ABSTRAK
Pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan sangat perlu dilakukan
karena limbah ini sangat berharga dan bernilai ekonomi tinggi bila dimanfaatkan.
karena apabila di olah limbah tersebut bisa menjadi salah satu energI terbarukan.
Energi terbarukan itu adalah pemanfaatan energi biomassa. Biomassa yang dapat
diolah menjadi energi terbarukan salah satunya limbah perkebunan yaitu limbah
cangkang kelapa sawit. Limbah kelapa sawit ini menimbulkan adanya masalah
lingkungan seperti: estetika lingkungan, penyempitan lahan dan bisa menjadi
sumber penyakit. Pengolahan limbah cangkang kelapa sawit dapat dilakukan
dengan menjadikan limbah cangkang menjadi briket. Briket dapat menggantikan
minyak tanah, pembuatan briket menggunakan bahan perekat yang mengandung
pati, selain tepung tapioka bahan yang dapat dimanfaatkan menjadi perekat salah
satunya adalah tepung kanji. Pembuatan briket arang ini di lakukan dengan
beberapa variasi Metoda yang digunakan pada penelitian ini adalah gravimetri
untuk pengujian kadar air dan abu, metoda Bomb Calorimeter untuk pengujian
nilai kalori. Dari penelitian ini dengan 3 macam variasi komposisi campuran yaitu
95%:5%, 90%:10%, 85%:15% dengan urutan arang cangkang : tepung kanji.
Maka didapatkan semua komposisi briket ini masih dibawah atau lebih bagus dari
standar kualitas briket sesuai SNI 01-6325-2000. Masing- masing campuran briket
memiliki pengaruh terhadap kualitas briket untuk kadar air, kadar abu dan nilai
kalori pada briket kulit kakao tersebut. Briket yang paling bagus dilihat dari
parameter diatas adalah dengan campuran 90% arang cangkang dan 10% perekat.
Kata kunci : Biomassa, Briket, Perekat, Kadar air, Kadar abu, Nilai kalor
Utilization Of Oil Palm Shell Waste Into Charcoal Briquettes As An Alternative
Fuel
ABSTRACT
Utilization of waste agriculture, plantations and forestry needs to be done
because this wastes valuable and very high economic value when utilized.
because if the waste in the sport could be one of renewable energy. It is the
utilization of renewable energy biomass energy. The biomass can be processed
into renewable energy one of the sewage waste i.e. plantations oil palm shells.
This palm oil waste poses environmental problems such as: aesthetic
environment, narrowing the land and could be a source of disease. Oil Palm shell
waste processing can be done by making the shell waste into briquettes.
Briquettes can replace kerosene, briquettes using a binder containing starch,
tapioca flour in addition to materials that can be utilized into the adhesive one is
starch. This charcoal briquette making do with some variations in the methods
used in this research is the gravimetric water content and testing for ash, Bomb
Calorimeter method for testing the value of calories. From this research with 3
kinds of variations in the composition of the mixture that is 95%: 5%, 90%: 10%,
85%: 15% with the order of the charcoal shell: starch. Then it brings all the
composition of briquettes are still under or better quality than standard briquettes
suitable SNI 01-6325-2000. Each briquette blend has an impact on the quality of
briquettes for moisture content, ash and caloric value levels on cocoa skin
briquettes. Briquettes are best seen from the above parameters is with a mixture
of 90% of shell charcoal and 10% adhesive.
Keywords: biomass, Briquettes, gluten, moisture content, ash Levels, caloric
Value.
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadiarat
Allah SWT, dimana atas berkat rahmat dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini yang penulis beri judul “ Pemanfaatan Limbah
Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Briket Arang Sebagai Bahan Bakar
Alte rnatif ”.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Riko Ervil, MT. sebagai Ketua Yayasan Muhammad Yamin,
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang;
2. Ibu Tri Ernita, ST,MP, selaku PLT Ketua Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang.
3. Bapak Yaumal Arbi, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang dan selaku
pembimbing I yang telah memberikan arahan dan masukan untuk
kelengkapan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Hendri Sawir, MT selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan nasehat dan masukan dalam penulisan skripsi penelitian ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan/karyawati Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
6. Teman-teman mahasiswa Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian penulisan skripsi penelitian ini.
7. Teman-teman seangkatan dan seluruh mahasiswa Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian Skripsi penelitian ini.
