• Styrofoam terbuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu
mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu,
bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman
dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah,
lebih aman, serta ringan.
• Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Karena
mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan, terutama bila digunakan sebagai
kemasan atau wadah makanan. Setiap tahunnya penggunaan Styrofoam meningkat di tiap
negara. Padahal, Styrofoam terbukti tidak ramah lingkungan, karena tidak dapat diuraikan
sama sekali. Bahkan pada proses produksinya sendiri, menghasilkan limbah yang tidak
sedikit, sehingga dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia
oleh EPA (Enviromental Protection Agency).
LATAR BELAKANG
• Selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah dihasilkan berbagai jenis bahan
konduktor. Konduktor adalah kemampuan bahan atau daya hantar panas dari suatu bahan yang sering
diberi simbol huruf k, jika harga k besar dinamakan konduktor dan jika harga k kecil dinamakan dengan
isolator, misalnya penggunaan isolator pada industri dan bangunan.
• Penggunaan isolator berkembang tidak hanya untuk menghindari kebocoran panas, tetapi juga
mengontrol temperature, karena fungsi isolator sangat penting dalam penggunaan energi panas yang
harus seefisien mungkin, maka diperlukan bahan isolator yang memiliki konduktor yang rendah.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis pada artikel/jurnal ini adalah dengan
menggunakan metode penelitian jenis eksperimental atau metode eksperimen. Ada 5
variabel atau preparat limbah styrofoam + kulit jengkol.
Pada penelitian tersebut dipaparkan jelas terkait dengan alat/bahan yang digunakan
dalam proses penelitian. Serta perlu diketahui bahwa penelitian ini menggunakan
alat yaitu : Thermocouple Digital yang berfungsi untuk mengukur suhu yang
dibangkitkan oleh heater.
DATA HASIL PENGUJIAN
• Data yang diambil dari pengujian adalah temperatur pada bagian bawah dan
atas isolator dan temperature disekitar benda uji dengan heater 300 Watts.
Berdasarkan data yang ada pada grafik 1 terlihat bahwa pada pengujian variasi campuran 20
gram styrofoam dan 30 gram kulit jengkol temperatur yang terbaca oleh thermocouple digital
untuk daya yang sama sebesar 48 0C, sedangkan pada variasi campuran 40 gram styrofoam dan
10 gram kulit jengkol temperatur permukaan yang terbaca 36 0C, ini berarti bahwa benda uji
dengan variasi campuran 40 gram styrofoam dan 10 gram kulit jengkol memiliki faktor
penghambat ( isolator ) yang lebih baik.
Pada data grafik 2 dapat kita perhatikan adanya perbedaan harga konduktifitas termal antara
pengujian pertama sampai dengan ke pengujian kelima dengan perbedaan campuran Styrofoam
dan kulit jengkol, dimana yang mempunyai nilai konduktifitas termal yang terendah terdapat
pada pengujian yang kelima dengan komposisi 40 gram styrofoam, 10 gram kulit jengkoldan 100
gram semen putih dengan nilai konduktifitas termal 0,598 W/m 0C. sedangkan yang mempunyai
nilai konduktifitas termal yang tertinggi terdapat pada pengujian yang pertama dengan
komposisi 20 gram styrofoam, 30 gram kulit jengkol dan 100 gram semen putih dengan nilai
konduktifitas termal 0,673 W/m 0C. maka dengan demikian perbedaan komposisi campuran
Styrofoam dan kulit jengkol mempunyai pengaruh terhadap nilai konduktifitas termal benda uji.
STYROFOAM
• KULIT JENGKOL
Pithecellobium lobatumadalah nama latin dari buah jengkol. Buah
Jengkol merupakan buah yang sering kita jumpai, memang
SEMEN PUTIH
keberadaannya kadang diacuhkan karena berbau. Sebab hanya
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur
kalangan tertentu yang mengkonsumsi jengkol sebagai bahan lauk
atau gamping sebagai bahan utama dan lempung atau tanah liat atau
untuk dimakan
bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk atau bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras
atau membatu pada pencampuran dengan air. (gray cement) adalah semen
yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan
penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi.
