Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN BRIKET ARANG DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis

guineensis Jacq.) DENGAN PEREKAT PATI SAGU (Metroxylon sago Rott.)

0$18)$&785( 2,/ 3$/0¶6 /($9(6 Elaeis guineensis Jacq.)


CHARCOAL BRIQUET WITH SAGO STARCH ADHESIVE
(Metroxylon sago Rott.)

Rahmadani1, Faizah Hamzah2 dan Farida Hanum Hamzah2


Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Indonesia
94rahmadani@gmail.com

ABSTRACT

Increasing need of energy and decreasing of fuel supply requires human to


discover alternative energy resources. Consequently, there should be a research to
GLVFRYHU D QHZ UHQHZDEOH HQHUJ\ VRXUFH VXFK DV SDOP OHDYHV ZDVWH 2LO SDOP¶V
leaves (Elaeis guineensis Jacq.) are mostly the least used waste from oil palm
plantation as an alternative energy resources. This research aims to discover the
SUHFLVH DGKHVLYH FRQVHQWUDWLRQ UDWH LQ VDJR¶V VWDUFK Metroxylon sago Rott.) to
PDNH RLO SDOP¶V NHUQHO ZKLFK DUH DQG
93%:7%. Based on DQDOLW\FDO UHVXOW RI RLO SDOP¶V OHDYHV FKDUFRDO EULTXHW UHVHDUFK
the best quality briquet is the P1 composition which composed rate is 97%:3%, has
3,21% water content, 30,18% ashes content, 0,0022 g/s combustion rate, 20,73%
evaporated substance rate, 54,46% carbon rate, and 5.114 cal/g heat value.

Keywords : EULTXHW RLO SDOP¶V OHDYHV VDJR VWDUFK DGKHVLYH

PENDAHULUAN panas bumi, dan energi biomassa.


Kesadaran manusia akan Sumber energi biomassa perlu
kondisi lingkungan terus menurun mendapat prioritas dalam
sehingga muncul kekhawatiran akan pengembangannya dibanding energi
peningkatan laju perusakan dan lain.
pencemaran lingkungan yang Menurut Dylla dan Ragil
diakibatkan oleh eksplorasi dan (2010) energi biomassa mempunyai
pembakaran bahan bakar berbasis keuntungan pemanfaatan antara lain
fosil. Fenomena ini memunculkan dapat dimanfaatkan secara lestari
sebuah pemikiran mengenai karena sifatnya yang renewable
penggunaan energi alternatif yang resources, tidak mengandung unsur
bersih dan ramah lingkungan. sulfur sehingga tidak menyebabkan
Beberapa jenis sumber energi polusi udara dan juga meningkatkan
alternatif yang bisa dikembangkan efisiensi pemanfaatan limbah
antara lain energi matahari, angin, pertanian/perkebunan. Salah satu

