Anda di halaman 1dari 4

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

9
3.2. Study Literatur
Penelitian sebelumnya yang membahas tentang penggunaan bahan
pengganti sebagai insulator palka cukup banyak yang telah dilakukan, dari
penabahan rasio komposit hingga penggantian menyeluruh dengan bahan baku
lain.
3.2.1 Penggunaan Serbuk Gergaji Sebagai Insulator
Menurut Kholis, 2014. Dari penelitian yang dilakukan pada 03-14 Juli
2014 di laboratorium Bahan Tangkap (BAT) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Air (PSP). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui serbuk
gergaji sebagai bahan baku untuk pembuatan isolasi dan menemukan komposisi
terbaik untuk rasio yang telah ditentukan. Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen. Yang melakukan tes pada tiga pendingin ikan (coolbox) yang
dibuat, dengan serbuk gergaji isolator dicampur dengan tepung tapioka dan
kemudian data di anilisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan serbuk gergaji sebagai bahan baku isolator dapat digunakan tetapi
perlu disempurnakan dan dimodifikasi untuk dapat bersaing dengan kualitas
buatan pabrik. Dari tiga perawatan pendingin kotak ikan (coolbox) yang
mempertahankan yang terbaik dari aspek rasio tua es adalah 100% serbuk gergaji
untuk 12-13 jam. Sedangkan suhu aspek rasio terbaik adalah 70:30 dengan suhu
terendah 6,6 °C dinding dalam dan dinding luar 20,4 °C

3.2.2 Pencampuran Sabut Kelapa Dengan Polyurethane


Pada penelitiannya, Nasution, 2014. Melakukan pencampuran bahan
insulator polyurethane dengan sabut kelapa dengan berbagai variasi perbandingan.
Juga dengan menggunakan standart ASTM untuk pengukuran karakteristik termis,
berat jenis (specific gravity), kerapatan (density), serta melakukan percobaan
coolbox untuk mendapatkan bahan insulator yang dapat mempertahankan es lebih
lama. Penambahan sabut kelapa pada komposit hanya dapat dilakukan hingga
60% sabut kelapa secara perbandingan volume. Semakin tinggi presentasi sabut
kelapa yang terdapat pada komposit, semakin tinggi daya permeabilitasnya atau
daya serap airnya.Berat jenis dan Kerapatan juga mengalami penambahan seiring
dengan penambahan presentase jumlah sabut kelapa. Penambahan sabut kelapa

10
10, 20, 30% adalah insulator termal yang baik sesuai dengan standar ASTM yaitu
0,05 Watt/m°C pada komposit 30% sabut kelapa. Percobaan coolbox dengan
bahan komposit 30% sabut kelapa dapat mempertahankan es sampai mencair
hingga 40 jam, lebih lama 2 jam dari pada penggunaan bahan 100% polyurethane.

3.3 Pembuatan Spesimen

1. Penyiapan alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam Penelitian ini adalah
a. Timbangan Analytic “ OHAUS BC Series BC 15”
b. Timbangan Analytic “ BAECO Germany BBL 53 Max 210 gr”
c. Timbangan Analytic “ BAECO Germany BBL 53 Max 610 gr”
d. Perkakas Pertukangan
e. Gelas Ukur
f. Pipet Tetes
g. Stopwatch
h. Kamera
Selanjutnya bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Serat tandan kosong kelapa sawit


a. Polyol
b. Isocynite
c. Paku-Paku
d. Mata Gerinda
e. Polyester resin
f. Serat MAT
g. Katalis

2. Pembuatan komposit
a. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman untuk industri pembuatan minyak
yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia.
b. Tanaman kelapa sawit ini akan siap dipanen kira-kira telah berumur 3-4
tahun, setelah memiliki buah yang siap dipanen.
c. Dalam industri pengolahan buah sawit menjadi minyak yang siap dipakai.
Buah kelapa sawit terlebih dahulu dipisah kan dengan tandan nya dengan
menggunakan alat pemisah kemudian biji nya diolah, sedang kan tandan nya

11
dibuang menjadi sampah, dan tidak dipakai lagi. Oleh karna itu serat dari
tandan kelapa sawit ini dapat kita olah dengan mengkombinasikan dengan
polyurethane dalam pembuatan coolbox.
d. Benang-benang serat yang telah terkumpul bervariasi baik diameter maupun
dikualitas keuletannya, oleh karena itu benang-benang tersebut harus
dihaluskan menjadi bubuk agar mudah nantinya ketika dicampurkan dengan
material polyurethane.
e. Pembuatan Spesimen,Cool Box, dilakukan dilaboratorium Kapal Non Baja
Jurusan Teknik Perkapalan hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat
kerapatan dari bahan serat tandan kosong kelapa sawit..
3.4 Pengujian Spesimen

Komposit Serat ampas sagu-Polyurethane diawali dengan pembuatan


spesimen pada komposisi dengan variasi 10% sampai dengan 90 % serta
polyurethane 100%. Masing-masing specimen tersebut kemudian dilakukan
pengujian dan pengukuran di laboratorium, diantaranya pengukuran :
a. Kerapatan (Density)

Kepadatan bahan ditentukan dengan melakukan pengukuran spesifik


gravitasi sesuai dengan ASTM D-792 dimana pengukuran berat jenis dilakukan
dengan tes apung di air sebagai media untuk perendaman. Sampel dan spesimen
kemudian dibenamkan ke dalam air yang kemudian dilakukan pengukuran massa
sebelum dan sesudah perendaman pada periode tertentu. Pengukuran dilakukan
setelah 10 detik perendaman di dalam air sehingga dapat meminimalkan air yang
masuk ke dalam serat. Specific gravity dihitung dengan menggunakan persamaan
[Krishpersad Manohar, 2012]
b. Penyerapan Air (Permeabilitas)

Pengujian specimen dilakukan dengan memasukkan semua specimen


kedalam air selama satu jam secara bersamaan. Setelah itu dilakukan
penimbangan semua specimen. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan
berat specimen sebelum dimasukkan kedalam air. Selisih berat spesimen antara
sebelum dan sesudah dimasukkan kedalam air, menunjukkan berat air yang
diserap oleh specimen [I putu A.W, 2003].

12

Anda mungkin juga menyukai