Untuk mengetahui konduktor dari styrofoam dengan campuran kulit
jengkol dan semen putih tentunya kita harus melakukan pengujian yang
didasari oleh pengetahuan tentang perpindahan panas.
KELEBIHAN/KEKUATAN JURNAL
Dari aspek aspek tata bahasa Kemampuan Daya Hantar Kalor Campuran Styrofoam, Kulit Jengkol,
Dari aspek tata Bahasa bahwa jurnal/artikel ini menggunakan Bahasa Indonesia yang dan Semen Putih Sebagai Alternatif Bahan Isolator” termasuk salah
baik dan benar, lugas, sopan, efektif sesuai dengan aturan EYD serta tidak berbelit-belit satu penelitian dengan memakai ide yang cukup kreatif karena
sehingga memudahkan pembaca untuk memahami isi jurnal terseebut. menggunakan kulit jengkol yang dimana kulit jengkol juga
• Dilihat dari aspek layout dan tata letak, dan penggunaan font merupakan salah satu limbah RT.
Jika dilihat dari aspek layout dan tata letak, dan penggunaan font yang digunakan • Menurut saya artikel/jurnlal yang diterbitkan pada tahun 2014 silam
jurnal ini secara keseluruhan sudah memiliki layout, tata letak dan pengggunaan font yang merupakan karya dari Sofwan Hariady, dkk bahwa pada
yang cukup baik dan rapi. penelitian ini melampirkan analisis data sudah cukup bagus serta
sesuai dengan rumus konduktivitas dalam ilmu fisika.
• Selain itu, menurut saya sebagai reviewer beranggapan bahwa
artikel/jurnal pada penelitian ini bahwa variabel semen putih yang
dipaparkan pada artikel/jurnal telah sama terhadap lima percobaan.
KEKURANGAN JURNAL
Berdasarkan paparan materi yang telah penulis jelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Bahwa campuran styrofoam yang lebih banyak dan jumlah kulit jengkol yang lebih sedikit didapat
nilaitemperatur yang rendah diatas benda uji dan nilai konduktifitas termalnya menjadi lebih
rendah.
Bahwa terdapat perbedaan harga konduktifitas termal antara pengujian pertama sampai dengan ke
pengujian kelima dengan perbedaan campuran Styrofoam dan kulit jengkol yang memiliki nilai
konduktifitas termal terendah terdapat pada pengujian yang kelima dengan nilai konduktifitas
termal 0,598 W/m0C, sedangkan yang tertinggi pada pengujian yang pertama dengan nilai
konduktifitas termal 0,673 W/m 0C.
Nilai konduktifitas termal yang terendah terdapat pada pengujian yang ke lima dengan komposisi
campuran 40 g styrofoam dan 10 g kulit jengkol dengan harga k 0,598 W/m 0C.
SARAN
• Berdasarkan saran yang telah dipaparkan oleh peneliti tentang potongan kulit
jengkol dan limbah sterofom yang di mana karena membahas mengenai
konduktivitas bahan yang seharusnya menurut saya tidak hanya menghitung gram
atau berat bendanya saja dan mengesampingkan konsentrasi maupun pemilihan
homogenitas kulit jengkol seharusnya ada kalanya dijelaskan bagaimana kriteria
kulit jengkol yang layak atau tidak
• Saran saya untuk penelitian berikutnya adalah pada tahap maupun prosedur
pembuatan pada artikel tersebut yang seharusnya menjelaskan maupun lebih
mengenai campuran yang dimaksud bagaimana apakah diekstrak terlebih dahulu
atau ada cara lain
JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN SELALU
MEMAKAI MASKER
• TERIMA KASIH