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian 1


2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian

JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017


jenis limbah perkebunan adalah daun menjadikannya mampu mengikat
kelapa sawit. Belum ada upaya karbon-karbon dalam briket arang
pengolahan lebih lanjut terhadap seperti halnya tepung tapioka.
limbah daun sawit yang jika Perbandingan amilosa dan
dimanfaatkan dengan baik akan lebih amilopektin pada pati akan
bernilai ekonomis dan mampu mempengaruhi sifat kelarutan dan
menekan biaya untuk bahan bakar, derajat gelatinisasi pati. Semakin
yaitu dengan mengolahnya sebagai besar kandungan amilopektin maka
bahan baku dalam pembuatan briket. pati akan lebih basah dan cenderung
Briket membutuhkan bahan menyerap air (Thoha dan Fajrin,
perekat supaya tidak mudah hancur. 2010).
Jenis bahan perekat berpengaruh Beberapa penelitian tentang
terhadap parameter mutu briket briket sebelumnya telah dilakukan
seperti kadar air, kadar abu, laju antara lain Usman (2007) dengan
pembakaran, kadar zat menguap, judul mutu briket arang kulit buah
kadar karbon terikat, dan nilai kalor. kakao dengan menggunakan kanji
Jumlah perekat yang digunakan harus sebagai perekat, perlakuan terbaik
diperhatikan, karena semakin banyak penelitian ini menghasilkan nilai
perekat yang digunakan maka asap kalor 4.372,54 kal/g dengan
yang dihasilkan akan semakin konsentrasi 7% perekat. Suprapti dan
banyak. Apabila perekat yang Ramlah (2013) dengan judul
digunakan terlalu sedikit maka briket pemanfaatan kulit buah kakao untuk
akan mudah hancur. Briket memiliki briket arang dengan menggunakan
kelemahan yaitu sulit menyala pada perekat kanji, perlakuan terbaik
awal pembakarannya, ini disebabkan penelitian ini menghasilkan nilai
oleh padatnya partikel pada briket. kalor 4.163,11 kal/g dengan
Komposisi perekat juga akan konsentrasi 3% perekat. Triono
mempengaruhi produk briket yang (2006) dengan judul karakteristik
diperoleh. Perekat dalam pembuatan briket arang dari campuran serbuk
briket ada dua golongan, yaitu perekat gergajian kayu Afrika dan sengon
yang berasap (tar, pitch, clay, dan dengan penambahan tempurung
molase) dan perekat kurang berasap kelapa, perlakuan terbaik penelitian
(pati, dekstrin, dan tepung beras). ini menghasilkan nilai kalor 6.011
Bahan perekat pati akan kal/g dengan konsentrasi 5% perekat.
menghasilkan briket yang tidak Ufi (2007) yang meneliti tentang
berasap dan tahan lama. Bahan yang pemanfaatan daun kelapa sawit
dibutuhkan juga jauh lebih rendah sebagai briket bahan bakar alternatif
dibanding perekat hidrokarbon, yang menghasilkan perlakuan terbaik
kelemahannya adalah briket yang dengan nilai kalor 4.460 kal/g.
dihasilkan kurang tahan terhadap Berdasarkan latar belakang
kelembaban. Hal ini disebabkan pati tersebut maka penulis tertarik
memiliki sifat dapat menyerap air. melakukan penelitian mengenai
Salah satu bahan perekat pati yang Pembuatan Briket Arang Daun
dapat digunakan dalam pembuatan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
briket adalah pati sagu. Jacq.) dengan Perekat Pati Sagu
Sagu sebagai sumber (Metroxylon sago Rott.).
karbohidrat memiliki pati yang terdiri
dari amilosa dan amilopektin yang Tujuan Penelitian

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 2


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
Penelitian ini bertujuan untuk 3% perekat
mendapatkan persentase pati sagu P2 = 96% arang daun kelapa sawit dan
terbaik sebagai perekat dalam 4% perekat
pembuatan briket arang daun kelapa P3 = 95% arang daun kelapa sawit dan
5% perekat
sawit.
P4 = 94% arang daun kelapa sawit dan
6% perekat
BAHAN DAN METODE P5 = 93% arang daun kelapa sawit dan
Tempat dan Waktu 7% perekat
Penelitian telah dilaksanakan
di Laboratorium Pengolahan Hasil Pelaksanaan Penelitian
Pertanian dan Laboratorium Analisis Karbonisasi
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Menurut Widarti (2010)
dan Laboratorium Konversi Energi proses karbonisasi berbeda dengan
Fakultas Teknik Universitas Riau pembakaran. Pembakaran dikatakan
pada bulan Juli-September 2016. sempurna apabila hasil akhir berupa
abu berwarna keputihan dan seluruh
Bahan dan Alat energi dalam bahan organik
Bahan-bahan yang digunakan dibebaskan ke lingkungan. Energi
dalam penelitian ini adalah daun pada bahan organik akan dibebaskan
kelapa sawit yang diperoleh dari secara perlahan dalam proses
kebun Fakultas Pertanian Universitas pengarangan. Proses pembakaran
Riau, pati sagu yang diperoleh dari dihentikan ketika bahan masih
kepulauan Meranti dan air. membara akan menyebabkan bahan
Alat-alat yang digunakan tersebut menjadi arang yang berwarna
adalah saringan kelapa, cetakan briket kehitaman. Proses karbonisasi
berbentuk silinder dengan ukuran menggunakan sebuah wadah kaleng
diameter 4 cm dan tinggi 4 cm, oven, dengan penutup pada bagian atasnya.
tanur, cawan porselen, spatula, Pembuatan arang daun kelapa sawit
desikator, bomb kalorimeter, membutuhkan waktu yang cukup
timbangan analitik, hidrolik press, singkat, karena ukuran parsialnya
sendok, nampan, alat tulis, dan yang tidak terlalu tebal, hanya
kamera. membutuhkan waktu sekitar 2 menit
untuk setiap pembakarannya dengan
Metode Penelitian berat bahan yang dikarbonisasi 250 g.
Penelitian dilaksanakan
secara eksperimen menggunakan Persiapan Perekat
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Persiapan perekat briket
dengan 5 perlakuan dan 4 kali mengacu pada Triono (2006). Perekat
ulangan sehingga diperoleh 20 unit dibuat dengan mencampurkan pati
percobaan. Perlakuan penelitian sagu dan air dengan perbandingan 1 :
mengacu pada penelitian Usman 10. Pati sagu seberat sesuai perlakuan
(2007), Suprapti dan Ramlah (2013), ditambahkan air 10 kali lipat dari
Triono (2006), dan Ufi (2007) yang berat pati sagu, kemudian dimasak
menggunakan perekat 7%, 3%, dan dengan kompor sambil diaduk hingga
5%. Perlakuan dalam penelitian ini hampir mengental.
adalah sebagai berikut :
Pencetakan
P1 = 97% arang daun kelapa sawit dan