Akhirnya penulis menyadari Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik
dan saran terlebih dahulu penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Rumusan masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.2 Kerangka Konseptual
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Lokasi Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.4 Variabel Penelitian
3.5 Data dan Sumber Data
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .........................................
3.7 Kerangka Metodologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
4.2 Pembahasan
BABV PENUTUP
5.1 Kesimpulam
5.2 Saran
DAFTAR KEPUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pohon dan buah kelapa sawit
Gambar 2.2 Proses pengolahan yang terjadi di pabrik kelapa sawit
Gambar 2.3 Mesin pencacah TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)
Gambar 2.4 Bagan kerangka konseptual 31
Gambar 3.1 Kerangka metodologi penelitian Gambar 4.1 Hasil pengukuran kadar
air briket cangkang kelapa sawit
Gambar 4.2 Hasil pengukuran kadar abu briket cangkang kelapa sawit
Gambar 4.3 Hasil pengukuran nilai kalor briket cangkang kelapa sawit
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Variasi campuran briket kelapa sawit
Tabel 4.2 Hasil pengukuran briket cangkang kelapa sawit
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Pengukuran Briket di Laboratorium
Lampiran II Foto Hasil Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan sangat perlu
dilakukan karena limbah ini sangat berharga dan bernilai ekonomi tinggi bila
dimanfaatkan dan di olah menjadi bahan yang lebih berguna. Oleh karena itu
sangat di sayangkan bila limbah ini tidak diolah dan hanya menjadi bahan
percemar bagi alam saja. Contohnya saja di Kabupaten Pasaman Barat ini
didominasi oleh pertanian dan perkebunan oleh karena itu perlu adanya putra
daerah atau pihak manapun yang melakukan pemanfaatan ini, karena pemanfaatan
ini sangat ekonomis dan bisa mengurangi bahan pencemar itu sendiri.
Karena Pasaman Barat merupakan salah satu daerah penghasil kelapa
sawit terbesar maka tidak bisa di pungkiri banyak terdapat limbah dari hasil
pengolahan kelapa sawit itu sendiri, khususnya adalah limbah padatnya karena
masih belum banyak upaya yang dilakukan untuk pemanfaatan limbah ini kembali
khususnya cangkang sawit itu sendiri.
Limbah cangkang ini merupakan bagian terdalam pada buah kelapa sawit
dan memiliki tekstur yang keran oleh sebab itu dalam pengolahan buah kelapa
sawit cangkang ini tidak bisa di olah memnjadi minyak dan hanya menjadi limbah
atau buangan pabrik, dan cangkang kelapa sawit ini juga mempunyai kandungan
yang baik untuk di manfaatkan sebagai bahan bakar dan bisa untuk dilakukan
pengolahan lebih lanjut agar mempermudah penggunaannya dan lebih efektif
yaitu dengan mengolahnya menjadi briket arang sebagai bahan bakar alternatif.
Energi biomassa menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil
(minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat
dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak
mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabakan polusi udara juga dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Widardo
dan Suryanta, 1995).
Dan salah satu contoh energi biomassa ini adalah briket arang dan briket
arang ini bisa di buat dari limbah cangkang kelapa sawit, dan dengan begitu
banyaknya pabrik kelapa sawit yang ada di Sumetera Barat tentu akan banyak
juga menimbulkan limbah cangkang kelapa sawit ini.
Oleh sebab itu penulis sangat tertarik untuk membahas tentang masalah ini
yang berjudul “ Pe manfaatan Limbah Cangkang Kelapa Sawit Menjadi
Briket Arang Sebagai Bahan Bakar Alternatif “.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifkasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Menipisnya cadangan bahan bakar minyak di dunia terutama di Indonesia.
2. Belum adanya pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit selain untuk
bahan bakar boiler.
3. Masih terjadinya penumpukan cangkang kelapa sawit disekitar pabrik
yang menyebabkan penyempitan lahan.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka batasan masalah penelitian ini
adalah :
1. Penambilan sampel untuk penelitian ini yaitu limbah cangang kelapa sawit
di peroleh dari PT. Bintara Tani Nusantar.
