungkan, dan banyak kalangan
yang mempelajari filsafat berakhir dengan rasa pusing dan ketidakmengrtian. Filsafat, dalam
arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para
ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Dengan kata lain,
teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang
filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag
dianutnya.
Usia filsafat sudah memberikan bentuk-bentuk pemikiran yang bervariasi, juga telah
melahirkan berbagai aliran dan paham yang mengideologis. Dalam filsafat juga menguraikan
pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kepribadian bangsa
yang digali dari keyakinan yang beragama, kebudayaan, dan kreatifan lokal, serta kesucian
hati nurani manusia yang merupakan fitrah dari sang pencipta.
1.2 TUJUAN
1
1.3 MANFAAT
3. Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk buku dan perbandingan buku.
(Buku Utama)
Penerbit : ALFABETA, CV
Cetakan : II
(Buku Pembanding)
& Prof.Dr.Yusnadi,MS
2
BAB II
ISI BUKU
BUKU UTAMA ( FILSAFAT PENDIDIKAN OLEH DRS. UYOH SADULLOH, M.PD. )
BAB I PENDAHULUAN
1. Praktik pendidikan
2. Teori pendidikan
1. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan
tujuan yang akan dicapai.
3. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolsk ukur sampai dimana kita telah
berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
1.Pendekatan sains
3
2. Pendekatan filosofis
3. Pendekatan Religi
Suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep –
konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan pendidikan.
4. Pendekatan Multidisplin
Buku ini mencoba untuk mengkaji salah satu pendekatan diatas, yaitu pendekatan secara
filosofis.
BAB II FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”. Philos artinya
cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat secara
harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Berfilsafat
berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang
dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal,
sistematis dan universal.
1. Filsafat spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato sebagai
pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan manusia,
4
masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini. Filsafak spekulatif adalah upaya mencari
dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
2. Filsafat prespektif
Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan penilaian
tentang seni.
3. Filsafat analitik
Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat sebagai
analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik positivistik logis
mengacu pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial.
C. Misi Filsafat
Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia, baik
langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof mencoba mengevaluasi
informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam semesta serta kesibukan manusia
di dunia.
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan
masalah nilai.
1. Metafisika
2. Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal,
struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. Jenis- jenis pengetahuan: Pengetahuan
5
wahyu, Pengetahuan intuitif, Pengetahuan rasional, Pengetahuan empiris, Pengetahuan
otoritas. Teori pengetahuan: Teori korespondensi, Teori koherensi. Teori pragmatisme.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain
aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai
a. Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu keusilaan
yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
b. Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif
dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat disentuh
dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan hanya
menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat bersifat
6
pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian- bagiannya.
Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan kepercayaan
terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan.
Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.
A. Pendidikan
1. Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
3. Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia- manuasia
yang berkebudayaan.
4. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan
maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
6. Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat memperoleh
pendidikan.
7
Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan pandangan
falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan
kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan
masalah- masalah pendidikan secara praktis”
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan
tersebut, karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu,
pendidikan memerlukan filssafat.
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi
keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi Pendidikan
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
8
b. Kedudukan Siswa
d. Peranan Guru
f. Kurikulum
h. Metode : Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan.
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohaniah. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
realisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
c. Kedudukan Siswa
d. Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam
hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan
moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
e. Peran Guru
9
c. Kurikulum
d. Metode
h. Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan
metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan
spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:
a. Tema
Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara
ilmiah dan seksama.
b. Tujuan Pendidikan
c. Kurikulum
d. Metode
10
e. Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah
dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f. Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru
dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan
apa yang dilakukan. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan pragmatisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
b. Kedudukan Siswa
Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
c. Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang
dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara
pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
d. Metode
11
e. Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan
kebutuhannya.
a. Tujuan Pendidikan
f. Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan.
b. Status Siswa
g. Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
c. Kurikulum
d. Peranan Guru
i. Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari
ini , besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
12
j. Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang
dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang
baik.
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah
memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
2. Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan memfokuskan
pada guru atau bidang muatan.
13
tentang prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang
filsafat perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya
seperti C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi
utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi muda.
Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
3. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu
sekolah harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan
bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik
dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah
tidak harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan
juga harus berusaha merekonstruksinya.Implikasi PendidikanPower (1982)
mengemukakan implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
1. Tema
14
2. Tujuan Pendidikan
bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya
adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta
budaya yang majemuk tersebut.
3. Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh
budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan
berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
4. Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima
semua latar belakang budaya.
5. Metode
6. Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya,
baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili
budaya masyarakat.
A. Psikologi Humanistik
15
B. Behavioristik
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang
digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar.
16
BAB III
PEMBAHASAN
Kedua buku ini membahas tentang filsafat pendidikan. Kedua buku memiliki judul yang sama
dengan “ Pengantar Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok untuk pegangan
mahasiswa dalam mengambil matakuliah filsafat pendidikan, namun memiliki pengarang
yang berbeda. Pada buku ‘filsafat pendidikan’ karangan Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd membahas
tentang ilmu dasar filsafat dimulai dari pengertian, kemudian filsafat filsafat pendidikan dan
mazhab mazhab filsafat pendidikan serta orientasi psikologis yang mempengaruhi filsafat
pendidkan.