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 3


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
Mengacu pada Triono (2006) perlakuan
tujuan pencetakan untuk memperoleh 2i : Pengaruh perlakuan ke-i
bentuk seragam dan memudahkan ij: Pengaruh galat perlakuan ke-i
pengemasan. Cetakan briket yang dan ulangan ke-j
digunakan berupa cetakan berbentuk
silinder. Proses pencetakan dimulai Data yang diperoleh pada
dengan memasukkan campuran analisis kimia akan dianalisa secara
bahan briket kedalam cetakan silinder statistik dengan menggunakan
kemudian ditekan dengan hidrolik Analysis of Variance (ANOVA). Jika
press dengan besar tekanan 58,69 Fhitung • )tabel pada taraf uji 5%
N/cm2. maka perlakuan berpengaruh nyata
dan analisis akan dilanjutkan dengan
Pengeringan uji DNMRT pada taraf 5%, jika
Briket yang sudah dicetak Fhitung ” )tabel pada taraf uji 5%
masih memiliki kadar air yang cukup maka perlakuan berbeda tidak nyata
tinggi sehingga perlu dilakukan maka analisis tidak dilanjutkan.
pengeringan. Pengeringan dilakukan
bertujuan untuk mengurangi kadar air HASIL DAN PEMBAHASAN
dan mengeraskan briket agar tahan Kadar Air
terhadap benturan fisik dan gangguan Kadar air adalah kandungan
jamur. Proses pengeringan dapat air yang terdapat dalam bahan. Kadar
dilakukan dengan 2 metode, yaitu air merupakan salah satu parameter
dengan sinar matahari langsung dan penting yang menentukan kualitas
pengeringan dengan menggunakan briket arang yang dihasilkan. Hasil
oven. Pengeringan menggunakan sidik ragam menunjukkan bahwa
sinar matahari langsung digunakan konsentrasi perekat dalam pembuatan
dengan cara menjemur briket briket memberikan pengaruh nyata
dibawah paparan matahari selama 2 terhadap kadar air briket. Rata-rata
hari. Pengeringan menggunakan oven kadar air briket setelah diuji lanjut
digunakan dengan mengeringkan dengan DNMRT pada taraf 5%
briket dalam oven dengan suhu 60°C disajikan pada Tabel 1.
selama 12 jam. Kemudian briket Tabel 1 menunjukkan bahwa
dikemas dalam kantung plastik untuk kadar air briket cenderung meningkat
menjaga agar briket tetap kering. seiring peningkatan konsentrasi
perekat pati sagu dan penurunan
Analisis Data konsentrasi arang daun kelapa sawit.
Model rancangan percobaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang digunakan dalam penelitian ini kadar air briket memenuhi standar
adalah Rancangan Acak Lengkap. mutu briket berdasarkan SNI No. 01-
Model matematis Rancangan 6235-2000 yaitu <8%. Briket dengan
Acak Lengkap yaitu: nilai kadar air terendah ditunjukkan
oleh perlakuan P1 dengan komposisi
Yij 2i ij arang dan perekat 97% : 3% yaitu
sebesar 3,21%. Briket dengan nilai
Keterangan : kadar air tertinggi ditunjukkan oleh
Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke- komposisi arang dan perekat 93% :
i dan ulangan ke-j 7% yaitu sebesar 4,9%.
m : Rata-rata nilai dari seluruh

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 4


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
Tabel 1. Karakteristik
Perlakuan
Parameter
P1 P2 P3 P4 P5
Kadar air (%) 03,21a b
03,88 0 4,53c0 4,59c 4,90
Kadar abu (%) 21,40e 21,37d0 21,29c00 21,12b0 20,82a
Laju pembakaran
22x10-4c 13x10-4b 12x10-4ab 11x10-4ab 9x10-4a
(g/detik)
Kadar zat menguap (%) 20,73a 22,28b0 22,54c00 24,10d0 23,35e
Kadar karbon terikat (%) 54,66e 53,47d0 51,64c00 50,19b0 48,93a
Nilai kalor (kal/g) 5114d 5071cd0 4999bc00 4939b 4404a0
Ket: angka bercetak tebal menandakan memenuhi persyaratan karakteristik briket

