CHARCOAL BRIQUET WITH SAGO STARCH ADHESIVE (Metroxylon sago Rott.)
Rahmadani1, Faizah Hamzah2 dan Farida Hanum Hamzah2
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Indonesia 94rahmadani@gmail.com
ABSTRACT
Increasing need of energy and decreasing of fuel supply requires human to
discover alternative energy resources. Consequently, there should be a research to GLVFRYHU D QHZ UHQHZDEOH HQHUJ\ VRXUFH VXFK DV SDOP OHDYHV ZDVWH 2LO SDOP¶V leaves (Elaeis guineensis Jacq.) are mostly the least used waste from oil palm plantation as an alternative energy resources. This research aims to discover the SUHFLVH DGKHVLYH FRQVHQWUDWLRQ UDWH LQ VDJR¶V VWDUFK Metroxylon sago Rott.) to PDNH RLO SDOP¶V NHUQHO ZKLFK DUH DQG 93%:7%. Based on DQDOLW\FDO UHVXOW RI RLO SDOP¶V OHDYHV FKDUFRDO EULTXHW UHVHDUFK the best quality briquet is the P1 composition which composed rate is 97%:3%, has 3,21% water content, 30,18% ashes content, 0,0022 g/s combustion rate, 20,73% evaporated substance rate, 54,46% carbon rate, and 5.114 cal/g heat value.
Kesadaran manusia akan Sumber energi biomassa perlu kondisi lingkungan terus menurun mendapat prioritas dalam sehingga muncul kekhawatiran akan pengembangannya dibanding energi peningkatan laju perusakan dan lain. pencemaran lingkungan yang Menurut Dylla dan Ragil diakibatkan oleh eksplorasi dan (2010) energi biomassa mempunyai pembakaran bahan bakar berbasis keuntungan pemanfaatan antara lain fosil. Fenomena ini memunculkan dapat dimanfaatkan secara lestari sebuah pemikiran mengenai karena sifatnya yang renewable penggunaan energi alternatif yang resources, tidak mengandung unsur bersih dan ramah lingkungan. sulfur sehingga tidak menyebabkan Beberapa jenis sumber energi polusi udara dan juga meningkatkan alternatif yang bisa dikembangkan efisiensi pemanfaatan limbah antara lain energi matahari, angin, pertanian/perkebunan. Salah satu
1. Mahasiswa Teknologi Pertanian 1
2. Dosen Mahasiswa Teknologi Pertanian
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
jenis limbah perkebunan adalah daun menjadikannya mampu mengikat kelapa sawit. Belum ada upaya karbon-karbon dalam briket arang pengolahan lebih lanjut terhadap seperti halnya tepung tapioka. limbah daun sawit yang jika Perbandingan amilosa dan dimanfaatkan dengan baik akan lebih amilopektin pada pati akan bernilai ekonomis dan mampu mempengaruhi sifat kelarutan dan menekan biaya untuk bahan bakar, derajat gelatinisasi pati. Semakin yaitu dengan mengolahnya sebagai besar kandungan amilopektin maka bahan baku dalam pembuatan briket. pati akan lebih basah dan cenderung Briket membutuhkan bahan menyerap air (Thoha dan Fajrin, perekat supaya tidak mudah hancur. 2010). Jenis bahan perekat berpengaruh Beberapa penelitian tentang terhadap parameter mutu briket briket sebelumnya telah dilakukan seperti kadar air, kadar abu, laju antara lain Usman (2007) dengan pembakaran, kadar zat menguap, judul mutu briket arang kulit buah kadar karbon terikat, dan nilai kalor. kakao dengan menggunakan kanji Jumlah perekat yang digunakan harus sebagai perekat, perlakuan terbaik diperhatikan, karena semakin banyak penelitian ini menghasilkan nilai perekat yang digunakan maka asap kalor 4.372,54 kal/g dengan yang dihasilkan akan semakin konsentrasi 7% perekat. Suprapti dan banyak. Apabila perekat yang Ramlah (2013) dengan judul digunakan terlalu sedikit maka briket pemanfaatan kulit buah kakao untuk akan mudah hancur. Briket memiliki briket arang dengan menggunakan kelemahan yaitu sulit menyala pada perekat kanji, perlakuan terbaik awal pembakarannya, ini disebabkan penelitian ini menghasilkan nilai oleh padatnya partikel pada briket. kalor 4.163,11 kal/g dengan Komposisi perekat juga akan konsentrasi 3% perekat. Triono mempengaruhi produk briket yang (2006) dengan