Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Styrofoam


Styrofoam adalah material dari polytrene yang ditemukan oleh Dr. Stasky dan Dr.
Gaeth tahun 1980 di Jerman dan telah dipatenkan oleh BASF dengan nama styrofoam
merupakan sebuah monomer, sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari
minyak bumi. Pada suhu ruangan, polystyrene biasanya bersifat padat dan dapat mencair
pada suhu yang lebih tinggi. kemasan yang umumnya berwarna putih dan kaku yang
sering
digunakan sebagai kotak pembungkus makanan. Tadinya bahan ini dipakai untuk
pengaman barang nonmakanan seperti barang-barang elektronik agar tahan benturan
ringan, namun pada saat ini seringkali dipakai sebagai kotak pembungkus (Ali 2003).
Styrofoam umumnya memiliki warna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga
simpel dan ringan. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styrene ini menjadi pilihan
bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya
saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin
tetapi tetap nyaman dipegang. Bahan dasar styrofoam adalah polisterin, suatu jenis plastik
yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Karena
kelemahannya tersebut, polisterin dicampur dengan seng dan senyawa butadien. Hal ini
menyebabkan polisterin kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih
susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticizer seperti dioktil ptalat
(DOP), butil hidroksi toluena (BHT) atau butyl stearat. Plastik busa yang mudah terurai
menjadi struktur sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas
klorofluorokarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti yang sering dipergunakan saat
ini (Ali, 2003).

2.2 Struktur dan Molekul Styrofoam


Polystyrene atau styrofoam merupakan suatau jenis plastik yang dibuat dari
monomer styrene melalui proses polimerisasi. Rumus molekulnya adalah (-CHC 6H5-CH2-
)n. Polystyrene ini bersifat sangat amorphous, mempunyai indeks refraksi tinggi, dan
sukar ditembus oleh gas, kecuali uap air. Dapat larut dalam alkohol rantai panjang, kitin,
ester hidrokarbon yang mengikat klorin. Polystyrene ini juga sangat ringan, kaku, tembus
cahaya, dan murah, tetapi cepat rapuh. Karena kelemahannya tersebut, polystyrene
dicampur dengan seng dan senyawa butadiena yang menyebabkan polystyrene kehilangan
sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemasan plastik berkode angka 6
dengan Rantai karbon PS dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1 Rantai Polystyrene

2.3 Sifat-Sifat Styrofoam


Styrofoam memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:
1. Sifat mekanis styrofoam kaku, keras, mempunyai bunyi seperti metalik bila
dijatuhkan.
2. Ketahanan terhadap bahan kimia tidak sebaik polypropylene. Polystyrene mempunyai
daya serap air yang rendah dibawah 0,25%.
3. Mempunyai daya kekuatan permukaan relatif lebih keras dari jenis termoplastik yang
lain namun mudah tergores.
4. Mempunyai derajat transparansi yang tinggi dan dapat memberikan kilauan yang baik
dan tidak dimiliki oleh jenis plastik lain.
5. Mempunyai softening point yang rendah (90°C), sehingga tidak digunakan untuk
pemakaian pada suhu tinggi.
6. Mempunyai berat jenis yang relatif ringan.
7. Tahan terhadap asam, basa, dan zat korosif.
8. Mempunyai titik leleh pada suhu 102-106 ˚C.
9. Mampu menahan panas.
10. Dapat memperlambat timbulnya panas hidrasi.

2.4 Reaksi Polimerisasi Styrofoam


Reaksi polimerisasi styrofoam dilakukan melalui reaksi polimerisasi terekspansi
yang terdiri dari 3 tahapan reaksi yaitu sebagai berikut:
1. Tahap inisiasi Merupakan tahap pembentukan radikal bebas. Senyawa peroksida dapat
menghasilkan radikal bebas melalui dekomposisi termal, seperti pada reaksi berikut
ini:
Gambar 2 Tahap Inisiasi Reaksi Polimerisasi
2. Tahap propagasi
Pada tahap ini, terjadi reaksi pertumbuhan rantai polimer akibat penambahan
unit monomer. Setelah radikal bebas terbentuk (R*) maka akan bereaksi dengan
monomer menghasilkan spesi pusat aktif. Selanjutnya penambahan monomer (M)
akan terjadi pada spesi pusat aktif secara bertahap. Reaksi sebagai berikut :

Gambar 3 Tahap Propagasi Reaksi Polimerisasi


3. Tahap terminasi Merupakan tahap penghentian pembentukan rantai polimer akibat
dari spesi pusat aktif yang habis bereaksi sehingga perpanjangan rantai akan terhenti,
seperti pada reaksi berikut ini:

Gambar 4 Tahap Terminasi Reaksi Polimerisasi


DAFTAR PUSTAKA

Ali, K. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo. Persada.

Tarihoran, E., dkk. 2020. Pengaruh Penggunaan Styrofoam sebagai Substitusi Parsial Agregat
Kasar terhadap Nilai Kuat Tekan dan Kuat Tarik Lentur Beton Ringan. Jurnal Sipil
Statik. Vol. 8(6): 859-866.

Anda mungkin juga menyukai