Kenaikan kadar air ini dengan kadar air 9% menghasilkan


disebabkan oleh penambahan 1.995 kal/g, sedangkan briket dengan
sejumlah air dalam pembuatan bahan kadar air 13,40% menghasilkan nilai
perekat. Kandungan air yang ada kalor sebesar 1.615 kal/g. Tingginya
dalam perekat akan menambah kadar kadar air dalam briket akan
air briket saat dilakukan pengujian, menyebabkan waktu yang dibutuhkan
sehingga semakin banyak perekat untuk menghilangkan kandungan air
yang ditambahkan maka akan akan semakin lama, sehingga
semakin tinggi kadar air yang penyalaan briket akan semakin lama
terkandung dalam briket. Kandungan pula, karena panas yang ada akan
air yang tinggi pada briket akan digunakan untuk menguapkan air
menyulitkan penyalaan briket dan terlebih dahulu lalu diikuti dengan
mengurangi temperatur pembakaran. pembakaran bahan.
Uji analisis kadar air pada
briket arang daun kelapa sawit Kadar Abu
menunjukkan rendahnya kadar air Kadar abu merupakan residu
yang terkandung dalam briket. yang tersisa setelah proses
Kandungan air yang tinggi pada pembakaran yang tidak memiliki
briket akan menyulitkan penyalaan kadar karbon lagi. Kandungan zat
briket dan mengurangi temperatur anorganik yang tidak dapat terbakar
pembakaran. Kadar air yang rendah akan tertinggal dan menjadi abu.
dalam briket akan berpengaruh Kadar abu dapat ditentukan dengan
terhadap kualitas briket, semakin perbandingan antara jumlah bahan
rendah kadar air yang terkandung tersisa dengan jumlah bahan yang
maka nilai kalor briket akan semakin terbakar. Kandungan abu dalam
tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil bahan dapat menurunkan nilai kalor
penelitian Ismayana (2011) yang dan menyebabkan kerak pada
menyatakan untuk menghasilkan peralatan yang digunakan dalam
briket yang mudah dalam penyalaan pembakaran, sehingga persentase abu
atau pembakaran awal, maka kadar yang diizinkan dalam bahan tidak
air yang terkandung harus rendah boleh terlalu besar. Hasil dari sidik
agar dapat menghasilkan nilai kalor ragam menunjukkan bahwa
yang tinggi. Hasil penelitian konsentrasi perekat dalam pembuatan
Ismayana menunjukkan bahwa briket briket memberikan pengaruh nyata