judul karakteristik diperoleh. Perekat dalam pembuatan briket arang dari campuran serbuk briket ada dua golongan, yaitu perekat gergajian kayu Afrika dan sengon yang berasap (tar, pitch, clay, dan dengan penambahan tempurung molase) dan perekat kurang berasap kelapa, perlakuan terbaik penelitian (pati, dekstrin, dan tepung beras). ini menghasilkan nilai kalor 6.011 Bahan perekat pati akan kal/g dengan konsentrasi 5% perekat. menghasilkan briket yang tidak Ufi (2007) yang meneliti tentang berasap dan tahan lama. Bahan yang pemanfaatan daun kelapa sawit dibutuhkan juga jauh lebih rendah sebagai briket bahan bakar alternatif dibanding perekat hidrokarbon, yang menghasilkan perlakuan terbaik kelemahannya adalah briket yang dengan nilai kalor 4.460 kal/g. dihasilkan kurang tahan terhadap Berdasarkan latar belakang kelembaban. Hal ini disebabkan pati tersebut maka penulis tertarik memiliki sifat dapat menyerap air. melakukan penelitian mengenai Salah satu bahan perekat pati yang Pembuatan Briket Arang Daun dapat digunakan dalam pembuatan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis briket adalah pati sagu. Jacq.) dengan Perekat Pati Sagu Sagu sebagai sumber (Metroxylon sago Rott.). karbohidrat memiliki pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin yang Tujuan Penelitian
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 2
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Penelitian ini bertujuan untuk 3% perekat mendapatkan persentase pati sagu P2 = 96% arang daun kelapa sawit dan terbaik sebagai perekat dalam 4% perekat pembuatan briket arang daun kelapa P3 = 95% arang daun kelapa sawit dan 5% perekat sawit. P4 = 94% arang daun kelapa sawit dan 6% perekat BAHAN DAN METODE P5 = 93% arang daun kelapa sawit dan Tempat dan Waktu 7% perekat Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pelaksanaan Penelitian Pertanian dan Laboratorium Analisis Karbonisasi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Menurut Widarti (2010) dan Laboratorium Konversi Energi proses karbonisasi berbeda dengan Fakultas Teknik Universitas Riau pembakaran. Pembakaran dikatakan pada bulan Juli-September 2016. sempurna apabila hasil akhir berupa abu berwarna keputihan dan seluruh Bahan dan Alat energi dalam bahan organik Bahan-bahan yang digunakan dibebaskan ke lingkungan. Energi dalam penelitian ini adalah daun pada bahan organik akan dibebaskan kelapa sawit yang diperoleh dari secara perlahan dalam proses kebun Fakultas Pertanian Universitas pengarangan. Proses pembakaran Riau, pati sagu yang diperoleh dari dihentikan ketika bahan masih kepulauan Meranti dan air. membara akan menyebabkan bahan Alat-alat yang digunakan tersebut menjadi arang yang berwarna adalah saringan kelapa, cetakan briket kehitaman. Proses karbonisasi berbentuk silinder dengan ukuran menggunakan sebuah wadah kaleng diameter 4 cm dan tinggi 4 cm, oven, dengan penutup pada bagian atasnya. tanur, cawan porselen, spatula, Pembuatan arang daun kelapa sawit desikator, bomb kalorimeter, membutuhkan waktu yang cukup timbangan analitik, hidrolik press, singkat, karena ukuran parsialnya sendok, nampan, alat tulis, dan yang tidak terlalu tebal, hanya kamera. membutuhkan waktu sekitar 2 menit untuk setiap pembakarannya dengan Metode Penelitian berat bahan yang dikarbonisasi 250 g. Penelitian dilaksanakan secara eksperimen menggunakan Persiapan Perekat Rancangan Acak Lengkap (RAL) Persiapan perekat briket dengan 5 perlakuan dan 4 kali mengacu pada Triono (2006). Perekat ulangan sehingga diperoleh 20 unit dibuat dengan mencampurkan pati percobaan. Perlakuan penelitian sagu dan air dengan perbandingan 1 : mengacu pada penelitian Usman 10. Pati sagu seberat sesuai perlakuan (2007), Suprapti dan Ramlah (2013), ditambahkan air 10 kali lipat dari Triono (2006), dan Ufi (2007) yang berat pati sagu, kemudian dimasak menggunakan perekat 7%, 3%, dan dengan kompor sambil diaduk hingga 5%. Perlakuan dalam penelitian ini hampir mengental. adalah sebagai berikut : Pencetakan P1 = 97% arang daun kelapa sawit dan