Sedangkan karangan Dr. Edward Purba, MA menjelaskan tentang filsafat pendidikan mulai
dengan pengertian filsfat pendidikan dan membahas aliran-aliran yang mendukung filsafat
pendidikan, membahas tentang filsafat pendidikan pancasila yang berupa dasar dari negara
indonesia. Selain itu buku ini juga membahas tentang hakekat pendidikan diberbagai
kalangan.
Dari pembahasan sub bab yang disajikan dapat diketahui bahwa buku pembanding memiliki
kelengkapan materi yang lebih dari buku utama. Hal ini dapat kita lihat pada bagian buku
pembanding memiliki 5 Bab yang berisi Materi penuh Filsafat dengan tambahan Filsafat
pendidikan panca sila sedangkan pada buku utama tidak ada. Dari segi penulisan buku sudah
benar dan baik dan mudah dipahami pembaca.
3.2 KEUNGGULAN
Pada kedua buku yang berjudul “ Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok
digunakan sebagai buku pembimbing atau buku pegangan mahasiswa matakuliah filsafat
pendidikan. Hal ini dikarenakan isi atau materi yang terkandung didalamnya tersusun
secara sistematis yang memudahkan mahasiswa untuk memahami secara berkala materi
17
yang dibahas pada setiap babnya. Namnun untuk bahasan yang lebih lengkap terdapat pada
buku pembanding, tetapi khusus Bab II mengenai filsafat buku utama lebih jelas dalam
memaparkan materijnya.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kedua buku ini masih digolongkan bahasa yang
dapat dipahami mahasiswa yang baru belajar ilmu filsafat. Pada bagian awal setiap Bab pada
buku pembanding terdapat indikator yang membantu mahasiswa mencapai kompetensi
ajarnya. Pada bagian akhir terdapat latihan yang diberikan untuk penugasan mahasiswa
yang berguna untuk mengevaluasi pemahaman mahasiswa mengenai materi yang dibahas
sebelumnya sehingga mahasiswa dapat lebih memahami makna materi yang dipaparkan.
3.3 KELEMAHAN
Pada dasarnya kedua buku ini hampir tidak memiliki kekurangan, namun pada beberapa
bagian materi yang terdapat didalam bab menggunakan bahasa yang tinggi yang sulit untuk
dimengerti mahasiswa mengingat mahasiswa merupakan permulaan pada awal
pembelajaran filsafat. Selain itu tidak dicantumkan rangkuman pada akhir bab pada kedua
buku merupakan salah satu kelamahan yang ada, karna rangkuman sangat membantu
mahasiswa dalam meringkas ulang apa isi dari materi yang ada.
Kedua buku juga sama sama tidak memaparkan biografi penulis, pada buku utama
memparkan jelas mengenai filsafat pendidikan namun tidak memaparkan hakikat hakikat
pendidikan sedangkan pada buku pembanding hanya sedekit menjelaskan filsafat
pendidikan, akan tetapi cukup jelas memparkan hakikat pendidikannya.
Kedua buku tidak melampirkan gambar yang menjadi salah satu penarik perhatian pembaca.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran dengan cara
berpikir dan karena adanya suatu keragu raguaan. Maka dari itu dibutuhkan suatu buku
sebagai pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami secra mendalam tentang mata
kuliah filsafat pendidikan. Dan untuk mendalami apa yang ada pada materi tersebut
diberikan tugas Critical Book Report sebagai salah satu cara dalam membantu mahasiswa
dalam memhami isi buku tersebut.
1. Walaupun memiliki judul buku yang samaakan tetapi kedua buku memiliki perbedaan
dalam pembahasan materinya serta bagian bagian tambahan ( pada buku pembanding
terdapat ; Indikator pembelajaran dan evaluasi dalam setiap babnya, sedangkan buku
utama tidak memiliki didalamnyan).
3. Kelemahan dari kedua buku adalah tidak menampilkan biografi pengarang dan tidak
dilengkapi dengan gambar pendukung.
19
4.2 SARAN
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, periview menyarankan agar
filsafat pendidikan dipelajari dan dipahami semua lapisan baik guru, orang tua maupun
masyarakat sehingga meningkatkan prestasi anak dalam berbagai hal kehidupan. Selain itu,
juga disarankan agar adanya perkembangan tindak lanjut mengenai isi buku sehingga
nantinya dilengkapi dengan gambar agar peserta didik yang membacanya lebih tertarik.
Buku Filsafat Pendidikan ini merupakan buku yang cocok dan tepat sebagai buku pegangan
mahasiswa yang menjalani mata kuliah filsafat pendidkan, karena kedua buku ini memiliki
bahasa yang dapat dimengerti mahasiswa yang baru belajar filsafat dan penyusunan materi
yang sistematis. Namun tidak menutup kemungkinan agar mahasiswa menggunakan
beberpara referensi buku lain sebagai pegangan dalam berfilsafat.
20