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 5


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
(P<0,05) terhadap nilai kadar abu 5.267 kal/g sedangkan kadar abu
briket. Rata-rata kadar abu setelah 5,75% menghasilkan nilai kalor
diuji lanjut dengan DNMRT taraf 5% sebesar 5.785 kal/g. Pengaruh kadar
disajikan pada Tabel 1. abu terhadap briket arang kurang
Tabel 1 menunjukkan bahwa baik, terutama terhadap nilai kalor
rata-rata kadar abu briket berkisar yang dihasilkan. Kandungan kadar
antara 21,40% pada perlakuan P1 abu yang tinggi dapat menurunkan
sebagai briket dengan kandungan abu nilai kalor karena abu tidak lagi
paling tinggi dan 20,82% pada memiliki kandungan karbon,
perlakuan P5 sebagai briket dengan sehingga nilai kalor yang terkandung
kandungan abu paling rendah. Nilai dalam briket juga menurun.
kadar abu arang daun kelapa sawit Data Tabel 1 menunjukkan
yang telah diuji yaitu sebesar 25,09%. bahwa semakin tinggi konsentrasi
Berdasarkan data Tabel 1, kadar abu perekat pati sagu dan semakin rendah
pada briket lebih rendah dibanding konsentrasi arang menyebabkan
nilai kadar abu arang. Menurunnya menurunnya kadar abu briket. Selain
kadar abu disebabkan oleh persentase faktor perekat, perlakuan karbonisasi
arang yang semakin menurun. Hal ini atau pengarangan juga memberikan
sependapat dengan Ismayana (2011) pengaruh terhadap kadar abu yang
yang menyatakan semakin tinggi dihasilkan. Penelitian Faizal (2014)
konsentrasi perekat yang menyatakan bahwa karbonisasi
ditambahkan maka kandungan abu secara konvensional memberikan
yang dihasilkan briket semakin hasil analisis kadar abu yang tinggi
menurun. Penurunan konsentrasi dibandingkan karbonisasi pada suhu
arang yang digunakan menyebabkan 500°C. Hal ini dikarenakan bahan
kandungan abu menurun, karena yang dibakar dalam pengarangan
kandungan zat anorganik yang secara konvensional memiliki
terkandung dalam aranglah yang kecenderungan berinteraksi dengan
menghasilkan abu, sehingga ketika udara dilingkungan sehingga
konsentrasi arang yang digunakan biomassa terdekomposisi menjadi
sedikit maka kandungan abu pada abu.
briket juga akan sedikit. Hal ini sesuai
dengan penelitian Triono (2006) yang Laju Pembakaran
menyatakan bahwa penambahan Laju pembakaran adalah
konsentrasi arang akan menyebabkan penggambaran berkurangnya bobot
naiknya nilai kadar abu briket dan per satuan waktu selama pembakaran.
penurunan konsentrasi arang akan Hasil dari sidik ragam menunjukkan
menurunkan nilai kadar abu briket. bahwa konsentrasi perekat dalam
Kadar abu pada penelitian ini secara pembuatan briket memberikan
keseluruhan tidak memenuhi standar pengaruh nyata (P<0,05) terhadap
mutu SNI No. 01-6235-2000 yaitu laju pembakaran. Rata-rata laju
<8%. pembakaran briket setelah diuji lanjut
Menurut Hendra (2011) faktor dengan DNMRT taraf 5% disajikan
jenis bahan baku sangat pada Tabel 1.
mempengaruhi kadar abu briket yang Data pada Tabel 1
dihasilkan dengan kadar abu briket menunjukkan bahwa semakin tinggi
sabut kelapa sebesar 10,37% konsentrasi perekat pati sagu dan
menghasilkan nilai kalor sebesar konsentrasi arang menurun

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 6


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
menyebabkan laju pembakaran senyawa-senyawa yang masih
semakin rendah. Menurut terdapat didalam arang selain air.
Riseanggara (2008) Rendahnya laju Kadar zat menguap ditentukan
pembakaran disebabkan oleh dengan kehilangan berat yang terjadi
kandungan bahan organik yang ada bila briket dipanaskan tanpa kontak
pada perekat itu sendiri, sehingga udara pada suhu 950°C dengan laju
menyebabkan briket menjadi padat pemanasan tertentu (Faizal, 2014).
dan menyulitkan proses pembakaran. Hasil dari sidik ragam menunjukkan
Hal ini dibuktikan dengan hasil bahwa peningkatan konsentrasi
penelitian yaitu briket dengan perekat pati sagu pada briket
konsentrasi perekat 5% menghasilkan memberikan pengaruh nyata (P<0,05)
laju pembakaran 7,88 g/menit terhadap nilai kadar zat menguap.
sedangkan briket dengan konsentrasi Rata-rata kadar zat menguap briket
perekat 10% menghasilkan laju setelah diuji lanjut dengan DNMRT
pembakaran 13,31 g/menit. taraf 5% disajikan pada Tabel 1.
Briket yang memiliki Tabel 1 menunjukan bahwa
konsentrasi bahan perekat yang tinggi semakin tinggi konsentrasi perekat
akan membuat briket menjadi lebih yang ditambahkan dan penurunan
padat, sehingga rongga udara akan konsentrasi arang maka kadar zat
semakin sempit. Briket yang padat menguap akan semakin tinggi. Tinggi
akan sulit terbakar karena tidak rendahnya kadar zat menguap pada
adanya rongga udara untuk oksigen briket arang disebabkan oleh proses
yang membantu penyalaan api. Laju karbonisasi yang optimal dan
pembakaran juga dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh waktu serta suhu
faktor nilai kalor dan kadar air pada pada proses karbonisasi. Semakin
briket. Briket yang memiliki nilai besar suhu dan waktu pengarangan
kalor yang tinggi dan kadar air yang maka semakin banyak zat menguap
rendah akan menghasilkan laju yang terbuang, sehingga pada saat
pembakaran yang tinggi. Struktur pengujian kadar zat menguap akan
arang juga mempengaruhi laju didapat kadar zat menguap yang
pembakaran, karena daun kelapa rendah. Proses karbonisasi
sawit termasuk sampah organik menyebabkan kandungan zat yang
sehingga oksigen juga akan cepat terdapat didalam daun kelapa sawit
masuk yang kemudian akan banyak yang terbuang. Triono (2006)
mempengaruhi laju pembakaran. Jadi menyatakan tinggi rendahnya zat
perekat akan menghambat laju menguap pada briket arang
pembakaran. Kualitas briket yang disebabkan oleh kesempurnaan
baik adalah briket yang mudah proses karbonisasi dan juga
terbakar dan memiliki laju dipengaruhi waktu dan suhu proses
pembakaran yang tinggi, namun pengarangan. Semakin besar suhu
belum ada ketetapan dalam SNI dan waktu pengarangan maka
mengenai standarisasi besar laju semakin banyak zat menguap yang
pembakaran briket. terbuang. Suhu pengarangan yang
optimum adalah 500°C. Kandungan
Kadar Zat Menguap zat menguap yang tinggi dalam briket
Kadar zat menguap adalah akan menyebabkan asap yang lebih
zat-volatilemeter yang dapat banyak pada saat briket dinyalakan.
menguap sebagai hasil dekomposisi Kandungan asap yang tinggi

