Anda di halaman 1dari 17

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH KELAPA MUDA

SEBAGAI BAHAN BAKU BRIKET

Utilization of Young Coconat Waste as Raw Material for Making Briqquettes

Oleh:

Agung Pratono, Wiludjeng Trisasiwi, dan Agus Margiwiyatno


Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
Alamat Korespondensi: agoenk7pratono@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kelapa muda sebagai
bahan baku briket untuk sumber energi alternatif serta mengetahui kualitas briket dari
bahan baku limbah kelapa muda dengan perekat tepung tapioka. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto pada bulan April sampai Juli 2018. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua factor dan tiga
ulangan. Faktor pertama adalah jenis bahan terdiri dari serbuk limbah kelapa muda
(P1) dan serbuk + serabut limbah kelapa muda (P2). Faktor kedua adalah konsentrasi
perekat tepung tapioka yang terdiri dari 2,5% (K1), 5% (K2) dan 7,5% (K3). Variabel
yang diamati ysitu kadar air, kadar abu, vollatile matter, fixed carbon, laju
pembakaran, kerapatan dan kekuatan briket. Hasil penelitian menujukkan bahwa
limbah kelapa muda dapat dimanfaatkan sebagaai sumber bahan baku pembuatan
briket dengan nilai kadar air 9,2 – 9,9%, kadar abu 8,5 – 9,5% , vollatile matter
16,29 - 22,08% , fixed carbon 59,46 – 64,31% , laju pembakaran 0,006587 -
0,00856g/s, kerapatan 0,138 - 0,257 gr/cm³, dan kekuatan briket 26,48 - 485,69 J.

Kata Kunci: Limbah Kelapa Muda, Briket, Kualitas Briket

ABSTRACK
This research aims to utilize young coconut waste as raw material
briquettes for alternive energy sources and to know the quality of briquettes from raw
materials of young coconut waste with tapioca starch adhesive. The research was
conducted at Agricultural Engineering Laboratory, Faculty of Agriculture, General
Soedirman University, Purwokerto from April to July 2018. The research used
Factorial Randomized Design (RAL) with two factors and three replications. The first
factor is the type of material consisting of young coconut waste powder (P1) and
powder + young coconut waste fiber (P2). The second factor was the concentration
of tapioca starch adhesive comprising 2.5% (K1), 5% (K2) and 7.5% (K3). The

1
variables observed were water content, ash content, vollatile matter, fixed carbon,
combustion rate, density and briquette strength. The results showed that young
coconut waste could be utilized as raw material source of briquette manufacture with
water content 9.2 - 9, 9%, ash content 8,5 - 9,5%, vollatile matter 16,29 - 22,08%,
fixed carbon 59,46 - 64,31%, burn rate 0,006587 - 0,00856g / s, 0,138 density - 0.257
gr / cm³, and briquette strength 26.48 - 485.69 J.47

Keywords: Young Coconuts Waste, Briquette, Quality of Briquette

PENDAHULUAN

Energi biomassa menjadi sumber limbah Agroindustri sebagai bahan baku


energi alternatif pengganti bahan bakar briket dinilai strategis untuk
fosil (minyak bumi) karena beberapa menggantikan minyak tanah. Briket yang
sifatnya yang menguntungkan yaitu, dihasilkan relatif lebih ramah lingkungan
dapat dimanfaatkan secara lestari kerena karena tidak menghasilkan emisi gas
sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif beracun (Mulia, 2007).
tidak mengandung unsur sulfur sehingga
tidak menyebabkan polusi udara juga Briket merupakan salah satu bahan
dapat meningkatkan efisiensi bakar alternatif yang terbarukan
pemanfaatan sumber daya hutan dan (renewable). Diantara sumber-sumber
pertanian (Widarto dan Suryanta, 1995). energi alternatif yang ada, briket
Tanaman kelapa banyak terdapat merupakan energi biomassa yang besar
di negara-negara Asia-Pacific yang dan belum banyak dimanfaatkan.
menghasilkan 5.276.000 ton produksi Menurut Abdullah (2001) dari total
dunia dengan luas 8.875.000 Ha. potensi biomassa sebesar 178 MW, baru
Indonesia merupakan negara yang sekitar 0,36% yang dimanfaatkan. Briket
memiliki luas tanam 3.334.000 Ha yang merupakan bahan bakar padat dengan
tersebar dari Riau, Jateng, Jabar, Jatim, kandungan nilai kalor yang tinggi dan
Jambi, Aceh, Sumut, Sulut NTT, dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
Sulteng, Sulsel dan Maluku (Badiaroh, hari sebagai pengganti bahan bakar
2013). Pemanfaatan buah kelapa minyak dan gas (Darvina, 2010).
biasanya digunakan dalam industri
kuliner termasuk buah kelapa muda yang Pemilihan bahan baku dan bahan
saat ini banyak dijadikan sebagai bahan perekat sangat menentukan mutu suatu
baku es kelapa muda. Limbah dari buah briket. Bahan baku dan bahan perekat
kelapa muda masih belum banyak yang banyak digunakan saat ini adalah
dimanfaatkan dan hal itu dapat biomassa (Maryono et al., 2013). Perekat
menyebabkan pencemaran lingkungan. yang dapat digunakan adalah diantaranya
Sabut buah kelapa muda memiliki nilai seperti perekat mucilage dan paste.
kalor rata-rata 3942 kal/gr, (Sulistyanto, Mucilage adalah perekat yang
2006) yang memungkinkan dijadikan dipersiapkan dari getah dan air. Perekat
sebagai bahan bakar baru. Pemanfaatan ini dapat diperoleh dengan menggunakan

2
getah dari tumbuhan seperti getah daun Perlakuan dalam penelitian inni masing –
kembang sepatu. Daun kembang sepatu masing dilakukan dalam 3 kali ulangan
mempunyai getah yang cukup lengket sehingga menghasilkan 18 unit
karena getahnya dapat membuat percobaan.
gelembung jadi tidak mudah pecah Prosedur Kerja
sehingga perekat ini dapat dijadikan 1. Tahap penyiapan bahan
sebagai perekat briket. Sedangkan Tahap ini bertujuan untuk
perekat paste adalah perekat pati (strach) mempersiapkan bahan-bahan yang akan
yang dibuat melalui pemanasan digunakan dalam percobaan sehingga
campuran pati dan air dan dipertahankan dapat digunakan dengan mudah dalam
berbentuk pasta (Purnomo et al., 2015). tahapan selanjutnya. Adapun tahap
Penelitian ini bertujuan untuk penyiapan bahan baku dilakukan
untuk memanfaatkan limbah kelapa menimbang dan merajang limbah kelapa
muda sebagai bahan baku briket untuk muda untuk kemudian mengeringkan
sumber energi alternatif serta mengetahui limbah kelapa muda sehingga
kualitas briket dari bahan baku limbah menurunkan kadar air agar
kelapa muda dengan perekat tepung mempermudah dan mempercepat proses
tapioka. selanjutnya.
2. Tahap pemarutan dan pengayakan
METODE PENELITIAN Tahap ini bertujuan untuk mengubah
Tempat dan Waktu bahan baku menjadi serbuk. Bahan-
Penelitian dilaksanakan di bahan yang telah disiapkan dihaluskan
Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas dan diayak menggunakan ayakan.
Pertanian, Universitas Jenderal 3. Tahap pencampuran bahan dengan
Soedirman, Purwokerto. Penelitian ini perekat
berlangsung selama 4 bulan pada April Tahap ini bertujuan untuk
sampai Juli 2018. mencampurkan bahan briket dengan
Rancangan Percobaan bahan perekat tapioka. Perekat dibuat
. Penelitian ini merupakan percobaan dengan mencampur air dan tepung
di Laboratorium dengan menggunakan tapioka kenudian dipanaskan hingga
Rancangan Acak Lengkap (RAL) mengental. Pencampuran perekat dibuat
faktorial dengan dua faktor. Faktor I dengan tiga konsentrasi yaitu 2,5%, 5%
adalah jenis bahan terdiri dari 2 dan 7,5%.
perlakuan yaitu: 4. Tahap pencetakan
P1 = Serbuk limbah kelapa muda Tahap ini bertujuan untuk mencetak
P2 = Serbuk + Serabut limbah kelapa campuran bahan dan perekat yang sudah
muda dibuat sebelumnya menjadi berbentuk
Faktor II adalah konsentrasi perekat silinder. Bahan yang telah dicampur
tepung tapioka yang terdiri dari 3 dengan perekat tersebut kemudian
perlakuan yaitu: dimasukkan kedalam cetakan, tutup rapat
K1 = Perekat dengan konsentrasi 2,5% dan lakukan pengempaan dengan
K2 = Perekat dengan konsentrasi 5% pengempaan sistem hidrolik.
K3 = Perekat dengan konsentrasi 7,5% 5. Tahap pengeringan

3
Tahap ini bertujuan untuk Dimana:
mengeringkan briket yang telah dicetak A = bobot abu (gram)
menggunakan oven. B = bobot sampel (gram)/9-
6. Tahap Pengujian 3. Volatille Matter
Tahap ini bertujuan untuk menguji Zat menguap (Volatille matter)
hasil briker dari limbah buah kelapa adalah zat yang dapat menguap sebagai
muda setelah dikeringkan. Karakteristik hasil dekomposisi senyawa–senyawa
dasar itu antara lain nilai kadar air, nilai yang masih terdapat didalam arang selain
kekuatan briket, nilai kadar abu, nilai air. Kadar zat menguap dihitung
kerapatan, nilai laju pembakaran, nilai berdasarkan persamaan (Ratri dan
volatile meatter dan nilai fixed carbon.. Yamtinah, 2012):
Variabel Pengamatan 𝐵𝐵−𝐶𝐶
V = 𝑊𝑊 x 100%
Variabel yang diamati yaitu:
Dimana:
1. Kadar Air
V = Kadar zat mudah menguap
Kadar air briket dapat ditentukan
(Volatille matter) (%)
dengan cara menimbang cawan porselin
B = Berat sampel setelah
kosong kemudian sampel briket
dikeringkan pada suhu 104 – 1100 C
dimasukkan ke cawan sebanyak 5 gram.
(gram)
Sampel diratakan dan dimasukkan ke
C = Berat sampel setelah
dalam oven yang telah diatur suhunya
dipanaskan pada tes zat menguap (gram)
sebesar 105°C selama 3 jam. Cawan
W = Berat sampel mula – mula pada
dikeluarkan dari oven dan didinginkan
kadar air (gram)
dalam eksikator kemudian ditimbang
4. Fixed Carbon (FC)
bobotnya. Penentuan kadar air dilakukan
Karbon terikat (Fixed carbon )
sebanyak tiga kali pengulangan (triplo).
merupakan fraksi karbon (C) dalam
Kadar air dapat ditentukan dengan
briket. Banyaknya karbon terikat dalam
menggunakan persamaan (Maryono et
briket dapat dihitung degan cara berikut
al., 2013):
𝑀𝑀1−𝑀𝑀2 (Ratri dan Yamtinah, 2012):
Kadar air (%) = 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 x 100% FC = 100 – (M+V+A)%
Dimana : Dimana:
M1 = bobot cawan kosong + bobot FC = Kadar karbon terikat (%)
sampel sebelum pemanasan (gram) M = Kadar air (%)
M2 = bobot cawankosong + bobot V = Kadar zat mudah menguap (%)
sampel setelah pemanasan (gram) A = Kadar abu (%)
2. Kadar Abu 5. Laju Pembakaran Briket
Penentuan kadar abu dimaksudkan Laju pembakaran briket adalah
untuk mengetahui bagian yang tidak kecepatan briket habis sampai menjadi
terbakar yang sudah tidak memiliki unsur abu dengan berat tertentu. Laju
karbon lagi setelah briket dibakar. Kadar pembakaran dapat dihitung dengan
abu dapat dihitung dengan menggunakan menggunakan rumus (Santosa et al.,
rumus (Maryono et al., 2013): 2011) :
Kadar abu (%) = A/B × 100%

4
Laju pembakaran briket (g/detik) = Energi yang dimiliki oleh benda
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔) karena tempatnya (kedudukannya)
𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑) Energi Potensial (Ep) (Wacik dan
Linggih, 1986) dari benda yang terletak
6. Kerapatan pada ketinggian h adalah:
Penentuan kerapatan dinyatakan Ep = m . g . h
dalam hasil perbandingan antara berat Dengan:
dan volume briket. Kerapatan dihitung m = massa (kg)
menggunakan persamaan (Sa’adah, g = percepatan gravitasi (m/𝑠𝑠 2 )
2014): h = tinggi tempat (m)
kerapatan = m/v
Keterangan: Analisis Data
m : massa (g) Data yang diperoleh dianalisis
V : volume (cm³) dengan menggunakan Analisis of Varian
(ANOVA). Beda nyata antar-perlakuan
7. Kekuatan Briket diuji lanjut menggunakan uji BNT (LSD
Fisher’s ) dengan tingkat kesalahan 5%.

Hasil dan Pembahasan


Pengujian kualitas briket limbah pembakaran, kerapatan dan kekuatan
kelapa muda meliputi kadar air, kadar briket. Hasil pengujian dapat dilihat pada
abu, Vollatile matter, fixed carbon, laju Tabel 1.

Tabel 1. Matrix analisis ANOVA


No Variabel Pengamatan Perlakuan
1 Kadar Air tn
2 Kadar Abu tn
3 Vollatile matter n
4 fixed carbon tn
5 laju pembakaran n
6 kerapatan n
7 kekuatan briket n
Keterangan: tn = tidak nyata; n = nyata

1. Kadar Air
Hasil pengamatan uji kadar air diperoleh hasil bahwa pemberian
diperoleh nilai rata – rata antara 9,50 – perlakuan tidak berbeda nyata, hal ini
9,90%. Berdasarkan analisis statistika dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan

5
data yang dihasilkan nilai kadar air jenb;is perekat dan metode pengujian
terendah terdapat pada briket serbuk yang digunakan. Pada penambahan
limbah kelapa muda dengan konsentrasi perekat yang semakin tinggi
perekat 2,5% (P1K1) yaitu sebesar menyebabkan air yang terkandung dalam
9,20% sedangkan kadar air tertinggi perekat akan masuk dan terikat didalam
yaitu briket serbuk + serabut kelapa pori, selain itu penambahan perekat yang
dengan konsentrasi perekat 7,5% (P2K3) semakin tinggi akan menyebabkan briket
yaitu sebesar 9,90% ( Gambar 1). Hal ini mempunyai kerapatan yang tinngi pula
mungkin disebabkan karena perbedaan sehingga pori-pori briket semakin kecil
bahan serta konsentrasi perekat yang dan saat dikeringkan air yang
digunakan. Seperti yang dikatakan terperangkap dalam pori briket sukar
Vuspayani (2017), bahwa adar air briket menguap.
dipengaruhi oleh jenis bahan baku,

10 9,9
9,7 9,75
Kadar Air (%)

9,8
9,6 9,5
9,4
9,4 P1
9,2
9,2 P2
9
8,8
K1 K2 K3
Gambar 1. Grafik pengaruh Jenis Bahan dan Konsentrasi Perekat terhadap Kadar Air
Briket.
Keterangan : P1 = Serbuk Limbah Kelapa Muda, P2 = Serbuk + Serabut Limbah
Kelapa Muda, K1 = Konsentrasi Perekat 2,5%, K2 = Konsentrasi
Perekat 5%, dan K3 = Konsentrasi Perekat 7,5%

Menurut satandar mutu briket batu menurunkan nilai kalor dan laju
bara (SNI), dari sampel briket yang pembakaran karena panas yang diberikan
dihasilkan tidak ada yang memenuhi digunakan terlebih dahulu untuk
standar mutu (SNI 01-6235-2000) yaitu menguapkan air yang terdapat di dalam
maksimal 8% (Chaeriawani, 2016). Pada briket (vuspayani, 2017).
umumnya kadar air yang tinggi akan

2. Kadar Abu
Pada Tabel 1. terlihat bahwa perekat 2,5% (P1K1) dengan nilai 8,50%
kadar abu pada semua perlakuan tidak dan nilai tertinggi pada briket Serbuk
berbeda nyata. Berdasarkan grafik limbah kelapa muda dan serbuk + serabut
(Gambar 2.) kadar abu terendah yaitu dengan konsentrasi perekat 7,5% (P1K3
pada briket serbuk dengan konsentrasi dan P2K3) yaitu 9,5%.

6
10
9,5
9,6

Kadar Abu (%)


9,2 9 9
P1
8,8 8,5
P2
8,4
8
7,6
K1 K2 K3
Gambar 2. Grafik pengaruh Jenis Bahan dan Konsentrasi Perekat terhadap Kadar Abu
Briket.
Keterangan : P1 = Serbuk Limbah Kelapa Muda, P2 = Serbuk + Serabut Limbah
Kelapa Muda, K1 = Konsentrasi Perekat 2,5%, K2 = Konsentrasi
Perekat 5%, dan K3 = Konsentrasi Perekat 7,5

kadar abu yang tinggi dapat Penelitian kali ini juga


disebabkan karena adanya penambahan menunjukkan bahwa nilai kadar abu
konsentrasi perekat dan pencampuran yang semakin meningkat untuk setiap
bahan baku pembuat briket. Hal ini peningkatan kadar air pada briket.
sesuai dengan hasil penelitian Widiyanti Berdasarkan hasil data yang diperoleh
(2016) dimana diperoleh kadar abu secara keseluruhan briket yang
briket arang tempurung kelapa dan dihasilkan pada penelitian ini nillai kadar
sekam padi yang tinggi yaitu masing- abunya memenuhi standar nasional (SNI)
masing sebesar 20,05% dan 40,2% yang kualitas briket batu bara, dimana standar
mungkin disebabkan campuran/ nasional (SNI) kadar abu batu bara yaitu
komposisi briket arang seperti tanah liat 8-10% (Hendra, 1999; Sunyata dan
dan tepung kanji terlalu banyak. Wulur, 2008; Vuspayani, 2017).

3. Vollatile Mattter

Berdasarkan hasil analisis masing (P1K1, P1K2, P1K3, P2K1, dan


statistika (Tabel 1.) diperoleh hasil yang P2K2) yaitu 22,08%, 21,93%, 21,54%.
berbeda nyata pada nilai vollatile matter 19,59% dan 17,73% (Gambar 3).
briket. Briket serbuk + serabut limbah Berdasarkan Gambar 3, nilai Vollatile
kelapa muda dengan konsentrasi 7,5% matter tertinggi yaitu pada briket serbuk
(P2K3) dengan nilai terendah yaitu limbah kelapa muda dengan konsentrasi
16,29%, sedangkan perlakuan yang lain perekat 2,5%. Menurut hasil analisis
menunjukkan hasil dengan nilai masing – menunjukkan bahwa faktor jenis bahan

7
berpengaruh nyata terhadap nilai vollatile nyata terhadap nilai volatile matter tiap
matter briket yang dihasilkan. Hal ini briket arang. Kadar vollatile matter dari
sesuai dengan pendapat Hendra (2002) bbriket arang yang dihasilkan secara
yang menyatakan bahwa tinggi keseluruhan belum dapat memenuhi
rendahnya dekomposisi senyawa standar nasional (SNI) dimana kadar
vollatile yang dihasilkan dipengaruhi vollatile matter yang dihasilkan sesuai
oleh jenis bahan baku, sehingga SNI yaitu maksimal 15%.
perbedaan jenis bahan baku berpengaruh

25
Vollatile Matter (%)

23 22,08 21,93 21,54


21 P1
19 17,73 P2
16,59 16,29
17

15
K1 K2 K3

Gambar 3. Grafik pengaruh Jenis Bahan dan Konsentrasi Perekat terhadap Nilai
Volatille Matter Briket.
Keterangan : P1 = Serbuk Limbah Kelapa Muda, P2 = Serbuk + Serabut Limbah
Kelapa Muda, K1 = Konsentrasi Perekat 2,5%, K2 = Konsentrasi
Perekat 5%, dan K3 = Konsentrasi Perekat 7,5

4. Fixed Carbon
Kadar karbon terikat (Fixed ini disebabkan karena setiap reaksi
carbon) mempunyai pengaruh yang oksidasi dari zat karbon yang ada akan
cukup penting untuk menentukan mempertinggi nilai kalornya ( Onu et
kualitas suatu arang, karena kadar karbon al., 2010; Ratri dan Yamtinah, 2012).
terikat dalam arang akan mempengaruhi Besarnya nilai karbon terikat pada setiap
besarnya nilai kalor yang dihasilkan. Hal perlakuan ditunjukkan pada Gambar 4.

8
70
64,31

Fixed Carbon (%)


63,52
65
60,22 59,67 59,46 P1
60
P2
55 51,71

50
K1 K2 K3
Gambar 4. Grafik pengaruh Jenis Bahan dan Konsentrasi Perekat terhadap Fixed
Carbon Briket.
Keterangan : P1 = Serbuk Limbah Kelapa Muda, P2 = Serbuk + Serabut Limbah
Kelapa Muda, K1 = Konsentrasi Perekat 2,5%, K2 = Konsentrasi
Perekat 5%, dan K3 = Konsentrasi Perekat 7,5

Berdasarkan hasil analisis kelapa muda dengan konsentrasi perekat


statistika, pemberian perlakuan tidak 5% (P1K2).
berbeda nyata antar setiap perlakuan. Hal Kadar zat mudah menguap yang
ini sesui dengan pendapat Ratri dan menurun mampu meningkatkan nilai
Yamtinah (2012) yang menyatakan kadar karbbon terikat briket (Fitri, 2017).
bahwa variasi komposisi dan variasi Menurut Masturi (2002) keberadaan
partikel tidak berpengaruh terhadap nilai kadar karbon terikat di dalam briket
karbon terikat (Fixed carbon) briket. arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu
Nilai tertinggi ditunjukkan oleh briket dan kadar zat menguap. Dari Tabel 7.
serbuk + serabut limbah kelapa muda dapat dilihat bahwa kadar karbon terikat
dengan konsentrasi perekat 7,5% (P2K3) pada briket yanng dihasilkan belum
yaitu 63,18% dan nilai terrendah sesuai dengan standar nasional yaitu
ditunjukan oleh briket serbuk limbah sebesar 78,35 %.

5. Laju Pembakaran
Hasil analisis statistika terhadap dengan perlakuan P1K1 dan P2K2
laju pembakaran briket menunjukkan sedangkan dengan yang lainnya tidak
adanya perbedaan nyata antar perlakuan berbeda nyata.
(Tabel 1). Perlakuan P2K3 berbeda nyata

9
0,01
0,0095

Laju Pembakaran (g/s)


0,009 0,008563333
0,00839
0,0085 0,00808
0,00783 P1
0,008
0,007403333 P2
0,0075
0,007 0,006586667
0,0065
0,006
K1 K2 K3
Gambar 5. Grafik pengaruh Jenis Bahan dan Konsentrasi Perekat terhadap Laju
Pembakaran Briket.
Keterangan : P1 = Serbuk Limbah Kelapa Muda, P2 = Serbuk + Serabut Limbah
Kelapa Muda, K1 = Konsentrasi Perekat 2,5%, K2 = Konsentrasi
Perekat 5%, dan K3 = Konsentrasi Perekat 7,5%

Laju pembakaran briket g/s (Gambar 5). Berdasarkan data yang


berdasarkan hasil pengujian didapat diperoleh jenis bahan pembuatan briket
untuk nilai terendah yaitu briket serbuk + lebih berpengaruh terhadap laju
serabut limbah kelapa muda dengan pembakaran dibandingkan dengan
konsentrasi perekat 7,5% (P2K3) sebesar konsentrasi perekat. Hal ini sesuai hasil
0,006587 g/s sedangkan yang terbesar penelitian Chaerawani (2016) yang
pada briket serbuk dengan konsentrasi menunjukkan bahwa perbedaan
perekat 5% (P1K2) sebesar 0,00856 g/s. komposisi perekat pada masing – masing
Nilai laju pembakaran perlakuan yang briket tidak begitu berpengaruh jauh,
lain masing – masing (P1K1, P1K3, tetapi ukuran serbuk yang seragam atau
P2K1 dan P2K2) sebesar 0,00839 g/s, tidaknya dapat mempengaruhi laju
0,00808 g/s, 0,00783 g/s, dan 0,007403 pembakaran.

6. Kerapatan Briket
Kerapatan menunjukkan briket tersebut (Vuaspayani, 2017). Nilai
perbandingan antara berat dan volume rata-rata kerapatan pada masing-masing
briket. Besar kecilnya kerapatan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6.
dipengaru oleh kehomogenan penyusun

10
0,3 0,26
0,25 0,23
0,2
0,18

Kerapatan (g/cm3)
0,2 0,17
0,15
0,15 P1
0,1 P2

0,05

0
K1 K2 K3

Gambar 6. Grafik pengaruh Jenis Bahan dan Konsentrasi Perekat terhadap Kerapatan
Briket.
Keterangan : P1 = Serbuk Limbah Kelapa Muda, P2 = Serbuk + Serabut Limbah
Kelapa Muda, K1 = Konsentrasi Perekat 2,5%, K2 = Konsentrasi
Perekat 5%, dan K3 = Konsentrasi Perekat 7,5

Nilai kerapatan yang dihasilkan terhadap nilai kerapatan. Hal ini sesuai
menunjukkan adanya perbedaan sangat dengan penelitian Fitri (2017) yang
nyata terhadap perlakuan yang diberikan menunjukkan bahwa penambahan serbuk
(Tabel 1). Nilai Kerapatan terendah gergaji dan kulit kopi dengan
sebesar 0,138 gr/cm³ yaitu pada briket perbandingan 70:30 sebesar 0,72 akan
dengan komposisi serbuk+serabut limbah meningkatkan nilai kerapatan dari suatu
kelapa muda dengan konsentrasi 2,5% briket sedangkan nilai kerapatan yang
(P2K1) sedangkan nilai kerapatan menurun terdapat pada perbandingan
tertinggi sebesar 0,257 gr/cm³ yaitu pada 90:10 yaitu 0,56. Hal ini diakibatkan
briket dengan komposisi serbuk limbah karena ikatan antara serbuk gergaji dan
kelapa muda dengan konsentrasi perekat kulit kopi tidak mempunyai ikatan antar
7,5% (P1K3). Berdasarkan hasil analisis serat yang kompak dan kuat. Menurut
dapat dilihat bahwa jenis bahan dan Sinurat (2011) semakin besar kerapatan
konsentrasi perekat sangat berpengaruh bahan bakar maka laju pembakaran akan
terhadap tinggi rendahnya kerapatan semakin lama. Hasil pengujian kerapatan
briket. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menghasilkan nilai rata – rata 0,138
Hendra (2007) yang menyatakan bahwa – 0,257 gr/cm³ belum mampu memenuhi
perbedaan jenis bahan baku sangat standar nasional (SNI) yaitu dimana nilai
mempengaruhi besarnya nilai kerapatan kerapatan yang sesuai standar sebesar
briket arang yang dihasilkan. 0,44007 gr/cm³.
Perbedaan jenis bahan baku
penyusun briket juga berpengaruh

7. Kekuatan Briket

11
Kekuatan briket merupakan terhadap pecah atau hancurnya briket.
kemampuan briket untuk memberikan Hasil pengujian kekuatan briket dapat
daya tahan atau kekompakan briket dilihat pada Gambar 7.

600
Kekuatan Briket (J)
500 485,69
400 402,483 406,017
395,677 415,77
300 P1
296,48 P2
200
100
0
K1 K2 K3
Gambar 7. Grafik pengaruh Jenis Bahan dan Konsentrasi Perekat terhadap Kekuatan
Briket.
Keterangan : P1 = Serbuk Limbah Kelapa Muda, P2 = Serbuk + Serabut
Limbah Kelapa Muda, K1 = Konsentrasi Perekat 2,5%,
K2 = Konsentrasi Perekat 5%, dan K3 = Konsentrasi Perekat
B7,5%.

Berdasarkan hasil analisis kecenderungan akan semakin tinggi


statistika diperoleh hasil dimana jenis kekuatan pecah briket. Hal ini
bahan dan konsentrasi perekat disebabkan dengan bertambahnya
memberikan hasil yang berbeda sangat kadar perekat maka ikatan partikel
nyata. Pada Gambar 7 diperoleh hasil bahan semakin kuat (Pari et al., 1990;
kekuatan briket yaitu 296,480 J; Faujiah, 2016).
395,677 J; 415,770 J; 402,483 J; Pencampuran bahan serbuk dan
406,017 J; 485,690 J. Hal ini serabut limbah kelapa muda juga dapat
menunjukkan bahwa semakin tinggi menambah nilai kekuatan briket.
konsentrasi perekat, maka semakin Kekuatan tekan pada briket
tinggi pula nilai kekuatan briket dipengaruhi oleh campuran bahan baku
(Gambar 7). Penambahan kadar perekat pada pembuatan briket, semakin
akan menambah kuat ikatan antar banyak jumlah campuran yang
perekat dengan bahan pada briket. digunakan maka kuat tekan briket akan
Semakin tinggi konsentrasi perekat ada semakin tinggi (Iriany et al., 2016).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

12
1. Limbah kelapa muda dapat DAFTAR PUSTAKA
digunakan sebagai bahan baku Abdullah, K. 2001. Biomass Energy
pembuatan briket melalui proses Potentials and Utilization in
Indonesian Renewable Energy
pengeringan dan pemarutan agar
Society (IRES).(On-line)
menjadi serbuk dan serabut. http://www.repp.org/discussion
2. Secara umum kualitas briket groups/resources/stoves/Fuels/
terbaik dari bahan baku limbah msoB2D82.pdf.Diakses pada 19
kelapa muda dengan perekat Maret 2018
tepung tapioca adalah P1K1 (briket Allorerung, D., Mahmud, Z.,
serbuk + tepung tapioka 2,5 %) Wahyudi., Novarianto, H.,
Luntungan, H.T. 2005. Prospek
dengan nilai kadar air 9,2 %, kadar
dan Arah Pengembangan
abu 8,5 %, volatile matter 22,08 Agribisnis Kelapa. Badan
%, fixed carbon 60,22 %, laju Penelitian dan Pengembangan
pembakaran 0,00838 g/s, Pertanian, Departemen
2
kerapatan 0,2 g/𝑐𝑐𝑐𝑐 dan kekuatan Pertanian: Indonesia
300,6 j. Arif, E., Mire B., Amaliyah R,dan Zain
E. 2012. Pengaruh Dimensi
Partikel Arang Kulit Kakao
Saran Terhadap Mutu Briket Sebagai
1. Perlu adanya metode pengukuran Energi Alternatif.
nilai kalor menggunakan alat bomb Skripsi.Universitas Hasanudin,
calorimeter karena nilai kalor Sulawesi Selatan.
merupakan salah satu hal Arifin, N dan R. Noor. 2016. Pengaruh
terpenting untuk mengetahui Komposisi Campuran Briket
Arang Alang-Alang (Imperata
kualitas suatu briket. Pada
cylindrica) untuk Meningkatkan
penelitian ini tidak menghitung Nilai Kalor. J. Teknik
nilai kalor dikarenakan tidak Lingkungan 2 (2): Hal. 61-72.
adanya alat bomb calorimeter. Astuti, S.P., dan M. firdaus F. 2014
2. Pada proses berjalannya penelitian Penuntun Praktikum Instrumen
hal yang memakan waktu terlama dan Pengukur. Politeknik
adalah pada saat pemarutan bahan Negeri Sriwijaya: Palembang.
Augustin Pyrame De Candpell. 1986.
menjadi serbuk, jadi alangkah
The Origins Of Cultivated
lebih baik jika proses pemarutan/ Plants.
penggilingan menjadi serbuk Badan Pusat Statistik (BPS). 2016.
menggunakan alat mekanis agar Luas Tanam dan Produksi
lebih efisien. tanaman Perkebunan Menurut
Propinsi dan Jenis Tanaman,
Indonesia (000 Ha, tahun 2011-

13
2016).On-linehttp://bps.go.id. Foale and Haries.2010.Coconut :
Diakses pada 5 Maret 2018 Specialty Crops For Pasific
Badan Standarisasi Nasional (BSN). Island Agroforestry.
2000. SNI-01- 6235. Baku mutu http://www.agroforestry.net/scp
analisa proksimat briket.BSN: s/ [diakses 11 juli 2018].
Indonesia. Hanandito, L dan S. Willy.2012.
Badiaroh A. 2013.Budidaya Tanaman Pembuatan Briket Arang
Kelapa.Ditjenbun, Kementerian Tempurung Kelapa dari Sisa
Pertanian; Indonesia. Bahan Bakar Pengasapan Ikan
Darvina, Y. 2010. Upaya Peningkatan Kelurahan Bandarharjo
Kualitas Briket yang Berasal Semarang.(On-line)
dari Cangkang dan Tandan http://eprints.undip.ac.id/36696/
Kosong Kelapa Sawit.Seminar 1/3. Artikel_Ilmiah.pdf.Diakses
Nasional dan MUBES Ikatan pada 31 Juli 2017.
alumni MIPA Universitas Harimurti, G. 2015. Pembuatan
Negeri Padang 13-14 November Biobriket dari Campuran Batok
2010, Padang. Kelapa Muda dan Bonggol
Dirjen Perkebunan. 2015. Statistik Bambu Menggunakan Perekat
Perkebunan Indonesia 2014- Tetes Tebu.JTM 3 (3): 152-159.
2016: Kelapa Sawit. Direktorat Hartoyo dan Nurhayati. 1976.
Jenderal Perkebunan, Rendemen dan Sifat Arang dari
Kementerian Pertanian. Jakarta. Beberapa Jenis Kayu Indonesia.
Erikson, Sinurat, 2011, Studi Laporan penelitian No.
Pemanfaatan Briket Kulit Jamu 62,LPHH: Bogor.
Mente dan Tongkol Jagung Hendra, D. 2009. Pembuatan Briket
Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Arang dari Campuran Kayu,
Tugas Akhir Fakultas Teknik Bambu, Sabut Kelapa dan
Universitas Hasanudin, Tempurung Kelapa sebagai
Makasar. Sumber Energi Alternatif.(On-
Fariadhie, J. 2009. Perbandingan Briket line)
Tempurung Kelapa dengan http://www.pustekolah.org/data
Ampas Tebu, Jerami dan Batu _content/attachment/8._Djeni_
Bara.J. Teknik-UNISFAT 5 (1): Hendra_.pdf.Diakses pada 31
1-8. Juli 2017
Fitri N. 2017. Pembuatan Briket Dari Hidayanto, M. 2010. Limbah Kelapa
Campuran Kulit Kopi (Coffea Sawit sebagai Sumber Pupuk
Arabica) Dan Serbuk Gergaji Organik dan Pakan Ternak.(On-
Dengan Menggunakan Getah line)
Pinus (Pinus Merkussi) Sebagai http://peternakan.litbang.pertani
Perekat. Fakultas Sains Dan an.go.id/fullteks/lokakarya/plim
Teknologi UIN Alauddin bah08-13.pdf?secure=1.Diakses
Makasar: Makasar. pada 31 Juli 2017.

14
Iriany, C. Carnella, dan C.N. Sari. Mulia, A. 2007. Pemanfaatan Tandan
2016. Pembuatan Biobriket dari Kosong Kelapa Sawit dan
Pelepah dan Cangkang Kelapa Cangkang Kelapa Sawit sebagai
Sawit: Pengaruh Variasi Briket Arang. Tesis. Magister
Komposisi Bahan Baku dan Kimia. Universitas Sumatera
Waktu Karbonisasi terhadap Utara.
Kualitas Briket. J. Teknik Kimia Muzi, I. dan S.A. Mulasari.2014.
USU 5 (3): Hal. 31-37. Perbedaan Konsentrasi Perekat
Isa, I., H. Lukum, dan I.H. Arif. 2012. antara Bioarang Tandan Kosong
Briket Arang dan Arang Aktif Sawit dengan Briket Bioarang
dari Limbah Tongkol Tempurung Kelapa Waktu
Jagung.Hasil Penelitian Didih Air.J. KESMAS 8 (1):
Pengembangan Program Studi Hal. 1-10
Jurusan Pendidikan Kimia Nugraha, J.R., 2013. Karakteristik
FMIPA, Universitas Gorontalo: Termal Briket Arang Ampas
Gorontalo, Oktober 2012. Tebu dengan Variasi Bahan
Kurniati, E. 2008.Pemanfaatan Perekat Lumpur Lapindo.
Cangkang Kelapa Sawit sebagai Skripsi Jurusan Teknik Mesin
Arang aktif.J. Penelitian Ilmu Fakultas Teknik Universitas
Teknik 8(2): Hal. 96-103 Jember: Jember.
Mahajoeno, E. 2007. Energi Alternatif Nursyiwan dan Nuryetti. 2005.
Pengganti BBM: Potensi Pembuatan Briket Arang Dari
Biomassa Sawit Sebagai Serbuk Gergaji. LIPI: Jakarta.
Sumber Energi Terbarukan. Pari, G, D. Hendra dan J, Hartoyo.
Lembaga Riset Perkebunan 1990. Beberapa Sifat Fisis dan
Indonesia: Jakarta. Kimia Briket Arang dari
Mahmud dan Ferry. 2005. Prospek Limbah Arang Aktif. Jurnal
Pengolahan Hasil Samping Penelitian Hasil Hutan 2(2): 61-
Buah Kelapa. Pusat Penelitian 67.
dan Pengembangan Patabang D. 2012. Karakteristik termal
Perkebunan. Bogor. briket arang sekam padi dengan
Maryono, Sudding dan Rahmawati. variasi bahan perekat. Jurnal
2013. Pembuatan dan Analisis Mekanikal. 2(3): 286-292.
Mutu Briket Arang Tempurung Pradana, N. 2015. Pemanfaatan
Kelapa Ditinjau dari Kadar Limbah Sabut dan Tempurung
Kanji. J. Chemica 14 (1): Hal. Kelapa Muda (Cocos nucifera)
74-83. sebagai Bahan Baku Briket
Masturin, A. 2002. Sifat Fisik dan Arang. Karya Ilmiah Program
Kimia Briket Arang dari studi Teknologi Hasil Hutan,
Campuran Arang Limbah Teknologi Pertanian, Politeknik
Gergaji Kayu. Fakultas Pertanian Negeri Samarinda:
Kehutanan Institut Pertanian Samarinda.
Bogor: Bogor.

15
Purnomo, R.H., H. Hower dan I.R. Sapid an Limbah Pertanian.
Padya. 2015. Pemanfaatan Seminar Hasil Penelitian
Limbah Biomassa untuk Briket Jurusan Teknik Pertanian,
sebagai Energi Alternatif. Fakultas Teknologi Pertanian
Prosiding Seminar Agroindustri Universitas Andalas: Lampung
dan Lokakarya Nasional FKPT- (On-line)
TPI Program Studi TIP-UTM, Sitanggang, H.M.P., dan Romy. 2015.
2-3 September 2015. Pemanfaatan Limbah Cair
Ratri, C.M. dan S. Yatminah.2012. Pabrik Pengolahan Kelapa
Pembuatan Briket Arang dari Sawit sebagai Perekat pada
Limbah Organik dengan Pembuatan Briket dari Arang
Menggunakan Variasi Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis
Komposisi dan Ukuran Bahan. Guineensis Jacq.).J. JOM
Seminar Nasional Kimia dan FTEKNIK 2 (2): Hal. 1-13.
Pendidikan Kimia IV. Program Soeyanto, T., 1982. Cara Membuat
Studi Pendidikan Kimia Jurusan Sampah Jadi Arang dan
PMIPA FKIP UNS, Surakarta Kompos.Yudhistira: Jakarta
pada 31 Maret 2012. Hal: 102- Sudrajat, 1983. Pengaruh Bahan Baku,
110. Jenis Perekat Dan Tekanan
Rindengan, B., Lay, A., H,. Kenbuan, Kempa Terhadap Kualitas
H., & Mahmud, Z. 1995. Briket Arang. Laporan
Karakterisasi Daging Buah Lembaga Penelitian Hasil
Kelapa Hibrida untuk Bahan Hutan No. 165 Hal 7-17. Pusat
Baku Industri Makanan. Penelitian dan Pengembangan
Laporan Hasil Penelitian. Hasil: Bogor.
Kerjasama Proyek Pembinaan Suhardiman, P. 1999. Bertanam
Kelembagaan Penelitian Kelapa Hibrida. Penebar
Pertanian Nasional. Badan Swadaya. Jakarta.
Litbang 49p. Sulistyanto, A. 2006. Karakteristik
Rismayani, S dan A. Pembakaran Biobriket
Sjaifudin.2011.Pembuatan Bio- Campuran Batubara dan Sabut
Briket dari Limbah Sabut Kelapa. Media Mesin 7(2): 77-
Kelapa dan Bottom Ash.J. 84.
Arena Tekstil 26 (1): 47-54. Syafriuddin dan R. Hanesya,. 2012.
Sa’adah, W.A., 2014. Pemanfaatan Perbandingan Penggunaan
Limbah Kelapa Sawit (Elaesis Energi Alternatif Bahan Bakar
guineesis Jacq.) dan Serbuk Serabut (Fiber) dan Cangkang
Kayu Mahoni sebagai Bahan Kelapa Sawit terhadap Bahan
Baku Biopelet.Skripsi Fakultas Bakar Batubara dan Solar pada
Kehutanan IPB: Bogor Pembangkit Listrik. Prosiding
Santosa, R. Mislaini dan S. P. Anugrah. Seminar Nasional Aplikasi
2011. Studi Variasi Bahan Sains dan Teknologi (SNAST)
Penyusun Briket dari Kotoran

16
Periode III. Yogyakarta Pada 3
November 2012. Hal: 162-169.
Thoha, M.Y. dan D. E. Fajrin.
Pembuatan Briket Arang dari
Daun Jati dengan Sagu Aren
sebagai Perekat.J. Teknik Kimia
17(1): 34-43.
Vuspayani, R. 2017. Uji Kualitas fisis
Briket Dari Campuran Limbah
Bahan Cangkang Biji Jarak
Pagar Dengan Tempurung
Kelapa. Skripsi Fakultas Sains
Dan Teknologi UIN Alauddin:
Makasar.
Wacik, S dan Linggih. 1986. Persiapan
Menghadapi PMDK &
Sipenmaru. Ganeca Exact:
Bandung.
Widarto, L dan Suryanta. 1995.
Membuat Bioarang dari
Kotoran Lembu. Kanisius:
Yogyakarta.
Widiyanti. 2016. Pembuatan Briket
Arang Dari Tempurung Kelapa
(Coco nucifera) Dan Sekam
Padi (Oryza sativa) Dengan
Komposisi Yang Berbeda.
Skripsi Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda: Samarinda.
Yuliana, H.R. 2011. Karakterstik Selai
Tempurung Kelapa Muda.
Skripsi Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Ujung Pandang:
Ujung Pandang.

17

Anda mungkin juga menyukai