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 3
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Mengacu pada Triono (2006) perlakuan tujuan pencetakan untuk memperoleh 2i : Pengaruh perlakuan ke-i bentuk seragam dan memudahkan ij: Pengaruh galat perlakuan ke-i pengemasan. Cetakan briket yang dan ulangan ke-j digunakan berupa cetakan berbentuk silinder. Proses pencetakan dimulai Data yang diperoleh pada dengan memasukkan campuran analisis kimia akan dianalisa secara bahan briket kedalam cetakan silinder statistik dengan menggunakan kemudian ditekan dengan hidrolik Analysis of Variance (ANOVA). Jika press dengan besar tekanan 58,69 Fhitung • )tabel pada taraf uji 5% N/cm2. maka perlakuan berpengaruh nyata dan analisis akan dilanjutkan dengan Pengeringan uji DNMRT pada taraf 5%, jika Briket yang sudah dicetak Fhitung ” )tabel pada taraf uji 5% masih memiliki kadar air yang cukup maka perlakuan berbeda tidak nyata tinggi sehingga perlu dilakukan maka analisis tidak dilanjutkan. pengeringan. Pengeringan dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air HASIL DAN PEMBAHASAN dan mengeraskan briket agar tahan Kadar Air terhadap benturan fisik dan gangguan Kadar air adalah kandungan jamur. Proses pengeringan dapat air yang terdapat dalam bahan. Kadar dilakukan dengan 2 metode, yaitu air merupakan salah satu parameter dengan sinar matahari langsung dan penting yang menentukan kualitas pengeringan dengan menggunakan briket arang yang dihasilkan. Hasil oven. Pengeringan menggunakan sidik ragam menunjukkan bahwa sinar matahari langsung digunakan konsentrasi perekat dalam pembuatan dengan cara menjemur briket briket memberikan pengaruh nyata dibawah paparan matahari selama 2 terhadap kadar air briket. Rata-rata hari. Pengeringan menggunakan oven kadar air briket setelah diuji lanjut digunakan dengan mengeringkan dengan DNMRT pada taraf 5% briket dalam oven dengan suhu 60°C disajikan pada Tabel 1. selama 12 jam. Kemudian briket Tabel 1 menunjukkan bahwa dikemas dalam kantung plastik untuk kadar air briket cenderung meningkat menjaga agar briket tetap kering. seiring peningkatan konsentrasi perekat pati sagu dan penurunan Analisis Data konsentrasi arang daun kelapa sawit. Model rancangan percobaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang digunakan dalam penelitian ini kadar air briket memenuhi standar adalah Rancangan Acak Lengkap. mutu briket berdasarkan SNI No. 01- Model matematis Rancangan 6235-2000 yaitu <8%. Briket dengan Acak Lengkap yaitu: nilai kadar air terendah ditunjukkan oleh perlakuan P1 dengan komposisi Yij 2i ij arang dan perekat 97% : 3% yaitu sebesar 3,21%. Briket dengan nilai Keterangan : kadar air tertinggi ditunjukkan oleh Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke- komposisi arang dan perekat 93% : i dan ulangan ke-j 7% yaitu sebesar 4,9%. m : Rata-rata nilai dari seluruh
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 4
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Tabel 1. Karakteristik Perlakuan Parameter P1 P2 P3 P4 P5 Kadar air (%) 03,21a b 03,88 0 4,53c0 4,59c 4,90 Kadar abu (%) 21,40e 21,37d0 21,29c00 21,12b0 20,82a Laju pembakaran 22x10-4c 13x10-4b 12x10-4ab 11x10-4ab 9x10-4a (g/detik) Kadar zat menguap (%) 20,73a 22,28b0 22,54c00 24,10d0 23,35e Kadar karbon terikat (%) 54,66e 53,47d0 51,64c00 50,19b0 48,93a Nilai kalor (kal/g) 5114d 5071cd0 4999bc00 4939b 4404a0 Ket: angka bercetak tebal menandakan memenuhi persyaratan karakteristik briket
Kenaikan kadar air ini dengan kadar air 9% menghasilkan
disebabkan oleh penambahan 1.995 kal/g, sedangkan briket dengan sejumlah air dalam pembuatan bahan kadar air 13,40% menghasilkan nilai perekat. Kandungan air yang ada kalor sebesar 1.615 kal/g. Tingginya dalam perekat akan menambah kadar kadar air dalam briket akan air briket saat dilakukan pengujian, menyebabkan waktu yang dibutuhkan sehingga semakin banyak perekat untuk menghilangkan kandungan air yang ditambahkan maka akan akan semakin lama, sehingga semakin tinggi kadar air yang penyalaan briket akan semakin lama terkandung dalam briket. Kandungan pula, karena panas yang ada akan air yang tinggi pada briket akan digunakan untuk menguapkan air menyulitkan penyalaan briket dan terlebih dahulu lalu diikuti dengan mengurangi temperatur pembakaran. pembakaran bahan. Uji analisis kadar air pada briket arang daun kelapa sawit Kadar Abu menunjukkan rendahnya kadar air Kadar abu merupakan residu yang terkandung dalam briket. yang tersisa setelah proses Kandungan air yang tinggi pada pembakaran yang tidak memiliki briket akan menyulitkan penyalaan kadar karbon lagi. Kandungan zat briket dan mengurangi temperatur anorganik yang tidak dapat terbakar pembakaran. Kadar air yang rendah akan tertinggal dan menjadi abu. dalam briket akan berpengaruh Kadar abu dapat ditentukan dengan terhadap kualitas briket, semakin perbandingan antara jumlah bahan rendah kadar air yang terkandung tersisa dengan jumlah bahan yang maka nilai kalor briket akan semakin terbakar. Kandungan abu dalam tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil bahan dapat menurunkan nilai kalor penelitian Ismayana (2011) yang dan menyebabkan kerak pada menyatakan untuk menghasilkan peralatan yang digunakan dalam briket yang mudah dalam penyalaan pembakaran, sehingga persentase abu atau pembakaran awal, maka kadar yang diizinkan dalam bahan tidak air yang terkandung harus rendah boleh terlalu besar. Hasil dari sidik agar dapat menghasilkan nilai kalor ragam menunjukkan bahwa yang tinggi. Hasil penelitian konsentrasi perekat dalam pembuatan Ismayana menunjukkan bahwa briket briket memberikan pengaruh nyata
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 5
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 (P<0,05) terhadap nilai kadar abu 5.267 kal/g sedangkan kadar abu briket. Rata-rata kadar abu setelah 5,75% menghasilkan nilai kalor diuji lanjut dengan DNMRT taraf 5% sebesar 5.785 kal/g. Pengaruh kadar disajikan pada Tabel 1. abu terhadap briket arang kurang Tabel 1 menunjukkan bahwa baik, terutama terhadap nilai kalor rata-rata kadar abu briket berkisar yang dihasilkan. Kandungan kadar antara 21,40% pada perlakuan P1 abu yang tinggi dapat menurunkan sebagai briket dengan kandungan abu nilai kalor karena abu tidak lagi paling tinggi dan 20,82% pada memiliki kandungan karbon, perlakuan P5 sebagai briket dengan sehingga nilai kalor yang terkandung kandungan abu paling rendah. Nilai dalam briket juga menurun. kadar abu arang daun kelapa sawit Data Tabel 1 menunjukkan yang telah diuji yaitu sebesar 25,09%. bahwa semakin tinggi konsentrasi Berdasarkan data Tabel 1, kadar abu perekat pati sagu dan semakin rendah pada briket lebih rendah dibanding konsentrasi arang menyebabkan nilai kadar abu arang. Menurunnya menurunnya kadar abu briket. Selain kadar abu disebabkan oleh persentase faktor perekat, perlakuan karbonisasi arang yang semakin menurun. Hal ini atau pengarangan juga memberikan sependapat dengan Ismayana (2011) pengaruh terhadap kadar abu yang yang menyatakan semakin tinggi dihasilkan. Penelitian Faizal (2014) konsentrasi perekat yang menyatakan bahwa karbonisasi ditambahkan maka kandungan abu secara konvensional memberikan yang dihasilkan briket semakin hasil analisis kadar abu yang tinggi menurun. Penurunan konsentrasi dibandingkan