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 7


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
disebabkan oleh adanya reaksi antara disajikan pada Tabel 1.
karbon monoksida (CO) dengan Kadar karbon terikat pada
turunan alkohol. briket cenderung turun seiring dengan
Menurut Purwanto (2015) peningkatan konsentrasi perekat dan
semakin tinggi suhu karbonisasi akan penurunan konsentrasi arang yang
menyebabkan berkurangnya kadar zat ditambahkan. Terjadi kenaikan kadar
menguap. Hasil penelitian Purwanto karbon terikat yang terkandung dalam
(2015) menunjukkan bahwa dengan briket setelah dilakukan penambahan
suhu karbonisasi 500°C selama 2 jam bahan perekat dan konsentrasi arang
menghasilkan kadar zat menguap menurun, karena hasil analisis kadar
sebesar 11,93%, sedangkan suhu karbon terikat yang dimiliki oleh
600°C selama 3 jam menghasilkan bahan baku yaitu arang daun kelapa
kadar zat menguap sebesar 19,99%. sawit adalah sebesar 56,12%. Hal ini
Kadar zat terbang yang tinggi akan sependapat dengan hasil penelitian
menurunkan kualitas briket karena Faizal (2014) yang mendapatkan nilai
dengan tingginya zat menguap, maka kadar karbon tertinggi pada perlakuan
nilai karbon semakin kecil sehingga tanpa perekat sebesar 63,92% dan
nilai kalor yang dihasilkan juga kadar karbon tertinggi pada perlakuan
semakin rendah serta menghasilkan yang menggunakan konsentrasi
banyak asap pada pembakarannya. perekat lebih rendah dengan 35%
Kadar zat menguap yang perekat memiliki kadar karbon terikat
tinggi akan menimbulkan asap yang 38,63%.
relatif lebih banyak saat briket Penurunan kadar karbon
dinyalakan. Menurut Hendra (2011) terikat disebabkan menurunnya
tinggi rendahnya kadar zat menguap konsentrasi arang, karena kandungan
briket arang yang dihasilkan karbon terikat terkandung dalam
dipengaruhi oleh jenis bahan baku, arang, sehingga semakin rendah
hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi arang akan menurunkan
briket berbahan baku bambu memiliki kadar karbon terikat yang terkandung
kadar zat menguap sebesar 23% dalam briket. Triono (2006)
sedangkan briket berbahan baku sabut menyatakan bahwa keberadaan
kelapa memiliki kadar zat menguap karbon dalam briket arang
sebesar 22,11%. Kadar zat menguap dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan
akan memberikan pengaruh terhadap nilai kadar zat menguap. Kadar
kemudahan briket untuk dinyalakan karbon arang akan bernilai tinggi bila
dan banyaknya asap yang dihasilkan. nilai kadar abu dan kadar zat
menguap yang terkandung dalam
Kadar Karbon Terikat briket nilainya rendah.
Kadar karbon merupakan Kadar karbon terikat yang
fraksi karbon yang terikat dalam tinggi akan mempengaruhi nilai kalor
arang selain fraksi air, zat menguap, briket. Semakin tinggi kadar karbon
dan abu. Hasil dari sidik ragam maka nilai kalor briket akan semakin
menunjukkan bahwa peningkatan tinggi. Kadar karbon terikat juga
konsentrasi perekat pati sagu dipengaruhi oleh proses karbonisasi.
memberikan pengaruh nyata (P<0,05) Faktor yang mempengaruhinya ialah
terhadap kadar karbon. Rata-rata suhu selama proses karbonisasi
kadar karbon briket setelah diuji berlangsung. Semakin tinggi suhu
lanjut dengan DNMRT taraf 5% karbonisasi maka kadar zat menguap