2. Pembuatan produknya atau briket ini di lakukan di Labor STTIND
padang.
3. Pengujian kualitas briket akan di lakukan di Laboratorium PT. Geoservice
Padang.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Komposisi bahan perekat yang tepat sehingga limbah cangkang kelapa
sawit dapat dijadikan briket dan mempunyai Nilai Kalor, Kadar Air dan
Kadar Abu yang sesuai standar SNI ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka dapat ditentukan tujuan penilian
ini adalah sebagai berikut :
Diperoleh komposisi bahan perekat arang yang paling tepat dan
mempunyai nilai kalor, kadar air dan kadar abu yang memenuhi standar
SNI Briket arang.
1.6 Manfaat penelitian
A. Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan kedalam
bentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisa
suatu permasalahan serta menambah wawasan penulis khususnya di bidang
keilmuan teknik Lingkungan.
B. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi bahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam melaksanakan
penerapan sistem pengelolaan lingkungan.
C. Bagi STTIND
Dapat menjadi suatu masukan dalam pembuatan jurnal dan dapat dijadikan
sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa teknik lingkungan yang akan
melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil
minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak
kelapa sawit terbesar kedua dunia setelah Malaysia. Hal ini menunjukkan betapa
tingginya keberadaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Akan tetapi dengan
melimpahnya perkebunan kelapa sawit ini dapat menyebabkan pencemaran yang
di sebabkan oleh limbah apabila limbah tersebut tidak diolah. Limbah kelapa
sawit dapat di manfaatkan kembali seperti batang dan tandan sawit untuk pulp
kertas, Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel dan sebagainya.
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan
salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa
nonmigas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk
memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Gambar 2.1 Pohon dan Buah Kelapa Sawit
Pohon kelapa sawit menghasilkan buah sawit yang terkumpul di dalam satu
tandan, oleh karena itu sering disebut dengan istilah TBS (Tandan Buah Segar).
Sawit yang sudah berproduksi optimal dapat menghasilkan TBS dengan berat
antara 15-30 kg/tandan. Tandan-tandan inilah yang kemudian diangkut ke pabrik
untuk diolah lebih lanjut menghasilkan minyak sawit. Produksi utama pabr ik
sawit adalah CPO dan minyak inti sawit. CPO diekstrak dari sabutnya, yaitu
bagian antara kulit dengan cangkangnya. Sedangkan dari daging buahnya akan
menghasilkan minyak inti sawit. Varietas sawit dengan kulit tebal banyak dicari
orang, karena buah sawit seperti ini yang rendemen minyaknya tinggi. Neraca
pengolahan sawit di pabrik kelapa sawit kurang lebih seperti gambar neraca massa
di bawah ini. Dari setiap ton TBS yang diolah dapat menghasilkan 140 – 200 kg
CPO. Selain CPO pengolahan ini juga menghasilkan limbah/produk samping,
antara lain: limbah cair (POME=Palm Oil Mill Effluent), cangkang sawit,
fiber/sabut, dan tandan kosong kelapa sawit.
Limbah cair yang dihasilkan cukup banyak, yaitu berkisar antara 600 – 700 kg,
dan dihasilkan pula serat dan cangkang yang mencapai 190 kg. Fiber dan
cangkang umumnya digunakan sebagai bahan bakar boiler. Uap dari boiler
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dan untuk merebus TBS sebelum
diolah di dalam pabrik. Limbah lain yang sangat besar jumlahnya selain limbah
cair adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang mencapai 230 kg dari setiap
ton TBS yang diolah. Jumlah ini sangat besar dan menggunung di pabrik-pabrik
kelapa sawit. Dulu TKKS langsung dibuat tanpa dicacah terlebih dahulu. Namun
saat ini sebagian pabrik sudah mulai melakukan pencacahan terhadap TKKS yang
dihasilkannya. Mesin cacah yang digunakan berkapasitas cukup besar dan
jumlahnya beberapa buah.
2. Limbah Cair
3. Limbah Gas
Limbah yang menjadi perhatian di PKS adalah limbah cair atau yang lebih dikenal
dengan POME (palm oil mill effluent). POME ialah air buangan yang dihasilkan
oleh pabrik kelapa sawit utamanya berasal kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan
sludge separator. Setiap ton TBS yang diolah akan terbentuk sekitar 0,6 hingga 1
m3 POME. POME kaya akan karbon organik dengan nilai COD lebih 40 g/L dan
kandungan nitrogen sekitar 0,2 dan 0,5 g/L sebagai nitrogen ammonia dan total
nitrogen. Karakteristik POME ditunjukan pada tabel 1. Sumber POME berasal
dari unit pengolahan yang berbeda, terdiri dari:
Dari beberapa tujuan diatas, saat ini terdapat beberapa teknologi pengelolaan
POME selain sistem kolam terbuka. Adapun teknologi itu diantaranya adalah:
Selain menghasilkan gas Metana sebagai energi, saat ini POME juga dilaporkan
dapat menghasilkan gas Hidrogen sebagai energi. POME menghasilkan gas
hidrogen dengan menggunakan teknologi elektrokoagulasi.
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang
paling umum digunakan adalah briket batubara, briket arang, briket gambut, dan
briket biomassa. Briket merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang
memiliki prospek bagus untuk dikembangkan. Karena, selain dari proses
pembuatannya yang mudah, ketersediaan bahan bakunya juga mudah didapat.
Pada dasarnya briket bioarang adalah salah satu inovasi energi alternatife sebagai
pengganti arang konvensional yang berasal dari kayu. Bahan dasarnya dapat di
ambil dari serasah dan daun-daun kering lainnya.
Keuntungan yang diperoleh dari briket bioarang ini antara lain adalah :
Prinsipnya hanya ada dua jenis golongan bahan perekat yaitu perekat
organik dan nonorganik. Masing- masing jenis mempunyai keunggulan
dan kelemahan tersendiri.
1. Perekat Aci
Perekat aci terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli di toko makanan
dan dipasar. Perekat ini biasa untuk mengelem perangko dan kertas. Cara
membuatnya sangat gampang yaitu cukup mencampurkan tepung tapioka dengan
air, lalu mendidihkannya di atas kompor. Selama pemanasan tepung diaduk terus-
menerus agar tidak mengumpal. Warna tepung yang semula putih akan berubah
menjadi transparan setelah beberapa menit dipanaskan dan terasa lengket di
tangan. Biaya pembuatan lem aci murah, tetapi produk yang sudah jadi sering
ditumbuhi oleh jamur parasit sehingga terkesan bulukan. Fenomena
demikian merupakan kerugian yang sangat besar bagi produsen karbon. Untuk
mencegah munculnya jamur, perlu ditambahkan bahan kimia yang bersifat
antifungsi dalam pembuatan lem, anti fungsi tersebut ditambahkan saat adonan
dididihkan.
2. Perekat Tanah Liat
Tanah liat atau tanah merah kering bisa dipakai sebagai perekat karbon.
Caranya adalah tanah tersebut diayak halus, seperti tepung lalu diberi air sampai
lengket. Namun, penampilan briket super karbon yang menggunakan perekat ini
menjadi kurang menarik dan membutuhkan waktu lama untuk mengeringkannya.
Selain itu, briket agak sulit menyala ketika dibakar. Namun, dari segi
biaya pembuatan bisa dikatakan yang paling murah dan praktis karena tidak perlu
dicampur dengan air panas.
Daya lekat getah karet lebih kuat dibandingkan dengan lem aci maupun
tanah liat. Namun,ongkos produksinya relatif lebih mahal dan agak sulit
mendapatkannya karena harus membeli. Cara menggunakan getah karet
sebagai perekat yaitu getah karet cair yang baru disadap dari pohon
disiramkan ke atas bubuk arang lalu diaduk dengan alat pengaduk atau mixer
hingga rata. Adonan tersebut segera di masukkan ke dalam alat pencetak sebelum
getah karetnya mengering. Briket super karbon yang telah jadi ini akan
menghasilkan asap tebal berwarna hitam dan beraroma kurang sedap jika dibakar.
Oleh karena itu model perekat ini jarang dipilih produsen oleh produsen karbon.
4. Perekat Getah Pinus
Getah pinus hampir mirip dengan getah karet yang hanya dapat dijumpai dihutan
pinus milik perhutani. Keunggulan penggunaan lem dari getah pinus terletak pada
daya benturan briket yang kuat. Meskipun dijatuhkan dari tempat yang
tinggi briket tetap utuh. Sebelum digunakan getah pinus dipanaskan
sampai mencair dan kelihatan bening. Selanjutnya bubuk arang kering dicelupkan
ke dalam cairan lem lalu di aduk rata. Adonan yang telah rata kemudian
dituangkan ke dalam cetakan. Beberapa menit kemudian adonan akan
mengeras seperti bata dan mengilap serta mudah me nyala jika dibakar. Namun
asap yang keluar cukup banyak dan menyebarkan bau yang agak menusuk hidung.
5. Perekat Pabrik
Perekat pabrik adalah lem khusus yang diproduksi oleh pabrik yang
berhubungan langsung dengan industri pengola han kayu seperti tripleks,
multipleks dan furniture. Lem- lem tersebut mempunyai daya lekat yang
sangat kuat, tetapi kurang ekonomis jika diterapkan pada super karbon kecuali
untuk melayani pesanan khusus dari konsumen. Misalnya pembuatan briket arang
yang ditujukan untuk ekspor harus memenuhi standar perdagangan internasional
yang mencakup kadar air, kadar abu, kadar terikat, materi volatile serta jumlah
kalori yang dilepaskan setiap kilogramnya.
1. Bentuk Silinder
2. Bentuk Kubus
Ciri-ciri: semua sisi sama panjang, sama lebar, dan sama tinggi, tidak ada lubang
ditengahnya, mudah dicetak, dan tepinya membentuk sudut.
Ciri-ciri: berbentuk segi empat menyerupai bata, bagian tengah kadang adayang
berlubang, dan sisi yang satu lebih panjang dari yang lain.
4. Bentuk Heksagonal
5. Bentuk Piramid
Ciri-ciri: sisinya membentuk segi tiga, bagian atas meruncing dan bawah rata,dan
tidak ada lubang di setiap sisi.
4. Adonan yang sudah lengket kemudian dicetak pada alat pencetak. Caranya
seperti pada penggunaan mesin pecetak briket bioenergi.
Briket hasil cetakan masih memiliki kadar air yang sangat tinggi sehingga
perlu dikeringkan. Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air dan
menggeraskan hingga aman dari gangguan jamur dan benturan fisik. Berdasarkan
caranya ada 2 metode pengeringan, yakni pengeringan alami dan pengeringan
buatan.
1. Pengeringan Alami
2. Pengeringan Buatan
Penetapan kadar air merupakan suatu cara untuk mengukur banyaknya air
yang terdapat di dalam suatu bahan. Kadar air sampel ditentukan dengan metode
oven caranya adalah bahan ditimbang dengan timbangan analisis dengan berat
bahan dalam cawan alumunium yang telah diukur bobot keringnya secara teliti,
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC sampai beratnya konstan.
Bahan didinginkan dalam desikator dan timbang kembali. Kadar air bahan dapat
dihitung sebagai berikut :
b−c
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟𝑎𝑖𝑟 = × 100%
𝑏
Keterangan:
3. Kemudian diabukan di dalam tanur pada suhu 600 0 C hingga menjadi abu.
4. Sampel didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang segera
setelah mencapai suhu ruang.
Perhitungan :
Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap
maupun dilepaskan oleh suatu benda. Nilai kalor diperoleh dari briket dengan data
laboratorium. Prosedur kerja untuk menentukan nilai kalori yaitu :
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
eksperimentif. Hal yang ingin dilihat pada parameter ini adalah apakah cangkang
kelapa sawit ini efisien apabila dijadikan briket sebagai bahan bakar alternatif dan
apakah hasil kalorinya sesuai dengan standar briket.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pengambilan sampel di PT. Bintara
Tani Nusantar dan pembuatan briket di lakukan di labor air STTIND Padang dan
pengujian di lakukan di Laboratorium Pengujian PT Geocervice Padang, proses
awal penelitian ini dimulai tanggal 4 Desember 2016 sampai selesai
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah Jumlah dari keseluruhan objek kajian penelitian yang
memiliki karakteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah Limbah
cangkang kelapa sawit pada PT. Bintara Tani Nusantara Pasaman Barat.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi
keseluruhan. Sampel pada penelitian ini adalah cangkang pada outlet pabrik
kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusantara.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah parameter yang akan dikaji di dalam melakukan
penelitian. Parameter yang akan dikaji antara lain:
1. Komposisi bahan perekat arang untuk dijadikan briket.
2. Kadar air
3. Kadar abu
4. Nilai kalor
3.5 Data Dan Sumbe r Data
3.5.1 Data
3.5.1.1 Data Prime r
Data primer pada penelitian ini adalah data yang penulis dapatkan dari
pengukuran 4 parameter tersebut yang diambil pada hasil percobaan.
3.5.1.2 Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah SNI briket arang.
3.5.2 Sumber Data
Sumber data yang penulis dapatkan berasal dari hasil penelitian di
Laboratorium Pengujian PL. Geocervice Padang.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Metoda Analisis Percobaan
Perbandingan komposisi bahan perekat arang pada pembuatan briket akan dibuat
pada tiga model yaitu menggunakan bahan perekat dengan kadar 5%, 10% dan
15% dengan bahan perekat menggunakan tepung aci (tepung kanji).
3.6.1.1Kadar Air
Penetapan kadar air merupakan suatu cara untuk mengukur banyaknya air
yang terdapat di dalam suatu bahan. Kadar air sampel ditentukan dengan metode
oven caranya adalah bahan ditimbang dengan timbangan analisis dengan berat
bahan dalam cawan alumunium yang telah diukur bobot keringnya secara teliti,
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0 C sampai beratnya konstan.
Bahan didinginkan dalam desikator dan timbang kembali.
3.6.1.2 Kadar Abu
3. Kemudian diabukan di dalam tanur pada suhu 600 oC hingga menjadi abu.
Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap
maupun dilepaskan oleh suatu benda. Nilai kalor diperoleh dari briket dengan data
laboratorium. Prosedur kerja untuk menentukan nilai kalori ya itu :
Keterangan:
START
Identifikasi Masalah
Survey Lapangan Studi Literatur
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data :
1. Data jumlah cangkang yang di hasilkan PT. BTN
2. Standar mutu briket arang
Pengolahan Data:
1. Menentukan komposisi arang pembuatan briket
yang paling efisien
2. Menghitung nilai kadar air, kadar abu dan nilai
kalor.
FINISH
Variasi campuran
Sampel
Arang Cangkang Tepung Kanji
Perlakuan A 95 % 5%
Perlakuan B 90 % 10 %
Perlakuan C 85 % 15 %
Sumber: Titi Wahyuni 2015
Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan pengukuran terhadap kadar air, kadar
abu dan nilai kalori briket maka didapatkan hasil rata-rata pengukuran seperti
yang terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini :
9
8
7
6
5
4 Kadar Air (%)
3
2 SNI Kadar Air
1 (%)
0
Dari grafik dapat terlihat kadar abu briket cangkang kelapa sawit yang
terendah terdapat pada komposisi campuran 85% kulit kakao, 15% tepung kanji.