karbonisasi pada suhu arang yang digunakan menyebabkan 500°C. Hal ini dikarenakan bahan kandungan abu menurun, karena yang dibakar dalam pengarangan kandungan zat anorganik yang secara konvensional memiliki terkandung dalam aranglah yang kecenderungan berinteraksi dengan menghasilkan abu, sehingga ketika udara dilingkungan sehingga konsentrasi arang yang digunakan biomassa terdekomposisi menjadi sedikit maka kandungan abu pada abu. briket juga akan sedikit. Hal ini sesuai dengan penelitian Triono (2006) yang Laju Pembakaran menyatakan bahwa penambahan Laju pembakaran adalah konsentrasi arang akan menyebabkan penggambaran berkurangnya bobot naiknya nilai kadar abu briket dan per satuan waktu selama pembakaran. penurunan konsentrasi arang akan Hasil dari sidik ragam menunjukkan menurunkan nilai kadar abu briket. bahwa konsentrasi perekat dalam Kadar abu pada penelitian ini secara pembuatan briket memberikan keseluruhan tidak memenuhi standar pengaruh nyata (P<0,05) terhadap mutu SNI No. 01-6235-2000 yaitu laju pembakaran. Rata-rata laju <8%. pembakaran briket setelah diuji lanjut Menurut Hendra (2011) faktor dengan DNMRT taraf 5% disajikan jenis bahan baku sangat pada Tabel 1. mempengaruhi kadar abu briket yang Data pada Tabel 1 dihasilkan dengan kadar abu briket menunjukkan bahwa semakin tinggi sabut kelapa sebesar 10,37% konsentrasi perekat pati sagu dan menghasilkan nilai kalor sebesar konsentrasi arang menurun
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 6
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 menyebabkan laju pembakaran senyawa-senyawa yang masih semakin rendah. Menurut terdapat didalam arang selain air. Riseanggara (2008) Rendahnya laju Kadar zat menguap ditentukan pembakaran disebabkan oleh dengan kehilangan berat yang terjadi kandungan bahan organik yang ada bila briket dipanaskan tanpa kontak pada perekat itu sendiri, sehingga udara pada suhu 950°C dengan laju menyebabkan briket menjadi padat pemanasan tertentu (Faizal, 2014). dan menyulitkan proses pembakaran. Hasil dari sidik ragam menunjukkan Hal ini dibuktikan dengan hasil bahwa peningkatan konsentrasi penelitian yaitu briket dengan perekat pati sagu pada briket konsentrasi perekat 5% menghasilkan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) laju pembakaran 7,88 g/menit terhadap nilai kadar zat menguap. sedangkan briket dengan konsentrasi Rata-rata kadar zat menguap briket perekat 10% menghasilkan laju setelah diuji lanjut dengan DNMRT pembakaran 13,31 g/menit. taraf 5% disajikan pada Tabel 1. Briket yang memiliki Tabel 1 menunjukan bahwa konsentrasi bahan perekat yang tinggi semakin tinggi konsentrasi perekat akan membuat briket menjadi lebih yang ditambahkan dan penurunan padat, sehingga rongga udara akan konsentrasi arang maka kadar zat semakin sempit. Briket yang padat menguap akan semakin tinggi. Tinggi akan sulit terbakar karena tidak rendahnya kadar zat menguap pada adanya rongga udara untuk oksigen briket arang disebabkan oleh proses yang membantu penyalaan api. Laju karbonisasi yang optimal dan pembakaran juga dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh waktu serta suhu faktor nilai kalor dan kadar air pada pada proses karbonisasi. Semakin briket. Briket yang memiliki nilai besar suhu dan waktu pengarangan kalor yang tinggi dan kadar air yang maka semakin banyak zat menguap rendah akan menghasilkan laju yang terbuang, sehingga pada saat pembakaran yang tinggi. Struktur pengujian kadar zat menguap akan arang juga mempengaruhi laju didapat kadar zat menguap yang pembakaran, karena daun kelapa rendah. Proses karbonisasi sawit termasuk sampah organik menyebabkan kandungan zat yang sehingga oksigen juga akan cepat terdapat didalam daun kelapa sawit masuk yang kemudian akan banyak yang terbuang. Triono (2006) mempengaruhi laju pembakaran. Jadi menyatakan tinggi rendahnya zat perekat akan menghambat laju menguap pada briket arang pembakaran. Kualitas briket yang disebabkan oleh kesempurnaan baik adalah briket yang mudah proses karbonisasi dan juga terbakar dan memiliki laju dipengaruhi waktu dan suhu proses pembakaran yang tinggi, namun pengarangan. Semakin besar suhu belum ada ketetapan dalam SNI dan waktu pengarangan maka mengenai standarisasi besar laju semakin banyak zat menguap yang pembakaran briket. terbuang. Suhu pengarangan yang optimum adalah 500°C. Kandungan Kadar Zat Menguap zat menguap yang tinggi dalam briket Kadar zat menguap adalah akan menyebabkan asap yang lebih zat-volatilemeter yang dapat banyak pada saat briket dinyalakan. menguap sebagai hasil dekomposisi Kandungan asap yang tinggi
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 7
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 disebabkan oleh adanya reaksi antara disajikan pada Tabel 1. karbon monoksida (CO) dengan Kadar karbon terikat pada turunan alkohol. briket cenderung turun seiring dengan Menurut Purwanto (2015) peningkatan konsentrasi perekat dan semakin tinggi suhu karbonisasi akan penurunan konsentrasi arang yang menyebabkan berkurangnya kadar zat ditambahkan. Terjadi kenaikan kadar menguap. Hasil penelitian Purwanto karbon terikat yang terkandung dalam (2015) menunjukkan bahwa dengan briket setelah dilakukan penambahan suhu karbonisasi 500°C selama 2 jam bahan perekat dan konsentrasi arang menghasilkan kadar zat menguap menurun, karena hasil analisis kadar sebesar 11,93%, sedangkan suhu karbon terikat yang dimiliki oleh 600°C selama 3 jam menghasilkan bahan baku yaitu arang daun kelapa kadar zat menguap sebesar 19,99%. sawit adalah sebesar 56,12%. Hal ini Kadar zat terbang yang tinggi akan sependapat dengan hasil penelitian menurunkan kualitas briket karena Faizal (2014) yang mendapatkan nilai dengan tingginya zat menguap, maka kadar karbon tertinggi pada perlakuan nilai karbon semakin kecil sehingga tanpa perekat sebesar 63,92% dan nilai kalor yang dihasilkan juga kadar karbon tertinggi pada perlakuan semakin rendah serta menghasilkan yang menggunakan konsentrasi banyak asap pada pembakarannya. perekat lebih rendah dengan 35% Kadar zat menguap yang perekat memiliki kadar karbon terikat tinggi akan menimbulkan asap yang 38,63%. relatif lebih banyak saat briket Penurunan kadar karbon dinyalakan. Menurut Hendra (2011) terikat disebabkan menurunnya tinggi rendahnya kadar zat menguap konsentrasi arang, karena kandungan briket arang yang dihasilkan karbon terikat terkandung dalam dipengaruhi oleh jenis bahan baku, arang, sehingga semakin rendah hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi arang akan menurunkan briket berbahan baku bambu memiliki kadar karbon terikat yang terkandung kadar zat menguap sebesar 23% dalam briket. Triono (2006) sedangkan briket berbahan baku sabut menyatakan bahwa keberadaan kelapa memiliki kadar zat menguap karbon dalam briket arang sebesar 22,11%. Kadar zat menguap dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan akan memberikan pengaruh terhadap nilai kadar zat menguap. Kadar kemudahan briket untuk dinyalakan karbon arang akan bernilai tinggi bila dan banyaknya asap yang dihasilkan. nilai kadar abu dan kadar zat menguap yang terkandung dalam Kadar Karbon Terikat briket nilainya rendah. Kadar karbon merupakan Kadar karbon terikat yang fraksi karbon yang terikat dalam tinggi akan mempengaruhi nilai kalor arang selain fraksi air, zat menguap, briket. Semakin tinggi kadar karbon dan abu. Hasil dari sidik ragam maka nilai kalor briket akan semakin menunjukkan bahwa peningkatan tinggi. Kadar karbon terikat juga konsentrasi perekat pati sagu dipengaruhi oleh proses karbonisasi. memberikan pengaruh nyata (P<0,05) Faktor yang mempengaruhinya ialah terhadap kadar karbon. Rata-rata suhu selama proses karbonisasi kadar karbon briket setelah diuji berlangsung. Semakin tinggi suhu lanjut dengan DNMRT taraf 5% karbonisasi maka kadar zat menguap
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 8
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 dalam arang akan semakin rendah konsentrasi arang yang menyebabkan sehingga kadar karbon terikat akan kadar karbon terikat juga ikut semakin tinggi. Mulia (2007) menurun, sehingga nilai kalor briket menyatakan bahwa suhu 500°C juga ikut menurun. Penambahan adalah suhu yang optimal dalam perekat menyebabkan nilai kalor proses karbonisasi. Hal ini berkurang karena bahan perekat yang disebabkan semakin banyaknya sulit terbakar dan membawa lebih material yang terbakar. Besarnya benyak air sehingga panas yang kadar karbon terikat tetap bergantung dihasilkan terlebih dahulu digunakan pada jumlah kadar air, kadar abu, dan untuk menguapkan air dalam briket. kadar zat menguap. Kadar karbon Hal ini sependapat dengan Tobing terikat juga berpengaruh terhadap laju dan Brades (2007) yang menyatakan pembakaran briket. Briket yang bahwa semakin besar persentase memiliki kadar karbon terikat tinggi perekat, maka nilai kalor yang akan menyebabkan waktu dihasilkan akan semakin rendah. pembakaran yang lama dan waktu Hasil penelitian Tobing dan Brades penyalaan yang relatif lebih singkat (2007) menunjukkan bahwa dengan (Fachry dkk., 2009). Kadar karbon perekat 5% nilai kalor yang terikat yang terkandung dalam briket dihasilkan adalah sebesar 3.347 kal/g, arang daun kelapa sawit pada semua sedangkan briket dengan konsentrasi perlakuan belum memenuhi standar perekat 12,5% menghasilkan nilai kualitas briket berdasarkan SNI No. kalor sebesar 3.061 kal/g. Nilai kalor 01-6235-2000 yaitu >77%. pada penelitian ini yaitu pada perlakuan P1 dan P2 memenuhi Nilai Kalor standar mutu briket berdasarkan SNI Nilai kalor briket merupakan No. 01-6235-2000 yaitu >5.000 kal/g. parameter yang sangat penting untuk Penulis juga menguji kandungan nilai diketahui karena akan menentukan kalor yang terkandung dalam bahan kualitas briket yang dihasilkan dasar berupa arang daun kelapa sawit. apakah layak atau tidak untuk Hasil pengujian menunjukkan bahwa digunakan. Semakin tinggi nilai kalor arang daun kelapa sawit memiliki briket semakin tinggi kualitas briket kandungan nilai kalor sebesar 5.201 tersebut. Hasil dari sidik ragam kal/g. menunjukkan bahwa peningkatan Nilai kalor briket tergantung konsentrasi perekat pati sagu pada komposisi bahan. Menurut memberikan pengaruh nyata (P<0,05) Triono (2006) tingginya rendahnya terhadap nilai kalor. Rata-rata nilai nilai kalor dipengaruhi oleh beberapa kalor briket setelah diuji lanjut faktor. Faktor yang pertama adalah dengan DNMRT taraf 5% disajikan bahan baku, karena setiap bahan baku pada Tabel 1. tentu akan memiliki nilai kalor yang Tabel 1 menunjukkan bahwa berbeda-beda sesuai karakteristiknya. nilai kalor briket dalam penelitian ini Faktor lain yang mempengaruhi nilai menunjukkan nilai kalor tertinggi ada kalor adalah suhu karbonisasi, pada perlakuan P1 yaitu 5.114 kal/g semakin rendah suhu karbonisasi dan nilai kalor terendah ada pada akan membuat nilai kalor juga rendah perlakuan P5 yaitu 4.404 kal/g. karena kadar air, kadar abu, dan kadar Penurunan nilai kalor briket zat menguap akan menjadi tinggi disebabkan oleh berkurangnya namun kadar karbon terikat sehingga
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 9
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 menyebabkan penurunan nilai kalor Kayu. SNI Nomor 01-6235- (Faizal, 2014). Namun suhu 2000. karbonisasi juga tidak bisa terlalu tinggi, artinya hanya pada batas Dylla, C.W., dan P. Ragil. 2010. optimum suhu karbonisasi saja. Hal Pemanfaatan limbah tongkol ini dibuktikan oleh penelitian Fachry jagung dan tempurung (2010) yang menyatakan bahwa dapat kelapa menjadi briket terjadi penurunan nilai kalor diatas sebagai sumber energi suhu 500°C, karena pada suhu alternatif dengan proses tersebut biomassa terdekomposisi karbonisasi dan non- menjadi abu. Hasil penelitian Fachry karbonisasi. Jurnal Teknik (2010) menunjukkan nilai kalor Kimia Jurusan Teknik Kimia sebesar 5666 kal/g pada suhu 500°C Institut Teknologi Surabaya. dan suhu 500°C menghasilkan nilai Vol. 11 (2) : 1-5 kalor sebesar 5011 kal/g. Fachry, R. A., I. S. Tuti, Y. D. Arco KESIMPULAN DAN SARAN dan N. Jasril. 2010. Mencari Kesimpulan suhu optimal proses Berdasarkan hasil penelitian karbonisasi dan pengaruh dapat disimpulkan bahwa persentase campuran batubara konsentrasi perekat pati sagu dan terhadap kualitas briket arang daun kelapa sawit pada briket eceng gondok. Jurnal Teknik memberikan pengaruh terhadap mutu Kimia Fakultas Teknik briket yang dihasilkan. Formulasi Universitas Sriwijaya. Vol. 17 terbaik adalah briket arang daun (2) : 55-67. kelapa sawit perlakuan P1 dengan konsentrasi perekat pati sagu 3% Faizal, M. 2014. Pengaruh yang memiliki kadar air 3,21%, kadar komposisi arang dan perekat abu 21,40%, laju pembakaran 22x10- terhadap kualitas biobriket 4 g/detik, kadar zat menguap 20,73%, dari kayu karet. Jurnal Teknik kadar karbon 54,66%, dan nilai kalor Kimia Fakultas Teknik 5.114 kal/g. Universitas Sriwijaya. Vol. 20 (2) : 36-44. Saran Perlu ditambahkan bahan Hartanto, F.J dan F. Alim. 2010. baku lain dalam pembuatan briket Optimasi kondisi operasi arang daun kelapa sawit untuk pirolisis sekam padi untuk memperbaiki kualitas briket terutama menghasilkan bahan bakar kadar abu dan kadar zat menguap. briket bioarang sebagai Perlakuan yang direkomendasikan bahan bakar alternatif. adalah perbaikan suhu karbonisasi Skripsi Fakultas Teknik dengan suhu terkontrol. Universitas Diponegoro. Semarang. DAFTAR PUSTAKA Ismayana, A. 2011. Pengaruh jenis Badan Standarisasi Nasional dan kadar bahan perekat Indonesia. Briket Arang pada pembuatan briket blotong sebagai bahan bakar
Jom FAPERTA Vol. 3 No. 2 Oktober 10
JOM FAPERTA UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 alternatif. Jurnal Teknologi briket bahan bakar Industri Pertanian Institut alternatif. Tesis Program Pertanian Bogor. Vol. 21 (3) : Pascasarjana Universitas 186-193. Hasanuddin. Makassar.
Mulia, A. 2007. Pemanfaatan Usman, N. M. 2007. Mutu briket
tandan kosong dan cangkang arang kulit kakao dengan kelapa sawit sebagai briket menggunakan kanji sebagai arang. Tesis Program Pasca perekat. Jurnal Perennial Balai Sarjana Universitas Sumatera Besar Industri Hasil Utara. Medan. Perkebunan Makassar Vol. 3 (2) : 55-58. Suprapti dan S. Ramlah. 2013. Pemanfaatan kulit buah Widarti, E. S. 2010. Studi kakao untuk briket arang. eksperimental briket organik Jurnal BIOPROPAL Industri dengan bahan baku dari Balai Besar Industri Hasil PPLH organik. Skripsi Perkebunan Makassar Vol. 4 Fakultas Teknik Industri (2) : 65-72. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. Thoha, Y. M., dan E. D. Fajrin. 2010. Pembuatan briket arang dari daun jati dengan sagu aren sebagai perekat. Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Vol. 17 (1) : 34-43.
Tobing F. S dan A. C. Brades. 2007.
Pembuatan briket arang dari eceng gondok dengan sagu sebagai pengikat. Jurnal Teknik Kimia Vol. 20 (6) : 45- 56.
Triono, A. 2006. Karakteristik
briket arang dari campuran serbuk gergajian kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) dan sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan penambahan tempurung kelapa (Cocos nucifera L). Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.