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 8


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
dalam arang akan semakin rendah konsentrasi arang yang menyebabkan
sehingga kadar karbon terikat akan kadar karbon terikat juga ikut
semakin tinggi. Mulia (2007) menurun, sehingga nilai kalor briket
menyatakan bahwa suhu 500°C juga ikut menurun. Penambahan
adalah suhu yang optimal dalam perekat menyebabkan nilai kalor
proses karbonisasi. Hal ini berkurang karena bahan perekat yang
disebabkan semakin banyaknya sulit terbakar dan membawa lebih
material yang terbakar. Besarnya benyak air sehingga panas yang
kadar karbon terikat tetap bergantung dihasilkan terlebih dahulu digunakan
pada jumlah kadar air, kadar abu, dan untuk menguapkan air dalam briket.
kadar zat menguap. Kadar karbon Hal ini sependapat dengan Tobing
terikat juga berpengaruh terhadap laju dan Brades (2007) yang menyatakan
pembakaran briket. Briket yang bahwa semakin besar persentase
memiliki kadar karbon terikat tinggi perekat, maka nilai kalor yang
akan menyebabkan waktu dihasilkan akan semakin rendah.
pembakaran yang lama dan waktu Hasil penelitian Tobing dan Brades
penyalaan yang relatif lebih singkat (2007) menunjukkan bahwa dengan
(Fachry dkk., 2009). Kadar karbon perekat 5% nilai kalor yang
terikat yang terkandung dalam briket dihasilkan adalah sebesar 3.347 kal/g,
arang daun kelapa sawit pada semua sedangkan briket dengan konsentrasi
perlakuan belum memenuhi standar perekat 12,5% menghasilkan nilai
kualitas briket berdasarkan SNI No. kalor sebesar 3.061 kal/g. Nilai kalor
01-6235-2000 yaitu >77%. pada penelitian ini yaitu pada
perlakuan P1 dan P2 memenuhi
Nilai Kalor standar mutu briket berdasarkan SNI
Nilai kalor briket merupakan No. 01-6235-2000 yaitu >5.000 kal/g.
parameter yang sangat penting untuk Penulis juga menguji kandungan nilai
diketahui karena akan menentukan kalor yang terkandung dalam bahan
kualitas briket yang dihasilkan dasar berupa arang daun kelapa sawit.
apakah layak atau tidak untuk Hasil pengujian menunjukkan bahwa
digunakan. Semakin tinggi nilai kalor arang daun kelapa sawit memiliki
briket semakin tinggi kualitas briket kandungan nilai kalor sebesar 5.201
tersebut. Hasil dari sidik ragam kal/g.
menunjukkan bahwa peningkatan Nilai kalor briket tergantung
konsentrasi perekat pati sagu pada komposisi bahan. Menurut
memberikan pengaruh nyata (P<0,05) Triono (2006) tingginya rendahnya
terhadap nilai kalor. Rata-rata nilai nilai kalor dipengaruhi oleh beberapa
kalor briket setelah diuji lanjut faktor. Faktor yang pertama adalah
dengan DNMRT taraf 5% disajikan bahan baku, karena setiap bahan baku
pada Tabel 1. tentu akan memiliki nilai kalor yang
Tabel 1 menunjukkan bahwa berbeda-beda sesuai karakteristiknya.
nilai kalor briket dalam penelitian ini Faktor lain yang mempengaruhi nilai
menunjukkan nilai kalor tertinggi ada kalor adalah suhu karbonisasi,
pada perlakuan P1 yaitu 5.114 kal/g semakin rendah suhu karbonisasi
dan nilai kalor terendah ada pada akan membuat nilai kalor juga rendah
perlakuan P5 yaitu 4.404 kal/g. karena kadar air, kadar abu, dan kadar
Penurunan nilai kalor briket zat menguap akan menjadi tinggi
disebabkan oleh berkurangnya namun kadar karbon terikat sehingga