Jika dirata-ratakan nilai kadar abu pada komposisi campuran briket tersebut adalah
4,8%. Ini disebabkan oleh jumlah takaran arang cangkang kelapa sawit lebih
sedikit dibandingkan yang variasi komposisi yang lain, karena cangkang kelapa
sawit mengandung bahan mineral yang bisa menambah kadar abu pada briket. Bila
dibandingkan briket dengan komposisi campuran 95% cangkang sawit, 5% tepung
kanji dengan briket yang komposisi campurannya 85% arang cangkang sawit,15%
tepung kanji maka terlihat berbeda. Beda hasil pengukuran kadar abu briket arang
cangkang sawit dengan dua variasi campuran tersebut sebanyak 0,4%. Hasil
pengukuran kadar abu briket cangkang kelapa sawit dengan campuran komposisi
95% arang cangkang sawit, 5% tepung kanji adalah 5,2%. Tinggi kadar abu pada
campuran ini dipengaruhi oleh cangkang kelapa sawit membawa zat anorganik
seperti tanah, debu dan pasir di saat pembuatan briket. Cangkang kelapa sawit
dihaluskan secara sederhana dengan alat penumbuk, disaat penghalusan
kemungkinan ada pasir dan debu terbawa. Pada briket arang cangkang sawit
dengan komposisi campuran yaitu 90% arang cangkang, 10% tepung kanji
didapatkan hasil pengukuran kadar abu sebanyak 5,3%, tidak jauh berbeda dengan
briket dengan komposisi campuran 95% arang cangkang, 5% tepung kanji yang
memiliki kadar abu sebesar 5,2%. Perbedaan kadar abu dari dua briket tersebut
hanya 0,1%. Bila dibandingkan dengan SNI 01-6235-2000 tentang syarat mutu
briket maka dapat diketahui bahwa briket arang cangkang kelapa sawit dengan
campuran perekat tepung kanji dengan beberapa variasi campuran komposisi
dibawah SNI yang dianjurkan yaitu < 8%.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan limbah cangkang
kelapa sawit menjadi briket dengan menggunakan campuran perekat tepung kanji
dapat diambil kesimpulannya bahwa:
Dari hasil pengujian di laboratorium bahwa briket yang dibuat dengan 3
variasi komposisi campuran yang lebih bagus yaitu dengan variasi
komposisi campuran 90% arang cangkang sawit, 10% tepung kanji.
Apabila dibandingkan dengan standar SNI 01-6325-2000 tentang syarat
dan mutu briket arang kayu briket limbah cangkang kelapa sawit ini sudah
memenuhi standar dan mempunyai kualitas yang bagus. Briket cangkang
sawit dengan campuran perekat tepung kanji ini sudah layak dipakai untuk
industri dan untuk skala rumah tangga untuk mengurangi limbah organik.
5.2. Saran
Dari penelitian yang dilakukan maka penulis dapat memberikan beberapa
saran, yaitu sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada pelaku industri perkebunan kelapa sawit untuk dapat
mengolah limbah cangkang dari kelapa sawit ini karena selama ini
mereka hanya memanfaatkannya sebagai bahan bakar boiler namun
masih belum termanfaatkan seluruhnya. Mengolah limbah cangkang
sawit menjadi briket dapat mengurangi limbah organik disekitar pabrik
dan pemukiman masyarakat. Pengolahan limbah organik ini juga
berfungsi untuk menjaga estetika lingkungan, menjadikan lingkungan
lebih bersih. Serta mengurangi dampak negatif lainnya terhadap
lingkungan dari limbah cangkang kelapa sawit ini.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dalam pembuatan briket
komposisi campuran lebih diutamakan biomassa dari pada perekat.
Sebaiknya biomassa pada briket ≥90% agar nilai kalor pada briket lebih
tinggi dan lebih layak dipakai untuk pengganti minyak tanah. Dan
perekat yang digunakan sebaiknya <20%.
3. Sebaiknya biomassa sebelum dibuat menjadi briket dibersihkan dari
bahan non organik seperti debu, tanah dan lainnya. Agar kadar abu yang
didapat lebih rendah. Serta penggunaan alat yang dipakai untuk
memebuat briket dibersihkan maksimal.
BIODATA WISUDAWAN
Nama : M.Irsyad
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/ Tanggal Lahir : Gunung Tua / 03 Maret 1993
Nomor Pokok
: 1210024428003
Mahasiswa
Program Studi : TeknikLingkungan
Tanggal Lulus : 04 Maret 2017
IPK : 3,10
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Pemanfaatan Limbah Cangkang
Judul Skripsi : Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar
Alternatif
1. Yaumal Arbi, MT
Dosen Pembimbing :
2. Hendri sawir, ST, Msi
Asal SMA : MA AL Barkah
Nama Orang Tua : Mansurdin
Gunung Tua, Kec. Ranah Batahan,
Alamat :
Kab. Pasaman Barat