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 9


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
menyebabkan penurunan nilai kalor Kayu. SNI Nomor 01-6235-
(Faizal, 2014). Namun suhu 2000.
karbonisasi juga tidak bisa terlalu
tinggi, artinya hanya pada batas Dylla, C.W., dan P. Ragil. 2010.
optimum suhu karbonisasi saja. Hal Pemanfaatan limbah tongkol
ini dibuktikan oleh penelitian Fachry jagung dan tempurung
(2010) yang menyatakan bahwa dapat kelapa menjadi briket
terjadi penurunan nilai kalor diatas sebagai sumber energi
suhu 500°C, karena pada suhu alternatif dengan proses
tersebut biomassa terdekomposisi karbonisasi dan non-
menjadi abu. Hasil penelitian Fachry karbonisasi. Jurnal Teknik
(2010) menunjukkan nilai kalor Kimia Jurusan Teknik Kimia
sebesar 5666 kal/g pada suhu 500°C Institut Teknologi Surabaya.
dan suhu 500°C menghasilkan nilai Vol. 11 (2) : 1-5
kalor sebesar 5011 kal/g.
Fachry, R. A., I. S. Tuti, Y. D. Arco
KESIMPULAN DAN SARAN dan N. Jasril. 2010. Mencari
Kesimpulan suhu optimal proses
Berdasarkan hasil penelitian karbonisasi dan pengaruh
dapat disimpulkan bahwa persentase campuran batubara
konsentrasi perekat pati sagu dan terhadap kualitas briket
arang daun kelapa sawit pada briket eceng gondok. Jurnal Teknik
memberikan pengaruh terhadap mutu Kimia Fakultas Teknik
briket yang dihasilkan. Formulasi Universitas Sriwijaya. Vol. 17
terbaik adalah briket arang daun (2) : 55-67.
kelapa sawit perlakuan P1 dengan
konsentrasi perekat pati sagu 3% Faizal, M. 2014. Pengaruh
yang memiliki kadar air 3,21%, kadar komposisi arang dan perekat
abu 21,40%, laju pembakaran 22x10- terhadap kualitas biobriket
4
g/detik, kadar zat menguap 20,73%, dari kayu karet. Jurnal Teknik
kadar karbon 54,66%, dan nilai kalor Kimia Fakultas Teknik
5.114 kal/g. Universitas Sriwijaya. Vol. 20
(2) : 36-44.
Saran
Perlu ditambahkan bahan
Hartanto, F.J dan F. Alim. 2010.
baku lain dalam pembuatan briket
Optimasi kondisi operasi
arang daun kelapa sawit untuk
pirolisis sekam padi untuk
memperbaiki kualitas briket terutama
menghasilkan bahan bakar
kadar abu dan kadar zat menguap.
briket bioarang sebagai
Perlakuan yang direkomendasikan
bahan bakar alternatif.
adalah perbaikan suhu karbonisasi
Skripsi Fakultas Teknik
dengan suhu terkontrol.
Universitas Diponegoro.
Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Ismayana, A. 2011. Pengaruh jenis
Badan Standarisasi Nasional dan kadar bahan perekat
Indonesia. Briket Arang pada pembuatan briket
blotong sebagai bahan bakar

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 10


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
alternatif. Jurnal Teknologi briket bahan bakar
Industri Pertanian Institut alternatif. Tesis Program
Pertanian Bogor. Vol. 21 (3) : Pascasarjana Universitas
186-193. Hasanuddin. Makassar.

Mulia, A. 2007. Pemanfaatan Usman, N. M. 2007. Mutu briket


tandan kosong dan cangkang arang kulit kakao dengan
kelapa sawit sebagai briket menggunakan kanji sebagai
arang. Tesis Program Pasca perekat. Jurnal Perennial Balai
Sarjana Universitas Sumatera Besar Industri Hasil
Utara. Medan. Perkebunan Makassar Vol. 3
(2) : 55-58.
Suprapti dan S. Ramlah. 2013.
Pemanfaatan kulit buah Widarti, E. S. 2010. Studi
kakao untuk briket arang. eksperimental briket organik
Jurnal BIOPROPAL Industri dengan bahan baku dari
Balai Besar Industri Hasil PPLH organik. Skripsi
Perkebunan Makassar Vol. 4 Fakultas Teknik Industri
(2) : 65-72. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.
Thoha, Y. M., dan E. D. Fajrin. 2010.
Pembuatan briket arang dari
daun jati dengan sagu aren
sebagai perekat. Jurnal Teknik
Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya Vol. 17
(1) : 34-43.

Tobing F. S dan A. C. Brades. 2007.


Pembuatan briket arang dari
eceng gondok dengan sagu
sebagai pengikat. Jurnal
Teknik Kimia Vol. 20 (6) : 45-
56.

Triono, A. 2006. Karakteristik


briket arang dari campuran
serbuk gergajian kayu Afrika
(Maesopsis eminii Engl) dan
sengon (Paraserianthes
falcataria L. Nielsen) dengan
penambahan tempurung
kelapa (Cocos nucifera L).
Skripsi Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Ufi, M. N. 2007. Pemanfaatan


limbah kelapa sawit sebagai

Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 11


JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai